Seni Rupa Terapan adalah suatu karya seni rupa yang diciptakan untuk tujuan
fungsional, yaitu sebagai alat atau perkakas dalam keperluan sehari-hari. Walaupun
demikian, seni rupa terapan tetap mempertimbangkan prinsip-prinsip estetis, sehingga
selain memiliki fungsi praktis juga memiliki keindahan yang dapat dinikmati secara
visual.
Ditinjau dari segi bentuknya seni rupa terapan dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu;
a. Seni rupa dua dimensi (dwimatra) adalah karya seni rupa yang memiliki ukuran
panjang dan lebar serta dapat dinikmati dari arah depan saja, seperti seni rupa murni
(lukisan, benda kriya, relief) dan seni rupa terapan (disain, gambar ilustrasi, gambar
reklame, benda kriya).
b. Seni rupa tiga dimensi (trimatra) adalah karya seni rupa yang memiliki ukuran
pajang, lebar, dan ketebalan, serta dapat dinikmati dari berbagai arah, seperti seni
rupa murni (patung) dan seni rupa terapan (benda kriya, dan dekorasi).
Seni rupa terapan meliputi seni kriya dan disain. Seni kriya adalah seni yang cara
pengerjaannya menekankan pada keterampilan tangan, sering juga disebut dengan
kerajinan tangan. Seni kriya yang berkembang di wilayah nusantara merupakan warisan
seni budaya bangsa dengan kebhinekaannya. Nusantara kaya akan ragam hias dengan
berbagai aneka variasi motif yang diterapkan dalam pembuatan seni kriya, seperti seni
batik, relief/ukir, keramik, furniture, anyaman, tenus, dsb.
Adapun daerah-daerah yang terkenal dengan pusat-pusat kerajinan yang
menghasilkan karya seni kriya dengan nilai estetika tradisional, seperti Sumedang
terkenal dengan wayang golek, Jepara terkenal dengan seni ukir kayu, Kota Gede
terkenal dengan kerajinan perak, Kasongan dengan kerajinan gerabah tempel, Pekalongan
dengan karya batiknya, Bali hampir dengan semua jenis kerajinan, Sumba dengan seni
tenun, Asmat dengan kerajinan patung kayu, dan masih banyak daerah lainnya.
3. Teknik pahat/ukir/sungging
Teknik ini dilakukan dengan cara mengurangi atau membuang bagian-bagian
tertentu untuk memunculkan keindahan suatu bentuk. Teknik ini dapat dilakukan
pada bahan batu, kayu dan termasuk juga kulit dengan menerapkan bentuk-bentuk
motif hias.
Teknik pahatan atau ukir menghasilkan karya seperti topeng, relief bagunan
candi, ukiran pada pintu rumah, pahatan atau ukiran pada benda-benda furniture.
Teknik sungging menghasilkan seni kriya berupa wayang kulit.
4. Teknik Batik
Seni kriya batik telah lama dikenal di wilayah nusantara. Batik merupakan karya
seni kriya berupa motif hias pada permukaan kain. Seni batik, hampir di seluruh
wilayah Indonesia memiliki kesamaan dari cara dan teknik pembuatannya. Hal yang
membedakan terletak pada motif ragam hias dan corak warna yang digunakan.
a. Media (alat dan bahan) yang digunakan membuat batik, yaitu :
1) Kain mori yang halus warna putih;
2) Malam (lilin atau parafin);
3) Kompor kecil;
4) Wajan kecil;
5) Canting;
6) Pewarna batik; dsb.
b. Teknik berkarya seni batik.
1) Teknik Tulis, menggunakan canting sebagai alat untuk membuat motif dengan
cara menulis atau menuangkan cairan malam sesuai dengan motif yang dikehendaki.
Selanjutnya mewarna dengan cara mencelupkan ke larutan warna.
Apabila kita menginginkan warna lain lagi, maka kain tadi setelah kering diberi
malam lagi lalu dicelup dengan warna yang lain. Proses pencelupan dimulai dari
warna yang paling muda ke warna yang lebih tua. Langkah berikutnya dilakukan
proses nglorot (melepas atau melarutkan lapisan malam dengan cara dicelupkan pada
air panas.
2) Teknik Cap, menerapkan cairan malam pada kain mori dengan menggunakan
cap seperti stempel yang telah berbentuk motif ragam hias batik.
