NO : 21
KELAS : X KI 1
Apresiasi adalah sikap kepekaan dalam mengenal dalam menghargai, mengagumi,
dan menilai sebuah karya seni. Apresiasi pasif tumbuh seiring dengan pembiasaan yang
sifatnya pasif sampai pada tahap menilai, mulai dari mengamati gambar atau reproduksi
karya seni rupa di buku hingga menghadiri pameran karya seni rupa. Apresiasi aktif yaitu
apresiasi pasif yang disertai pembuatan karya.
Karya seni rupa terapan yang terdapat di Nusantara sangat beragam dengan aneka
jenis, bentuk, fungsi, dan teknik pembuatannya. Karya Seni rupa terapan Nusantara tersebut
dengan segenap keunikan gagasannya patut mendapatkan apresiasi, baik secara aktif
maupun pasif. Gagasan (ide kreatif) tersebut merupakan awal proses penciptaan karya seni,
termasuk karya seni rupa terapan Nusantara yang diciptakan berdasarkan nilai guna tanpa
mengesampingkan nilai seni.
Jika diperhatikan secara seksama dapat disimpulkan bahwa Hasil karya seni rupa
terapan setiap daerah itu berbeda-beda dimana masing-masing daerah memiliki keunikan
atau kekhasan tersendiri, baik dalam teknik maupun ketersediaan bahan yang ada di
sekitarnya. Dalam mengapresiasikan karya seni harus mengetahui hal-hal berikut.
Ada beberapa teknik pembuatan benda-benda kriya yang disesuaikan dengan bahan.
Alat dan cara yang digunakan antara lain cor atau tuang, mengukir, membatik, menganyam,
menenun, dan membentuk.
Teknik bivalve disebut juga teknik menuang berulang kali karena menggunakan dua keeping
cetakan terbuat
dari batu dan dapat dipakai berulang kali sesuai dengan kebutuhan (bi berarti dua danva lve
berarti kepingan). Teknik ini digunakan untuk mencetak benda-benda yang sederhana baik
bentuk maupun hiasannya.
Teknik a cire perdue dibuat untuk membuat benda perunggu yang bentuk dan
hiasannya lebih rumit, seperti arca dan patung perunggu. Teknik ini diawali dengan
membuat model dari tanah liat, selanjutnya dilapisi lilin, lalu ditutup lagi dengan tanah liat,
kemudian dibakar untuk mengeluarkan lilin sehingga terjadilah rongga, sehingga perunggu
dapat dituang ke dalamnya. Setelah dingin cetakan tanah liat dapat dipecah sehingga
diperoleh benda perunggu yang diinginkan.
Disamping teknik cor ada juga teknik menempa yang bahan-bahannya berasal dari
perunggu, tembaga, kuningan, perak, dan emas. Bahan tersebut dapat dibuat menjadi
benda-benda seni kerajinan, seperti keris, piring, teko, dan tempat lilin. Saat ini banyak
terdapat sentra-sentra kerajinan cor logam seperti kerajinan perak. Tempat-tempat terkenal
itu antara lain kerajinan perak di Kota Gede Yogyakarta dan kerajinan kuningan yang
terdapat di Juwana dan Mojokerto.
2. Teknik Ukir
Alam Nusantara dengan hutan tropisnya yang kaya menjadi penghasil kayu yang
bisa dipakai sebagai bahan dasar seni ukir kayu. Mengukir adalah kegiatan menggores,
memahat, dan menoreh pola pada permukaan benda yang diukir.
Di Indonesia, karya ukir sudah dikenal sejak zaman batu muda. Pada masa itu banyak
peralatan yang dibuat dari batu seperti perkakas rumah tangga dan benda-benda dari
gerabah atau kayu. Benda- benda itu diberi ukiran bermotif geometris, seperti tumpal,
lingkaran, garis, swastika, zig zag, dan segitiga. Umumnya ukiran tersebut selain sebagai
hiasan juga mengandung makna simbolis dan religius.
Dilihat dari jenisnya, ada beberapa jenis ukiran antara lain ukiran tembus (krawangan),
ukiran rendah, Ukiran tinggi (timbul), dan ukiran utuh. Karya seni ukir memiliki macam-
macam fungsi antara lain:
Fungsi hias, yaitu ukiran yang dibuat semata-mata sebagai hiasan dan tidak memiliki makna
tertentu.
