Anda di halaman 1dari 7

KEUNIKAN GAGASAN, TEKNIK, DAN

BAHAN DALAM KARYA SENI RUPA


TERAPAN NUSANTARA
4

Pengertian Seni Rupa Terapan adalah suatu karya seni rupa yang
diciptakan untuk tujuan fungsional, yaitu sebagai alat atau perkakas dalam
keperluan sehari-hari. Walaupun demikian, seni rupa terapan tetap
mempertimbangkan prinsip-prinsip estetis, sehingga selain memiliki fungsi
praktis juga memiliki keindahan yang dapat dinikmati secara visual. Ditinjau
dari segi bentuknya seni rupa terapan dikelompokkan menjadi dua bagian,
yaitu:
1.
Seni rupa dua dimensi (dwimatra) adalah karya seni rupa yang memiliki
ukuran panjang dan lebar serta dapat dinikmati dari arah depan saja, seperti
seni rupa murni (lukisan, benda kriya, relief) dan seni rupa terapan (disain,
gambar ilustrasi, gambar reklame, benda kriya).
2.
Seni rupa tiga dimensi (trimatra) adalah karya seni rupa yang memiliki
ukuran pajang, lebar, dan ketebalan, serta dapat dinikmati dari berbagai
arah, seperti seni rupa murni (patung) dan seni rupa terapan (benda kriya,
dan dekorasi).
Berdasarkan pengelompokkan tersebut, maka seni rupa terapan memiliki
bentuk atau ukuran dua dimensi dan tiga dimensi. Selanjutnya, untuk
memudahkan dalam mengidentifikasi keunikan gagasan dan teknik dalam
karya seni rupa terapan nusantara, pelajari pengetahuan dasar tentang seni
rupa terapan nusantara berikut ini.
A.

Perkembangan Seni Rupa Terapan Nusantara


Seni rupa terapan meliputi seni kriya dan disain. Seni kriya adalah seni
yang cara pengerjaannya menekankan pada keterampilan tangan, sering
juga disebut dengan kerajinan tangan. Seni kriya yang berkembang di
wilayah nusantara merupakan warisan seni budaya bangsa dengan
kebhinekaannya. Nusantara kaya akan ragam hias dengan berbagai aneka
variasi motif yang diterapkan dalam pembuatan seni kriya, seperti seni batik,
relief/ukir, keramik, furniture, anyaman, tenus, dsb.

Sejak zaman prasejarah aktivitas manusia untuk mempertahankan


kelangsungan hidupnya memerlukan perkakas atau alat, itu sebabnya karya
seni kriya pertama bisa ditemukan pada zaman budaya batu tua
(palaeolitikum). Zaman budaya batu tua merupakan bentuk kebudayaan
tertua di nusantara dengan sisa peninggalan berupa chopper (Pacitan),
flakes
(Ngandong),
dan
peralatan
dari
tulang
(Ngandong
dan
Sidorejo).Zaman budaya batu tengah (mesolitikum) ditemukan berbagai
perkakas/peralatan berupa kapak batu dan peralatan dari tulang. Zaman
budaya batu muda (neolitkum), benda-benda budaya yang ditemukan
berupa kapak persegi, kapak lonjong, tembikar, dan berbagai manik-manik
(perhiasan). Perkembangan budaya berikutnya terjadi sekitar 500 SM yang
disebut dengan zaman logam, peninggalan budaya yang ditemukan, seperti
kapak corong, candrasa, nekara, moko, topeng emas, dan bejana.
Seni budaya nusantara mengalami perkembangan sangat pesat sesuai
dengan tuntutan zaman. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
manusia semakin menunjukkan keterampilan dan kreativitasnya dalam
mengembangkan warisan seni budaya nusantara baik yang bercorak
tradisional dengan mempertahankan pakem daerah setempat maupun corak
modern dengan berbagai variasi untuk memenuhi tuntutan pasar. Karyakarya seni kriya tersebut sangat mudah kita temukan di daerah-daerah
terutama daerah-daerah kawasan wisata. Adapun daerah-daerah yang
terkenal dengan pusat-pusat kerajinan yang menghasilkan karya seni kriya
dengan nilai estetika tradisional, seperti Sumedang terkenal dengan wayang
golek, Jepara terkenal dengan seni ukir kayu, Kota Gede terkenal dengan
kerajinan perak, Kasongan dengan kerajinan gerabah tempel, Pekalongan
dengan karya batiknya, Bali hampir dengan semua jenis kerajinan, Sumba
dengan seni tenun, Asmat dengan kerajinan patung kayu, dan masih banyak
daerah lainnya.
Desain adalah gambar rancangan yang menjadi dasar dalam pembuatan
suatu karya, seperti misalnya gambar rancangan busana, gambar konstruksi
bangunan, disain iklan, disain ilustrasi, disain poster, dsb.
B.

