Anda di halaman 1dari 47

NYAMUK SEBAGAI AGEN

PARASIT
Oleh: nadiah al batati, S.si., m.si

D4 TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MAARIF HASYIM LATIF
TOPIK PEMBAHASAN

KLASIFIKASI NYAMUK

MORFOLOGI NYAMUK

SIKLUS HIDUP NYAMUK

PATOGENITAS

GEJALA KLINIS

EPIDEMIOLOGI
KLASIFIKASI NYAMUK
MORFOLOGI NYAMUK
Untuk membedakan nyamuk jantan dan betina:
perhatikan bulu antenna.
 Nyamuk jantan : antenna berbulu panjang
dan lebat (tipe plumose)
 Nyamuk betina : antenna berbulu pendek
dan jarang (tipe pilose)

 Pada nyamuk dewasa yang perlu diamati : kepala dan


scutellum pada toraks
 Pada subfamily Anophelinae, scutellum berbentuk
semilunar
 Pada subfamily Culicinae, scutellum berbentuk tiga
lobus (trilobi)
 Amati juga panjang palpus terhadap probosis
Culex spp.
• Nyamuk Culex quenquefasciatus merupakan vektor cacing Wuchereria
brancofti tipe perkotaan. Nyamuk ini penyebab filariasis limfatik / kaki
gajah.
• dikenal sebagai vektor penular arbovirus, demam kaki gajah dan malaria
pada unggas.
• Culex tritaenorrhynchus adalah vektor Japanese B. encephalitis yang
disebabkan oleh virus.
• Telur, larva dan pupanya bisa hidup dalam air tercemar
Morfologi Culex spp. dewasa
• Tubuh berwarna kecokelat-cokelatan
• Proboscis berwarna gelap dengan sisik yang pucat
• Scutum berwarna cokelat
• sisik berwarna emas keperakan
• Sayap tipis transparan berwarna coklat kekuningan
• Memiliki kerangka sayap yang disebut vena sayap (wing veins)
• Kaki belakang dilengkapi femur yang berwarna pucat
• Seluruh permukaan kaki berwarna gelap kecuali pada bagian persendian
Morfologi Culex spp. betina Morfologi Culex spp. jantan

• Antena berbulu jarang dan pendek • Antena berbulu lebat dan panjang

• Palpus jauh lebih pendek daripada • Palpus hampir sama panjang dengan
probosis proboscis
• Warna tubuh coklat kekuningan
Telur Culex spp. Larva Culex spp.

• Berwarna coklat, panjang dan silinder • Tubuh terdiri dari kepala, toraks (3 ruas),
abdomen (10 ruas), siphon, dan ruas anal
• Vertikal pada permukaan air
• Pada ruas abdomen VIII terdapat duri
• Tersementasi pada susunan 300 telur. (comb teeth) berjumlah lebih dari 2 baris.
• Panjang susunan biasanya 3 – 4mm dan • Siphon berbentuk kerucut, langsing dan
lebarnya 2 – 3mm. panjang

• Bentuknya bergerombol dan • Bulu siphon (hairtuft) bisa lebih dari 1


mengapung seperti rakit pasang
• Di ujung siphon terdapat alat pernafasan
(spiracle)
Siklus Hidup Culex spp.

