Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berbagai penyakit menular masih tetap dirasakan oleh sebagian besar
penduduk Negara sedang berkembang. Salah satunya adalah penyakit menular
yang penularannya melalui vektor nyamuk. Kejadian penyakit yang penularannya
dibawa oleh vektor nyamuk tersebut, disebabkan oleh tingginya kepadatan vektor
nyamuk khususnya di Indonesia.
Nyamuk termasuk serangga (Arthropoda: Insecta). Tubuhnya terbagi tiga
bagian: kaput, toraks, abdomen. Pada kepala ada bagian mulut yang disebut
probosis yang lurus ke depan (pada Tribus Culicini dan Anphelini) atau bagian
depannya melemgkung ke arah perut (Tribus Megarhini), sepasang antena, dan
sepasang palpus maksilaris. Terdiri dari 3453 spesies, salah satu diantaranya
adalah nyamuk culex sp.
Nyamuk Culex spp sudah tersebar luas di berbagai belahan dunia dari daerah
tropis hingga sub tropis yang merupakan nyamuk pembawa vektor filariasis, dan
virus. Ada beberapa spesies nyamuk Culex yang ditemukan di dunia diketahui
sebagai vektor penyakit yaitu, Culex tritaeniorhynchus, adalah nyamuk yang
vektor utama dari Japanese ensephalitis di daerah Asia Selatan, Asia Tenggara,
Asia Pasifik dan Asia Barat, termasuk di Republic of Korea (ROK). Data kasus
Japanese ensephalitis di daerah itu, pada tahun 1982 yaitu, 1197 kasus yang
dilaporkan di ROK. Nyamuk tersebut sudah resisten terhadap obat insektisida.1,2
Culex pipiens juga banyak dilaporkan sebagai vektor penyakit West Nile and St.
Louis encephalitis viruses, dan vektor cacing Wuchereria brancrofti yang
menyebabkan filariasis. 3,4 Satu genus dengan Culex pipens seperti Culex
quinquefasciatus, yang sekarang ini diteliti sebagai vektor filariasis dari
Wuchereria brancrofti.
Penyebaran nyamuk Culex spp ditemukan di daerah tropis dan sub tropis,
khususnya di Indonesia. Di Indonesia nyamuk Culex spp penyebarannya di
seluruh daerah adalah merata khususnya di daerah Sumatera, Jawa, Sulawesi,

1
Kalimantan, NTT dan Irian Jaya. Pemerataan penyebaran nyamuk Culex spp di
Indonesia karena habitat dari nyamuk Culex spp yang ditemukan di daerah
persawahan dan perkotaan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas rumusan masalah pada makalah ini adalah:
1. Bagaimana toksonomi, morfologi, dan siklus hidup nyamuk Culex?
2. Bagaimana bionomik nyamuk Culex?
3. Bagaimana pengendalian nyamuk Culex?
4. Bagaimana habitat nyamuk Culex?
5. Faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan nyamuk Culex?
6. Bagaimana gejala klinis penyakit yang di timbulkan oleh vector nyamuk
Culex?
7. Bagaimana pencegahan nyamuk Culex?

C. Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, penulisan
makalah ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui taxonomi, morfologi dan epidemiologi nyamuk Culex.
2. Mengetahui bionomik, pengendalian dan habitat nyamuk Culex.
3. Mengetahui faktor yang mempengaruhi perkembangan nyamuk Culex dan
meningkatkan wawasan tentang segala aspek nyamuk Culex.
4. Memenuhi tugas dalam mata kuliah.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Nyamuk Culex

Nyamuk Culex sp merupakan golongan serangga penular (vektor).


Nyamuk dari genus Culex sp dapat menyebarkan penyakit Japanese
Encephalitis (radang otak), dan Filariasis. Japanese Encephalitis (JE) adalah
suatu penyakit yang menyerang susunan syaraf pusat yang disebabkan
oleh virus. Ada beberapa macam encephalitis diantaranya Japanese
Encephalitis dan St Louis Encephalitis. Di lingkungan pemukiman nyamuk
Culex sp mempunyai aktivitas pada malam hari, yaitu pada permulaan
malam, sesudah matahari terbenam sampai dengan matahari terbit. Tempat
perindukan nyamuk Culex sp di sembarang tempat misalnya di air bersih,
air kotor yaitu genangan air, got terbuka. Nyamuk Culex sp suka
beristirahat dalam rumah pada kelambu, tali jemuran atau kain/benda
tergantung yang berada di tempat lembab dan kurang cahaya, pada
ketinggian 0 - > 225 cm di atas permukaan tanah. Tempat-tempat yang
disenangi nyamuk untuk hinggap dan beristirahat adalah tempat gelap,
lembab dan sedikit angin. Termasuk di kamar tidur, kamar mandi, kamar

3
kecil, maupun di dapur. Di dalam ruangan, permukaan istirahat yang mereka
suka adalah di bawah furniture, benda yang tergantung seperti baju dan
korden.

B. Taksonomi Nyamuk Culex sp


Nyamuk merupakan vektor dari berbagai penyakit menular di dunia. Ada
beribu-ribu jenis spesies nyamuk yang tersebar diseluruh dunia, family
culicidae sendiri memiliki 3.531 spesies dengan 2 subfamily dan 113 genera
( MTI,2011). Genus culex memiliki 26 subgenera dengan 768 jenis spesies
yang tersebar di seluruh dunia. Beberapa spesies tertentu dari genus ini
menjadi vektor transmisi berbagai infeksi arbovirus dan filariasis ke manusia
dan hewan-hewan lainnya (Azari-Hamidian,2007).
Berikut adalah taksonomi atau nama ilmiah nyamuk culex spp. menurut
WRBU,2010 dan MTI,2011 :
a. Domain : Eukaryota
b. Kingdom : Animalia
c. Subkingdom : Bilateria
d. Branch : Protostomia
e. Infrakingdom : Ecdysozoa
f. Superfilum : Panarthropoda
g. Filum : Arthropoda
h. Subfilum : Mandibulata
i. Infrafilum : Artelocerata
j. Superkelas : Panhexapoda
k. Epikelas : Hexapoda
l. Kelas : Insecta
m. Subkelas : Dicondylia
n. Infrakelas : Pterygota
o. Superordo : Panorpida
p. Ordo : Diptera
q. Subordo : Nematocera

4
r. Infraordo : Culicomorpha
s. Superfamily : Culicoidea
t. Family : Culicidae
u. Subfamily : Culicinae
v. Tribus : Culicini
w. Genus : Culex

C. Morfologi Nyamuk Culex sp


Nyamuk mempunyai beberapa ciri yaitu tubuhnya dibedakan atas
kaput, toraks, abdomen dan mempunyai 3 pasang kaki dan sepasang antena.
Satu pasang sayap dan halter menempatkan nyamuk dalam ordo Diptera.
Sisik pada sayap dan adanya alat mulut yang panjang seperti jarum
menempatkan nyamuk ke dalam familia Culicidae (Borror dkk., 1992).
Genus Culex dicirikan dengan bentuk abdomen nyamuk betina yang
tumpul pada bagian ujungnya.Kepala Culex umumnya bulat atau sferik dan
memiliki sepasang mata, sepasangantena, sepasang palpi yang terdiri atas
5 segmen dan 1 probosis antena yang terdiri atas 15 segmen. Berbeda
dengan 6 Aedes, pada genus Culex tidak terdapatrambut pada spiracular
maupun pada post spiracular. Panjang palpus maxillaries nyamuk jantan sama
dengan proboscis. Bagian toraks nyamuk terdiri atas 3 bagian yaitu
protoraks, mesotoraks dan metatoraks. Bagian metatoraks mengecil dan
terdapat sepasang sayap yang mengalami modifikasi menjadi halter.
Abdomen terdiri atas segmen tanpa bintik putih di tiap segmen.

5
Ciri lain dari nyamuk Culex adalah posisi yang sejajar dengan bidang
permukaan yang dihinggapi saat istirahat atau saat menusuk dengan kaki
belakang yang sedikit terangkat (Setiawati, 2000).Genus Culex dikenali
dengan struktur sketelumnya yang trilobus, ujung abdomen yang tumpul
dan badannya yang penuh dengan sisik-sisik. Selain itu, struktur yang
membedakan genus ini dengan genus yang lain adalah struktur yang disebut
pulvilus yang berdekatan dengan kuku diujung skaki nyamuk (Setiawati,
2000). Nyamuk Culex quinquefasciatus berwarna coklat, berukuran
sedang,dengan bintik-bintik putih di bagian dorsal abdomen. Sedangkan
kaki danproboscis berwarna hitam polos tanpa bintik-bintik putih.
Spesies ini sulit dibedakan dengan nyamuk genus Culex lainnya.
a. Sistem Peredaran Darah
Pada serangga, darah (atau lebih dikenal sebagai hemolimfe) tidak
terlibat dalam peredaran oksigen. Oksigen pada serangga diedarkan
melalui sistem trakea berupa saluran-saluran yang menyalurkan udara
secara langsung ke jaringan tubuh. Darah serangga mengangkut zat ke
jaringan tubuh dan menyingkirkan bahan sisa metabolisme.
b. Sistem Pernafasan
Corong hawa (trakea) adalah alat pernapasan yang dimiliki oleh
serangga dan arthropoda lainnya. Pembuluh trakea bermuara pada
lubang kecil yang ada di kerangka luar (eksoskeleton) yang disebut
spirakel. Spirakel berbentuk pembuluh silindris yang berlapis zat kitin,
dan terletak berpasangan pada setiap segmen tubuh.
Spirakel mempunyai katup yang dikontrol oleh otot sehingga
membuka dan menutupnya spirakel terjadi secara teratur. Pada
umumnya spirakel terbuka selama serangga terbang, dan tertutup saat
serangga beristirahat.
Oksigen dari luar masuk lewat spirakel. Kemudian udara dari
spirakel menuju pembuluh-pembuluh trakea dan selanjutnya pembuluh
trakea bercabang lagi menjadi cabang halus yang disebut trakeolus
sehingga dapat mencapai seluruh jaringan dan alat tubuh bagian dalam.

6
Trakeolus tidak berlapis kitin, berisi cairan, dan dibentuk oleh sel yang
disebut trakeoblas. Pertukaran gas terjadi antara trakeolus dengan sel-
sel tubuh. Trakeolus ini mempunyai fungsi yang sama dengan kapiler
pada sistem pengangkutan (transportasi) pada vertebrata.
c. Sistem Pencernaan
Sebagaimana pada cacing tanah, serangga memiliki sistem
pencernaan makanan yang sudah sempurna, mulai dari mulut,
kerongkongan, lambung, usus sampai anus. Pencernaan pada serangga
dilakukan secara ekstrasel.

D. Siklus Hidup

a. Telur
Seekor nyamuk betina mampu meletakan 100-400 butir telur. Setiap
spesies nyamuk mempunyai kebiasaan yang berbeda-beda. Nyamuk
Culex sp meletakan telurnya diatas permukaan air secara bergelombolan
dan bersatu membentuk rakit sehingga mampu untuk mengapung.
b. Larva
Setelah kontak dengan air, telur akan menetas dalam waktu 2-3 hari.
Pertumbuhan dan perkembangan larva dipengaruhi oleh faktor
temperature, tempat perindukan dan ada tidaknya hewan predator. Pada
kondisi optimum waktu yang dibutuhkan mulai dari penetasan sampai
dewasa kurang lebih 5 hari.

7
c. Pupa
Pupa merupakan stadium terakhir dari nyamuk yang berada di dalam
air, pada stadium ini tidak memerlukan makanan dan terjadi
pembentukan sayap hingga dapat terbang, stadium kepompong memakan
waktu lebih kurang satu sampai dua hari. Pada fase ini nyamuk
membutuhkan 2-5 hari untuk menjadi nyamuk, dan selama fase ini pupa
tidak akan makan apapun dan akan keluar dari larva menjadi nyamuk
yang dapat terbang dan keluar dari air.
d. Dewasa
Setelah muncul dari pupa nyamuk jantan dan betina akan kawin dan
nyamuk betina yang sudah dibuahi akan menghisap darah waktu 24-36
jam. Darah merupakan sumber protein yang esensial untuk
mematangkan telur. Perkembangan telur hingga dewasa memerlukan
waktu sekitar 10 sampai 12 hari.
Nyamuk Culex sp betina dapat meletakkan telur sampai 100 butir
setiap datang waktu bertelur. Telur – telur tersebut diletakkan diatas
permukaan air dalam keadaan menempel pada dinding vertical bagian
dalam tempat – tempat penampungan air . Nyamuk Culex sp betina lebih
menyukai tempat penampungan air yang tertutup longgar untuk
meletakkan telurnya dibandingkan dengan tempat penampunga air yang
terbuka, karena tempat penampungan air yang tertutup longgar tutupnya
jarang dipasang dengan baik sehingga mengakibatkan ruang didalamnya
lebih gelap (Sumarmo,1988). Telur akan menetas dalam waktu 1-3 hari
pada suhu 30o C, sementara pada suhu 16o C telur akan menetas dalam
waktu 7 hari. Telur dapat bertahan tanpa media air dengan syarat tempat
tersebut lembab.
Telur dapat bertahan sampai berbulan – bulan pada suhu -2o C
sampai 42o C. Stadium larva berlangsung selama 6-8 hari. Stadium larva
terbagi menjadi 4 tingkatanperkembangan atau instar. Instar I terjadi
setelah 1-2 hari telur menetas, Instar II terjadi setelah 2-3 hari telur
menetas, instar III terjadi setelah 3-4 hari telur menetas dan instar IV

8
terjadi setelah 4-6 hari telur menetas. Stadium pupa terjadi seteah 6 -7
hari telur menetas. Stadium pupa berlangsung selama 2 -3 hari.
Lama waktu stadium pupa dapat diperpanjang dengan menurunkan
suhu pada tempat perkembangbiakan, tetapi pada suhu yang sangat
rendah dibawah 10o C pupa tidak mengalami perkembangan.(Upik
Kesumawati Hadi dan Susi Soviana ,2000). Stadium dewasa terjadi
setelah 9 – 10 hari telur menetas. Meskipun umur nyamuk Culex sp
betina di alam pendek yaitu kira – kira2 minggu, tetapi waktu tersebut
cukup bagi nyamuk Culex sp. Betina untuk menyebarkan virus dengue
dari manusia yang terinfeksi ke manusia yang lain. (Soedarto, 1992).
Pupa - pupa merupakan stadium terakhir dari nyamuk yang berada di
dalam air, pada stadium ini tidak memerlukan makanan dan terjadi
pembentukan sayap hingga dapat terbang, stadium kepompong memakan
waktu lebih kurang satu sampai dua hari. Pada fase ini nyamuk
membutuhkan 2-5 hari untuk menjadi nyamuk, dan selama fase ini pupa
tidak akan makan apapun dan akan keluar dari larva menjadi nyamuk
yang dapat terbang dan keluar dari air. Dewasa Setelah muncul dari pupa
nyamuk jantan dan betina akan kawin dan nyamuk betina yang sudah
dibuahi akan menghisap darah waktu 24-36 jam. Darah merupakan
sumber protein yang esensial untuk mematangkan telur. Perkembangan
telur hingga dewasa memerlukan waktu sekitar 10 sampai 12 hari.

E. Bionomik Nyamuk Culex sp


Nyamuk betina menghisap darah untuk proses pematangan telur, berbeda
dengan nyamuk jantan. Nyamuk jantan tidak memerlukan darah tetapi hanya
menghisap sari bunga. Setiap nyamuk mempunyai waktu menggigit,
kesukaan menggigit, tempat beristirahat dan berkembang biak yang berbeda-
beda satu dengan yang lain.

9
a. Tempat berkembang biak
Nyamuk Culex sp suka berkembang biak di sembarang tempat
misalnya di air bersih dan air yang kotor yaitu genangan air, got terbuka
dan empang ikan.
b. Perilaku makan
Nyamuk Culex sp suka menggigit manusia dan hewan terutama pada
malam hari. Nyamuk Culex sp suka menggigit binatang peliharaan,
unggas, kambing, kerbau dan sapi. Menurut penelitian yang lalu
kepadatan menggigit manusia di dalam dan di luar rumah nyamuk Culex
sp hampir sama yaitu di luar rumah (52,8%) dan kepadatan menggigit di
dalam rumah (47,14%), namun ternyata angka dominasi menggigit
umpan nyamuk manusia di dalam rumah lebih tinggi (0,64643) dari
nyamuk menggigit umpan orang di luar rumah (0,60135).
c. Kesukaan beristirahat
Setelah nyamuk menggigit orang atau hewan nyamuk tersebut akan
beristirahat selama 2 sampai 3 hari. Setiap spesies nyamuk mempunyai
kesukaan beristirahat yang berbeda-beda. Nyamuk Culex sp suka
beristirahat dalam rumah. Nyamuk ini sering berada dalam rumah
sehingga di kenal dengan nyamuk rumahan.
d. Aktifitas menghisap darah
Nyamuk Culex sp suka menggigit manusia dan hewan terutama pada
malam hari (nocturnal). Nyamuk Culex sp menggigit beberapa jam
setelah matahari terbenam sampai sebelum matahari terbit. Dan puncak
menggigit nyamuk ini adalah pada pukul 01.00-02.00.

F. Pengendalian Nyamuk Culex sp


Secara garis besar ada 4 cara pengendalian vector, yaitu dengan cara 1)
kimiawi, 2) biologis, 3) radiasi, dan 4) mekanik/pengelolaan lingkungan
(Dinata, 2006).
Pengendalian secara kimiawi biasanya digunakan insektisida dari
golongan orghanochlorine, organophosphor, carbamate dan pyrethoid. Bahan-

10
bahan tersebut dapat diaplikasikan dalam bentuk penyemprotan terhadap
rumah-rumah penduduk (Dinata, 2006).
Pengendalian lingkungan digunakan beberapa cara antara lain dengan
mencegah nyamuk kontak dengan manusia yaitu dengan memasang kawat
kasa pada lubang ventilasi, jendela dan pintu. Cara yang lain yaitu dengan
gerakan 3M “Plus” yaitu: 1) menguras tempat-tempat penampungan air, 2)
menutup rapat tempat penampungan air, 3) menimbun barang-barang bekas
atau sampah yang dapat menampung air hujan dalam tanah. “Plus” menabur
bubuk pembasmi jentik (larvasida), memelihara ikan pemakan jentik di
tempat penampungan air dan pemasangan kelambu (Dinata, 2006).

G. Habitat
Nyamuk dewasa merupakan ukuran paling tepat untuk memprediksi
potensi penularan arbovirus. Larva dapat di temukan dalam air yang
mengandung tinggi pencemaran organik dan dekat dengan tempat tinggal
manusia. Betina siap memasuki rumah-rumah di malam hari dan menggigit
manusia dalam preferensi untuk mamalia lain.

H. Faktor Lingkungan Fisik


a. Suhu
Faktor suhu sangat mempengaruhi nyamuk Culex sp dimana suhu
yang tinggi akan meningkatkan aktivitas nyamuk dan perkembangannya
bisa menjadi lebih cepat tetapi apabila suhu di atas 350C akan membatasi
populasi nyamuk. Suhu optimum untuk pertumbuhan nyamuk berkisar
antara 200C – 300C. Suhu udara mempengaruhi perkembangan virus
dalam tubuh nyamuk.
b. Kelembaban Udara
Kelembaban udara adalah banyaknya uap air yang terkandung dalam
udara yang dinyatakan dalam (%). Jika udara kekurangan uap airyang
besar maka daya penguapannya juga besar. Sistem pernafasan nyamuk
menggunakan pipa udara (trachea) dengan lubang-lubang pada dinding

11
tubuh nyamuk (spiracle). Adanya spiracle yang terbuka lebar tanpa ada
mekanisme pengaturannya. Pada saat kelembaban rendah menyebabkan
penguapan air dalam tubuh sehingga menyebabkan keringnya cairan
tubuh. Salah satu musuh nyamuk adalah penguapan, kelembaban
mempengaruhi umur nyamuk, jarak terbang, kecepatan berkembang biak,
kebiasaan menggigit, istirahat dan lain-lain.
c. Pencahayaan
Pencahayaan ialah jumlah intensitas cahaya menuju ke permukaan
per unit luas. Merupakan pengukuran keamatan cahaya tuju yang diserap.
Begitu juga dengan kepancaran berkilau yaitu intensitas cahaya per unit
luas yang dipancarkan dari pada suatu permukaan. Dalam unit terbitan
SI, kedua-duanya diukur dengan menggunakan unit lux (lx)atau lumen
per meter persegi (cd.sr.m-2). Bila dikaitkan antara intensitas cahaya
terhadap suhu dan kelembaban, hal ini sangat berpengaruh. Semakin
tinggi atau besar intensitas cahaya yang dipancarkan ke permukaan maka
keadaan suhu lingkungan juga akan semakin tinggi. Begitu juga dengan
kelembaban, semakin tinggi atau besar intensitas cahaya yang
dipancarkan ke suatu permukaan maka kelembaban di suatu lingkungan
tersebut akan menjadi lebih rendah.

I. Patologi dan Gejala Klinis


Culex sp adalah genus dari nyamuk yang berperan sebagai vektor
penyakit yang penting seperti West Nile Virus, Filariasis, Japanese
enchepalitis, St Louis encephalitis. Gejala klisnis filariasis limfatik
disebabkan oleh microfilaria dan cacing dewasa baik yang hidup maupun
yang mati. Microfilaria biasanya tidak menimbulkan kelainan tetapi dalam
keadaan tertentu dapat menyebabkan occult filariasis. Gejala yang
disebabkan oleh cacing dewasa menyebabkan limfadenitis dan limfagitis
retrograd dalam stadium akut, disusul dengan okstruktif menahun 10 sampai
15 tahun kemudiam. Perjalanan filariasis dapat dibagi beberapa stadium:
stadium mikrofilaremia tanpa gejala klinis, stadium akut dan stadium

12
menahun. Ketiga stadium tumpang tindih, tanpa ada batasan yang nyata.
Gejala klinis filariasis bankrofti yang terdapat di suatu daerah mungkin
berbeda dengan dengan yang terdapat di daerah lain (Parasitologi
Kedokteran, 2008).
Pada penderita mikrofilaremia tanpa gejala klinis, pemeriksaan dengan
limfosintigrafi menunjukkan adanya kerusakan limfe. Cacing dewasa hidup
dapat menyumbat saluran limfe dan terjadi dilatasi pada saluran limfe, disebut
lymphangiektasia. Jika jumlah cacing dewasa banyak dan lymphangietaksia
terjadi secara intensif menyebabkan disfungsi system limfatik. Cacing yang
mati menimbulkan reaksi imflamasi. Setelah infiltrasi limfositik yang
intensif, lumen tertutup dan cacing mengalami kalsifikasi. Sumba’
tan sirkulasi limfatik terus berlanjut pada individu yang terinfeksi berat
sampai semua saluran limfatik tertutup menyebabkan limfedema di daerah
yang terkena. Selain itu, juga terjadi hipertrofi otot polos di sekitar daerah
yang terkena (Pathology Basic of Disease, 2005).
Stadium akut ditandai dengan peradangan pada saluran dan kelenjar
limfe, berupa limfaadenitis dan limfagitis retrograd yang disertai demam dan
malaise. Gejala peradangan tersebut hilang timbul beberapa kali setahun dan
berlangsung beberapa hari sampai satu atau dua minggu lamanya. Peradangan
pada system limfatik alat kelamin laki-laki seperti funikulitis, epididimitis
dan orkitis sering dijumpai. Saluran sperma meradang, membengkak
menyerupai tali dan sangat nyeri pada perabaan. Kadang-kadang saluran
sperma yang meradang tersebut menyerupai hernia inkarserata. Pada stadium
menahun gejala klinis yang paling sering dijumpai adalah hidrokel. Dapat
pula dijumpai gejala limfedema dan elephantiasis yang mengenai seluruh
tungkai, seluruh lengan, testis, payudara dan vulva. Kadang-kadanag terjadi
kiluria, yaitu urin yang berwarna putih susu yang terjadi karena dilatasi
pembuluh limfe pada system ekskretori dan urinary. Umumnya penduduk
yang tinggal di daerah endemis tidak menunjukan peradangan yang berat
walaupun mereka mengandung mikrofilaria (Parasitologi Kedokteran, 2008).

13
J. Pencegahan
Pencegahan nyamuk dapat dibagi menjadi tiga yaitu :
a. Pencegahan secara mekanik
Cara ini dapat di lakukan dengan mengubur kaleng-kaleng atau
tempat-tempat sejenis yang dapat menampung air hujan
danmembersihkan lingkungan yang berpotensial di jadikan sebagai
sarang nyamuk Culex sp misalnya got dan potongan bambu.
Pengendalian mekanis lain yang dapat dilakukan adalah pemasangan
kelambu dan pemasangan perangkap nyamuk baik menggunakan cahaya
lampu dan raket pemukul.
b. Pencegahan secara biologi
Intervensi yang di dasarkan pada pengenalan organisme pemangsa,
parasit, pesaing untuk menurunkan jumlah Culex sp. Ikan pemangsa
larva misalnya ikan kepala timah, gambusia ikan mujaer dan nila di bak
dan tempat yang tidak bisa ditembus sinar matahari misalnya tumbuhan
bakau sehingga larva itu dapat di makan oleh ikan tersebut dan
merupakan dua organisme yang paling sering di gunakan. Keuntungan
dari tindakan pengendalian secara biologis mencakup tidak adanya
kontaminasi kimiawi terhadap lingkungan.
Selain dengan penggunaan organisme pemangsa dan pemakan larva
nyamuk pengendalian dapat di lakukan dengan pembersihan tanaman air
dan rawa-rawa yang merupakan tempat perindukan nyamuk, menimbun,
mengeringkan atau mengalirkan genangan air sebagai tempat perindukan
nyamuk dan membersihkan semak-semak di sekitar rumah dan dengan
adanya ternak seperti sapi, k erbau dan babi dapat mengurangi jumlah
gigitan nyamuk pada manusia apabila kandang ternak di letakkan jauh
dari rumah.
c. Pencegahan secara kimia.
Penggunaan insektisida secara tidak tepat untuk pencegahan dan
pengendalian infeksi dengue harus dihindarkan. Selama periode sedikit
atau tidak ada aktifitas virus dengue, tindakan reduksi sumber larva

14
secara rutin, pada lingkungan dapat dipadukan dengan penggunaan
larvasida dalam wadah yang tidak dapat dibuang, ditutup, diisi atau
ditangani dengan cara lain.

15
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Nyamuk Culex merupakan salah satu vector yang dapat menyebarkan
penyakit Japanese Encephalitis (radang otak) dan Filariasis. Penyebaran nyamuk
Culex spp merata di daerah Sumatera, Jawa, Sulawesi, Kalimantan, NTT dan Irian
Jaya. Dalam siklus hidupnya, seekor nyamuk betina mampu meletakan 100-400
butir telur. Telur akan berkembang menjadi larva, pupa dan nyamuk dewasa.
Sehingga jumlah telur yang banyak ini meningkatkan jumlah nyamuk dewasa
yang akan menyebarkan penyakit JE dan Filariasis. Akibat penyebaran nyamuk
yang merata, serta jumlah telur yang dihasilkan nyamuk Culex banyak. Maka
diperlukan berbagai cara pengendalian vector nyamuk ini untuk menurunkan
kejadian penyakit menular yang di sebarkan nyamuk Culex.

B. Saran
Pengendalian vector nyamuk Culex sangat penting untuk menurunkan
kejadian penyakit Japanese Encephalitis dan Filariasis. Diantaranya adalah:
1. Menggunakan insektisida
2. Memasang kawat kasa pada lubang ventilasi, jendela dan pintu.
3. Gerakan 3M “Plus” yaitu: menguras tempat-tempat penampungan air,
menutup rapat tempat penampungan air, dan menimbun barang-barang bekas
atau sampah yang dapat menampung air hujan dalam tanah. “Plus” menabur
bubuk pembasmi jentik (larvasida), memelihara ikan pemakan jentik di tempat
penampungan air dan pemasangan kelambu.

16

Anda mungkin juga menyukai