Keunikan Gagasan Karya Seni Rupa Terapan


Gagasan/ide di dalam seni rupa merupakan buah pikiran untuk
menciptakan suatu karya seni rupa. Gagasan untuk membuat suatu
karya akan tercetus dapat disebabkan seperti misalnya karena perlu akan
suatu alat bantu dalam kehidupan sehari-hari, tersedianya bahan, kebutuhan
ekonomi, daya kreativitas, dsb. Seseorang yang kreatif akan selalu
memanfaatkan segala sesuatu yang memungkinkan untuk dijadikan sebagai
benda yang berguna dalam kehidupan sehari-hari, contoh : pada zaman
prasejarah, untuk memperoleh binatang buruan diperlukan sebuat alat
berburu sehingga muncullah ide atau gagasan untuk membuat tombak atau
anak panah sebagai alat untuk menangkap binatang, contoh lain apabila
terdapat sepotong kayu, maka akan muncul gagasan untuk membuat suatu
karya seni misalnya berupa topeng.

Keunikan gagasan berkarya seni rupa terapan Nusantara, yaitu


dipengaruhi oleh kreativitas penggagasnya, budaya setempat, bahan yang
digunakan, alat dan teknik pengerjaannya, fungsi atau kegunaan, serta
keindahannya. Pada awalnya karya rupa terapan (seni kriya) yang dihasilkan
lebih menekankan fungsi praktisnya, tanpa mempertimbangkan unsur-unsur
estetikanya. Penggunaan ragam hias mulai nampak pada zaman budaya
logam yang disebabkan terjadinya pergeseran fungsi, misalnya kapak corong
dan candrasa digunakan sebagai upacara ritual adat sehingga dilengkapi
dengan motif hias yang unik. Nekara (gendering) yang berfungsi sebagai alat
tetabuhan pada upacara ritual dengan motif hias seperti motif tumbuhan,
burung merak, gajah, katak, dan motif geometris.
Keunikan gagasan juga nampak pada ragam hias yang merupakan
perpaduan ragam hias nusantara dengan pengaruh ragam hias dari budaya
asing. Hal ini dapat ditemukan pada peralatan rumah tangga pada zaman
Hindu-Budha yang dihiasi ornament-ornamen berupa stilasi flora (daun,
buah, bunga dari tumbuhan) dan fauna (kala, naga) dalam bentuk yang
bervariasi. Selain keunikan tersebut, masing-masing daerah di wilayah
nusantara juga menunjukkan kekhasan motif hias daerah masing-masing.
C.

Teknik dan Bahan Karya Seni Rupa Terapan


Teknik merupakan suatu cara yang digunakan di dalam membuat suatu
karya seni. Teknik berkarya seni rupa terapan sangat dipengaruhi oleh bahan
dan alat yang digunakan membuat karya seni. Teknik berkarya seni rupa
terapan dapat juga dipengaruhi oleh kreativitas seseorang dalam proses
pengerjaan, sehingga terjadilah keunikan teknik berkarya.
Seni Kriya dapat dikerjakan dengan berbagai teknik tergantung dari
bahan dan alat serta kreativitas pembuat atau pengerajinnya. Ada beberapa
teknik berkarya seni rupa terapan (seni kriya) yaitu:
1)
Teknik Cor (Cetak Tuang)
Perkembangan zaman perunggu di Indonesia merupakan pengaruh dari
kebudayaan Dongson. Kebudayaan perunggu Dongson yang berasal dari
Yunani Indochina masuk ke Indonesia bersama datangnya bangsa MelayuMuda, merekalah yang memperkenalkan teknik pengecoran dan penuangan
perunggu untuk membuat bendabenda seni dan benda-benda pakai seharihari. Teknik cetak seni kriya pada waktu itu ada dua macam, yaitu:

