Anda di halaman 1dari 6

KEUNIKAN GAGASAN, TEKNIK DAN BAHAN DALAM

KARYA SENI RUPA TERAPAN NUSANTARA


http://irmatriyani.blogspot.co.id/2013/01/keunikan-gagasan-teknik-dan-bahan-dalam.html
4

Pengertian Seni Rupa Terapan adalah suatu karya seni rupa yang diciptakan untuk tujuan
fungsional, yaitu sebagai alat atau perkakas dalam keperluan sehari-hari. Walaupun demikian,
seni rupa terapan tetap mempertimbangkan prinsip-prinsip estetis, sehingga selain memiliki
fungsi praktis juga memiliki keindahan yang dapat dinikmati secara visual. Ditinjau dari segi
bentuknya seni rupa terapan dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu:
1. Seni rupa dua dimensi (dwimatra) adalah karya seni rupa yang memiliki ukuran panjang dan
lebar serta dapat dinikmati dari arah depan saja, seperti seni rupa murni (lukisan, benda kriya,
relief) dan seni rupa terapan (disain, gambar ilustrasi, gambar reklame, benda kriya).
2. Seni rupa tiga dimensi (trimatra) adalah karya seni rupa yang memiliki ukuran pajang, lebar,
dan ketebalan, serta dapat dinikmati dari berbagai arah, seperti seni rupa murni (patung) dan seni
rupa terapan (benda kriya, dan dekorasi).
Berdasarkan pengelompokkan tersebut, maka seni rupa terapan memiliki bentuk atau ukuran
dua dimensi dan tiga dimensi. Selanjutnya, untuk memudahkan dalam mengidentifikasi keunikan
gagasan dan teknik dalam karya seni rupa terapan nusantara, pelajari pengetahuan dasar tentang
seni rupa terapan nusantara berikut ini.

A. Perkembangan Seni Rupa Terapan Nusantara


Seni rupa terapan meliputi seni kriya dan disain. Seni kriya adalah seni
yang cara pengerjaannya menekankan pada keterampilan tangan, sering juga disebut dengan
kerajinan tangan. Seni kriya yang berkembang di wilayah nusantara merupakan warisan seni
budaya bangsa dengan kebhinekaannya. Nusantara kaya akan ragam hias dengan berbagai aneka
variasi motif yang diterapkan dalam pembuatan seni kriya, seperti seni batik, relief/ukir,
keramik, furniture, anyaman, tenus, dsb.
Sejak zaman prasejarah aktivitas manusia untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya
memerlukan perkakas atau alat, itu sebabnya karya seni kriya pertama bisa ditemukan pada
zaman budaya batu tua (palaeolitikum). Zaman budaya batu tua merupakan bentuk kebudayaan
tertua di nusantara dengan sisa peninggalan berupa chopper (Pacitan), flakes (Ngandong), dan
peralatan dari tulang (Ngandong dan Sidorejo).Zaman budaya batu tengah (mesolitikum)
ditemukan berbagai perkakas/peralatan berupa kapak batu dan peralatan dari tulang. Zaman
budaya batu muda (neolitkum), benda-benda budaya yang ditemukan berupa kapak persegi,
kapak lonjong, tembikar, dan berbagai manik-manik (perhiasan). Perkembangan budaya
berikutnya terjadi sekitar 500 SM yang disebut dengan zaman logam, peninggalan budaya yang
ditemukan, seperti kapak corong, candrasa, nekara, moko, topeng emas, dan bejana.
Seni budaya nusantara mengalami perkembangan sangat pesat sesuai dengan tuntutan
zaman. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia semakin menunjukkan
keterampilan dan kreativitasnya dalam mengembangkan warisan seni budaya nusantara baik
yang bercorak tradisional dengan mempertahankan pakem daerah setempat maupun corak
modern dengan berbagai variasi untuk memenuhi tuntutan pasar. Karya-karya seni kriya tersebut
sangat mudah kita temukan di daerah-daerah terutama daerah-daerah kawasan wisata. Adapun
daerah-daerah yang terkenal dengan pusat-pusat kerajinan yang menghasilkan karya seni kriya
dengan nilai estetika tradisional, seperti Sumedang terkenal dengan wayang golek, Jepara
terkenal dengan seni ukir kayu, Kota Gede terkenal dengan kerajinan perak, Kasongan dengan
kerajinan gerabah tempel, Pekalongan dengan karya batiknya, Bali hampir dengan semua jenis
kerajinan, Sumba dengan seni tenun, Asmat dengan kerajinan patung kayu, dan masih banyak
daerah lainnya.
Desain adalah gambar rancangan yang menjadi dasar dalam pembuatan suatu karya, seperti
misalnya gambar rancangan busana, gambar konstruksi bangunan, disain iklan, disain ilustrasi,
disain poster, dsb.

