WANITA STREETWEAR
Acculturation in Lasem’Batik as a Streetwear Women’s Fashion Design Idea
Korenspondesi Penulis
Email : dewi.ia@art.maranatha.edu
Kata kunci: akulturasi, batik Lasem, berkelanjutan, busana jalanan
Keywords: acculturation, Lasem batik, sustainable, streetwear
ABSTRAK
Akulturasi budaya di Lasem tercermin dalam bentuk warisan kebudayaan masyarakat Tionghoa, salah
satunya adalah batik Lasem. Batik Lasem merupakan batik pesisiran dengan ciri khas motif yang
mengalami perubahan akibat akulturasi budaya, salah satunya motif batik pagi-sore. Batik Lasem motif
pagi-sore merupakan contoh dari busana berkelanjutan karena dalam satu lembar kain batik terdapat
dua desain motif yang berbeda, sehingga dapat memberikan kesan terdapat dua jenis busana. Keunikan
dalam batik Lasem tersebut diangkat menjadi ide penciptaan koleksi busana jalanan bagi kaum dewasa
muda. Tujuan perancangan ini adalah membuat satu koleksi busana wanita dengan gaya busana jalanan
menggunakan batik Lasem motif pagi-sore, sehingga busana yang dihasilkan menampilkan prinsip
berkelanjutan dan akulturasi budaya dalam siluet busananya. Perancangan ini dilakukan dengan
menerapkan Batik Lasem motif pagi-sore melalui metode eksperimentatif dan pengembangan
kreativitas dari unsur imaji Burung Hong dan Naga sebagai wujud akulturasi Budaya Tionghoa ke dalam
manipulasi bordir pada koleksi busana. Melalui koleksi busana ini, batik Lasem diterapkan ke dalam
siluet modest wear dengan bentuk busana klasik namun memberikan kesan modern. Hasil perancangan
busana jalanan dengan batik Lasem sebagai material utama busana berkelanjutan ini dapat membantu
pelestarian budaya dan meningkatkan kecintaan generasi muda terhadap batik Indonesia.
ABSTRACT
Cultural acculturation in Lasem is reflected in the form of Chinese cultural heritage, one of them is batik
Lasem. Batik Lasem is a coastal batik with characteristic motifs that have changed due to cultural
acculturation, such as the morning-dusk batik motifs. The morning-dusk batik Lasem motifs is an example
of a form of sustainable clothing because in one piece of batik cloth there are two different motif designs,
so it can give the impression that there are two types of clothing. The uniqueness in batik Lasem was
adopted as an idea to create a streetwear collection for young adults. The purpose of this design is to
create a collection of women's street fashion style using the morning-dusk Batik Lasem motif, so that the
result clothing displays the sustainability and cultural acculturation principles in their silhouettes. This
design was conducted by applying of morning-dusk batik Lasem motifs through experimental methods
and developing creativity from the elements of the Hong Bird and Dragon images as a form of Chinese
Culture acculturation into embroidery manipulation on clothing collection. Through this fashion
collection, batik Lasem is applied to a modest wear silhouette with a classic form but gives a modern
impression. The results of street style with batik Lasem design as the main material for sustainable
clothing can help preserve culture and increase the younger generation’s love for Indonesian batik.
A.02 | 1
Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik
Membangun Industri Kerajinan dan Batik yang Tangguh di Masa Pandemi
Yogyakarta, 6-7 Oktober 2021 eISSN 2715-7814
PENDAHULUAN
Industri tekstil dan pakaian adalah salah satu penyumbang polusi terbesar pada
lingkungan. Sebanyak 10% emisi karbondioksida global dihasilkan oleh industri fesyen di
dunia. Menurut data dari Ellen MacArthur Foundation (2021), limbah bisnis busana di dunia
mencapai 7,1 triliun rupiah per tahun. Perhatian dan minat para pelaku industri fesyen dalam
fesyen berkelanjutan pun semakin berkembang pesat sejak runtuhnya pabrik garmen Rana
Plaza di Bangladesh pada 2013 yang menewaskan ribuan pekerja. Kini, konsep berkelanjutan
menjadi suatu gerakan global yang mainstream dalam industri fesyen karena bertujuan
melestarikan dan mengurangi kerusakan lingkungan, melestarikan kebudayaan lokal, dan
meningkatkan perlakuan etis terhadap pekerja (Watson & Yan, 2013). Sebagai wujud nyata
dari mendukung program fesyen berkelanjutan salah satunya dengan menggunakan limbah
kain sisa yang dihasilkan oleh industri atau pabrik tekstil. Penggunaan berbagai potongan kain
yang terbuat dari material berbeda tersebut dapat diaplikasikan ke dalam sebuah koleksi
busana bertema busana jalanan (streetwear), sebagaimana ide perancangan yang dilakukan
oleh penulis.
