Anda di halaman 1dari 9

Kegiatan 2

1. Judul Praktikum
Identifikasi vector penyakit
2. Tujuan Praktikum
1. Mengenal dan mengidentifikasi jentik dan nyamuk dewasa sebagai vektor penyakit
2. Mengindentifikasi jenis lalat dan menghitung kepadatan lalat
3. Mengindentifikasi jenis tikus, menghitung kepadatan tikus dan ektoparasit
3. Dasar Teori
1. Vektor Nyamuk
Nyamuk termasuk jenis serangga dalam ordo diptera, dari kelas insecta. Nyamuk
mempunyai dua sayap bersisik, tubuh yang langsing dan enam kaki panjang. Antar spesies
berbeda-beda tetapi jarang sekali panjangnya melebihi 15 mm. Nyamuk mengalami empat tahap
dalam siklus hidup yaitu telur, larva, pupa dan dewasa. Pada dasarnya nyamuk jantan dan betina
memakan cairan nektar bunga sebagai sumber makanan, akan tetapi nyamuk betina juga
menghisap darah manusia atau hewan demi kelangsungan spesiesnya. Nyamuk betina menghisap
darah bukan untuk mendapatkan makanan melainkan untuk mendapatkan protein yang terdapat
dalam darah sebagai nutrisi untuk pematangan telurnya (Silva, 2003).
Nyamuk merupakan salah satu jenis spesies serangga pengisap darah yang paling penting
diantara banyak jenis serangga pengisap darah lainnya. Sekalipun tidak semua spesies
mendatangkan penyakit bagi manusia, namun di antara berbagai jenis serangga, maka nyamuk
adalah yang paling ditakuti. Karena beberapa diantaranya dapat mendatangkan penyakit yang
membahayakan kehidupan seperti anopheles yang menyebabkan penyakit malaria, Aedes egypty
yang menyebabkan Demam Berdarah Dengue (DBD), demam kuning (yellow fever), Culex,
mansonia dan Anopheles gambiae yang menyebabkan penyakit filariasis penyakit serta culex
pipiens dan culex tarsalis yang menyebabkan penyakit encephalitis.
Berdasarkan klasifikasinya nyamuk dapat dibedakan jenisnya dari perbedaan bentuk
morfologi nyamuk dewasa. Tubuh nyamuk dewasa terdiri dari caput (kepala), thorak (dada), dan
abdomen (perut) (Rueda, 2004).
1. Nyamuk Aedes Aegypti
Aedes aegypti merupakan salah satu vektor DBD selain Aedes albopictus. Aedes aegypti
dan Aedes albopictus berbeda dalam hal habitat. Aedes aegypti sering ditemui di dalam dan
sekitar rumah sedangkan Aedes albopictus lebih sering berada di pekarangan rumah. Aedes
aegypti juga lebih ditemukan di daerah perkotaan dibandingkan dengan Aedes albopictus
(Kristina dan Wulandari2004). Adapun ciri-ciri umumnya adalah :
a). Ukuran sedang, warna hitam dan terdapat garis-garis dan titik-titik putih pada badan dan
kaki.
b). Nyamuk betina mempunyai antena dengan bulu yang tidak lebat, sikap hinggap sejajar
sama dengan culex maupun mansonia
c). Aedes aegypti: sebagai vektor penyakit DHF (Dengue Haemorhagic Fevers.
d). Aedes albopictus Sebagai vektor penyakit demam fever demam kuning maupun
chikungunya.
Nyamuk Aedes aegypti mengalami metamorfosis yang sempurna (holometabola) yang
terdiri dari telur, larva, pupa, dan nyamuk dewasa (Nurmaini, 2003). Stadium dalam siklus
hidup Aedes aegyptiadalah sebagai berikut:
1). Stadium Telur
a). Bentuk lonjong, agak memipih, berwarna kekuningan, setelah agak tua akan berwarna
coklat
b). Permukaan telur terdapat lapisan seperti kain kassa
c). Ujung telur terdapat corolla;
d). Tidak mempunyai pelampung,
e). Diletakkan satu-satu diletakkan dipermukaan air dan menempel pada beana f) Dalam
keadaan lembab tahan sampai 6 bulan.
2). Stadium Larva/jentik
a). Terdapat pada air yang jernih;
b). Sikapnya membuat sudut 45 derajat dengan permukaan air dan bagian kemalan
dibawah;
c). Mempunyai siphon yang relatif pendek dan gemuk yang berwarna gelap dengan
mempunyai satu rumpun bulu yang berfungsi untuk bernafas
d). Pada segmen ke-8 terdapat deretan sisir sebanyak 8-12 buah bentuknya seperti mahkota
(A. aegypti).