Fungsi magis, yaitu ukiran yang mengandung simbol-simbol tertentu dan berfungsi sebagai
benda magis berkaitan dengan kepercayaan dan spiritual.
Fungsi simbolik, yaitu ukiran tradisional yang selain sebagai hiasan juga berfungsi
menyimbolkan hal tertentu yang berhubungan dengan spiritual.
Fungsi konstruksi, yaitu ukiran yang selain sebagai hiasan juga berfungsi sebagai
pendukung sebuah bangunan. Fungsi ekonomis, yaitu ukiran yang berfungsi untuk
menambah nilai jual suatu benda.
3. Teknik membatik
Kerajinan batik telah dikenal lama di Nusantara. Akan tetapi kemunculannya belum diketahui
secara pasti. Batik merupakan karya seni rupa yang umumnya berupa gambar pada kain.
Proses pembuatannya adalah dengan cara menambahkan lapisan malam dan kemudian
diproses dengan cara tertentu atau melalui beberapa tahapan pewarnaan dan tahapng lo
rod yaitu penghilangan malam.
Sesuai dengan perkembangan zaman, saat ini dikenal beberapa teknik membatik antara lain
sebagai berikut:
Batik celup ikat, adalah pembuatan batik tanpa menggunakan malam sebagaia bahan
penghalang, akan tetapi menggunakan tali untuk menghalangi masuknya warna ke dalam
serat kain. Membatik dengan proses ini disebut batik jumputan.
Batik tulis adalah batik yang dibuat melalui cara memberikan malam dengan menggunakan
canting pada motif yang telah digambar pada kain
Batik cap, adalah batik yang dibuat menggunakan alat cap (stempel yang umumnya terbuat
dari tembaga) sebagai alat untuk membuat motif sehingga kain tidak perlu digambar terlebih
dahulu.
Batik lukis, adalah batik yang dibuat dengan cara melukis. Pada teknik ini seniman bebas
menggunakan alat untuk mendapatkan efek-efek tertentu.
Batik modern, adalah batik yang cara pembuatannya bebas, tidak terikat oleh aturan teknik
yang ada. Hal tersebut termasuk pemilihan motif dan warna, oleh karena itu pada hasil
akhirnya tidak ada motif, bentuk, komposisi, dan pewarnaan yang sama di setiap produknya.
Batik printing, adalah kain yang motifnya seperti batik. Proses pembuatan batik ini tidak
menggunakan teknik batik, tetapi dengan teknik sablon (screen printing). Jenis kain ini
banyak dipakai untuk kain seragam sekolah.
4. Teknik Anyam
Benda-benda kebutuhan hidup sehari-hari, seperti keranjang, tikar, topi dan lain-lain dibuat
dengan teknik anyam. Bahan baku yang digunakan untuk membuat benda-benda anyaman
ini berasal dari berbagai tumbuhan yang diambil seratnya, seperti bamboo, palem, rotan,
mendong, pandan dan lain-lain.
5. Teknik Tenun
Teknik menenun pada dasarnya hamper sama dengan teknik menganyam, perbedaannya
hanya pada alat yang digunakan. Untuk anyaman kita cukup melakukannya dengan tangan
(manual) dan hampir tanpa menggunakan alat bantu, sedangkan pada kerajinan menenun
kita menggunakan alat yang disebut lungsi dan pakan.
6. Teknik membentuk
Penegertian teknik membentuk di sini yaitu membuat karya seni rupa dengan media tanah
liat yang lazim disebut gerabah, tembikar atau keramik. Keramik merupakan karya dari
tanah liat yang prosesnya melalui pembakaran sehingga menghasilkan barang yang baru
dan jauh berbeda dari bahan mentahnya.