Implementasi dari fesyen berkelanjutan lainnya adalah batik pagi sore, merupakan kain
batik dengan dua motif berbeda dalam satu kain yang saling bertemu di bagian tengah secara
diagonal (Aryani & Aiman, 2020). Batik merupakan salah satu warisan budaya di Indonesia.
Batik dibedakan berdasarkan fungsi dan motifnya, antara lain batik yang dibuat oleh
masyarakat pedalaman di keraton disebut batik pedalaman atau keraton dan yang di wilayah
pantai utara Jawa disebut batik pesisiran (Asa, 2006: 143-144). Lasem merupakan salah satu
kecamatan di Kabupaten Rembang di Jawa Tengah yang memiliki warisan budaya salah
satunya yaitu batik Lasem. Masyarakat Lasem mulai menggali ilmu batik dengan desain yang
telah dikembangkan dari keduanya. Faktor yang mempengaruhi akulturasi budaya di dalam
Batik Lasem adalah faktor internal yakni pengaruh keraton dan budaya lokal masyarakat
pesisiran kemudian faktor eksternal berupa pengaruh budaya asing dari Tiongkok dan
Belanda. Tujuan dilakukannya perancangan ini adalah untuk memberikan rekomendasi desain
busana berkelanjutan dengan menggunakan material batik Lasem motif pagi-sore. Motif pagi-
sore batik Lasem dipilih sebagai material koleksi busana streetwear ini karena menjadi salah
satu wujud dukungan terhadap program fesyen berkelanjutan dengan adanya dua jenis motif
yang berbeda dalam satu kain. Akibat dari keberadaan dua motif dalam satu kain tersebut
diharapkan mampu memberikan kesan yang berbeda terhadap pemakainya. Selain motif pagi-
sore, keunikan lain yang dapat ditemukan dalam batik Lasem adalah kuatnya unsur akulturasi
budaya di dalam motif batiknya. Unsur akulturasi budaya dalam batik Lasem ditemukan dalam
bentuk ragam hias yang khas dari budaya Tionghoa seperti Liong dan burung Hong.
METODOLOGI PENELITIAN
Metode yang dilakukan dalam perancangan ini berbentuk eksperimental deskriptif yang
dibagi dalam beberapa tahap, yaitu : Tahap I, studi literatur mengenai konsep dan teknik
A.02 | 2
Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik
Membangun Industri Kerajinan dan Batik yang Tangguh di Masa Pandemi
Yogyakarta, 6-7 Oktober 2021 eISSN 2715-7814
busana berkelanjutan; Tahap II, studi literatur mengenai batik Lasem dengan kekhasan ragam
hiasnya untuk rujukan eksperimen penerapan dalam desain busana (Aryani, dkk, 2020); Tahap
III, eksperimen beberapa teknik reka tekstil pada busana; Tahap IV, eksekusi antara konsep
pemikiran dalam penelitian berdasarkan tahapan-tahapan yang telah dilakukan sebelumnya
untuk menghasilkan produk berupa desain busana dengan material utama kain batik Lasem.
Inti dari proses penelitian sekaligus perancangan ini adalah kreativitas dan eksperimen (Hall,
2011) sebagaimana penelitian sejenis yakni ide penciptaan motif batik dari unsur material alam
(Abdullah, dkk, 2020).
A.02 | 3
Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik
Membangun Industri Kerajinan dan Batik yang Tangguh di Masa Pandemi
Yogyakarta, 6-7 Oktober 2021 eISSN 2715-7814
Burung Hong dipercaya hanya muncul pada masa damai sehingga seringkali dianggap
lambang keberuntungan dan juga kesuksesan. Jika Naga bersifat Yang, lambang kekuatan dan
kesaktian, mewakili karakter maskulinitas, maka sebaliknya Burung Hong digambarkan bersifat
Yin, lambang feminitas, kelembutan, dan keanggunan (Welch, 2008). Kedua elemen ragam
hias dengan bentuk burung Hong dan Liong tersebut sering ditemukan dalam kain batik
Lasem.