• Merupakan metamorphosis sempurna


Stadium Telur

Telur nyamuk diletakkan saling berlekatan diatas permukaan air


sehingga berbentuk rakit (raft).
Warna telur yang baru diletakkan adalah putih, kemudian warnanya
berubah menjadi coklat setelah 1-2 jam.
Spesies-spesies nyamuk Culex sp. berkembang biak ditempat yang
berbeda- beda, sebagai contoh,
 nyamuk Culex quinquefasciatus bertelur di air comberan yang kotor dan keruh
 nyamuk Culex annulirostris bertelur di air sawah, daerah pantai dan rawa berair
payau
 nyamuk Culex bitaeniorrhynchus bertelur di air yang mengandung lumut dalam
air tawar dan atau air payau.
Stadium Larva
• Stadium larva terbagi menjadi empat tingkat perkembangan (instar) yang terjadi selama 6-8 hari.
• Instar ke-1 (1-2 hari), instar ke-2 (1-2) hari, instar ke-3 (1-2 hari) dan instar ke-4 (1-3 hari) .
• Untuk memenuhi kebutuhannya, larva mencari makan di tempat perindukkannya.
• Larva nyamuk Culex sp. membutuhkan waktu 6-8 hari hingga menjadi pupa
• Telur, larva dan pupanya bisa hidup dalam air tercemar
Ciri khas larva Culex sp. :
 Segmen yang terakhir terdapat corong udara
 Tidak ada rambut-rambut berbentuk kipas (palmatus hairs) pada segmen
abdomen
 Terdapat pectin pada corong udara
 Pada corong (siphon) terdapat sepasang rambut serta jumbai
 Siphon berbentuk kurus dan panjang,
 Rumpun bulu lebih dari satu atau banyak
 Terdapat comb scale sebanyak 8-21 pada setiap sisi abdomen segmen kedelapan
 Setiap comb scale berbentuk seperti duri
 Terdapat duri yang panjang dengan bentuk kurva pada sisi thorax
 Terdapat sepasang rambut di kepala
Stadium Pupa
•  Pupa jantan lebih cepat menetas menjadi nyamuk daripada pupa
betina.
• Pupa tidak memerlukan makanan, tetapi memerlukan oksigen yang
diambil melalui tabung pernapasan.
• Tabung pernapasannya berbentuk sempit dan panjang
Stadium nyamuk dewasa
 
• Nyamuk jantan tidak pergi jauh dari tempat perindukannya karena
menunggu nyamuk betina untuk berkopulasi.
• Nyamuk betina akan mencari darah untuk pembentukkan telurnya.
• Sayap nyamuk Culex sp. berbentuk sempit dan panjang.
• Nyamuk Culex sp. biasanya mencari darah pada malam hari
PATOGENITAS Culex spp.
• Nyamuk Culex quenquefasciatus merupakan vektor cacing filaria Wuchereria
brancofti tipe perkotaan. Nyamuk ini penyebab filariasis limfatik / kaki gajah.
• dikenal sebagai vektor penular arbovirus, demam kaki gajah dan malaria pada
unggas.
• Cacing tersebut hidup di kelenjar dan saluran getah bening sehingga
menyebabkan kerusakan pada sistem limfatik yang dapat menimbulkan gejala
akut berupa peradangan kelenjar dan saluran getah bening (adenolimfangitis)
terutama di daerah pangkal paha dan ketiak tetapi dapat pula di daerah lain.
• Peradangan ini disertai demam yang timbul berulang kali dan dapat berlanjut
menjadi abses yang dapat pecah dan menimbulkan jaringan parut
• Culex tritaenorrhynchus adalah vektor Japanese B. encephalitis yang disebabkan
oleh virus.
Gejala Klinis Culex spp.

• Gejala kronis, limfedema atau penumpukan cairan menyebabkan


pembengkakan pada kaki dan lengan.
• Penumpukan cairan dan infeksi-infeksi yang terjadi akibat lemahnya
kekebalan tubuh akhirnya akan berujung pada kerusakan dan penebalan
lapisan kulit.
• Kondisi ini disebut dengan elefantiasis.
• Selain itu, penumpukan cairan bisa berdampak pada rongga perut, testis
pada penderita laki-laki dan payudara pada penderita wanita
Epidemiologi Culex spp. (filariasis)

