Anda di halaman 1dari 16

NAMA : KHOLISNA AULIA Y

NO : 21

KELAS : X KI 1

1) Apresiasi Karya Seni Rupa Terapan Nusantara

          Apresiasi adalah sikap kepekaan dalam mengenal dalam menghargai, mengagumi,
dan menilai sebuah karya seni. Apresiasi pasif tumbuh seiring dengan pembiasaan yang
sifatnya pasif sampai pada tahap menilai, mulai dari mengamati gambar atau reproduksi
karya seni rupa di buku hingga menghadiri pameran karya seni rupa. Apresiasi aktif  yaitu
apresiasi pasif yang disertai pembuatan karya.

          Karya seni rupa terapan yang terdapat di Nusantara sangat beragam dengan aneka
jenis, bentuk, fungsi, dan teknik pembuatannya. Karya Seni rupa terapan Nusantara tersebut
dengan segenap keunikan gagasannya patut mendapatkan apresiasi, baik secara aktif
maupun pasif. Gagasan (ide kreatif) tersebut merupakan awal proses penciptaan karya seni,
termasuk karya seni rupa terapan Nusantara yang diciptakan berdasarkan nilai guna tanpa
mengesampingkan nilai seni.

          Jika diperhatikan secara seksama dapat disimpulkan bahwa Hasil karya seni rupa
terapan setiap daerah itu berbeda-beda dimana masing-masing daerah memiliki keunikan
atau kekhasan tersendiri, baik dalam teknik maupun ketersediaan bahan yang ada di
sekitarnya. Dalam mengapresiasikan karya seni harus mengetahui hal-hal berikut.

A. Keunikan Karya Seni Rupa Terapan Nusantara

1. 1.     Keragaman teknik pembuatan karya seni rupa terapan nusantara

Ada beberapa teknik pembuatan benda-benda kriya yang disesuaikan dengan bahan.
Alat dan cara yang digunakan antara lain cor atau tuang, mengukir, membatik, menganyam,
menenun, dan membentuk.

1. Teknik cor (cetak tuang)


Ketika kebudayaan perunggu mulai masuk ke Indonesia, maka mulai dikenal teknik
pengolahan perunggu. Terdapat beberapa benda kriya dari bahan perunggu seperti
gendering perunggu, kapak, bejana, dan perhiasan.
Teknik cetak pada waktu itu ada dua macam:

• Teknik Tuang Berulang (bivalve)

Teknik bivalve disebut juga teknik menuang berulang kali karena menggunakan dua keeping
cetakan terbuat
dari batu dan dapat dipakai berulang kali sesuai dengan kebutuhan (bi berarti dua danva lve
berarti kepingan). Teknik ini digunakan untuk mencetak benda-benda yang sederhana baik
bentuk maupun hiasannya.

• Teknik Tuang Sekali Pakai (A Cire Perdue)

Teknik a cire perdue dibuat untuk membuat benda perunggu yang bentuk dan
hiasannya lebih rumit, seperti arca dan patung perunggu. Teknik ini diawali dengan
membuat model dari tanah liat, selanjutnya dilapisi lilin, lalu ditutup lagi dengan tanah liat,
kemudian dibakar untuk mengeluarkan lilin sehingga terjadilah rongga, sehingga perunggu
dapat dituang ke dalamnya. Setelah dingin cetakan tanah liat dapat dipecah sehingga
diperoleh benda perunggu yang diinginkan.
Disamping teknik cor ada juga teknik menempa yang bahan-bahannya berasal dari
perunggu, tembaga, kuningan, perak, dan emas. Bahan tersebut dapat dibuat menjadi
benda-benda seni kerajinan, seperti keris, piring, teko, dan tempat lilin. Saat ini banyak
terdapat sentra-sentra kerajinan cor logam seperti kerajinan perak. Tempat-tempat terkenal
itu antara lain kerajinan perak di Kota Gede Yogyakarta dan kerajinan kuningan yang
terdapat di Juwana dan Mojokerto.

2. Teknik Ukir

Alam Nusantara dengan hutan tropisnya yang kaya menjadi penghasil kayu yang
bisa dipakai sebagai bahan dasar seni ukir kayu. Mengukir adalah kegiatan menggores,
memahat, dan menoreh pola pada permukaan benda yang diukir.
Di Indonesia, karya ukir sudah dikenal sejak zaman batu muda. Pada masa itu banyak
peralatan yang dibuat dari batu seperti perkakas rumah tangga dan benda-benda dari
gerabah atau kayu. Benda- benda itu diberi ukiran bermotif geometris, seperti tumpal,
lingkaran, garis, swastika, zig zag, dan segitiga. Umumnya ukiran tersebut selain sebagai
hiasan juga mengandung makna simbolis dan religius.
Dilihat dari jenisnya, ada beberapa jenis ukiran antara lain ukiran tembus (krawangan),
ukiran rendah, Ukiran tinggi (timbul), dan ukiran utuh. Karya seni ukir memiliki macam-
macam fungsi antara lain:
Fungsi hias, yaitu ukiran yang dibuat semata-mata sebagai hiasan dan tidak memiliki makna
tertentu. 
Fungsi magis, yaitu ukiran yang mengandung simbol-simbol tertentu dan berfungsi sebagai
benda magis berkaitan dengan kepercayaan dan spiritual. 
Fungsi simbolik, yaitu ukiran tradisional yang selain sebagai hiasan juga berfungsi
menyimbolkan hal tertentu yang berhubungan dengan spiritual. 
Fungsi konstruksi, yaitu ukiran yang selain sebagai hiasan juga berfungsi sebagai
pendukung sebuah bangunan. Fungsi ekonomis, yaitu ukiran yang berfungsi untuk
menambah nilai jual suatu benda.

3. Teknik membatik

Kerajinan batik telah dikenal lama di Nusantara. Akan tetapi kemunculannya belum diketahui
secara pasti. Batik merupakan karya seni rupa yang umumnya berupa gambar pada kain.
Proses pembuatannya adalah dengan cara menambahkan lapisan malam dan kemudian
diproses dengan cara tertentu atau melalui beberapa tahapan pewarnaan dan tahapng lo
rod yaitu penghilangan malam.

Sesuai dengan perkembangan zaman, saat ini dikenal beberapa teknik membatik antara lain
sebagai berikut:

Batik celup ikat, adalah pembuatan batik tanpa menggunakan malam sebagaia bahan
penghalang, akan tetapi menggunakan tali untuk menghalangi masuknya warna ke dalam
serat kain. Membatik dengan proses ini disebut batik jumputan.

Batik tulis adalah batik yang dibuat melalui cara memberikan malam dengan menggunakan
canting pada motif yang telah digambar pada kain

Batik cap, adalah batik yang dibuat menggunakan alat cap (stempel yang umumnya terbuat
dari tembaga) sebagai alat untuk membuat motif sehingga kain tidak perlu digambar terlebih
dahulu.

Batik lukis, adalah batik yang dibuat dengan cara melukis. Pada teknik ini seniman bebas
menggunakan alat untuk mendapatkan efek-efek tertentu.
Batik modern, adalah batik yang cara pembuatannya bebas, tidak terikat oleh aturan teknik
yang ada. Hal tersebut termasuk pemilihan motif dan warna, oleh karena itu pada hasil
akhirnya tidak ada motif, bentuk, komposisi, dan pewarnaan yang sama di setiap produknya.

Batik printing, adalah kain yang motifnya seperti batik. Proses pembuatan batik ini tidak
menggunakan teknik batik, tetapi dengan teknik sablon (screen printing). Jenis kain ini
banyak dipakai untuk kain seragam sekolah.

4. Teknik Anyam

Benda-benda kebutuhan hidup sehari-hari, seperti keranjang, tikar, topi dan lain-lain dibuat
dengan teknik anyam. Bahan baku yang digunakan untuk membuat benda-benda anyaman
ini berasal dari berbagai tumbuhan yang diambil seratnya, seperti bamboo, palem, rotan,
mendong, pandan dan lain-lain.

5. Teknik Tenun

Teknik menenun pada dasarnya hamper sama dengan teknik menganyam, perbedaannya
hanya pada alat yang digunakan. Untuk anyaman kita cukup melakukannya dengan tangan
(manual) dan hampir tanpa menggunakan alat bantu, sedangkan pada kerajinan menenun
kita menggunakan alat yang disebut lungsi dan pakan.

6. Teknik membentuk

Penegertian teknik membentuk di sini yaitu membuat karya seni rupa dengan media tanah
liat yang lazim disebut gerabah, tembikar atau keramik. Keramik merupakan karya dari
tanah liat yang prosesnya melalui pembakaran sehingga menghasilkan barang yang baru
dan jauh berbeda dari bahan mentahnya.

Teknik yang umumnya digunakan pada proses pembuatan keramik diantaranya:

a. Teknik coil (lilit pilin)

b. Teknik tatap batu/pijat jari

c. Teknik slab (lempengan)

Cara pembentukan dengan tangan langsung seperti coil, lempengan atau pijat jari
merupakan teknik pembentukan keramik tradisional yang bebas untuk membuat bentuk-
bentuk yang diinginkan. Bentuknya tidak selalu simetris. Teknik ini sering dipakai oleh
seniman atau para penggemar keramik.

d. Teknik Putar

Teknik pembentukan dengan alat putar dapat menghasilkan banyak bentuk yang simetris
(bulat, silindris) dan bervariasi. Cara pembentukan dengan teknik putar ini sering dipakai
oleh para pengrajin di sentra-sentara keramik. Pengrajin keramik tradisional biasanya
menggunakan alat putar tangan (hand wheel) atau alat putar kaki (kick wheel). Para
pengrajin bekerja di atas alat putar dan menghasilkan bentuk- bentuk yang sama seperti
gentong, guci dll.

e. Teknik Cetak

Teknik pembentukan dengan cetak dapat memproduksi barang dengan jumlah yang banyak
dalam waktu relatif singkat dengan bentuk dan ukuran yang sama pula. Bahan cetakan yang
biasa dipakai adalah berupa gips, seperti untuk cetakan berongga, cetakan padat, cetakan
jigger maupun cetakan untuk dekorasi tempel. Cara ini digunakan pada pabrik-pabrik
keramik dengan produksi massal, seperti alat alat rumah tangga piring, cangkir, mangkok
gelas dll
Disamping cara-cara pembentukan diatas, para pengrajin keramik tradisonal dapat
membentuk keramik dengan teknik cetak pres, seperti yang dilakukan pengrajin genteng,
tegel dinding maupun hiasan dinding dengan berbagai motif seperti binatang atau tumbuh-
tumbuhan.