Cara pembentukan dengan tangan langsung seperti coil, lempengan atau pijat jari
merupakan teknik pembentukan keramik tradisional yang bebas untuk membuat bentuk-
bentuk yang diinginkan. Bentuknya tidak selalu simetris. Teknik ini sering dipakai oleh
seniman atau para penggemar keramik.
d. Teknik Putar
Teknik pembentukan dengan alat putar dapat menghasilkan banyak bentuk yang simetris
(bulat, silindris) dan bervariasi. Cara pembentukan dengan teknik putar ini sering dipakai
oleh para pengrajin di sentra-sentara keramik. Pengrajin keramik tradisional biasanya
menggunakan alat putar tangan (hand wheel) atau alat putar kaki (kick wheel). Para
pengrajin bekerja di atas alat putar dan menghasilkan bentuk- bentuk yang sama seperti
gentong, guci dll.
e. Teknik Cetak
Teknik pembentukan dengan cetak dapat memproduksi barang dengan jumlah yang banyak
dalam waktu relatif singkat dengan bentuk dan ukuran yang sama pula. Bahan cetakan yang
biasa dipakai adalah berupa gips, seperti untuk cetakan berongga, cetakan padat, cetakan
jigger maupun cetakan untuk dekorasi tempel. Cara ini digunakan pada pabrik-pabrik
keramik dengan produksi massal, seperti alat alat rumah tangga piring, cangkir, mangkok
gelas dll
Disamping cara-cara pembentukan diatas, para pengrajin keramik tradisonal dapat
membentuk keramik dengan teknik cetak pres, seperti yang dilakukan pengrajin genteng,
tegel dinding maupun hiasan dinding dengan berbagai motif seperti binatang atau tumbuh-
tumbuhan.
Bentuk Corak karya senirupa terapan Nusantara di setiap daerah umumnya masih bersifat
tradisional, terikat pakem, monoton, dan diwariskan secara turun-temurun. Namun ada juga
pola hias yang mengalami pengembangan, tetapi masih dapat dikenali ciri-ciri corak
tradisionalnya. Corak karya senirupa terapan Nusantara biasanya mengambil objek flora,
fauna, atau alam sekitar daerah setempat. Corak karya senirupa terapan tersebut umumnya
bersifat dekoratif (menggunakan ornamen atau ragam hias), lembut, kontras, klasik, dan
penuh simbolik.
Bentuk Corak Seni rupa Terapan Nusantara di setiap daerah sangat beragam. Corak karya
senirupa terapan di daerah Jawa misalnya umumnya bercorak tumbuhan, hewan, dan ada
pula yang bercorak bidang geometrik atau bidang organik. Di Toraja, Papua, dan Sumatra
Utara sering dijumpai bentuk dan corak yang berpola geometrik. Bentuk corak manusia dan
hewan banyak digunakan pada ragam hias masyarakat Dayak di Kalimantan, Batak, dan
Papua.
Bentuk atau corak dibedakan atas bentuk figuratif (sesuai dengan aslinya) dan bentuk
nonfiguratif (tidak nyata). Bentuk-bentuk tersebut dapat dibedakan menjadi bentuk abstrak,
bentuk geometris, bentuk stilasi, bentuk deformasi, dan bentuk visual realistis.
a. Bentuk Abstrak
Bentuk abstrak yaitu bentuk yang bukan hasil tiruan atau pengolahan dari bentuk alam
(nature) atau bentuk yang tidak sesuai dengan aslinya (tidak nyata). seperti motif tumpal,
baji, kawung, meander, pilin, swastika, dan lain-lain. Bentuk abstrak terbagi atas tiga, yaitu
sebagai berikut.
b. Bentuk Geometris
Bentuk geometris yaitu bentuk yang memiliki keteraturan, baik ukuran maupun bentuknya.
Contoh bentuk geometris adalah segitiga sama sisi, segiempat, segilima, segi enam, dan
lingkaran.
c. Bentuk Stilasi
Bentuk stilasi yaitu bentuk dengan berbagai penggayaan/digayakan. Misalnya, motif hias
geometris, flora, fauna, dan manusia.
d. Bentuk Deformasi
Keunikan teknik yang digunakan dalam pencpitaan seni rupa terapan di berbagai wilayah di
Indonesian berkaitan erat dengan bahan yang digunakan . Seperti kita ketahui , setiap
daerah memiliki potensi sumber daya alam yang berbeda beda , meliputi kayu , rotan ,
pandan , tanah liat , kulit binatang dan lainnya . Karena sifat dari bahan bahan tersebut
berbeda , maka teknik yang digunakan pun berbeda . Antara lain :
Teknik yang membentuk karya dengan cara menambah au mengurangi objek . Bahan bau
yang digunakan adalah bahan lunak , mislnya tanah liat .