Teknik Tuang Sekali Pakai (A Cire Perdue)


Teknik ini adalah cara menuang cairan perunggu sekali pakai, cara ini
digunakan untuk membuat bentuk yang sulit dan rumit. Untuk teknik ini,
cetakan hanya dipakai sekali saja karena untuk mengeluarkan hasil cor harus
dilakukan
dengan
menghancurkan
cetakan. Cara
kerjanya
adalah
sebagai berikut :
Pertama model dibuat dari tanah liat
Kedua model tersebut dilapisi dengan lilin tipis
Ketiga model tersebut dibungkus dengan tanah liat dengan diberi
lubang sedikit untuk mengeluarkan lilin dan untuk memasukan cairan
perunggu

2)

3)

4)

a.

b.
-

Keempat proses pembakaran untuk mengeluarkan lilin dari cetakan


Kelima pengecoran dengan cairan perunggu
Keenam pembukaan cetakan dengan cara merusak cetakan.
Teknik Tuang berulang (Bivalve)
Teknik ini digunakan untuk membuat benda perunggu yang bentuknya
sederhana dalam jumlah yang banyak. Bentuk cetakannya terdiri dari dua
keping dari bahan batu yang bisa disatukan dan dilepas, hal inilah yang
memungkinkan untuk mencetak benda dalam jumlah yang banyak dan
dalam bentuk yang sama.
Teknik Tempa
Teknik tempa digunakan untuk mengerjakan seni kriya dengan bahan
logam (perunggu, tembaga, kuningan, perak, dan emas. Teknik ini dilakukan
dengan cara memanaskan plat logam yang selanjutnya ditempa (dipukul)
dengan hammer sambil membentuk sesuai jenis benda yang dibuat, seperti
keris, tombak, pisau, perhiasan, dsb.
Teknik pahat/ukir/sungging
Teknik ini dilakukan dengan cara mengurangi atau membuang bagianbagian tertentu untuk memunculkan keindahan suatu bentuk. Teknik ini
dapat dilakukan pada bahan batu, kayu dan termasuk juga kulit dengan
menerapkan bentuk-bentuk motif hias. Teknik pahatan atau ukir
menghasilkan karya seperti topeng, relief bagunan candi, ukiran pada pintu
rumah, pahatan atau ukiran pada benda-benda furniture. Teknik sungging
menghasilkan seni kriya berupa wayang kulit.
Teknik Batik
Seni kriya batik telah lama dikenal di wilayah nusantara. Batik
merupakan karya seni kriya berupa motif hias pada permukaan kain. Seni
batik, hampir di seluruh wilayah Indonesia memiliki kesamaan dari caradan
teknik pembuatannya. Hal yang membedakan terletak pada motif ragam
hias dan corak warna yang digunakan.
Media (alat dan bahan) yang digunakan membuat batik, yaitu :
Kain mori yang halus warna putih;
Malam (lilin atau parafin);
Kompor kecil;
Wajan kecil;
Canting;
Pewarna batik; dsb.
Teknik berkarya seni batik.
Teknik Tulis, menggunakan canting sebagai alat untuk membuat motif
dengan cara menulis atau menuangkan cairan malam sesuai dengan motif
yang dikehendaki. Selanjutnya mewarna dengan caramencelupkan ke
larutan warna. Apabila kita menginginkan warna lain lagi, maka kain tadi
setelah kering diberi malam lagi lalu dicelup dengan warna yang lain. Proses
pencelupan dimulai dari warna yang paling muda ke warna yang lebih tua.
Langkah berikutnya dilakukan proses nglorot (melepas atau melarutkan
lapisan malam dengan cara dicelupkan pada air panas.

