Anda di halaman 1dari 10

KEUNIKAN SENI RUPA TERAPAN NUSANTARA

1. Seni Rupa Terapan

Seni Rupa Terapan adalah suatu karya seni rupa yang diciptakan untuk tujuan
fungsional, yaitu sebagai alat atau perkakas dalam keperluan sehari-hari. Walaupun
demikian, seni rupa terapan tetap mempertimbangkan prinsip-prinsip estetis, sehingga
selain memiliki fungsi praktis juga memiliki keindahan yang dapat dinikmati secara
visual.

Ditinjau dari segi bentuknya seni rupa terapan dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu;

a. Seni rupa dua dimensi (dwimatra) adalah karya seni rupa yang memiliki ukuran
panjang dan lebar serta dapat dinikmati dari arah depan saja, seperti seni rupa murni
(lukisan, benda kriya, relief) dan seni rupa terapan (disain, gambar ilustrasi, gambar
reklame, benda kriya).
b. Seni rupa tiga dimensi (trimatra) adalah karya seni rupa yang memiliki ukuran
pajang, lebar, dan ketebalan, serta dapat dinikmati dari berbagai arah, seperti seni
rupa murni (patung) dan seni rupa terapan (benda kriya, dan dekorasi).

Berdasarkan pengelompokkan tersebut, maka seni rupa terapan memiliki bentuk


atau ukuran dua dimensi dan tiga dimensi. Selanjutnya, untuk memudahkan dalam
mengidentifikasi keunikan gagasan dan teknik dalam karya seni rupa terapan
nusantara, pelajari pengetahuan dasar tentang seni rupa terapan nusantara berikut ini.

2. Perkembangan Seni Rupa Terapan Nusantara

Seni rupa terapan meliputi seni kriya dan disain. Seni kriya adalah seni yang cara
pengerjaannya menekankan pada keterampilan tangan, sering juga disebut dengan
kerajinan tangan. Seni kriya yang berkembang di wilayah nusantara merupakan warisan
seni budaya bangsa dengan kebhinekaannya. Nusantara kaya akan ragam hias dengan
berbagai aneka variasi motif yang diterapkan dalam pembuatan seni kriya, seperti seni
batik, relief/ukir, keramik, furniture, anyaman, tenus, dsb.
Adapun daerah-daerah yang terkenal dengan pusat-pusat kerajinan yang
menghasilkan karya seni kriya dengan nilai estetika tradisional, seperti Sumedang
terkenal dengan wayang golek, Jepara terkenal dengan seni ukir kayu, Kota Gede
terkenal dengan kerajinan perak, Kasongan dengan kerajinan gerabah tempel, Pekalongan
dengan karya batiknya, Bali hampir dengan semua jenis kerajinan, Sumba dengan seni
tenun, Asmat dengan kerajinan patung kayu, dan masih banyak daerah lainnya.

3. Keunikan Gagasan Karya Seni Rupa Terapan


Gagasan/ide di dalam seni rupa merupakan buah pikiran untuk menciptakan suatu
karya seni rupa. Gagasan untuk membuat suatu karya akan tercetus dapat disebabkan
seperti misalnya karena perlu akan suatu alat bantu dalam kehidupan sehari-hari,
tersedianya bahan, kebutuhan ekonomi, daya kreativitas, dsb. Seseorang yang kreatif
akan selalu memanfaatkan segala sesuatu yang memungkinkan untuk dijadikan sebagai
benda yang berguna dalam kehidupan sehari-hari, contoh : pada zaman prasejarah, untuk
memperoleh binatang buruan diperlukan sebuat alat berburu sehingga muncullah ide atau
gagasan untuk membuat tombak atau anak panah sebagai alat untuk menangkap binatang,
contoh lain apabila terdapat sepotong kayu, maka akan muncul gagasan untuk membuat
suatu karya seni misalnya berupa topeng.
Keunikan gagasan berkarya seni rupa terapan Nusantara, yaitu dipengaruhi oleh
kreativitas penggagasnya, budaya setempat, bahan yang digunakan, alat dan teknik
pengerjaannya, fungsi atau kegunaan, serta keindahannya. Pada awalnya karya rupa
terapan (seni kriya) yang dihasilkan lebih menekankan fungsi praktisnya, tanpa
mempertimbangkan unsurunsurestetikanya.

4. Teknik dan Bahan Karya Seni Rupa Terapan


Teknik merupakan suatu cara yang digunakan di dalam membuat suatu karya
seni. Teknik berkarya seni rupa terapan sangat dipengaruhi oleh bahan dan alat yang
digunakan membuat karya seni. Teknik berkarya seni rupa terapan dapat juga
dipengaruhi oleh kreativitas seseorang dalam proses pengerjaan, sehingga terjadilah
keunikan teknik berkarya.
Ada beberapa teknik berkarya seni rupa terapan (seni kriya) yaitu:

1. Teknik Cor (Cetak Tuang)


Perkembangan zaman perunggu di Indonesia merupakan pengaruh dari
kebudayaan Dongson. Kebudayaan perunggu Dongson yang berasal dari Yunani
Indochina masuk ke Indonesia bersama datangnya bangsa Melayu-Muda, merekalah
yang yang memperkenalkan teknik pengecoran dan penuangan perunggu untuk
membuat bendabenda seni dan benda-benda pakai sehari-hari.
Teknik cetak seni kriya pada waktu itu ada dua macam, yaitu:
a. Teknik Tuang Sekali Pakai (A Cire Perdue)
Teknik ini adalah cara menuang cairan perunggu sekali pakai, cara ini
digunakan untuk membuat bentuk yang sulit dan rumit. Untuk teknik ini,
cetakan hanya dipakai sekali saja karena untuk mengeluarkan hasil cor harus
dilakukan dengan menghancurkan cetakan.
Cara kerjanya adalah sebagai berikut :
a. Pertama model dibuat dari tanah liat
b. Kedua model tersebut dilapisi dengan lilin tipis
c. Ketiga model tersebut dibungkus dengan tanah liat dengan diberi lubang
sedikit untuk mengeluarkan lilin dan untuk memasukan cairan perunggu
d. Keempat proses pembakaran untuk mengeluarkan lilin dari cetakan
e. Kelima pengecoran dengan cairan perunggu
f. Keenam pembukaan cetakan dengan cara merusak cetakan.
b. Teknik Tuang berulang (Bivalve)
Teknik ini digunakan untuk membuat benda perunggu yang bentuknya
sederhana dalam jumlah yang banyak. Bentuk cetakannya terdiri dari dua
keping dari bahan batu yang bisa disatukan dan dilepas, hal inilah yang
memungkinkan untuk mencetak benda dalam jumlah yang banyak dan dalam
bentuk yang sama.
2. Teknik Tempa
Teknik tempa digunakan untuk mengerjakan seni kriya dengan bahan logam
(perunggu, tembaga, kuningan, perak, dan emas. Teknik ini dilakukan dengan cara
memanaskan plat logam yang selanjutnya ditempa (dipukul) dengan hammer sambil
membentuk sesuai jenis benda yang dibuat, seperti keris, tombak, pisau, perhiasan,
dsb.

3. Teknik pahat/ukir/sungging
Teknik ini dilakukan dengan cara mengurangi atau membuang bagian-bagian
tertentu untuk memunculkan keindahan suatu bentuk. Teknik ini dapat dilakukan
pada bahan batu, kayu dan termasuk juga kulit dengan menerapkan bentuk-bentuk
motif hias.
Teknik pahatan atau ukir menghasilkan karya seperti topeng, relief bagunan
candi, ukiran pada pintu rumah, pahatan atau ukiran pada benda-benda furniture.
Teknik sungging menghasilkan seni kriya berupa wayang kulit.