• Hampir seluruh wilayah Indonesia adalah daerah endemis filariasis,


terutama wilayah Indonesia Timur yang memiliki prevalensi lebih tinggi.
• Cara filariasis menginfeksi manusia yaitu melalui gigitan dari vektor
Arthopoda salah satunya nyamuk Culex sp. yang merupakan golongan
serangga penular (vektor).
• Nyamuk Culex sp. merupakan jenis nyamuk yang menggigit pada malam
hari dan menjadi pengganggu bagi manusia.
• Larva Culex sp. berkembang biak didalam air yang kotor dan tersebar
luas di kota maupun di desa.
Penyebaran filariasis
1. Seseorang mendapatkan penularan filariasis bila digigit oleh vektor nyamuk
yang mengandung larva infektif cacing filaria.
2. Mekanisme penyebarannya, nyamuk menghisap darah orang yang mengandung
mikrofilaria.
3. Caranya, mikrofilaria yang terhisap bersama darah menembus dinding perut
nyamuk, tinggal di otot-otot dada.
4. Kemudian berkembang menjadi larva yang selanjutnya pindah ke proboscis.
5. Pada saat nyamuk menghisap darah orang, larva ini masuk ke dalam darah orang
tersebut sehingga menyebabkan kerusakan pada sistem limfatik
Pengobatan filariasis

• Obat utama yang digunakan adalah dietilkarbamazin sitrat (DEC).


• DEC bersifat membunuh mikrofilaria dan juga cacing dewasa pada
pengobatan jangka panjang.
• Obat lain yang juga dipakai adalah ivermektin. Ivermektin adalah
antibiotik semisintetik dari golongan makrolid yang mempunyai
aktivitas luas terhadap nematode dan ektoparasit.
• Obat ini hanya membunuh mikrofilaria. Efek samping yang
ditimbulkan jauh lebih rendah dari DEC
Aedes aegypti
• Aedes aegypti adalah jenis nyamuk yang dapat membawa virus Dengue
yang menyebabkan penyakit demam berdarah yang ditularkan melalui
gigitan nyamuk genus Aedes.
• merupakan vector atau pembawa penyakit demam berdarah yang utama.
• Juga pembawa virus demam kuning ( yellow fever ) dan chikungunya.
• Penyebaran jenis ini sangat luas, meliputi hampir semua daerah tropis di
seluruh dunia
Morfologi Aedes aegypti

• Berwarna lebih gelap / hitam dengan garis garis dan bercak-bercak


putih pada ruas kaki, toraks, dan abdomen
• Bagian dorsal toraks memiliki garis lengkung pada sisi lateral kanan
dan kiri serta dua garis memanjang pada bagian median dikenal
sebagai gambaran lyra
• Pada Aedes albopticus terapat sebuah garis memanjang pada bagian
median dorsal toraks.
Stadium telur
• Aedes aegypti betina mampu bertelur sebanyak 80-100 butir setiap kali bertelur.
• Pada waktu dikeluarkan, telur Aedes aegypti berwarna putih, dan berubah
menjadi hitam dalam kisaran waktu 30 menit
• Telur Aedes aegypti berbentuk lonjong, berukuran kecil dengan panjang sekitar
6,6 mm dan berat 0,0113 mg
• mempunyai torpedo
• ujung telurnya meruncing
• Jika dilihat dibawah mikroskop, pada dinding luar (exochorion) akan tampak
garis-garis membentuk gambaran sarang lebah
Telur Aedes aegypti
Stadium larva
• Larva aedes aegypti terdiri dari 4 stadium yaitu larva instar I, instar II, instar III dan instar IV.
• Larva akan menjadi pupa dalam waktu sekitar 7-9 hari.
• Tubuh larva terdiri dari kepala, dada dan perut.
• Terdapat beberapa bagian tubuh yang menjadi ciri khas dari larva aedes aegypti, salah satunya
terdapat pada bagian perut larva
• Bagian perut larva tersusun atas 8 segmen.
• Pada segmen ke viii dari perut larva, terdapat duri sisir
• Duri sisir pada larva aedes aegypti memiliki duri samping
• Pada aedes albopictus sisir tidak memiliki duri samping
• memiliki sifon berukuran pendek yang terletak pada akhir segmen perut.
Stadium Pupa
• Pupa nyamuk aedes aegypti tubuhnya berbentuk bengkok
• Bagian kepala-dada (cephalothorax) lebih besar bila dibandingkan dengan
perutnya, sehingga tampak seperti tanda baca ‘’koma’’
• Pada segmen ke-8 terdapat alat bernafas (siphon) berbentuk seperti terompet
• Pada segmen perut ke-8 terdapat sepasang alat pengayuh yang berguna untuk
berenang
• Dua segmen terakhir melengkung ke ventral yang terdiri dari brushes dan gills.
• Posisi pupa pada waktu istirahat sejajar dengan bidang permukaan air
Stadium Nyamuk Dewasa