Teknik Cap, menerapkan cairan malam pada kain mori dengan


menggunakan cap seperti stempel yang telah berbentuk motif ragam hias
batik.
Teknik cetak (sablon), penerapan motif ragam hias batik menggunakan
teknik sablon. Media sablon yang diperlukan antara lain:
Screen
(kain
monyl
atau
kain
kasa)
dengan
ukuran
kelembutan/kehalusan yang disebut dengan T
Gelatine/Selatine/Cromatine : pasta atau emulsi peka cahaya
Rakel/SquegeePasta atau Emulsi pigmen
Pigmen warna, dsb.
Proses Sablon antara lain:

Pembuatan disain, desain dibuat pada kertas transparan (kalkir,


plastic/mika, lembaran kaca) yang tembus cahaya. Gambar desain harus
menggunakan pigmen atau tinta yang bersifat menutup seperti tinta Cina
(tinta bak) yang pekat. Kalau menginginkan warna lebih dari satu pada
sebuah karya maka gambar desain dibuat sejumlah warna yang diinginkan
pada kertas transparan yang berbeda.

Proses Afdruk (klise), sebelum proses ini dilakukan terlebih dahulu screen
dilapisi dengan pasta peka cahaya seperti campuran gelatine, kalium
bicromate dan chromatine (bahan ini banyak terdapat di toko-toko yang
menjual perlengkapan sablon). Setelah dilapisi dengan rata kemudian
dikeringkan. Apabila ingin mengafdruk desain, maka tempelkan desain pada
tremescreen lalu ditutup dengan dengan kaca transparan. Pada bagian
dalam screen dilapisi dengan busa yang lebih tebal dari bingkai screen dan
juga dilapisi papan penahan. Selama melapisi screen sampai penempelan
desain harus dilakukan di ruangan yang gelap dengan lampu yang remangremang berwarna kuning atau merah. Pada waktu penyinaran, yang terkena
sinar akan mengeras dan yang tertutup gambar desain atau tidak terkena
sinar akan lunak. Setelah penyinaran terasa cukup maka selanjutnya
menyemprot screen dengan air panas. Lapisan pasta yang tidak terkena
sinar akan luntur dan pori-porinya akan terbuka sesuai dengan desain yang
diinginkan.

Proses Pencetakan, dalam mencetak sesuaikan dengan kebutuhan,


apakah screen yang disiapkan untuk pigmen yang berzat pengantar bersifat
minyak atau yang relevan dengan air. Untuk diterapkan pada kertas, kaca,
papan, dan sejenisnya biasanya pigmen yang berzat pengantar minyak,
sedangkan untuk sablon batik umumnya menggunakan kain, pigmen yang
diperlukan berzat pengantar relevan dengan air. Langkah mencetaknya
adalah taruhlah cat secukupnya pada bagian dalam tremescreen, tekan dan
geser dengan rakel agar cat tersebut tembus pada bidang di bawahnya atau
pada bidang yang kita inginkan.
5)
Teknik Anyam
Teknik anyam diperlukan untuk mengolah bahan yang umumnya pipih
dan tipis berupa bilahan bambu, rotan, mending, ate, dll. Teknik ini
merupakan teknik tumpang tindih (selang-seling) bilahan lusi dan pakan