Dengan cara membuat membuat cetakan terlebih dahulu , kemudian menggunakan cetakan
tersebut untuk memebentuk objek . Bahan bakunya adalah semen , logam , dan fiberglass .
Merupakan teknik menempeli objek sehingga menjadi karya seni yang indah . Bahan baku
untuk menempel adalah campuran semen dan pasir .
Merupakan teknik membentuk karya dengan cara merakit bahan yang berupa logam atau
bahan lain .
Merupakan teknik membentuk karya dengan ca mengurangi bagian objek yang berupa kayu
atau kulit .
Yaitu pembuatan dengan cara menempelkan bahan sedikit demi sedikit sehingga menjadi
bentuk yang diinginkan .Bahannya adalah tanah liat , semen , gips , bubur kertas , dll
Proses pembuatannya adalah dengan cara menerakan malam dan kemudian diproses
dengan cara tertentu dengan cara bertahap .
Bahan baku yang digunakan berasal dari berbagai tumbuhan yang diambil seratnya seperti
bambu , palem , rotan dan mendong
i. Teknik tenun
Dengan m enggunakan alat tenun , Penghasil tenun ikat yang terkenal antara lain Bali ,
Lombok , Sumba dan Flores .
Seni Rupa Terapan selalu mempertimbangkan unsur keindahan dan fungsi praktis . Kedua
unsur tersebut merupakan satu kesatuan yang selalu menjadi pertimbangan dalam
penciptaan karya seni rupa terapan . Selain kedua unsur tersebut ,seni rupa terapan
diberbagai wilayah nusantara meiliki keunikan gagasan yang merupakan efek dari budaya
nusantara yang penuh dengan simbol dan filosofi . Berikut ini adalah keunikan tersebut :
a. Batik
Motif tersebut bukan diciptakan karena segi keindahan , tetapi memiliki makna tertentu .
misalnya motif batik parang memiliki kekuasaan dan kekuatan yang hanya boleh dikenakan
oleh penguasa dan ksatria .
Motif Bali
Motif Cirebon
b. Keramik
Yakni corak yang mempunyai bentuk , gaya , dan motif benda keramik yang bersifat
kedaerahan atau lokal . Pembuat mengutamakan segi fungsi atau guna , motif sederhana
dan global .
d) Menarik
Yaitu pembaharuan atau perubahan bentuk secara langsung untuk mencapai keindahan .
Yaitu pembuatan keramik secara langsung saat benda keramik di atas putaran . Bentuk ini
mengikuti perkembangan zaman dibuat dengan cara mengurangi atau menambah tanah
liat setengah basa.
c. Ukir
Keunikan seni ukir adalah originalitasnya . Setiap seniman ukir memiliki gagasan yang
berbeda yang dapat dituangkan ke dalam ukiranya . Ukir menuntut pembuatnnya untuk
mengerjakan secra manual satu demi satu , sehingga orisinalitas gagasan tetap terjaga .
2) MENGAPRESIASI TARI MERAK
Tari Merak merupakan tari yang bertema imitatif yang menirukan gerakan burung
merak. Gerakannya mengekspesikan gerak merak yang mengembangkan bulunya untuk
menarik perhatian lawan jenis. Dalam video tersebut tarian itu ditarikan oleh 2 penari. Tari
Merak digunakan untuk persembahan bagi tamu atau menyambut pengantin pria untuk
menuju pelaminan.
Mengamati:
Gerak
a. Pada gerakan kedua pola lantai penari terlalu jauh. Karena gerakan penari yang
berbeda, jarak yang terlalu jauh ini akan membuat kesan penari menari sendiri-sendiri.
b. Pada gerak kepala sudah tegas, sehingga penonton dapat melihatnya dengan
jelas.
d. Pada gerakan ke enam, seblak yang dilakukan penari kurang kompak sehingga
terlihat tidak terlalu bagus.
e. Pada gerakan ke delapan kepakan sayap atau seblakan sebelum kenser tidak
begitu kompak.