3). Stadium pupa
a). Bentuk seperti koma;
b) Terdiri atas cephalothorax dan abdomen,
c). Mempunyai siphon
d). Mempunyai terompet yang digunakan untuk bernafas pada thorus,

e). Mempunyai kantong udara yang terletak diantara bakal sayap pada bentuk dewasa,
f). Mempunyai sepasang pengayuh yang saling menutupi pada ruas abdomen terakhir yang
berfungsi untuk menyelam cepat, dengan serangan jungkiran sebagai teaker terhadap
rangsangan,
g). Sangat mudah musnah pada kekeringan maupun pembekuan
4). Stadium Dewasa
a). Berwarna hitam dengan belang-belang putih:
b). Kepala hitam dengan garis putih ditengahnya, palpi hitam dengan putih pada ujungnya,
proboscis hitam,
c).Thorax terdapat 2 garis putih yang berbentuk kurva dengan 2 garis putih yang sejajar
ditegah kurva;
d). Abdomen pada setiap segmen terdapat gelang-gelang putih.
e). Kaki mempunyai gelang-gelang putih pada setiap ruas:
f). Hinggap sejajar.
2. Nyamuk Anopheles
Nyamuk Anopheles merupakan vektor penyakit malaria, yang menyebabkan jutaan kasus
penyakit dan kematian setiap tahunnya. Nyamuk Anopheles betina untuk menggigit manusia
untuk memperoleh darah yang diperlukan perkembangan telurnya. Mereka aktif menggigit
pada malam hari, terutama menjelang tengah malam. Adapun ciri-ciri umumnya adalah :
a). Lebih banyak ditemukan menggigit diluar rumah
b). Tempat perindukan adalah sawah dan saluran irigasi, kolam, rawa, mata air dan sumur.
c). Berkembang biak dengan baik di air yang jernih agak keruh, air berhenti sedikit mengalir,
ditempat teduh atau terkena sinar matahari langsung
d). Sebagai vektor penyakit malaria
Ciri Ciri Morfologi nyamuk Anopheles :
1). Stadium telur
a). Lonjong seperti perahu, kedua ujung meruncing
b). Mempunyai alat pengapung, Tersusun teratur.
c). Diletakkan sendiri-sendiri (terpisah)
d). Mudah musnah diatas 40°C dan dibawah 0°C dan tidak berkembang di bawah 12°C
e). Segera menetas bila berada dalam air dalam waktu 2-3 hari
2). Stadium Larva
a). Terdiri atas kepala, torax dan abdomen
b). Panjang tanpa kaki, Kepala mempunyai mata majemuk
c). Antena berbulu, bagian mulut digunakan untuk menggigit
d). Kedelapan ruas abdomen mengandung spirakel yang berfungsi untuk lubang udara
e). Terletak sejajar dengan permukaan air
f). Mempunyai sikat palmata seperti kipas, Tidak mempunyai siphon (corong nafas
g). Pada bagian anus mempunyai insang anal yang berfungsi untuk menyerap air dan
mampu menahan suhu rendah maupun sedang
3). Stadium Pupa
a). Bentuk seperti koma, terdiri atas Cephalothorax dan Abdomen
b). Mempunyai siphon dan terompet, yang digunakan untuk bernafas pada thorax.
mempunyai kantong udara yang terletak diantara bakal sayap pada bentuk dewasa
c). Mempunyai sepasang pengayuh yang saling menutupi pada ruas abdomen terakhir yang
berfungsi untuk menyelam cepat, dengan serangan jungkiran sebagai reaksi terhadap
rangsangan
d). Sangat mudah musnah pada kekeringan maupun pembekuan
3. Nyamuk Culex sp
Nyamuk Culex adalah jenis nyamuk yang luas penyebarannya di seluruh dunia Mereka
dapat menjadi vektor penyakit seperti demam berdarah Jepang, encephalitis, filariasis, dan
demam kaki gajah. Nyamuk Culex betina umumnya menggigit pada malam hari. Mereka
berkembang biak di air yang tergenang seperti kolam, saluran air yang lambat, dan tempat
penampungan air yang tidak terlindungi. Adapun ciri-ciri umunya adalah :
a). Menghisap darah hanya pada malam hari.
b). Metamorfosis sempurna.
c). Tempat perindukan pada rawa, daerah pantai dan air payau.
d). Kebiasaan menggigit didalam rumah maupun diluar rumah.
e). Sebagai vektor biologis (cyclo developmental) Wuchereria bancrofti
f). Sebagai vektor virus Japanese B encephaliti
Ciri Ciri Morfologi nyamuk Culex sp:
1). Stadium telur
a). Tersusun berderet seperti rakit, diletakkan berkelompok.
b). Berbentuk seperti peluru senapan.
c). Bagian ujung telur terdapat bangunan seperti corolla
2). Stadium larva
a). Terdiri atas kepala, thorax dan abdomen.
b). Siphon panjang, dan langsing dengan hair tuft lebih dari 1 pasang.
c). Posisi di air tegak lurus.