4. Teknik Batik
Seni kriya batik telah lama dikenal di wilayah nusantara. Batik merupakan karya
seni kriya berupa motif hias pada permukaan kain. Seni batik, hampir di seluruh
wilayah Indonesia memiliki kesamaan dari cara dan teknik pembuatannya. Hal yang
membedakan terletak pada motif ragam hias dan corak warna yang digunakan.
a. Media (alat dan bahan) yang digunakan membuat batik, yaitu :
1) Kain mori yang halus warna putih;
2) Malam (lilin atau parafin);
3) Kompor kecil;
4) Wajan kecil;
5) Canting;
6) Pewarna batik; dsb.
b. Teknik berkarya seni batik.
1) Teknik Tulis, menggunakan canting sebagai alat untuk membuat motif dengan
cara menulis atau menuangkan cairan malam sesuai dengan motif yang dikehendaki.
Selanjutnya mewarna dengan cara mencelupkan ke larutan warna.
Apabila kita menginginkan warna lain lagi, maka kain tadi setelah kering diberi
malam lagi lalu dicelup dengan warna yang lain. Proses pencelupan dimulai dari
warna yang paling muda ke warna yang lebih tua. Langkah berikutnya dilakukan
proses nglorot (melepas atau melarutkan lapisan malam dengan cara dicelupkan pada
air panas.
2) Teknik Cap, menerapkan cairan malam pada kain mori dengan menggunakan
cap seperti stempel yang telah berbentuk motif ragam hias batik.
3) Teknik cetak (sablon), penerapan motif ragam hias batik menggunakan teknik
sablon. Media sablon yang diperlukan antara lain: Screen (kain monyl atau kain kasa)
dengan ukuran kelembutan/kehalusan yang disebut dengan “T”
Gelatine/Selatine/Cromatine : pasta atau emulsi peka cahaya Rakel/SquegeePasta atau
Emulsi pigmen Pigmen warna, dsb.

Proses Sablon antara lain:


1) Pembuatan disain, desain dibuat pada kertas transparan (kalkir, plastic/mika,
lembaran kaca) yang tembus cahaya. Gambar desain harus menggunakan pigmen atau
tinta yang bersifat menutup seperti tinta Cina (tinta bak) yang pekat. Kalau
menginginkan warna lebih dari satu pada sebuah karya maka gambar desain dibuat
sejumlah warna yang diinginkan pada kertas transparan yang berbeda.
2) Proses Afdruk (klise), sebelum proses ini dilakukan terlebih dahulu screen
dilapisi dengan pasta peka cahaya seperti campuran gelatine, kalium bicromate dan
chromatine (bahan ini banyak terdapat di toko-toko yang menjual perlengkapan
sablon). Setelah dilapisi dengan rata kemudiandikeringkan. Apabila ingin
mengafdruk desain, maka tempelkan desain pada

tremescreen lalu ditutup dengan dengan kaca transparan. Pada bagian dalam

screen dilapisi dengan busa yang lebih tebal dari bingkai screen dan juga
dilapisi papan penahan. Selama melapisi screen sampai penempelan desain

harus dilakukan di ruangan yang gelap dengan lampu yang remang-remang

berwarna kuning atau merah.

Pada waktu penyinaran, yang terkena sinar akan mengeras dan yang tertutup

gambar desain atau tidak terkena sinar akan lunak. Setelah penyinaran terasa

cukup maka selanjutnya menyemprot screen dengan air panas. Lapisan pasta

yang tidak terkena sinar akan luntur dan pori-porinya akan terbuka sesuai

dengan desain yang diinginkan.

3) Proses Pencetakan, dalam mencetak sesuaikan dengan kebutuhan, apakah

screen yang disiapkan untuk pigmen yang berzat pengantar bersifat minyak

atau yang relevan dengan air. Untuk diterapkan pada kertas, kaca, papan, dan

sejenisnya biasanya pigmen yang berzat pengantar minyak, sedangkan untuk

sablon batik umumnya menggunakan kain, pigmen yang diperlukan berzat

pengantar relevan dengan air. Langkah mencetaknya adalah taruhlah cat

secukupnya pada bagian dalam tremescreen, tekan dan geser dengan rakel

agar cat tersebut tembus pada bidang di bawahnya atau pada bidang yang kita

inginkan.

5. Teknik Anyam

Teknik anyam diperlukan untuk mengolah bahan yang umumnya pipih dan tipis berupa

bilahan bambu, rotan, mending, ate, dll. Teknik ini merupakan teknik tumpang tindih
(selang-seling) bilahan lusi dan pakan untuk menampilkan bentuk dan motif anyaman.

Benda kriya yang dapat dihasilkan berupa keranjang, tikar, topi, keben, kipas, dsb.

6. Teknik Tenun

Penerapan teknik tenun pada prinsipnya mirip dengan teknik anyam. Perbedaannya

hanya terletak pada peralatan dan bahan yang diperlukan. Teknik anyam tidak

memerlukan alat bantuk khusus, cukup dengan keterampilan tangan secara manual.