Iringan
Menggunakan iringan gendhing macan ucul yang melambangkan keceriaan dan sesuai
dengan hentakan yang dilakukan oleh penari. Iringan pembukaan pada tari sebelum penari
menari melambangkan penggambaran suasana hutan dimana merak hidup. Pada saat
gerakan kepala dan bahu, terdapat bunyi krincing krincing yang menunjukkan keelokan dari
burung merak. Setiap merak mengembangkan sayapnya, terdapat tepukan kendhang untuk
menunjukkan aksen kuat pada tari dan salah satu tanda untuk mengubah gerak, biasanya
untuk mengubah arah penari dalam bergerak.
Busana
Penari menggunakan busana yang sesuai dengan burung merak, seperti menggunakan
hiasan kepala berupa jamang atau mahkota dan tusuk sunduk bulu merak di kepala untuk
menunjukkan kalau ini adalah tari merak. Penggunaan sayap dengan motif merak juga
menunjukkan keindahan burung merak. Sayangnya penggunaan kostum sayap berwarna
merah dan selendang yang berwarna kuning tidak terlalu sesuai dengan karakter burung
merak. Seharusnya digunakan warna-warna seperti hijau atau biru supaya sesuai dengan
warna bulu burung merak. Aksen pada sayapnya seharusnya juga lebih dikuatkan, supaya
menampilkan jelas karakter burung merak.
Tata Rias
Tata rias menekankan pada bagian mata dengan penggunaan eye shadow sesuai
dengan warna kostum yang digunakan atau bulu merak, menggunakan eyeliner untuk
mempertegas garis mata. Penggunaan make up ini bertujuan untuk mempertegas garis
mata. Penggunaan idep atau bulu mata juga diperlukan untuk menunjukkan kecantikan.
Tata rias sudah sesuai dengan karakter burung merak.
Pola Lantai
Karena ditarikan oleh dua penari, pola lantainya sangat terbatas. Yaitu horizontal,
vertikal dan diagonal. Sehingga penerapan pola lantai tersebut terasa sedikit membosankan.
Tata Panggung
Panggung berupa tempat luas dan kurang terdapat variasi di atas panggung sehingga
kurang menggambarkan bagaimana latar tari bagi penonton. Seharusnya terdapat dekorasi
berupa rumput-rumputan atau pohon-pohonan untuk menonjolkan kesan burung merak
yang tinggal di hutan. Karena berada di tempat yang luas dan kosong, akan sulit
menyesuaikan tata lampu. Pencahayaan sudah dilakukan dengan cukup baik, penari dapat
dilihat dengan jelas oleh penonton, tetapi kurang menarik karena hanya terdapat satu
lampu.
Ekspresi
Pada tari merak penari tersenyum melambangkan senyum bangga saat memamerkan
keindahan bulunya. Saat penari berputar dan menunjukkan sayapnya, penari tersenyum
bangga dan kesan ditampilkan dengan baik pada penonton.
3) Cara Mengapresiasi Puisi
Contoh Puisi:
Nisan (karya Chairil Anwar)
Buat neneknda
Bukan kematian benar-benar menusuk kalbu
Keridoanmu menerima segala tiba
Tak kutahu setinggi itu atas debu
Dan duka maha tuan bertahta
Contoh Apresiasi:
Nisan (karya Chairil Anwar)
Buat neneknda
Sebenarnya bukan kematian itu sendiri yang benar-benar menusuk kalbuku
Melainkan keridoanmu segala yang akan tiba
Tak pernah kutahu setinggi itulah atas debu -> keikhlasan
Dan duka yang sangat mendalam yang bertahta di dalam hatiku
Parafrase / Menceritakan Kembali:
Puisi “Nisan” karya Chairil Anwar berisi ungkapan yang ditujukan kepada nenek karena
meninggalnya sang nenek. Pengarang mengungkapkan bahwa sebenarnya bukan kematian
sang nenek itu sendiri yang benar-benar membuat hatinya sedih.
Melainkan keikhlasan sang nenek dalam menerima kematian yang akan datang. Baru ia
sadari bahwa kekuasaan Tuhan atas manusia sedemikian tingginya, sehingga manusia
bagaikan debu. Dan hanya menyisakan duka yang sangat mendalam yang tertinggal
didalam hati.
4) Mengapresiasi Seni Teater
Teater yang sering disamakan dengan drama ini merupakan karya seni yang
menarik dan biasanya ditampilkan pada acara tertentu. Selain sebagai sarana hiburan, anda
juga bisa mengapresiasi karya seni teater.Seni teater ini sendiri berkaitan erat dengan
kemampuan untuk memahami dan berkarya teater, kemampuan untuk membuat naskah,
kemampuan untuk berperan dalam casting, kemampuan untuk membuat setting atau
bahkan teknik penataan panggung.Memang kelihatannya tidak mudah. Banyak sekali yang
harus anda kerjakan untuk membnetuk sebuah teater. Namun, mengapresiasi karya seni
teater sebenarnya cukup mudah untuk dilakukan. Anda hanya perlu beberapa pengalaman
dan kemampuan dasar.
Untuk lebih jelas mengenai mengapresiasi karya seni teater, simaklah uraian yang akan
disajikan berikut ini.
1. 1. Teater
Teater atau drama berarti perbuatan atau tindakan. Kata teater ini sendiri berasal dari
bahasa Yunani , yaitu draomai yang berarti berbuat, berlaku, bertindak dan lainnya. Drama
sendiri merupakan hidup yang dilukiskan dalam bentuk gerak.Jika diartikan secara
etimologis, teater adalah gedung pertunjukkan atau auditorium. Sedangkan jika diartikan
secara luas teater merupakan segala tontonan yang dipertunjukkan di hadapan banyak
orang.Dengan kata lain teater atau drama adalah kisah hidup dan kehidupan manusia yang
diceritakan di dalam sebuah pentas dengan media percakapan, gerak dan tingkah laku yang
didasarkan pada naskah yang ditulis oleh dekor, music, nyanyian, tarian dan lainnya.
1. 2. Unsur teater
Untuk mengapresiasi karya seni teater, anda perlu mengetahui beberapa unsur penting
yang harus ada di dalam sebuah pementasan teater, yaitu ;
Acting ini sendiri sebenarnya bukan hanya berupa dialog saja, melainkan gerak. Sebuah
dialog akan dikatakan sebagai dialog yang baik apabila :
Sedangkan sebuah gerak akan dikatakan sebagai gerak yang baik apabila :
Tubuh manusia
Unsur terpenting di dalam sebuah teater adalah pelakunya atau pemerannya. Tanpa
kehadiran pemeran, sebuah teater tidak akan berjalan dengan baik. Dalam memilih
pemeran, juga sangat perlu diperhatikan watak yang akan diperankannya. Misalnya untuk
memilih karakter kepala desa, tentunya yang dipilih adalah orang yang tua.
Suara
Suara merupakan hal yang penting di dalam suatu pementasan drama atau teater. Baik
itu suara manusia ataupun suara pendukung. Dialog oleh pemerang merupakan atribut yang
bisa memenuhi unsur suara tersebut.Selain itu, adapun bunyi penunjang atau efek khusus
yang perlu anda perhatikan. Misalnya jika anda ingin menampilkan teater yang bertemakan
misteri, maka suara yang perlu anda gunakan adalah suara yang dapat memberikan kesan
seram dan menakutkan.
1. 3. Bentuk teater
Pada dasarnya, banyak sekali bentuk teater yang bisa anda pilih. Di antaranya adalah
sebagai berikut ini :
– Teater keraton yang menceritakan kehidupan para bangsawan di istana atau dewa-
dewa yang memiliki kemampuan khusus
– Teater kontemporer yang menampilkan peranan manusia bukan sebagai tipe,
melainkan individu yang di dalam dirinya terdapat potensi besar untuk tumbuh dengan
kreativitas yang tiada batas.
5) CARA APRESIASI MUSIK TRADISIONAL NUSANTARA
Musik tradisional nusantara adalah seluruh musik yang dimainkan dan berkembang di
negeri ini yang memiliki ciri khas seni tradisional, misalnya untuk daerah Jawa memiliki musik
langgam Jawa, begitu juga dengan daerah-daerah lain yang tentunya mempunyai jenis musik
tradisional sendiri.