B. Keunikan Gagasan Karya Seni Rupa Terapan


Gagasan/ide di dalam seni rupa merupakan buah pikiran untuk menciptakan suatu karya seni
rupa. Gagasan untuk membuat suatu karya akan tercetus dapat disebabkan seperti misalnya
karena perlu akan suatu alat bantu dalam kehidupan sehari-hari, tersedianya bahan, kebutuhan
ekonomi, daya kreativitas, dsb. Seseorang yang kreatif akan selalu memanfaatkan segala sesuatu
yang memungkinkan untuk dijadikan sebagai benda yang berguna dalam kehidupan sehari-
hari, contoh : pada zaman prasejarah, untuk memperoleh binatang buruan diperlukan sebuat alat
berburu sehingga muncullah ide atau gagasan untuk membuat tombak atau anak panah sebagai
alat untuk menangkap binatang, contoh lain apabila terdapat sepotong kayu, maka akan muncul
gagasan untuk membuat suatu karya seni misalnya berupa topeng.
Keunikan gagasan berkarya seni rupa terapan Nusantara, yaitu dipengaruhi oleh kreativitas
penggagasnya, budaya setempat, bahan yang digunakan, alat dan teknik pengerjaannya, fungsi
atau kegunaan, serta keindahannya. Pada awalnya karya rupa terapan (seni kriya) yang
dihasilkan lebih menekankan fungsi praktisnya, tanpa mempertimbangkan unsur-unsur
estetikanya. Penggunaan ragam hias mulai nampak pada zaman budaya logam yang disebabkan
terjadinya pergeseran fungsi, misalnya kapak corong dan candrasa digunakan sebagai upacara
ritual adat sehingga dilengkapi dengan motif hias yang unik. Nekara (gendering) yang berfungsi
sebagai alat tetabuhan pada upacara ritual dengan motif hias seperti motif tumbuhan, burung
merak, gajah, katak, dan motif geometris.
Keunikan gagasan juga nampak pada ragam hias yang merupakan perpaduan ragam hias
nusantara dengan pengaruh ragam hias dari budaya asing. Hal ini dapat ditemukan pada
peralatan rumah tangga pada zaman Hindu-Budha yang dihiasi ornament-ornamen berupa stilasi
flora (daun, buah, bunga dari tumbuhan) dan fauna (kala, naga) dalam bentuk yang
bervariasi. Selain keunikan tersebut, masing-masing daerah di wilayah nusantara juga
menunjukkan kekhasan motif hias daerah masing-masing.