•  Nyamuk jantan pada umumnya memiliki ukuran lebih kecil dibanding dengan
nyamuk betina
• Terdapat rambut-rambut tebal pada antena nyamuk jantan
• Tubuh berwarna dominan hitam kecoklatan dengan bercak putih di bagian
badan dan kaki.
• Nyamuk aedes aegypti lebih suka hinggap di tempat yang gelap dan pakaian
yang tergantung.
• Biasa menggigit/menghisap darah pada siang dan sore hari sebelum gelap.
Siklus Hidup Nyamuk Aedes aegypti

• Nyamuk Aedes aegypti mempunyai siklus hidup sempurna yaitu


mengalami metamorphosis sempurna (holometabola) yang terdiri dari
4 (empat) stadium yaitu telur, larva, pupa, nyamuk dewasa.
• Nyamuk betina meletakkan telurnya diatas permukaan air dalam
keadaan menempel pada dinding tempat perindukannya.
• Pada umumnya, telur akan menetas menjadi larva dalam waktu ± 2 hari
setelah telur terendam air.
• Stadium larva biasanya berlangsung antara 2-4 hari.
• Umur nyamuk betina diperkirakan mencapai 40-60 hari, sedangkan
nyamuk jantan hanya sekitar 10 hari
Patogenitas Aedes aegypti
• Penularan Demam Berdarah Dengue ditularkan oleh virus dengue (DEN), yang termasuk
genus flavivirus.
• Ditularkan melalui gigitan kepada manusia, terutama oleh nyamuk Aedes aegypti dan
nyamuk Aedes albopictus, dan juga kadang-kadang ditularkan oleh Aedes polynesiensis dan
beberapa spesies nyamuk lainnya yang aktif menghisap darah manusia pada waktu siang hari.
• Sesudah darah yang infektif terhisap oleh nyamuk, virus memasuki kelenjar liur nyamuk
(salivary glands) lalu berkembang biak infektif dalam waktu 8-10 hari yang disebut masa
inkubasi ekstrinsik (extrinsic incubation period).
• Sekali virus memasuki tubuh nyamuk dan berkembang biak, nyamuk tersebut akan tetap
infektif seumur hidupnya.
• Virus Dengue ditularkan dari seorang penderita ke orang lain melalui gigitan nyamuk Aedes
aegypti. Di dalam tubuh manusia virus dengue akan berkembang biak, dan memerlukan
waktu inkubasi sekitar 45 hari sebelum menimbulkan penyakit dangue.
Gejala Klinis Dengue / Demam Berdarah
• Dengue biasanya menginfeksi nyamuk Aedes betina saat dia menghisap darah dari seseorang yang sedang dalam
fase demam akut (viraemia), yaitu 2 hari sebelum panas sampai 5 hari setelah demam timbul.
• Nyamuk menjadi infektif 8- 12 hari (periode inkubasi ekstrinsik) sesudah menghisap darah penderita yang sedang
viremia dan tetap infektif selama hidupnya.
• Setelah melewati masa inkubasi ekstrinsik tersebut kelenjar ludah nyamuk akan terinfeksi dan virusnya akan
ditularkan ketika nyamuk tersebut menggigit dan mengeluarkan cairan ludahnya ke dalam luka gigitan ke tubuh
orang lain. Setelah masa inkubasi di tubuh manusia selama 34 hari (rata-rata selama 4-6 hari) timbul gejala awal
penyakit.
• Gejala awal yang timbul yaitu demam tinggi mendadak berlangsung sepanjang hari, nyeri kepala, nyeri saat
menggerakkan bola mata dan nyeri punggung.