3). Pupa Culex
a). Terdiri atas cephalothorax dan abdomen,
b). Bentuk seperti koma,
c). Mempunyai siphon.
4). Dewasa Culex sp
a). Warna coklat muda.
b). Probosis dan palpus maxilaris tidak sama panjang
c). Jantan: Palpus maxilaris hampir sama panjang dengan proboscis, antena bulu lebat
(Plumose)
d). Betina: Palpus maxilaris lebih pendek dari pada proboscis, antena bulu jarang (pilose)
e). Waktu istirahahat sejajar dengan tempat yang dihinggapi
f). Scutellum trilobi
2. Vektor lalat
Lalat merupakan ordo diptera, ordo diptera adalah salah satu ordo terbesar dari serangga
dengan keragaman jenis yang tinggi serta penyebaranya secara kosmopolit atau tersebar secara
keseluruhan di berbagai tempat. Kebanyakan Diptera bertubuh lunak serta mempunyai
kepentingan ekonomi yang cukup besar (Panca Putri, 2018). Musca adalah Genus lalat. Genus
Musca ini disebut juga dengan lalat karena suka tinggal di dalam rumah, di sekitar rumah, dan di
kandang ternak. Musca domestica atau house fly atau disebut juga lalat rumah merupakan salah
satu spesies serangga menyebar di seluruh dunia. Berbagai jenis lalat yang dijumpai di sekitar
rumah dan kandang hampir 95% merupakan lalat rumah. Pada bidang kesehatan Musca
domestica disebut juga serangga pengganggu karena merupakan vektor mekanis penyebab
beberapa penyakit (Fatimah & Indrawati, 2018).
Lalat merupakan vektor mekanis dari berbagai macam penyakit, terutama penyakit-
penyakit pada saluran pencernaan makanan. Penyakit yang ditularkan oleh lalat tergantung
sepesiesnya. Lalat rumah (musca domestica) dapat membawa telur ascaris, spora anthrax dan
clostridium tetani. Lalat dewasa dapat membawa telur cacing usus (Ascaris, cacing tambang,
Trichuris trichiura, Oxyiuris vermicularis, taenia solium, taenia saginata), Protozoa (Entamoeba
histolytica), bakteri usus (Salmonella, Shigella dan Escherichia coli), virus polio, Treponema
pertenue (penyebab frambusia)dan Mycobacterium tuberculosis. Lalat kecil (Fannia) dapat
menularkan berbagai ienis Myasis (Gastric, Intestinal dan Genitourinary). Lalat kandang
(Stomoxys calcitrans) merupakan vektor penyakit anthrax, tetanus, yellow fever dan traumatic
myasis dan entric pseudomiasis (walaupun jarang). Lalat hijau (Phaenicia) dapat menularkan
Myasismata, tulang dan organ melalui luka. Lalat daging (Sarcophaga) dapat menularkan Myasis
kulit, hidung, jaringan,yagina dan usus14.
Pasar di tempat penjualan buah, sayur, ikan asin dan warung makan adalah jenis lalat
rumahMusca domestica dan Jenis lalat di tempat penjual ikan Paenicia sp dan Muscu
domestica(Subagyo, dkk. 2013). Rata-rata lalat yang terdapat di warung makan adalah lalat
rumah (Musca domestica), ditemukan juga lalat hijau (Chrysomya megacephala (Amelba, dkk.
2020).
Lalat rumah biasa dikenal dengan musca domestica berada
dekat dengan manusia, tersebar di seluruh dunia dimana sampah
maupun sumber makanan itu ada. Nama musca domestica diberikan
karena kebiasaan terbang di sekitar lingkungan perumahan
pemukiman, lalat rumah atau musca domestica merupakan lalat yang
berkaitan erat dengan kesehatan masyarakat, karena merupakan vektor
Gambar I. Morfologi Tubub Lalat mekanik penyakit infeksi, dapat meningkatkan wabah penyakit
Rumah (Musca domestica)
menular Musca domestica termasuk klas insekta, ordo diptera, rata-
rata mempunyai 2 sayap, termasuk subordo gyclorrhapha. Genusmusca family muscidae yang
mana termasuk lalat synanthropic yang lain, misalnya slomoys, Muscina dan Fannia. Genus
musca terdiri dari 26 spesies, terbanyak dalam keadaan liar, dan tidak penting bagi kesehatan
masyarakat. Spesies musca biasanya berukuran sedang, tidak hitam legam thorax biasanya
bergaris abu-abu, Panjang 6-9 mm dengan empat vittae pada toraks abu yang lain.
Crysomia Megacephala atau dikenal dengan lalat hijau. Ciri umum Chrysomya
megacephala yaitu warna tubuh hijau kebiruan metalik. panjang tubuh 9,5 mm, panjang venasi
sayap 5 mm, thorax. berwarna hijau metalik kecokelatan, permukaan tubuh tertutup dengan
bulubulu pendek keras dan jarang letaknya. Abdomen berwarna hijau metalik mempunyai garis-
garis transversal. Pada bagian mulutnya bewarna kuning. Mata berukuran besar dan berwarna
merah gelap. Sayap jernih dengan guratan urat-urat yang jelas.Lalat hijau berkembangbiak di
bahan cair atau semi cair yang berasal dari hewan misalnya daging, daging busuk, sampah ikan
atau bangkai. Lalat hijau dapat menularkan penyakit myasis mata, tulang dan organ lain melalui
luka (Suraini,2011).
Populasi lalat yang tinggi dapat menimbulkan masalah kesehatan. Flv grill merupakan
salah satu alat sederhana yang banyak digunakan dalam mengukur kapadatan lalat. Alat ini
memiliki cara kerja yang sederhana dalam mengukur tingkat kepadatan lalat. Pengukuran
kepadatan lalat menggunakan alat ini akan lebih akurat karena dalam penghitungannya
diperhatikan per blok grill. Kepadatan dan penyebaran lalat sangat dipengaruhi oleh reaksi
terhadap cahaya, suhu dan kelembaban udara, serta warna dan tekstur permukaan tempat. Lalat
merupakan serangga yang bersifat fototrofik (tertarik pada cahaya) (Amelba, dkk. 2020).
Angka rata-rata yang diperoleh dari hasil pengukuran kepadatan lalat merupakan indeks
populasi lalat dalam suatu lokasi. Hasil pengukuran diinterpretasikan sebagai berikut:
a). 0-2 ekor per fly grill: rendah (tidak menjadi masalah), yaitu tidak perlu dilakukan
pengendalian.
b). 3-5 ekor per fly grill: sedang, perlu pengamanan terhadap tempat tempat perindukan lalat
(sampah, sisa makanan yang membusuki dan bila mungkin direncanakan upaya pengendalian,
misalnya dengan cara perbaikan hygiene sanitasi lingkungan dan membunuh lalat dengan cara
fisik, kimia dan biologi.
c). 6-20 ekor per fly grill: tinggi, perlu pengamanan terhadap tempat tempat perindukan dan bila
mungkin direncanakan upaya pengendalian. misalnya dengan cara perbaikan hygiene sanitasi
lingkungan dan membunuh lalat dengan cara fisik, kimia dan biologi.
d). 21 ekor keatas per fly grill: sangat tinggi atau padat sekali sehingga harus dilakukan
pengamanan terhadap tempat-tempat perindukan lalat (sampah, sisa makanan yang
membusuk) dan upaya pengendalian. misalnya dengan cara fisik, kimia dan biologi serta
perbaikan sanitası lingkungan.
e). Indeks lalat untuk pemukiman dan perkantoran maksimal 8 ekor fly grill (100 cm x 100 cm)/
dalam pengukuran 30 menit (Depkes R1. 2001)
3. Vektor Tikus
Tikus termasuk jenis binatang yang perkembangannya sangat cepat apabila kondisi
lingkungan menguntungkan bagi kehidupannya. Faktor yang mendukung keberadaan tikus
meliputi ketersediaan makanan, minuman, tempat perlindungan dan tempat perkembangbiakan.
Tikus banyak ditemukan di daerah pemukiman padat penduduk dimana memungkinkan
digunakan sebagai tempat tinggal dan sumber makanan yang cukup bagi tikus (Hanafi dkk,
2020).
Tikus memberikan dampak yang besar di bidang kesehatan yaitu sebagai reservoir
beberapa patogen penyebab penyakit pada manusia. Urin dan air liur tikus dapat menyebabkan
penyakit Leptospirosis. Gigitan pinjal yang ada pada tubuh tikus, dapat menyebabkan penyakit
Pes. Selain itu, tikus juga dapat menularkan beberapa penyakit lain diantaranya adalah Murine
typhus. Salmonellosis, Richettsial Pox, Rabies, dan Trichinosis. Jenis penyakit yang ditularkan
oleh tikus dan hewan lainnya ke manusia dan sebaliknya, secara umum dikenal dengan penyakit
zoonosis Penyakitpenyakit tersebut dapat berakibat fatal bila tidak mendapatkan penanganan
yang tepat dan berujung pada kematian (Saragih RKP, 2019). Macam-macam tikus dan ciri-ciri
habitatnya :
1. Tikus got (Rattus norvegicus)
Ciri-ciri hewan ini adalah:
a). Tikus got memiliki tubuh yang berat dan tebal, hidung moncong dan tumpul.
b). Bentuk telinga yang kecil dan berbulu.
c). Ekornya yang berukuran 6 inci hingga 8,5 inci berwarna gelap di bagian atas dengan bagian
bawah yang lebih terang. Secara mencolok lebih pendek, dari gabungan kepala dan tubuh
mereka, ekor mereka dibawa dengan gerakan yang relatif lebih sedikit daripada tikus atap.
d). Kaki belakang mereka panjangnya sekitar 1,7 inci; secara keseluruhan mereka berkisar dari
12% inci hingga 18 inci, dan beratnya dari 10 hingga 17 ons.
e). Tikus got betina memiliki 12 puting.
Habitat tikus ini sering ditemukan diruang bawah tanah dan membuat galian dibawah dari
bangunan, dan juga diselokan.
2. Tikus atap (Rattus rattus)
Berikut ini adalah ciri-ciri Rattus rattus:
a). Bentuk tubuh Ramping/langsing.
b). Tikus atap memiliki ekor sepanjang 7,5 inci hingga 10 inci, sama dengan atau sedikit lebih
panjang dari panjang gabungan kepala dan tubuh mereka
c). Telinga tipis dan besar, floppy dan hidung moncong runcing/mancung
d). Umumnya bergerak dalam gerakan seperti cambuk.
e). ekornya memiliki warna yang sama, atas dan bawah.
f). Kaki belakang panjangnya ± 1,3 inci, dan secara keseluruhan panjangnya berkisar antara 13%
inci hingga 17% inci, dan beratnya 8 hingga 12 ons
g). Tikus atap betina memiliki 10 puting,
Habitat tikus ini sering ditemukan gedung-gedung hunian. Sering melintasi langit-langit,
bersarang di loteng dan menyelinap ke dapur untuk cemilan tengah malam, pembawa penyakit
yang sangat mudah beradaptasi.
3. Tikus rumah (Mus domesticus)
Berikut ini adalah ciri-ciri Mus domesticus:
a). Panjang tubuhnya sekitar 3 sampai 10 cm.
b). Ukuran ekornya lebih panjang dari tikus atap tapi tidak lebih panjang dari Rattus rattus.
c). Warnanya biasanya coklat muda atau abu-abu dengan ciri warna perut yang lebih terang.
d). Ukuran telinganya lebih besar dari pada Rattus rattus.
e). Ukuran kaki dan kepala Mus domesticus yang sudah dewasa lebih kecil jika dibandingkan
dengan Rattus ratus.
f). Gesit dan pandai memanjat.
g). Jejak kakinya berukuran lebih kecil dari tikus Rattus rattus.
Biasanya hidup di tanah dan bersarang di liang, tetapi gesit dan bisa memanjat.
Keberadaan tikus dan ektoparasitnya (pinjal, kutu, tungau) merupakan faktor risiko
terjadinya masalah kesehatan, masyarakat. Survei dapat digunakan sebagai kewaspadaan dini
penyakit menular tikus terkait dengan kepadatan tikus dan ektoparasit. Hasil dari survei
diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat untuk pencegahan dan pengendalian
penyakit baik yang menular melalui tikus secara langsung maupun melalui ektoparasit pada
tikus. Nilai standar baku mutu kesehatan lingkungan untuk binatang pembawa penyakit
khususnya tikus yang dipersyaratkan oleh Kementerian Kesehatan yaitu <1(Permenkes, 2017).
Suatu wilayah dapat dikatakan memiliki kepadatan tikus yang tinggi apabila memiliki
nilai succes trap lebih dari 7% (Hanafi dkk. 2020). Untuk ektoparasit khususnya pinjal. Indeks
Pinjal Umum, Jumlah pinjal yang tertangkap dibagi dengan jumlah tikus yang diperiksa
dipersyaratkan < 2 (Permenkes, 2017).

Anda mungkin juga menyukai