3) Teknik cetak (sablon), penerapan motif ragam hias batik menggunakan teknik
sablon. Media sablon yang diperlukan antara lain: Screen (kain monyl atau kain kasa)
dengan ukuran kelembutan/kehalusan yang disebut dengan “T”
Gelatine/Selatine/Cromatine : pasta atau emulsi peka cahaya Rakel/SquegeePasta atau
Emulsi pigmen Pigmen warna, dsb.
tremescreen lalu ditutup dengan dengan kaca transparan. Pada bagian dalam
screen dilapisi dengan busa yang lebih tebal dari bingkai screen dan juga
dilapisi papan penahan. Selama melapisi screen sampai penempelan desain
Pada waktu penyinaran, yang terkena sinar akan mengeras dan yang tertutup
gambar desain atau tidak terkena sinar akan lunak. Setelah penyinaran terasa
cukup maka selanjutnya menyemprot screen dengan air panas. Lapisan pasta
yang tidak terkena sinar akan luntur dan pori-porinya akan terbuka sesuai
screen yang disiapkan untuk pigmen yang berzat pengantar bersifat minyak
atau yang relevan dengan air. Untuk diterapkan pada kertas, kaca, papan, dan
secukupnya pada bagian dalam tremescreen, tekan dan geser dengan rakel
agar cat tersebut tembus pada bidang di bawahnya atau pada bidang yang kita
inginkan.
5. Teknik Anyam
Teknik anyam diperlukan untuk mengolah bahan yang umumnya pipih dan tipis berupa
bilahan bambu, rotan, mending, ate, dll. Teknik ini merupakan teknik tumpang tindih
(selang-seling) bilahan lusi dan pakan untuk menampilkan bentuk dan motif anyaman.
Benda kriya yang dapat dihasilkan berupa keranjang, tikar, topi, keben, kipas, dsb.
6. Teknik Tenun
Penerapan teknik tenun pada prinsipnya mirip dengan teknik anyam. Perbedaannya
hanya terletak pada peralatan dan bahan yang diperlukan. Teknik anyam tidak
memerlukan alat bantuk khusus, cukup dengan keterampilan tangan secara manual.
Sedangkan pada teknik tenun memerlukan peralatan khusus menenun untuk merapatkan
lusi dan pakan dari bahan benang dengan cara dicagcag. Keindahan dari kriya tenun
sangat tergantung dari warna dan bentuk motif tenun. Kriya tenun yang dihasilkan
7. Teknik Butsir
Teknik butsir adalah teknik membentuk benda kriya dengan cara mengurangi atau
menambah bagian dari suatu bentuk dengan yang lunak atau plastis. Teknik ini biasanya
diperlukan untuk membentuk benda kriya dengan bahan tanah liat. Karya yang
merupakan benda kriya dari tanah liat yang telah mengalami proses pembakaran dengan
media penggelasan (glasir). Glasir adalah lapisan yang mengkilap pada benda keramik.
Contoh benda keramik seperti cangkir, piring, mangkok, guci, teko, dsb.
Teknik lukis atau gambar dikerjakan pada permukaan bidang datar, umumnya pada
permukaan kertas. Alat gambar yang diperlukan seperti alat tulis (pensil, drawing pen,
Seni merupakan bagian dari kehidupan manusia, sebagai kebutuhan jasmani dan rohani.
Secara umum fungsi seni rupa dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
a. Seni Murni, yaitu seni yang lebih mementingkan nilai estetis yang berkaitan dengan
b. Seni Terapan, yaitu seni yang memiliki nilai estetika dan lebih menekankan pada
fungsional secara fisik/jasmani. Contoh: furniture, kriya keramik, kriya batik, dsb.
Secara kuantitatif fungsi seni rupa dapat dikembangkan menjadi dua jenis, yaitu:
a. Fungsi individu, sebagai media ekspresi bagi senimannya dalam menyatakan atau
mengungkapkan jiwa dan perasaannya serta dapat berkomunikasi dengan orang lain.
b. Fungsi sosial budaya, sebagai sarana dalam kehidupan masyarakat. Fungsi ini dapat
a) Bidang rekreasi, sebagai hiburan atau media rekreasi. Contoh pameran lukisan dan
pameran karya seni kriya.
b) Bidang komunikasi, sebagai media komunikasi dalam bentuk pesan estetika dan
pendidikan. Contoh: gambar poster, gambar ilustrasi, bentuk model/alat peraga, dsb.
d) Bidang keagamaan, sebagai sarana estetika dan religius pada tempat suci serta pada
Langkah-langkah dalam mengidentifikasi keunikan gagasan dan teknik seni rupa terapan
Nusantara, diantaranya:
1. Identifikasi dan tulis nama/judul dari karya seni rupa terapan yang sedang diamati.
2. Identifikasi dan tulis gagasan dari karya seni rupa terapan yang sedang diamati
berdasarkan bentuk, bahan, serta fungsi fungsi sosial budaya dari karya tersebut.
3. Identifikasi dan tulis teknik pengerjaan dari karya seni rupa terapan yang sedang diamati
berdasarkan bentuk, bahan, serta fungsi sosial budaya dari karya tersebut.
4. Identifikasi dan tulis klasifikasi/jenis dari karya seni rupa terapan yang sedang diamati
berdasarkan bentuk, bahan, serta fungsi sosial budaya dari karya tersebut.