A.02 | 4
Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik
Membangun Industri Kerajinan dan Batik yang Tangguh di Masa Pandemi
Yogyakarta, 6-7 Oktober 2021 eISSN 2715-7814
Motif pagi-sore yang ada dalam Batik Lasem maksudnya adalah kain batik yang terbagi
menjadi dua motif berbeda dan bertemu di bagian tengah kain secara diagonal maupun
vertikal. Desain penempatan motif batik seperti ini muncul pada tahun 1930 di Pekalongan
dan sangat populer pada zaman penjajahan Jepang karena faktor ekonomis. Pada masa itu,
para pembatik mengalami krisis ekonomi dan kesulitan mendapatkan bahan baku sehingga
diperlukan tindakan penghematan yang berakibat pada upaya membuat kain batik dengan
motif pagi-sore yakni dalam satu kain batik memiliki dua desain motif yang berbeda. Oleh
karena itu, masyarakat setempat dapat mengenakan kain batik yang sama dalam satu hari
tanpa harus berganti kain dengan cara pada pagi hari menggunakan sisi motif yang satu
(berwarna lebih gelap) dan pada sore/malam harinya dapat menggunakan motif yang
berbeda dari sisi lainnya (berwarna lebih cerah), sehingga terkesan memakai dua kain yang
berbeda (Aryani, 2020).
A.02 | 5
Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik
Membangun Industri Kerajinan dan Batik yang Tangguh di Masa Pandemi
Yogyakarta, 6-7 Oktober 2021 eISSN 2715-7814
A.02 | 6
Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik
Membangun Industri Kerajinan dan Batik yang Tangguh di Masa Pandemi
Yogyakarta, 6-7 Oktober 2021 eISSN 2715-7814
2. Quilting
Quilting adalah seni menggabungkan bahan kain dengan ukuran dan potongan tertentu
hingga membentuk suatu motif unik seperti halnya patchwork. Bidang patchwork tersebut
kemudian dikombinasikan dengan dakron dan sebidang kain lapis lalu ditindas mengikuti
garis quilting pada bidang patchwork (retrieved from Fitinline, 2016).
Dalam eksperimen reka tekstil dengan teknik quilting ini menggunakan dua jenis yakni
fondation piecing dan sashiko stitching. Fondation piecing dikenal sebagai penyambung
kertas, menjahit potongan kain ke alas sementara atau permanen (Bial, 1996). Sedangkan
Sashiko stitching adalah jahitan dasar dikerjakan dengan benang katun putih tebal biasanya
pada kain berwarna indigo gelap. Teknik ini awalnya digunakan oleh kelas pekerja untuk
menjahit lapisan untuk selimut hangat (Bial, 1996).
A.02 | 7
Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik
Membangun Industri Kerajinan dan Batik yang Tangguh di Masa Pandemi
Yogyakarta, 6-7 Oktober 2021 eISSN 2715-7814
dan konsep fesyen berkelanjutan yang dimaksudkan dalam perancangan koleksi ini meliputi
tiga macam yakni:
1) Segi material pembentuk busana: batik Lasem, baby canvas, denim
2) Segi siluet pecah pola busana: pola coat dan pola jaket
3) Segi fungsi busana: padu padan (mix & match) berkesan casual dan formal.
Material pembentuk busana menggunakan kombinasi beberapa material antara lain batik
Lasem pagi-sore, baby canvas, dan denim. Penggunaan material tersebut karena faktor
keterbatasan dari ketersediaan material yang ada. Contohnya adalah pada kain batik Lasem
pagi-sore dengan motif dan warna tertentu hanya dapat diperoleh dengan cara memesan
secara daring dengan jumlah persediaan yang terbatas dari produsen kain batik di Lasem.
Material lain yakni kain baby canvas dan denim diperoleh dari sisa atau limbah industri tekstil
sehingga besar atau luas kainnya pun berbeda-beda dan dalam bentuk potongan-potongan
tidak beraturan. Begitu pula halnya dengan material kain denim. Oleh karena itu, dilakukan
proses penyortiran dan optimalisasi pola busana pada kain-kain yang ada.