C. Teknik dan Bahan Karya Seni Rupa Terapan


Teknik merupakan suatu cara yang digunakan di dalam membuat suatu karya seni. Teknik
berkarya seni rupa terapan sangat dipengaruhi oleh bahan dan alat yang digunakan membuat
karya seni. Teknik berkarya seni rupa terapan dapat juga dipengaruhi oleh kreativitas seseorang
dalam proses pengerjaan, sehingga terjadilah keunikan teknik berkarya.
Seni Kriya dapat dikerjakan dengan berbagai teknik tergantung dari bahan dan alat serta
kreativitas pembuat atau pengerajinnya. Ada beberapa teknik berkarya seni rupa terapan (seni
kriya) yaitu:
1) Teknik Cor (Cetak Tuang)
Perkembangan zaman perunggu di Indonesia merupakan pengaruh dari kebudayaan
Dongson. Kebudayaan perunggu Dongson yang berasal dari Yunani Indochina masuk ke
Indonesia bersama datangnya bangsa Melayu-Muda, merekalah yang memperkenalkan teknik
pengecoran dan penuangan perunggu untuk membuat bendabenda seni dan benda-benda pakai
sehari-hari. Teknik cetak seni kriya pada waktu itu ada dua macam, yaitu:
 Teknik Tuang Sekali Pakai (A Cire Perdue)
Teknik ini adalah cara menuang cairan perunggu sekali pakai, cara ini digunakan untuk
membuat bentuk yang sulit dan rumit. Untuk teknik ini, cetakan hanya dipakai sekali saja karena
untuk mengeluarkan hasil cor harus dilakukan dengan menghancurkan cetakan. Cara kerjanya
adalah sebagai berikut :
- Pertama model dibuat dari tanah liat
- Kedua model tersebut dilapisi dengan lilin tipis
- Ketiga model tersebut dibungkus dengan tanah liat dengan diberi lubang sedikit untuk
mengeluarkan lilin dan untuk memasukan cairan perunggu
- Keempat proses pembakaran untuk mengeluarkan lilin dari cetakan
- Kelima pengecoran dengan cairan perunggu
- Keenam pembukaan cetakan dengan cara merusak cetakan.
 Teknik Tuang berulang (Bivalve)
Teknik ini digunakan untuk membuat benda perunggu yang bentuknya sederhana dalam
jumlah yang banyak. Bentuk cetakannya terdiri dari dua keping dari bahan batu yang bisa
disatukan dan dilepas, hal inilah yang memungkinkan untuk mencetak benda dalam jumlah yang
banyak dan dalam bentuk yang sama.
2) Teknik Tempa
Teknik tempa digunakan untuk mengerjakan seni kriya dengan bahan logam (perunggu,
tembaga, kuningan, perak, dan emas. Teknik ini dilakukan dengan cara memanaskan plat logam
yang selanjutnya ditempa (dipukul) dengan hammer sambil membentuk sesuai jenis benda yang
dibuat, seperti keris, tombak, pisau, perhiasan, dsb.
3) Teknik pahat/ukir/sungging
Teknik ini dilakukan dengan cara mengurangi atau membuang bagian-bagian tertentu untuk
memunculkan keindahan suatu bentuk. Teknik ini dapat dilakukan pada bahan batu, kayu dan
termasuk juga kulit dengan menerapkan bentuk-bentuk motif hias. Teknik pahatan atau ukir
menghasilkan karya seperti topeng, relief bagunan candi, ukiran pada pintu rumah, pahatan atau
ukiran pada benda-benda furniture. Teknik sungging menghasilkan seni kriya berupa wayang
kulit.
4) Teknik Batik
Seni kriya batik telah lama dikenal di wilayah nusantara. Batik merupakan karya seni kriya
berupa motif hias pada permukaan kain. Seni batik, hampir di seluruh wilayah Indonesia
memiliki kesamaan dari caradan teknik pembuatannya. Hal yang membedakan terletak pada
motif ragam hias dan corak warna yang digunakan.
a. Media (alat dan bahan) yang digunakan membuat batik, yaitu :
 Kain mori yang halus warna putih;
 Malam (lilin atau parafin);
 Kompor kecil;
 Wajan kecil;
 Canting;
 Pewarna batik; dsb.
b. Teknik berkarya seni batik.
- Teknik Tulis, menggunakan canting sebagai alat untuk membuat motif dengan cara menulis
atau menuangkan cairan malam sesuai dengan motif yang dikehendaki. Selanjutnya mewarna
dengan caramencelupkan ke larutan warna. Apabila kita menginginkan warna lain lagi, maka
kain tadi setelah kering diberi malam lagi lalu dicelup dengan warna yang lain. Proses
pencelupan dimulai dari warna yang paling muda ke warna yang lebih tua. Langkah berikutnya
dilakukan proses nglorot (melepas atau melarutkan lapisan malam dengan cara dicelupkan pada
air panas.
- Teknik Cap, menerapkan cairan malam pada kain mori dengan menggunakan cap seperti
stempel yang telah berbentuk motif ragam hias batik.