1. Keragaman Corak Karya Seni Rupa Terapan Nusantara

Bentuk Corak karya senirupa terapan Nusantara di setiap daerah umumnya masih bersifat
tradisional, terikat pakem, monoton, dan diwariskan secara turun-temurun. Namun ada juga
pola hias yang mengalami pengembangan, tetapi masih dapat dikenali ciri-ciri corak
tradisionalnya. Corak karya senirupa terapan Nusantara biasanya mengambil objek flora,
fauna, atau alam sekitar daerah setempat. Corak karya senirupa terapan tersebut umumnya
bersifat dekoratif (menggunakan ornamen atau ragam hias), lembut, kontras, klasik, dan
penuh simbolik.

Bentuk Corak Seni rupa Terapan Nusantara di setiap daerah sangat beragam. Corak karya
senirupa terapan di daerah Jawa misalnya umumnya bercorak tumbuhan, hewan, dan ada
pula yang bercorak bidang geometrik atau bidang organik. Di Toraja, Papua, dan Sumatra
Utara sering dijumpai bentuk dan corak yang berpola geometrik. Bentuk corak manusia dan
hewan banyak digunakan pada ragam hias masyarakat Dayak di Kalimantan, Batak, dan
Papua.

Bentuk atau corak dibedakan atas bentuk figuratif (sesuai dengan aslinya) dan bentuk
nonfiguratif (tidak nyata). Bentuk-bentuk tersebut dapat dibedakan menjadi bentuk abstrak,
bentuk geometris, bentuk stilasi, bentuk deformasi, dan bentuk visual realistis.

a. Bentuk Abstrak

Bentuk abstrak yaitu bentuk yang bukan hasil tiruan atau pengolahan dari bentuk alam
(nature) atau bentuk yang tidak sesuai dengan aslinya (tidak nyata). seperti motif tumpal,
baji, kawung, meander, pilin, swastika, dan lain-lain. Bentuk abstrak terbagi atas tiga, yaitu
sebagai berikut.

 Bentuk abstrak murni, contohnya kursi, meja, sepatu, dan rumah.


 Bentuk abstrak simbolis, contohnya, huruf, tanda baca, rambu-rambu lalu lintas, dan
lambang-lambang.
 Bentuk abstrak filosofis, contohnya huruf Cina.

b. Bentuk Geometris

Bentuk geometris yaitu bentuk yang memiliki keteraturan, baik ukuran maupun bentuknya.
Contoh bentuk geometris adalah segitiga sama sisi, segiempat, segilima, segi enam, dan
lingkaran.

c. Bentuk Stilasi

Bentuk stilasi yaitu bentuk dengan berbagai penggayaan/digayakan. Misalnya, motif hias
geometris, flora, fauna, dan manusia.
d. Bentuk Deformasi

Bentuk deformasi yaitu bentuk yang telah mengalami penyederhanaan.


Beberapa contoh Bentuk Corak Deformasi karya senirupa terapan yang bisa anda ambil
sebagai bahan referensi, silahkan klik gambar corak senirupa terapan dibawah untuk
melihat yang lebih besar.

B. Apresiasi Terhadap Keunikan Karya Seni Rupa Terapan Nusantara

    1. Keunikan Teknik Pembuatan Karya Seni Rupa Terapan Nusantara

Keunikan teknik yang digunakan dalam pencpitaan seni rupa terapan di berbagai wilayah di
Indonesian berkaitan erat dengan  bahan yang digunakan . Seperti kita ketahui , setiap
daerah memiliki potensi sumber daya alam yang berbeda beda , meliputi kayu , rotan ,
pandan , tanah liat , kulit binatang dan lainnya . Karena sifat dari bahan bahan tersebut
berbeda , maka teknik yang digunakan pun berbeda  . Antara lain :

a.       Teknik Butsir

Teknik yang membentuk karya dengan cara menambah au mengurangi objek . Bahan bau
yang digunakan adalah bahan lunak , mislnya tanah liat .

b.      Teknik cetak atau cor

Dengan cara membuat membuat cetakan terlebih dahulu , kemudian menggunakan cetakan
tersebut untuk memebentuk objek . Bahan bakunya adalah semen , logam , dan fiberglass .

c.       Teknik Pletser

Merupakan teknik menempeli objek sehingga menjadi karya seni yang indah . Bahan baku
untuk menempel adalah campuran semen dan pasir .

d.      Teknik Sambung

Merupakan teknik membentuk karya dengan cara merakit bahan yang berupa logam atau
bahan lain .

e.      Teknik Pahat

Merupakan teknik membentuk karya dengan ca mengurangi bagian objek yang berupa kayu
atau kulit .

f.        Teknik Plastis

Yaitu pembuatan dengan cara menempelkan bahan sedikit demi sedikit sehingga menjadi
bentuk yang diinginkan .Bahannya adalah tanah liat , semen , gips ,  bubur kertas , dll

g.       Teknik Membatik

Proses pembuatannya adalah dengan cara menerakan malam dan kemudian diproses
dengan cara tertentu dengan cara bertahap .

h.      Teknik Anyam

Bahan baku yang digunakan berasal dari berbagai tumbuhan yang diambil seratnya seperti
bambu , palem , rotan dan mendong
i.         Teknik tenun

Dengan m enggunakan alat tenun , Penghasil tenun ikat yang terkenal antara lain Bali ,
Lombok , Sumba dan Flores .

         2. Keunikan Corak Karya Seni Rupa Terapan Nusantara

Seni Rupa Terapan selalu mempertimbangkan unsur keindahan dan fungsi praktis . Kedua
unsur tersebut merupakan satu kesatuan  yang  selalu menjadi pertimbangan dalam
penciptaan karya seni rupa terapan . Selain kedua unsur tersebut  ,seni rupa terapan
diberbagai wilayah nusantara meiliki keunikan gagasan yang merupakan efek dari budaya 
nusantara yang penuh  dengan simbol dan filosofi . Berikut ini adalah keunikan tersebut :

a.       Batik

Motif tersebut bukan diciptakan karena segi keindahan , tetapi memiliki makna tertentu .
misalnya motif batik parang memiliki kekuasaan dan kekuatan yang hanya boleh dikenakan
oleh  penguasa dan ksatria .  

 Motif  Bali                                                            
 Motif Cirebon

b.      Keramik

Semula bentuknya sangat sederhana , kemudian berkembang menjadi lebih  bervariasi .


Keunikan keramik terutama terletak pada bahannya yang mudah dibentuk sehingga
memungkinkan munculnya berbagai variasi bentuk yang tak terhingga jumlahnya . Dalam
corak atau model keramik terdapat  beberapa corak sbb

      Corak Tradisional 

Yakni corak yang mempunyai bentuk ,  gaya , dan motif benda keramik yang bersifat
kedaerahan  atau lokal . Pembuat mengutamakan segi fungsi atau guna , motif sederhana
dan global .

Ciri-cirinya antara lain :

a)      Bentuk cenderung bulat

b)      Mengutamakan segi guna atau fungsi

c)       Dekorasi dan variasi sangat sederhana

d)      Menarik

e)      Praktis penggunaanya

         Corak modifikasi

Yaitu pembaharuan atau perubahan bentuk  secara langsung untuk mencapai keindahan .

Ciri-cirinya antara lain :

a)      Bentuk pembaharuan dari tradisional


b)      Menyelesaikan secara langsung

c)       Bentuk pembaharuan berupa pengembangan sehingga menjadi indah

         Corak kontemporer

Yaitu pembuatan keramik secara langsung saat benda keramik di atas putaran . Bentuk ini
mengikuti perkembangan zaman dibuat dengan  cara mengurangi atau menambah tanah
liat setengah basa.

c.       Ukir

Keunikan seni ukir adalah originalitasnya . Setiap seniman ukir memiliki gagasan yang
berbeda yang dapat dituangkan ke dalam ukiranya . Ukir menuntut pembuatnnya untuk
mengerjakan secra manual satu demi satu , sehingga orisinalitas gagasan tetap terjaga .
2) MENGAPRESIASI TARI MERAK

Tari Merak merupakan tari yang bertema imitatif yang menirukan gerakan burung
merak. Gerakannya mengekspesikan gerak merak yang mengembangkan bulunya untuk
menarik perhatian lawan jenis. Dalam video tersebut tarian itu ditarikan oleh 2 penari. Tari
Merak digunakan untuk persembahan bagi tamu atau menyambut pengantin pria untuk
menuju pelaminan.

Mengamati:

 Gerak

Gerakan tari ini melambangkan gerakan burung merak. Merak akan


mengembangkan bulunya untuk menarik perhatian lawan jenisnya. Penari mengembangkan
sayap merak di punggungnya sebagai perwujudan dari merak yang mengembangkan bulu
ekornya. Dapat diamati pula gerakan leher atau pacak gulu yang cukup banyak,
melambangkan gerakan leher khas burung merak. Gerakan bahu juga ditampilkan untuk
melambangkan merak yang bersolek dengan memainkan tubuhnya. Kesan merak yang
ditampilkan adalah merak yang anggun dan mempesona, sesuai dengan konsep tari yaitu
gerakan merak untuk memikat lawan jenisnya.

Berikut beberapa uraian komentar setiap gerakan dalam tari merak:

      a.      Pada gerakan kedua pola lantai penari terlalu jauh. Karena gerakan penari yang
berbeda, jarak yang terlalu jauh ini akan membuat kesan penari menari sendiri-sendiri.

      b.      Pada gerak kepala sudah tegas, sehingga penonton dapat melihatnya dengan
jelas.

      c.       Pada gerakan keempat, bahu digerakkan melambangkan merak yang


menggunakan ekornya untuk menarik perhatian lawan jenis. Bisa disebutkan bahwa merak
seperti ingin memamerkan ekornya yang indah.

      d.      Pada gerakan ke enam, seblak yang dilakukan penari kurang kompak sehingga
terlihat tidak terlalu bagus.

      e.      Pada gerakan ke delapan kepakan sayap atau seblakan sebelum kenser tidak
begitu kompak.

 Iringan

Menggunakan iringan gendhing macan ucul yang melambangkan keceriaan dan sesuai
dengan hentakan yang dilakukan oleh penari. Iringan pembukaan pada tari sebelum penari
menari melambangkan penggambaran suasana hutan dimana merak hidup. Pada saat
gerakan kepala dan bahu, terdapat bunyi krincing krincing yang menunjukkan keelokan dari
burung merak. Setiap merak mengembangkan sayapnya, terdapat tepukan kendhang untuk
menunjukkan aksen kuat pada tari dan salah satu tanda untuk mengubah gerak, biasanya
untuk mengubah arah penari dalam bergerak.

 Busana

Penari menggunakan busana yang sesuai dengan burung merak, seperti menggunakan
hiasan kepala berupa jamang atau mahkota dan tusuk sunduk bulu merak di kepala untuk
menunjukkan kalau ini adalah tari merak. Penggunaan sayap dengan motif merak juga
menunjukkan keindahan burung merak. Sayangnya penggunaan kostum sayap berwarna
merah dan selendang yang berwarna kuning tidak terlalu sesuai dengan karakter burung
merak. Seharusnya digunakan warna-warna seperti hijau atau biru supaya sesuai dengan
warna bulu burung merak. Aksen pada sayapnya seharusnya juga lebih dikuatkan, supaya
menampilkan jelas karakter burung merak.
 Tata Rias

Tata rias menekankan pada bagian mata dengan penggunaan eye shadow sesuai
dengan warna kostum yang digunakan atau bulu merak, menggunakan eyeliner untuk
mempertegas garis mata. Penggunaan make up ini bertujuan untuk mempertegas garis
mata. Penggunaan idep atau bulu mata juga diperlukan untuk menunjukkan kecantikan.
Tata rias sudah sesuai dengan karakter burung merak.

 Pola Lantai

Karena ditarikan oleh dua penari, pola lantainya sangat terbatas. Yaitu horizontal,
vertikal dan diagonal. Sehingga penerapan pola lantai tersebut terasa sedikit membosankan.

 Tata Panggung

Panggung berupa tempat luas dan kurang terdapat variasi di atas panggung sehingga
kurang menggambarkan bagaimana latar tari bagi penonton. Seharusnya terdapat dekorasi
berupa rumput-rumputan atau pohon-pohonan untuk menonjolkan kesan burung merak
yang tinggal di hutan. Karena berada di tempat yang luas dan kosong, akan sulit
menyesuaikan tata lampu. Pencahayaan sudah dilakukan dengan cukup baik, penari dapat
dilihat dengan jelas oleh penonton, tetapi kurang menarik karena hanya terdapat satu
lampu.

 Ekspresi

Pada tari merak penari tersenyum melambangkan senyum bangga saat memamerkan
keindahan bulunya. Saat penari berputar dan menunjukkan sayapnya, penari tersenyum
bangga dan kesan ditampilkan dengan baik pada penonton.
3) Cara Mengapresiasi Puisi

Mengapresiasi puisi adalah upaya/usaha bergaul dengan puisi (karya sastra)


sehingga timbul pemahaman, pengertian, penghayatan dan sikap kritis terhadap puisi (karya
sastra).
Dengan memahami, mengerti, menghayati dan mengkritisi menunjukkan bahwa kita tertarik
terhadap puisi tersebut. Dan secara tersirat menunjukkan bahwa kita mengapresiasi puisi
tersebut.
Puisi yaitu cabang hasil sastra yang disusun atas bait, baris, diksi(pilihan kata) yang tepat,
rima (persajakan) dan irama tertentu. Penekanan pada segi estetik suatu bahasa dan
penggunaan sengaja pengulangan, meter dan rima adalah yang membedakan puisi dari
prosa.
Puisi berbentuk lebih singkat dan padat, sedangkan prosa lebih mengalir seperti bercerita.
Beberapa ahli mendefinisikan puisi tidak sebagai jenis literatur tetapi sebagai perwujudan
imajinasi manusia, sebagai sumber segala kreativitas. Selain itu puisi juga merupakan
curahan isi hati seseorang yang mampu membawa orang lain ke dalam keadaan hatinya.
Ciri-ciri puisi:

 Disusun atas bait-bait


 Singkat dan padat
 Konotatif (makna kias) / arti tidak langsung
 Simbolis
 Multi-interpretasi (bisa ditafsirkan dalam berbagai macam tafsiran)
Agar dapat mengapresiasikan puisi dengan baik ada teknik mengapresiasikan puisi.
Tujuannya agar apresiasi yang kita lakukan terhadap suatu puisi tidak terkesan asal-asalan.
Dan apresiasi ini dapat bermanfaat untuk orang lainnya.

Langkah-langkah mengapresiasi puisi:

 Membaca puisi tersebut


 Menambahkan kata / tanda baca
 Menafsirkan kata-kata konotatif
 Menceritakan kembali dalam bahasa sendiri

Contoh Puisi:
Nisan (karya Chairil Anwar)

Buat neneknda
Bukan kematian benar-benar menusuk kalbu
Keridoanmu menerima segala tiba
Tak kutahu setinggi itu atas debu
Dan duka maha tuan bertahta

Contoh Apresiasi:
Nisan (karya Chairil Anwar)

Buat neneknda
Sebenarnya bukan kematian itu sendiri yang benar-benar menusuk kalbuku
Melainkan keridoanmu segala yang akan tiba
Tak pernah kutahu setinggi itulah atas debu -> keikhlasan
Dan duka yang sangat mendalam yang bertahta di dalam hatiku
Parafrase / Menceritakan Kembali:
Puisi “Nisan” karya Chairil Anwar berisi ungkapan yang ditujukan kepada nenek karena
meninggalnya sang nenek. Pengarang mengungkapkan bahwa sebenarnya bukan kematian
sang nenek itu sendiri yang benar-benar membuat hatinya sedih.

Melainkan keikhlasan sang nenek dalam menerima kematian yang akan datang. Baru ia
sadari bahwa kekuasaan Tuhan atas manusia sedemikian tingginya, sehingga manusia
bagaikan debu. Dan hanya menyisakan duka yang sangat mendalam yang tertinggal
didalam hati.
4) Mengapresiasi Seni Teater
Teater yang sering disamakan dengan drama ini merupakan karya seni yang
menarik dan biasanya ditampilkan pada acara tertentu. Selain sebagai sarana hiburan, anda
juga bisa mengapresiasi karya seni teater.Seni teater ini sendiri berkaitan erat dengan
kemampuan untuk memahami dan berkarya teater, kemampuan untuk membuat naskah,
kemampuan untuk berperan dalam casting, kemampuan untuk membuat setting atau
bahkan teknik penataan panggung.Memang kelihatannya tidak mudah. Banyak sekali yang
harus anda kerjakan untuk membnetuk sebuah teater. Namun, mengapresiasi karya seni
teater sebenarnya cukup mudah untuk dilakukan. Anda hanya perlu beberapa pengalaman
dan kemampuan dasar.

Dalam berkarya teater, anda juga harus memahami bagaimana caranya


memerankan sebuah watak  yang tidak biasanya yang berada di luar dirinya. Seni teater
juga merupakan kesenian yang diungkapkan melalui pemeranan.Oleh karena itu, untuk
mengapresiasi karya seni teater anda pada awalnya harus memahami apa itu teater, apa
saja yang dibutuhkan oleh sebuah teater dan segala sesuatu yang berhubungan dengan
teater.

Untuk lebih jelas mengenai mengapresiasi karya seni teater, simaklah uraian yang akan
disajikan berikut ini.

1. 1.      Teater

Teater atau drama berarti perbuatan atau tindakan. Kata teater ini sendiri berasal dari
bahasa Yunani , yaitu draomai yang berarti berbuat, berlaku, bertindak dan lainnya. Drama
sendiri merupakan hidup yang dilukiskan dalam bentuk gerak.Jika diartikan secara
etimologis, teater adalah gedung pertunjukkan atau auditorium. Sedangkan jika diartikan
secara luas teater merupakan segala tontonan yang dipertunjukkan di hadapan banyak
orang.Dengan kata lain teater atau drama adalah kisah hidup dan kehidupan manusia yang
diceritakan di dalam sebuah pentas dengan media percakapan, gerak dan tingkah laku yang
didasarkan pada naskah yang ditulis oleh dekor, music, nyanyian, tarian dan lainnya.

1. 2.      Unsur teater

 Untuk mengapresiasi karya seni teater, anda perlu mengetahui beberapa unsur penting
yang harus ada di dalam sebuah pementasan teater, yaitu ;

 Acting yang baik

Acting ini sendiri sebenarnya bukan hanya berupa dialog saja, melainkan gerak. Sebuah
dialog akan dikatakan sebagai dialog yang baik apabila :

–         Terdengar dengan jelas

–         Memiliki artikulasi yang baik

–         Mudah untuk dimengerti

–         Mudah untuk dihayati oleh pemerannya

Sedangkan sebuah gerak akan dikatakan sebagai gerak yang baik apabila :

–         Terlihat dengan jelas


–         Tidak ragu-ragu dan meyakinkan

–         Mudah untuk dimengerti

–         Mudah untuk dihayati oleh pemerannya

 Tubuh manusia

Unsur terpenting di dalam sebuah teater adalah pelakunya atau pemerannya. Tanpa
kehadiran pemeran, sebuah teater tidak akan berjalan dengan baik. Dalam memilih
pemeran, juga sangat perlu diperhatikan watak yang akan diperankannya. Misalnya untuk
memilih karakter kepala desa, tentunya yang dipilih adalah orang yang tua.

 Suara

Suara merupakan hal yang penting di dalam suatu pementasan drama atau teater. Baik
itu suara manusia ataupun suara pendukung. Dialog oleh pemerang merupakan atribut yang
bisa memenuhi unsur suara tersebut.Selain itu, adapun bunyi penunjang atau efek khusus
yang perlu anda perhatikan. Misalnya jika anda ingin menampilkan teater yang bertemakan
misteri, maka suara yang perlu anda gunakan adalah suara yang dapat memberikan kesan
seram dan menakutkan.

1. 3.      Bentuk teater

Pada dasarnya, banyak sekali bentuk teater yang bisa anda pilih. Di antaranya adalah
sebagai berikut ini :

–         Teater rakyat yang biasanya menceritakan kehidupan masyarakat pedesaan

–         Teater keraton yang menceritakan kehidupan para bangsawan di istana atau dewa-
dewa yang memiliki kemampuan khusus

–         Teater urban yang menunjukkan fenomena yang lebih modern

–         Teater kontemporer yang menampilkan peranan manusia bukan sebagai tipe,
melainkan individu yang di dalam dirinya terdapat potensi besar untuk tumbuh dengan
kreativitas yang tiada batas.
5) CARA APRESIASI MUSIK TRADISIONAL NUSANTARA

Musik tradisional nusantara adalah seluruh musik yang dimainkan dan berkembang di
negeri ini yang memiliki ciri khas seni tradisional, misalnya untuk daerah Jawa memiliki musik
langgam Jawa, begitu juga dengan daerah-daerah lain yang tentunya mempunyai jenis musik
tradisional sendiri. 
Musik tradisional nusantara sangat memperlihatkan ciri Indonesia baik dari segi melodi
maupun gaya bahasanya, jenis musik tradisional nusantara dapat mengangkat nama bangsa
dengan ciri khas musiknya. Dari masa-kemasa perkembangan musik nusantara terus mengalami
perubahan, sehingga sampai di masa sekarang tak heran kalau ada aliran musik yang
merupakan pengembangan dari musik nusantara jaman dulu.
         Indonesia dengan kebinekaannya memiliki beraneka ragam musik tradisional. dalam
konteks wawasan nusantara di bidang budaya, keanekaragaman musik tradidional itu
dimasukan ke dalam istilah "Musik Tradisional Nusantara atau Musik Daerah (musik tradisi
rakyat). Tradisi musik rakyat sejak dahulu telah dikembang dalam istana-istana kerajaan.
meliputi kerajaan kerajaan di Jawa, Bali, dan kalimantan. Dalam tradisi pementasannya dibagi
menjadi tradisi kerakyatan (tradisi kecil) dan tradisi istana (tradisi besar).
           Fungsi musik tradisional nusantara pada masyarakat mempunyai peranan yang cukup
penting, baik yang bersifat profan (seni pertunjukan) maupun sakral (non profan). Dalam hal
tertentu musik tradisional dapat berfungsi sebagai sarana pembawa berita atau alat komunikasi.
Misalnya orang bernyanyi atau berpantun serta berpidato dengan di dahului oleh bunyi-bunyian
alat tertentu, seperti kentongan, bedug dan lain-lain. bunyi yang dihasilkan oleh alat musik ini
biasanya merupakan tanda yang sudah dimengerti atau disepakati oleh masyarakat. sementara
itu fungsi sakral dari alat musik ataupun nyanyian, umumnya digunakan dalam ritual-ritual yang
berhubungan dengan dewa ataupun arwah nenek moyang. misalnya alat musik atau nyanyian
dalam upacara keagamaan seperti mengiringi pembacaan doa-doa dan mantra mantra.
          Umumnya alat musik tradisional yang diciptakan oleh suku-suku bangsa indonesia
digunakan sebagai sarana untuk mengungkapkan ekspresi diri dalam rangka melengkapisarana
hidupnya. alat-alat yang digunakan dalam pembuatan alat musik tradisional awalnya sangat
sederhana, yaitu menggunakan bahan-bahan yang ada di lingkungannya, seperti kayu, bambu,
kulit kerang dan sebagainya yang disajikan dengan cara meniup, memukul,menggesek atau
memetik. Perkembangan alat musik melalui suatu proses evolusiyang bergantung juga kepada
faktor-faktor sejarahnya. ketika manusia menghendaki lahirnya bunyi, kemudian diciptakanlah
berbagai cara membunyikan dengan meniup, ataupun dengan cara-cara lain
Pada awal-awal penciptaannya, alat musik dipergunakan sebagai sarana ekspresi dan kemudian
berkembang untuk digunakan pada upacara ritual, pengiring peperangan, isyarat perdamaian,
ungkapan kesedihan-kegembiraan,cetusan kemenangan dan sebagainya. Sejalan dengan
perkembangan zaman dan peradaban manusia, maka fungsi musikpun mengalami
perkembangan yang semakin melebar. musik pada zaman dahulu digunakan sebagai sarana
komunikasi, upacara ritual, adat dan keagamaan, maka pada periode selanjutnya musik dapat
pula digunakan sebagai sarana hiburan, kegemaran, propaganda, tontonan atau sajian artistik
dalam pertunjukan, peragaan, kampanye dan penyampaian informasi lainnya.

Sejarah Musik Nusantara


Terdapat tahapan- tahapan perkembangan musik Indonesia (nusantara). tahapan tersebut
adalah sebagai berikut :

1. Masa sebelum masuknya pengaruh Hindu- Buddha


         Pada masa ini, musik dipakai sebagai bagian dari kegiatan ritual masyarakat.
Dalam beberapa kelompok, bunyi- bunyian yang dihasilkan oleh anggota badan atau alat
tertentu diyakini memiliki kekuatan magis. Instrumen atau alat musik yang digunakan
umumnya berasal dari alam sekitarnya.
2. Masa setelah masuknya pengaruh Hindu- Buddha
          Pada masa ini, berkembanglah musik- musik istana (khususnya di Jawa). saat itu,
musik tidak hanya dipakai sebagai bagian ritual saja, tetapi juga dalam kegiatan-
kegiatan keistanaan (sebagai sarana hiburan para tamu raja). 
3. Masa setelah masuknya pengaruh Islam
          Selain berdagang dan menyebarkan agama islam, para pedagang arab juga
memperkenalkan musik mereka. Alat musik mereka berupa gambus & rebana. dari
proses itulah muncul orkes- orkes gambus di nusantara (Indonesia) hingga saat ini.
4. Masa Kolonialisme
          Masuknya bangsa Barat ke Indonesia juga membawa pengaruh besar dalam
perkembangan musik Indonesia. Para pendatang ini memperkenalkan berbagai alat
musik dari negeri mereka, misalnya biola, selo (cello), gitar, seruling (flute), dan ukulele.
Mereka pun membawa sistem solmisasi dalam berbagai karya lagu. Itulah masa- masa
perkembangan musik modern Indonesia. 
5. Masa Kini
          Seiring dengan masuknya media elektronik ke Indonesia,masukpula berbagai jenis
musik barat, seperti pop, jazz, blues, rock, dan R&B. demikian pula dengan musik- musik
negeri India yang banyak dibawa melalui film- filmnya. Dari perkembangan ini, terjadi
perpaduan antara musik asing dengan musik Indonesia. Musik India mengalami
perpaduan dengan musik melayu sehingga menghasilkan jenis musik dangdut. Maka,
muncul pula berbagai musisi Indonesia yang beraliran pop, jazz, blues, rock, dan R&B.

Musik tradisional nusantara memiliki makna, fungsi, peranan, dan nilai-nilai musikal yang
berbeda dengan musik modern.

 Makna musik tradisional nusantara


          Makna dan peranan musik tradisional nusantara adalah mampu memenuhi
kebutuhan estetis (keindahan) dan jiwa (spiritual),pada umumnya dalam situasi normal
dan tenang, orang lebih menginginkan kehidupan mapan dan musik karawitan (jawa) di
anggap mampu memenuhi kehidupan itu. Mampu meredam emosi dan kemarahan jiwa
yang tidak terkendali, dahulu leluhur orang jawa telah sampai pada tingkat pemahaman
yang halus mengenai cara mengungkapkan kemarahan orang lain. Melalui bahasa musik
dan bentuk gending, orang bisa marah, benci, rindu, jatuh cinta, mengkritik, memuji,
protes kepada raja, menyindir ahli agama, dan sebagainya tanpa harus melukai orang
yang di tuju. sebagai kekuatan dan spirit. 
 Fungsi musik tradisional nusantara
- Sebagai media bercerita (dongeng).
- Sebagai musik duniawi (hiburan).
- Sebagai musik sakral (religius).
- Sebagai iringan tari.
- Sebagai iringan teater.

Secara umum, fungsi musik bagi masyarakat Indonesia antara lain sebagai sarana atau
media upacara ritual, media hiburan, media ekspresi diri, media komunikasi, pengiring
tari, dan sarana ekonomi.

1. Sarana upacara budaya (ritual)


          Musik di Indonesia, biasanya berkaitan erat dengan upacara- upacara kematian,
perkawinan, kelahiran, serta upacara keagamaan dan kenegaraan. Di beberapa daerah,
bunyi yang dihasilkan oleh instrumen atau alat tertentu diyakini memiliki kekuatan magis.
Oleh karena itu, instrumen seperti itu dipakai sebagai sarana kegiatan adat masyarakat.
2. Sarana Hiburan
          Dalam hal ini, musik merupakan salah satu cara untuk menghilangkan kejenuhan
akibat rutinitas harian, serta sebagai sarana rekreasi dan ajang pertemuan dengan
warga lainnya. Umumnya masyarakat Indonesia sangat antusias dalam menonton
pagelaran musik. 
3. Sarana Ekspresi Diri
          Bagi para seniman (baik pencipta lagu maupun pemain musik), musik adalah
media untuk mengekspresikan diri mereka. Melalui musik, mereka mengaktualisasikan
potensi dirinya.
4. Sarana Komunikasi
          Di beberapa tempat di Indonesia, bunyi- bunyi tertentu yang memiliki arti tertentu
bagi anggota kelompok masyarakatnya. Umumnya, bunyi- bunyian itu memiliki pola ritme
tertentu, dan menjadi tanda bagi anggota masyarakatnya atas suatu peristiwa atau
kegiatan. 
5. Pengiring Tarian
          Di berbagai daerah di Indonesia, bunyi- bunyian atau musik diciptakan oleh
masyarakat untuk mengiringi tarian- tarian daerah. Oleh sebab itu, kebanyakan tarian
daerah di Indonesia hanya bisa diiringi oleh musik daerahnya sendiri. 
6. Sarana Ekonomi
        Bagi para musisi dan artis professional, musik tidak hanya sekadar berfungsi
sebagai media ekspresi dan aktualisasi diri. Musik juga merupakan sumber penghasilan.
Mereka merekam hasil karya mereka dalam bentuk pita kaset dan cakram padat
(Compact Disk/CD) serta menjualnya ke pasaran. 

Peranan musik tradisional nusantara :


      ~ Sebagai kebanggaan bagi daerah tersebut yang mencerminkan
         kekayaan budaya dengan karakter dan ciri khas yang berbeda
         dengan daerah lain.
      ~ Sebagai media ekspresi dan komunikasi sosial budaya dalam
         masyarakat tersebut.
      ~ Sebagai motifasi untuk melestarikan dan mencintai budaya daerah
         sebagai bagian dari budaya nasional.

Nilai-nilai musikal pada musik tradisional nusantara :


      ~ Media komunikasi dengan tuhannya.
      ~ Media ekspresi.
      ~ Media seni tinggi/artistik.
      ~ Berisi permainan

Jenis Instrumen musik tradisional di Indonesia :


      ~ Instrumen Musik Perkusi
      ~ Instrumen Musik Petik
      ~ Instrumen Musik Gesek
      ~ Instrumen Musik Tiup
      ~ Musik Keroncong
      ~ Musik Dangdut   
      ~ Musik Perjuangan
      ~ Musik Populer (Pop)   

Anda mungkin juga menyukai