Musik tradisional nusantara sangat memperlihatkan ciri Indonesia baik dari segi melodi
maupun gaya bahasanya, jenis musik tradisional nusantara dapat mengangkat nama bangsa
dengan ciri khas musiknya. Dari masa-kemasa perkembangan musik nusantara terus mengalami
perubahan, sehingga sampai di masa sekarang tak heran kalau ada aliran musik yang
merupakan pengembangan dari musik nusantara jaman dulu.
Indonesia dengan kebinekaannya memiliki beraneka ragam musik tradisional. dalam
konteks wawasan nusantara di bidang budaya, keanekaragaman musik tradidional itu
dimasukan ke dalam istilah "Musik Tradisional Nusantara atau Musik Daerah (musik tradisi
rakyat). Tradisi musik rakyat sejak dahulu telah dikembang dalam istana-istana kerajaan.
meliputi kerajaan kerajaan di Jawa, Bali, dan kalimantan. Dalam tradisi pementasannya dibagi
menjadi tradisi kerakyatan (tradisi kecil) dan tradisi istana (tradisi besar).
Fungsi musik tradisional nusantara pada masyarakat mempunyai peranan yang cukup
penting, baik yang bersifat profan (seni pertunjukan) maupun sakral (non profan). Dalam hal
tertentu musik tradisional dapat berfungsi sebagai sarana pembawa berita atau alat komunikasi.
Misalnya orang bernyanyi atau berpantun serta berpidato dengan di dahului oleh bunyi-bunyian
alat tertentu, seperti kentongan, bedug dan lain-lain. bunyi yang dihasilkan oleh alat musik ini
biasanya merupakan tanda yang sudah dimengerti atau disepakati oleh masyarakat. sementara
itu fungsi sakral dari alat musik ataupun nyanyian, umumnya digunakan dalam ritual-ritual yang
berhubungan dengan dewa ataupun arwah nenek moyang. misalnya alat musik atau nyanyian
dalam upacara keagamaan seperti mengiringi pembacaan doa-doa dan mantra mantra.
Umumnya alat musik tradisional yang diciptakan oleh suku-suku bangsa indonesia
digunakan sebagai sarana untuk mengungkapkan ekspresi diri dalam rangka melengkapisarana
hidupnya. alat-alat yang digunakan dalam pembuatan alat musik tradisional awalnya sangat
sederhana, yaitu menggunakan bahan-bahan yang ada di lingkungannya, seperti kayu, bambu,
kulit kerang dan sebagainya yang disajikan dengan cara meniup, memukul,menggesek atau
memetik. Perkembangan alat musik melalui suatu proses evolusiyang bergantung juga kepada
faktor-faktor sejarahnya. ketika manusia menghendaki lahirnya bunyi, kemudian diciptakanlah
berbagai cara membunyikan dengan meniup, ataupun dengan cara-cara lain
Pada awal-awal penciptaannya, alat musik dipergunakan sebagai sarana ekspresi dan kemudian
berkembang untuk digunakan pada upacara ritual, pengiring peperangan, isyarat perdamaian,
ungkapan kesedihan-kegembiraan,cetusan kemenangan dan sebagainya. Sejalan dengan
perkembangan zaman dan peradaban manusia, maka fungsi musikpun mengalami
perkembangan yang semakin melebar. musik pada zaman dahulu digunakan sebagai sarana
komunikasi, upacara ritual, adat dan keagamaan, maka pada periode selanjutnya musik dapat
pula digunakan sebagai sarana hiburan, kegemaran, propaganda, tontonan atau sajian artistik
dalam pertunjukan, peragaan, kampanye dan penyampaian informasi lainnya.
Musik tradisional nusantara memiliki makna, fungsi, peranan, dan nilai-nilai musikal yang
berbeda dengan musik modern.
Secara umum, fungsi musik bagi masyarakat Indonesia antara lain sebagai sarana atau
media upacara ritual, media hiburan, media ekspresi diri, media komunikasi, pengiring
tari, dan sarana ekonomi.