- Teknik cetak (sablon), penerapan motif ragam hias batik menggunakan teknik sablon. Media
sablon yang diperlukan antara lain:
- Screen (kain monyl atau kain kasa) dengan ukuran kelembutan/kehalusan yang disebut
dengan “T”
- Gelatine/Selatine/Cromatine : pasta atau emulsi peka cahaya
- Rakel/SquegeePasta atau Emulsi pigmen
- Pigmen warna, dsb.
Proses Sablon antara lain:
 Pembuatan disain, desain dibuat pada kertas transparan (kalkir, plastic/mika, lembaran kaca)
yang tembus cahaya. Gambar desain harus menggunakan pigmen atau tinta yang bersifat
menutup seperti tinta Cina (tinta bak) yang pekat. Kalau menginginkan warna lebih dari satu
pada sebuah karya maka gambar desain dibuat sejumlah warna yang diinginkan pada kertas
transparan yang berbeda.
 Proses Afdruk (klise), sebelum proses ini dilakukan terlebih dahulu screen dilapisi dengan
pasta peka cahaya seperti campuran gelatine, kalium bicromate dan chromatine (bahan ini
banyak terdapat di toko-toko yang menjual perlengkapan sablon). Setelah dilapisi dengan rata
kemudian dikeringkan. Apabila ingin mengafdruk desain, maka tempelkan desain pada
tremescreen lalu ditutup dengan dengan kaca transparan. Pada bagian dalam screen dilapisi
dengan busa yang lebih tebal dari bingkai screen dan juga dilapisi papan penahan. Selama
melapisi screen sampai penempelan desain harus dilakukan di ruangan yang gelap dengan lampu
yang remang-remang berwarna kuning atau merah. Pada waktu penyinaran, yang terkena
sinar akan mengeras dan yang tertutup gambar desain atau tidak terkena sinar akan lunak.
Setelah penyinaran terasa cukup maka selanjutnya menyemprot screen dengan air panas. Lapisan
pasta yang tidak terkena sinar akan luntur dan pori-porinya akan terbuka sesuai dengan desain
yang diinginkan.
 Proses Pencetakan, dalam mencetak sesuaikan dengan kebutuhan, apakah screen yang
disiapkan untuk pigmen yang berzat pengantar bersifat minyak atau yang relevan dengan
air. Untuk diterapkan pada kertas, kaca, papan, dan sejenisnya biasanya pigmen yang berzat
pengantar minyak, sedangkan untuk sablon batik umumnya menggunakan kain, pigmen yang
diperlukan berzat pengantar relevan dengan air. Langkah mencetaknya adalah taruhlah cat
secukupnya pada bagian dalam tremescreen, tekan dan geser dengan rakel agar cat tersebut
tembus pada bidang di bawahnya atau pada bidang yang kita inginkan.
5) Teknik Anyam
Teknik anyam diperlukan untuk mengolah bahan yang umumnya pipih dan tipis berupa
bilahan bambu, rotan, mending, ate, dll. Teknik ini merupakan teknik tumpang tindih (selang-
seling) bilahan lusi dan pakan untuk menampilkan bentuk dan motif anyaman. Benda kriya yang
dapat dihasilkan berupa keranjang, tikar, topi, keben, kipas, dsb.
6) Teknik Tenun
Penerapan teknik tenun pada prinsipnya mirip dengan teknik anyam. Perbedaannya hanya
terletak pada peralatan dan bahan yang diperlukan. Teknik anyam tidak memerlukan alat bantuk
khusus, cukup dengan keterampilan tangan secara manual. Sedangkan pada teknik tenun
memerlukan peralatan khusus menenun untuk merapatkan lusi dan pakan dari bahan benang
dengan cara dicagcag. Keindahan dari kriya tenun sangat tergantung dari warna dan bentuk motif
tenun. Kriya tenun yang dihasilkan berupa kain ndek dan songket.
7) Teknik Butsir
Teknik butsir adalah teknik membentuk benda kriya dengan cara mengurangi atau
menambah bagian dari suatu bentuk dengan yang lunak atau plastis. Teknik ini biasanya
diperlukan untuk membentuk benda kriya dengan bahan tanah liat. Karya yang dihasilkan
umumnya disebut dengan gerabah, tembikar, atau keramik. Keramik merupakan benda kriya dari
tanah liat yang telah mengalami proses pembakaran dengan media penggelasan (glasir). Glasir
adalah lapisan yang mengkilap pada benda keramik. Contoh benda keramik seperti cangkir,
piring, mangkok, guci, teko, dsb.
8) Teknik lukis atau gambar
Teknik ini khusus untuk mengerjakan karya seni rupa terapan dalam bentuk disain. Teknik
lukis atau gambar dikerjakan pada permukaan bidang datar, umumnya pada permukaan
kertas. Alat gambar yang diperlukan seperti alat tulis (pensil, drawing pen, rothring, dll.), mistar,
dan warna.