Sedangkan pada teknik tenun memerlukan peralatan khusus menenun untuk merapatkan

lusi dan pakan dari bahan benang dengan cara dicagcag. Keindahan dari kriya tenun

sangat tergantung dari warna dan bentuk motif tenun. Kriya tenun yang dihasilkan

berupa kain ndek dan songket.

7. Teknik Butsir

Teknik butsir adalah teknik membentuk benda kriya dengan cara mengurangi atau

menambah bagian dari suatu bentuk dengan yang lunak atau plastis. Teknik ini biasanya

diperlukan untuk membentuk benda kriya dengan bahan tanah liat. Karya yang

dihasilkan umumnya disebut dengan gerabah, tembikar, atau keramik. Keramik

merupakan benda kriya dari tanah liat yang telah mengalami proses pembakaran dengan

media penggelasan (glasir). Glasir adalah lapisan yang mengkilap pada benda keramik.

Contoh benda keramik seperti cangkir, piring, mangkok, guci, teko, dsb.

8. Teknik lukis atau gambar


Teknik ini khusus untuk mengerjakan karya seni rupa terapan dalam bentuk disain.

Teknik lukis atau gambar dikerjakan pada permukaan bidang datar, umumnya pada

permukaan kertas. Alat gambar yang diperlukan seperti alat tulis (pensil, drawing pen,

rothring, dll.), mistar, dan warna.

D. Fungsi Seni Rupa Terapan Nusantara Berdasarkan Sosial Budaya

Seni merupakan bagian dari kehidupan manusia, sebagai kebutuhan jasmani dan rohani.

Secara umum fungsi seni rupa dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:

a. Seni Murni, yaitu seni yang lebih mementingkan nilai estetis yang berkaitan dengan

kebutuhan emosi/rohani. Contoh: lukisan, patung, dan seni kriya murni

b. Seni Terapan, yaitu seni yang memiliki nilai estetika dan lebih menekankan pada

fungsional secara fisik/jasmani. Contoh: furniture, kriya keramik, kriya batik, dsb.

Secara kuantitatif fungsi seni rupa dapat dikembangkan menjadi dua jenis, yaitu:

a. Fungsi individu, sebagai media ekspresi bagi senimannya dalam menyatakan atau

mengungkapkan jiwa dan perasaannya serta dapat berkomunikasi dengan orang lain.

b. Fungsi sosial budaya, sebagai sarana dalam kehidupan masyarakat. Fungsi ini dapat

dikelompokkan menjadi 4 jenis, yaitu:

a) Bidang rekreasi, sebagai hiburan atau media rekreasi. Contoh pameran lukisan dan
pameran karya seni kriya.

b) Bidang komunikasi, sebagai media komunikasi dalam bentuk pesan estetika dan

fungsional. Contoh karya lukisan, gambar poster, gambar reklame, dsb.

c) Bidang pendidikan, sebagai media untuk memudahkan dalam menerima informasi

pendidikan. Contoh: gambar poster, gambar ilustrasi, bentuk model/alat peraga, dsb.

d) Bidang keagamaan, sebagai sarana estetika dan religius pada tempat suci serta pada

lambang-lambang keagamaan. Contoh: hiasan/motif pada bangunan suci, tulisan

kaligrafi, sarana upacara dalam agama Hindu, dsb.

E. Kegiatan Mengidentifikasi Keunikan Gagasan dan Teknik dalam Karya Seni

Rupa Terapan Nusantara

Langkah-langkah dalam mengidentifikasi keunikan gagasan dan teknik seni rupa terapan

Nusantara, diantaranya:

1. Identifikasi dan tulis nama/judul dari karya seni rupa terapan yang sedang diamati.

2. Identifikasi dan tulis gagasan dari karya seni rupa terapan yang sedang diamati

berdasarkan bentuk, bahan, serta fungsi fungsi sosial budaya dari karya tersebut.

3. Identifikasi dan tulis teknik pengerjaan dari karya seni rupa terapan yang sedang diamati

berdasarkan bentuk, bahan, serta fungsi sosial budaya dari karya tersebut.

4. Identifikasi dan tulis klasifikasi/jenis dari karya seni rupa terapan yang sedang diamati
berdasarkan bentuk, bahan, serta fungsi sosial budaya dari karya tersebut.

Anda mungkin juga menyukai