untuk menampilkan bentuk dan motif anyaman. Benda kriya yang dapat
dihasilkan berupa keranjang, tikar, topi, keben, kipas, dsb.
6)
Teknik Tenun
Penerapan teknik tenun pada prinsipnya mirip dengan teknik
anyam. Perbedaannya hanya terletak pada peralatan dan bahan yang
diperlukan. Teknik anyam tidak memerlukan alat bantuk khusus, cukup
dengan keterampilan tangan secara manual. Sedangkan pada teknik tenun
memerlukan peralatan khusus menenun untuk merapatkan lusi dan pakan
dari bahan benang dengan cara dicagcag. Keindahan dari kriya tenun sangat
tergantung dari warna dan bentuk motif tenun. Kriya tenun yang dihasilkan
berupa kain ndek dan songket.
7)
Teknik Butsir
Teknik
butsir
adalah
teknik
membentuk
benda
kriya
dengan cara mengurangi atau menambah bagian dari suatu bentuk dengan
yang lunak atau plastis. Teknik ini biasanya diperlukan untuk membentuk
benda kriya dengan bahan tanah liat. Karya yang dihasilkan umumnya
disebut dengan gerabah, tembikar, atau keramik. Keramik merupakan benda
kriya dari tanah liat yang telah mengalami proses pembakaran dengan
media penggelasan (glasir). Glasir adalah lapisan yang mengkilap pada
benda keramik. Contoh benda keramik seperti cangkir, piring, mangkok,
guci, teko, dsb.
8)
Teknik lukis atau gambar
Teknik ini khusus untuk mengerjakan karya seni rupa terapan dalam
bentuk disain. Teknik lukis atau gambar dikerjakan pada permukaan bidang
datar, umumnya pada permukaan kertas. Alat gambar yang diperlukan
seperti alat tulis (pensil, drawing pen, rothring, dll.), mistar, dan warna.
D.

1.
2.

a.
b.
-

Fungsi Seni Rupa Terapan Nusantara Berdasarkan Sosial Budaya


Seni merupakan bagian dari kehidupan manusia, sebagai kebutuhan
jasmani dan rohani. Secara umum fungsi seni rupa dapat dibedakan menjadi
dua jenis, yaitu:
Seni Murni, yaitu seni yang lebih mementingkan nilai estetis yang
berkaitan dengan kebutuhan emosi/rohani. Contoh: lukisan, patung, dan seni
kriya murni.
Seni Terapan, yaitu seni yang memiliki nilai estetika dan lebih
menekankan pada fungsional secara fisik/jasmani. Contoh: furniture, kriya
keramik, kriya batik, dsb. Secara kuantitatif fungsi seni rupa dapat
dikembangkan menjadi dua jenis, yaitu:
Fungsi individu, sebagai media ekspresi bagi senimannya dalam
menyatakan atau mengungkapkan jiwa dan perasaannya serta dapat
berkomunikasi dengan orang lain.
Fungsi sosial budaya, sebagai sarana dalam kehidupan masyarakat.
Fungsi ini dapat dikelompokkan menjadi 4 jenis, yaitu:
Bidang rekreasi, sebagai hiburan atau media rekreasi. Contoh pameran
lukisan dan pameran karya seni kriya.

Bidang komunikasi, sebagai media komunikasi dalam bentuk pesan


estetika dan fungsional. Contoh karya lukisan, gambar poster, gambar
reklame, dsb.
Bidang pendidikan, sebagai media untuk memudahkan dalam menerima
informasi pendidikan. Contoh: gambar poster, gambar ilustrasi, bentuk
model/alat peraga, dsb.
Bidang keagamaan, sebagai sarana estetika dan religius pada tempat
suci serta pada lambang-lambang keagamaan. Contoh: hiasan/motif pada
bangunan suci, tulisan kaligrafi, sarana upacara dalam agama Hindu, dsb.

E.

Kegiatan Mengidentifikasi Keunikan Gagasan dan Teknik dalam Karya Seni


Rupa Terapan Nusantara
Langkah-langkah dalam mengidentifikasi keunikan gagasan dan teknik
seni rupa terapan Nusantara, diantaranya:
1.
Identifikasi dan tulis nama/judul dari karya seni rupa terapan yang
sedang diamati.
2.
Identifikasi dan tulis gagasan dari karya seni rupa terapan yang sedang
diamati berdasarkan bentuk, bahan, serta fungsi fungsi sosial budaya dari
karya tersebut.
3.
Identifikasi dan tulis teknik pengerjaan dari karya seni rupa terapan yang
sedang diamati berdasarkan bentuk, bahan, serta fungsi sosial budaya dari
karya tersebut.
4.

Identifikasi dan tulis klasifikasi/jenis dari karya seni rupa terapan yang
sedang diamati berdasarkan bentuk, bahan, serta fungsi sosial budaya dari
karya tersebut.

Anda mungkin juga menyukai