Siluet pecah pola busana yang digunakan dalam perancangan busana streetwear ini
menggunakan dua macam pola yakni coat dan jaket. Alasan pemilihan kedua jenis siluet
busana tersebut adalah coat merupakan salah satu jenis busana bergaya klasik, sehingga
mampu memberikan kesan formal bagi pemakainya. Selain itu material coat biasanya berasal
dari kain yang agak tebal seperti toyobo atau canvas untuk memberikan tampilan yang lebih
rapi (structured look). Sedangkan siluet jaket lebih berkesan casual serta materialnya lebih
bervariatif seperti denim, kaus, corduroy, parasut, dan sebagainya. Material denim dipilih
karena dapat memberikan kesan streetwear yang lebih kuat dibandingkan material lain.
Dengan demikian, penggunaan kedua jenis siluet busana ini mampu menampilkan kesan
formal sekaligus casual bagi pemakainya.
Fungsi busana yang ingin ditampilkan melalui koleksi streetwear SELEMBAR ini adalah
dapat saling dipadu-padankan antara look satu dengan look lainnya sehingga pemakainya
dapat memiliki variasi tampilan busana streetwear yang diinginkan, formal look maupun casual
look. Karena fungsi tersebut maka koleksi busana streetwear SELEMBAR ini dapat
dikategorikan ke dalam busana dengan konsep multiways atau multifungsi yang memenuhi
prinsip fesyen berkelanjutan itu sendiri.
A.02 | 8
Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik
Membangun Industri Kerajinan dan Batik yang Tangguh di Masa Pandemi
Yogyakarta, 6-7 Oktober 2021 eISSN 2715-7814
A.02 | 9
Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik
Membangun Industri Kerajinan dan Batik yang Tangguh di Masa Pandemi
Yogyakarta, 6-7 Oktober 2021 eISSN 2715-7814
A.02 | 10
Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik
Membangun Industri Kerajinan dan Batik yang Tangguh di Masa Pandemi
Yogyakarta, 6-7 Oktober 2021 eISSN 2715-7814
SELEMBAR karena empat desain yang pada setiap tampilan desain busananya memiliki unsur
manipulasi material berupa bordir dan quilting. Desain setiap busana pun memiliki kesan unik
dengan siluet longgar dan menampilkan konsep pakaian klasik berupa coat dan jaket denim.
Berikut adalah keempat desain busana pada koleksi ini:
Gambar 6. Koleksi busana SELEMBAR look 1-4 (tampak depan) dari kiri ke kanan
Gambar 7. Koleksi busana SELEMBAR look 1-4 (tampak belakang) dari kiri ke kanan
Desain Look 1
Desain pertama terdiri atas dua bagian busana yakni atasan dan celana. Desain atasan
dirancang dengan kombinasi antara jaket, coat, dan kemeja yang dibuat asimetris dari bahan
batik, baby canvas, dan denim. Pada bagian material denim di bagian punggung diaplikasikan
manipulasi bordir berupa motif Burung Hong dan Liong dengan huruf Mandarin bermakna
Yin dan Yang. Sedangkan pada bagian celana, dibuat asimetris yang dipadukan dengan kain
batik serta potongan coat di sisi kanan dan kiri bawah dengan tambahan aksen dua tali coat.
A.02 | 11
Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik
Membangun Industri Kerajinan dan Batik yang Tangguh di Masa Pandemi
Yogyakarta, 6-7 Oktober 2021 eISSN 2715-7814
Gambar 8. Tampilan look 1 tampak depan dan belakang (desain dan realisasi)
Desain Look 2
Desain kedua terdiri atas dua bagian busana yaitu atasan dan rok. Desain atasan dirancang
dengan konsep blazer dari bahan batik dan denim. Pada bagian rok ditambahkan manipulasi
bordir berupa Burung Hong, Liong, dan tulisan Mandarin Yin-Yang. Pada bagian roknya dibuat
asimetris dengan kombinasi dari potongan pola coat yang dipadukan dengan kain batik.
Gambar 9. Tampilan look 2 tampak depan dan belakang (desain dan realisasi)
Desain Look 3
Desain look 3 merupakan kombinasi antara coat dan outer. Coat bisa disesuaikan
mengikuti bentuk tubuh yakni pinggang, sedangkan outer dirancang sebagai pengganti ikatan
coat. Untuk bagian coat dibuat asimetris, material batik di bagian kanan ditumpuk dengan
denim membentuk seperti bagian atas dungarees yang dipanjangkan sampai paha. Bagian
pinggang dibuat seperti ban pinggang pada celana jeans. Material yang digunakan selain kain
A.02 | 12
Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik
Membangun Industri Kerajinan dan Batik yang Tangguh di Masa Pandemi
Yogyakarta, 6-7 Oktober 2021 eISSN 2715-7814
Batik Lasem adalah baby canvas dan denim. Pada desain busana ketiga fokus dari manipulasi
bordir ditempatkan pada bagian outer. Desain ketiga tidak direalisasikan karena terkendala
ketersediaan material Batik Lasem yang tidak mencukupi dari supplyer. Sebagai gantinya,
busana dibuat ke dalam konsep toile yakni sampling menggunakan kain belacu.
Gambar 10. Tampilan look 3 tampak depan dan belakang (desain dan toile belacu)
Desain Look 4
Desain look 4 terdiri atas tiga bagian busana yaitu blazer, celana, dan outer. Pada look ini
manipulasi bordir ditempatkan pada bagian outer. Pada bagian blazer dibuat asimetris dengan
batik di sebelah kanan dan bagian lengan dipotong membentuk lubang kotak. Pada bagian
bawah celana dibuat sistem bukaan seperti bagian lengan jaket jeans. Sama seperti halnya
desain ketiga, desain keempat juga tidak direalisasikan karena terkendala ketersediaan
material Batik Lasem yang tidak mencukupi dari supplyer. Sebagai gantinya, busana dibuat ke
dalam konsep toile yakni sampling menggunakan kain belacu.
A.02 | 13
Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik
Membangun Industri Kerajinan dan Batik yang Tangguh di Masa Pandemi
Yogyakarta, 6-7 Oktober 2021 eISSN 2715-7814
Gambar 11. Tampilan look 4 tampak depan dan belakang (desain dan toile belacu)
Selain empat desain busana dalam koleksi SELEMBAR, juga dilengkapi dengan satu desain
sepatu serta satu bucket hat sebagai aksesori. Desain sepatu dirancang dengan desain
kekinian khas anak muda serta memiliki kesan unik. Desain sepatu menggunakan material
canvas dengan manipulating fabric quilting di beberapa bagiannya. Sedangkan desain topi
menggunakan material denim yang tiap potongan kain denimnya memiliki warna berbeda
sehingga memberikan kesan seperti tambalan dari kain perca atau patchwork.
A.02 | 14
Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik
Membangun Industri Kerajinan dan Batik yang Tangguh di Masa Pandemi
Yogyakarta, 6-7 Oktober 2021 eISSN 2715-7814
Diseminasi
Proses akhir dari kegiatan penelitian dan perancangan ini adalah diseminasi. Pada tahap
ini nantinya dilakukan melalui kegiatan promosi serta ketepatan media yang digunakan. Tahap
pertama dari promosi yang dilakukan adalah penyebarluasan informasi melalui konferensi
atau seminar nasional. Dan tahap berikutnya adalah media promosi melalui event fashion
show Evolusia yang akan diselenggarakan pada akhir tahun 2021 di Universitas Kristen
Maranatha.
KONTRIBUSI PENULIS
Kontributor utama pada tulisan ini adalah Dewi Isma Aryani.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, F., dkk. (2020). Krustasea Arafura sebagai Ide Penciptaan Batik. Dinamika Kerajinan dan Batik:
Majalah Ilmiah, 37(2), 119-126.
A.02 | 15
Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik
Membangun Industri Kerajinan dan Batik yang Tangguh di Masa Pandemi
Yogyakarta, 6-7 Oktober 2021 eISSN 2715-7814
Aryani, Dewi Isma. (2019). Semarang's Batik Folklore and Its application in Contemporary Fashion. In
2019 International Conference, The Korean Society of Costume (pp.57-66). Seoul: Chung Ang
University.
Aryani, D. I. & Aiman, H. T. (2020). Pesona Batik Lasem dan Penerapannya Dalam Busana Berkonsep
Kontemporer. In a (Ed), ARTIVAC Prosiding Praktik dan Potensi Budaya Visual Nusantara (pp.33-
36). Bandung: ISBI Bandung.
Aryani, D. I., Janty, T. I., & Valentina, J. (2020). APPLICATION OF BATIK SEMARANG WARAK NGENDOG
PATTERNS TOWARDS MODEST FASHION TRENDS. In Proceeding International Conference 2020:
Reposition of The Art and Cultural Heritage after Pandemic Era (pp.47-53). Bandung: ISBI Bandung.
Asa, Kusnin. (2006). Batik Pekalongan Dalam Lintasan Sejarah. Pekalongan: Paguyuban Pecinta Batik
Pekalongan.
Bial, Raymond. (1996). With Needle and Thread: A Book About Quilts. Boston: Houghton Miffin Harcourt.
Djoemena, N. S. (1986). Ungkapan Sehelai Batik: Batik, Its Mystery and Meaning. Jakarta: Djambatan.
Fitinline. (2016). Pengenalan Teknik Quilting. Retrieved Desember 25, 2020, from
https://fitinline.com/article/read/pengenalan-teknik-quilting/.
Hall, A. (2011). Experimental Design: Design Experimentation. Design Issues, 27(2), 17-26.
Kustedja, S., Sudikno, A., & Salura, P. (2013). Makna Ikon Naga, long 龙, 龍 Elemen Utama Arsitektur
Tradisional Tionghoa. Jurnal Sosioteknologi 30(12), 526-539.
Lukman, C. C., Setyoningrum, Y., & Rismantojo, S. (2020). Nilai Tidak Kasat Mata pada 21 Motif Batik
Lasem Bersertifikat HKI. Bandung: Pelita Ilmu – Anggota IKAPI.
Poespo, Goet. (2018). A to Z Istilah Fashion. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Soerjanto. (1982). Sejarah Perkembangan Batik. Yogyakarta: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Industri Kerajinan dan Batik.
Suliyati, T. & Yuliati, D. (2019). Pengembangan Motif Batik Semarang untuk Penguatan Identitas Budaya
Semarang. Jurnal Sejarah Citra Lekha, 4(1), 61-73.
Vision of a circular economy for fashion. (2021). Retrieved September 4, 2021, from
https://ellenmacarthurfoundation.org/topics/fashion/overview.
Watson, M.Z. & Yan, R. N. (2013). An Exploratory Study of the Decision Process of Fast versus Slow
Fashion Consumer. Journal of Fashion Marketing and Management, 17(2), 141-159.
Welch, P. B. (2008). Chinese Art: A Guide to Motifs and Visual Imagery. United States: Tuttle Publishing.
Williams, C. A. S. (2006). Chinese Symbolism and Art Motifs (Ed. 4). United States: Tuttle Publishing.
A.02 | 16
Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik
Membangun Industri Kerajinan dan Batik yang Tangguh di Masa Pandemi
Yogyakarta, 6-7 Oktober 2021 eISSN 2715-7814
Judul Makalah : Akulturasi dalam Batik Lasem sebagai Ide Perancangan Busana
Wanita Streetwear
Jawaban : Untuk sejarah belum ada sumber yang pasti. Salah satu keterangan yaitu
dari penerus batik Sekar Kencana. Salah satu yang dibahas adalah apakah
ada pengaruh unsur Islam di motif Batik Lasem yang didominasi budaya
Cina dan pesisir (kerajaan-kerajaan di Jawa pada masa lampau). Menurut
beliau sejauh ini tidak ada unsur Islam. Kalaupun ada, hanya dari segi
warnanya yang mungkin ada akulturasi dari Laksamana Cheng Ho (belum
ada bukti otentiknya).
Dulu ada produsen blangko batik membuat template dari Lasem, Solo,
Pekalongan yang kemudian digabung menjadi Batik Tiga Negeri atau
Emapat Negeri. Kemungkinan dari situlah pengaruh Mataraman masuk
ke Batik Lasem. Belum diteliti lebih lanjut tentang pengaruh Mataraman
Pertanyaan : Terkait dengan sustainable fashion, dari karya tersebut di bagian mana
penerapan sustainable fashionnya? Apakah prosesnya, materialnya, atau
cutting bahannya?
Jawaban : Proyek ini dari Tugas Akhir mahasiswa. Sustainable fashion diterapkan di
semua prosesnya. Dalam proyek ini digunakan kain batik Pagi Sore yang
memiliki dua motif dalam 1 kain. Biasanya 1 lembar kain batik hanya bisa
jadi satu busana, di sini bisa jadi 2 look dengan cara menggabungkannya
dengan material lain, sehingga perlu menggunakan cutting yang pas.
Kain yang digunakan adalah baby canvas dan denim dari sisaan matrik,
bukan material utuh. Digabung dengan batik, imagenya agar batik lebih
muda sesuai gaya keseharian street wear untuk anak muda. Proses dan
material, cutting dan polanya menjadi satu kesatuan yg komprehensif
dan sustainable.
A.02 | 17