D. Fungsi Seni Rupa Terapan Nusantara Berdasarkan Sosial Budaya


Seni merupakan bagian dari kehidupan manusia, sebagai kebutuhan jasmani dan
rohani. Secara umum fungsi seni rupa dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
1. Seni Murni, yaitu seni yang lebih mementingkan nilai estetis yang berkaitan dengan
kebutuhan emosi/rohani. Contoh: lukisan, patung, dan seni kriya murni.
2. Seni Terapan, yaitu seni yang memiliki nilai estetika dan lebih menekankan pada fungsional
secara fisik/jasmani. Contoh: furniture, kriya keramik, kriya batik, dsb. Secara kuantitatif fungsi
seni rupa dapat dikembangkan menjadi dua jenis, yaitu:

a. Fungsi individu, sebagai media ekspresi bagi senimannya dalam menyatakan atau
mengungkapkan jiwa dan perasaannya serta dapat berkomunikasi dengan orang lain.
b. Fungsi sosial budaya, sebagai sarana dalam kehidupan masyarakat. Fungsi ini dapat
dikelompokkan menjadi 4 jenis, yaitu:
- Bidang rekreasi, sebagai hiburan atau media rekreasi. Contoh pameran lukisan dan pameran
karya seni kriya.
- Bidang komunikasi, sebagai media komunikasi dalam bentuk pesan estetika dan fungsional.
Contoh karya lukisan, gambar poster, gambar reklame, dsb.
- Bidang pendidikan, sebagai media untuk memudahkan dalam menerima informasi
pendidikan. Contoh: gambar poster, gambar ilustrasi, bentuk model/alat peraga, dsb.
- Bidang keagamaan, sebagai sarana estetika dan religius pada tempat suci serta pada
lambang-lambang keagamaan. Contoh: hiasan/motif pada bangunan suci, tulisan kaligrafi, sarana
upacara dalam agama Hindu, dsb.

E. Kegiatan Mengidentifikasi Keunikan Gagasan dan Teknik dalam Karya Seni Rupa Terapan
Nusantara
Langkah-langkah dalam mengidentifikasi keunikan gagasan dan teknik seni rupa terapan
Nusantara, diantaranya:
1. Identifikasi dan tulis nama/judul dari karya seni rupa terapan yang sedang diamati.
2. Identifikasi dan tulis gagasan dari karya seni rupa terapan yang sedang diamati berdasarkan
bentuk, bahan, serta fungsi fungsi sosial budaya dari karya tersebut.
3. Identifikasi dan tulis teknik pengerjaan dari karya seni rupa terapan yang sedang diamati
berdasarkan bentuk, bahan, serta fungsi sosial budaya dari karya tersebut.
4. Identifikasi dan tulis klasifikasi/jenis dari karya seni rupa terapan yang sedang diamati
berdasarkan bentuk, bahan, serta fungsi sosial budaya dari karya tersebut.

Bahan yang digunakan untuk berkarya seni rupa, antara lain sebagai berikut :

1. Warna (cat), meliputi sebagai berikut :


a. Cat air, seperti water colour, cat plakat (poster colour), cat tembok, cat batik/sablon/printing,
wenter/naptol, spidol air, dan acrilik.
b. Cat minyak, seperti cat kayu, cat besi, cat cetak (tinta cetak), cat lukis, dan cat duko.
c. Cat kristal atau cat kering, contohnya pensil (B, HB, H), pastel, krayon, pulas, dan conte.
2. Kertas, seperti kertas kado, kertas perak, kertas tulis (CD. HVS), kertas karton, kertas minyak,
kertas gambar, duplicator, kertas duplek, kertas krep, kertas asturo, kertas marmer dan kertas
kalkir.
3. Kanvas (kain khusus sebagai bidang melukis).
4. Tanah liat adalah bahan yang digunakan untuk seni patung atau pembentuk dan seni keramik.
5. Batu adalah bahan yang digunakan untuk seni patung, seni bangun, seni kriya, dan seni taman.
Jenis batu yang sering dipakai, antara lain batu cadas, kapur, pualam, granit, dan permata.
6. Kayu digunakan untuk seni bangun, patung, kerajinan, dan seni kriya lainnya. Jenis kayu yang
sering dipakai antara lain : jati, sawo, nangka, mahoni, sonokeling, eben, dan sengon.
7. Logam adalah bahan untuk membuat seni kerajinan, seni patung, seni hias, dan seni industri.
Jenis logam, antara lain : emas, perak, perunggu, tembaga, besi, dan aluminium.
8. Semen adalah bahan yang digunakan untuk membuat seni patung, seni bangun, dan seni kriya.
Jenis semen, antara lain : semen kelabu dan semen putih (dapat diwarna dengan pigmen khusus).
9. Gips (batu-tahu), yaitu bahan untuk membuat seni patung, relief, seni hias, dan barang hias
lainnya. Gips mirip semen putih, tetapi cepat kering, mudah pecah, dan dapat diwarnai.
10. Plywood (tripleks atau multipleks)
11. Bambu
12. Rotan
13. Viberglass
14. Bahan-bahan lain, seperti kain perca, biji-bijian, daun pandan, tali rami, bulu plastik, dan karet
busa.

Anda mungkin juga menyukai