Gejala awal yang timbul pada tahap awal ini sangar biasa sehingga sulit untuk terdeteksi sebagai gejala DBD
dikarenakan gejala awal yang muncul hampir menyerupai gejala penyakit akut lainnya.
• Tanda khas DBD biasanya muncul ketika memasuki fase yang parah, yaitu ketika adanya pendarahan di berbagai
organ tubuh
• Bentuk pendarahan yang sering muncul adalah pendarahan pada kulit yang diperiksa dengan uji bending (rumple
leed), pada kasus yang lebih berat dapat menimbulkan nyeri ulu hati, perdarahan saluran cerna, syok, hingga
kematian. Masa inkubasi penyakit ini 3-14 hari, tetapi pada umumnya 4-7 hari.
• Pada tahap awal infeksi, tubuh akan mencoba melawan virus tersebut dengan
menetralisasi virus
• Ruam yang muncul merupakan bentuk dari netralisasi
• jika tubuh tidak mampu untuk menetralisasi virus maka virus tersebut mulai
mengganggu fungsi pembekuan darah dikarenakan adanya penurunan jumlah
dan kualitas komponen-komponen beku darah yang menyebabkan manifestasi
pendarahan.
• Jika kondisi ini semakin parah maka akan mengakibatkan kebocoran plasma
darah.
• Plasma-plasma ini akan memasuki rongga perut dan paru-paru, keadaan ini bias
fatal akibatnya. Inilah yang disebut sebagai DBD, jika tidak ditangani dengan
benar maka dapat menjadi sindrom syok dengue (DSS)
• Diagnosa Klinis DBD:
 Demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus- menerus, selama 2-7 hari, ditambah gangguan
sirkulasi yang ditandai dengan nadi cepat, lemah, hipotensi, kulit dingin- lembab, keadaan pasien gelisah
 manifestasi perdarahan
 Kasus SSD :
o kasus DBD  Diagnosis Laboratoris Trombositopenia: Penurunan jumlah trombosit (kurang dari 100.000/ul).
Pemeriksaan trombosit perlu diulang sampai terbukti jumlah trombosit dalam batas normal atau menurun.
o Hemokonsentrasi : peningkatan kadar hematokrit lebih dari 20%, mencerminkan peningkatan permeabilitas kapiler dan
perembesan plasma darah.

• Diagnosis Serologis:
 Ada beberapa jenis uji serologi yang dipakai untuk menentukan adanya infeksi virus dengue, misalnya:
 uji hemaglutinasi inhibisi (Haemagglutination Inhibition Test),
 uji komplemen fiksasi (Complement Fixation Test)
 uji neutralisasi (Neutralization test)
 IgM Elisa
 IgG Elisa

• Diagnosis Radiologis Pada foto thoraks (rontgen dada)


• Diagnosis Diferensialis Diagnosis banding mencakup infeksi bakteri, virus atau infeksi parasit seperti :
demam tifoid, campak, influenza, hepatitis, demam chikungunya, leptospirosis dan malaria
Epidemiologi Aedes aegypti
• Penularan virus dengue terjadi melalui dua pola umum, yaitu dengue epidemik dan
dengue hiperendemik.
• Penularan dengue epidemik terjadi jika virus dengue memasuki suatu daerah terisolasi,
meskipun hanya melibatkan satu serotipe virus dengue jika jumlah hospes yang peka
(anak- anak maupun orang dewasa) mencukupi jumlahnya, dan jika vektor besar
populasinya, ledakan penularan akan terjadi dengan insiden mencapai 25-50%.
• Penyebaran dengue hiperendemik memiliki ciri khas berupa sirkulasi beberapa serotipe
virus dengue di suatu daerah dimana sejumlah besar hospes yang peka dan vektor
penularnya terus menerus dijumpai di daerah tersebut dan tidak dipengaruhi oleh musim.
• Pola penularan ini merupakan pola utama dalam penyebaran global infeksi dengue.
• Di daerah dengue hiperendemik, prevalensi antibody meningkat sesuai dengan
bertambahnya umur, dan sebagian orang dewasa telah imun terhadap virus ini.
• Penularan hiperendemik merupakan pemicu utama terjadinya Demam Berdarah Dengue
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai