Anda di halaman 1dari 30

BEBERAPA ARTHROPODA YANG BERPENGARUH TERHADAP KESEHATAN

I.

Klas Crustacea 1. Ordo Eucopepoda A. Cyclops sp Taksonomi Superkelas Kelas Subkelas Ordo : Crustacea : Eucrustacea : Copepoda : Eucopepoda

Pada umumnya didapatkan pada air yang tenang, baik di dalam air tawar maupun air asin, namun sampai saat ini yang diketahui dapat menjadi intermediate host dari parasit yang infektif bagi manusia hanyalah Eucopepoda yang hidup di air tawar.

Merupakan intermediate host dari berbagai jenis cacing, misalnya : Dracunculus medinensis (Nematoda) Diphyllobothrium latum dan Sparganum (Cestoda)

Morfologi : Mempunyai satu mata di medial Betina : mempunyai kantong telur di ekor, ekor bercabang 2 Jantan : tidak mempunyai kantong telur, ekor tidak bercabang

Gambar :

Cyclops jantan

Cyclops betina

II.

Klas Arachnida 1. Ordo Acarina

Diferensiasi Antara Ticks dan Mites Ticks Rambut tubuh Mulut Ukuran tubuh Kulit tubuh Gigi gigi Tidak ada Makroskopis Tebal, tidak tembus sinar Mudah dilihat Ada Mites Panjang Makroskopis Tipis, tembus sinar Tersembunyi Tidak ada

Contoh Mites : Sarcoptes scabei Contoh Tics : Dermacentor andersoni Jantan

A. Sarcoptes scabiei Taksonomi : Kelas Ordo Golongan Family : Arachnida : Acarina : Mites (tungau) : Sarcoptidae

Habitat : lapisan tanduk kulit (stratum korneum) Merupakan penyebab penyakit Scabies (kudis / gudig) Sarcoptes menggali parit parit dalam epidermis sehingga menimbulkan rasa gatal yang hebat dan menyebabkan kerusakan kulit. Lokasi kerusakan yang pling sering dijumpai ialah daerah inter digital (sela sela jari), daerah axilla (ketiak), sekitar umbilicus (pusar), skrotum dan daerah areola mammae.

Penderita Scabies umumnya adalah kelompok dengan social ekonomi rendah yang kurang menjaga kebersihan diri

Infeksi terjadi oleh karena terjadinya hubungan langsung yang erat antara penderita dengan orang orang sekitarnya, misalnya di dalam panti asuhan, panti jompo, dan dalam keluarga.

Morfologi : Segmen cephalothorax dan segmen abdomen menjadi satu segmen Segmen abdomen tidak beruas ruas Tidak mempunyai sayap Tidak mempunyai antena Ukuran mikroskopis Bentuk bulat dan ukuran kecil seperti kura, bagian dorsal cembung, bagian ventral datar Mempunyai rambut tubuh yang panjang
3

Tubuh tembus sinar karena kulitnya tipis Mulut tersembunyi tidak dilengkapi oleh gigi gigi Jantan : sepasang kaki ke-4 berujung amburakal (pulvili) Betina : 2 pasang kaki posterior berambut.

Gambar : Sarcoptes scabiei betina


Pulvili / penghisap / amburakral

Rambut (2 pasang kaki posterior berujung rambut)

Gambar : Sarcoptes scabiei jantan

III.

Klas Insecta

1. Ordo Diptera A. NYAMUK (ARTHROPODA) Nyamuk termasuk arthropoda kelas Insect, ordo Diptera, subordo Nematocera, dan family Culicidae. Morfologi umum : Pada kepala, antenna nyamuk jantan berambut lebat (plumose) dan yang betina beranbut jarang (pilose) Thoraks terdiri dari 3 segmen, yaitu prothoraks, mesothoraks, dan metathoraks, dimana masing-masing terdapat 1 pasang kaki Pada metathoraks terdapat 1 pasang halter, yaitu sayap yang rudimenter yang berfungsi sebagai alat keseimbangan Abdomen terdapat 10 segmen, tapi 2 segmen terakhir membentuk alat kelamin: o Jantan : abdomen pipih, ramping, alat kelamin disebut hypopigium o Betina : abdomen menggelembung, alat kelamin disebut cerci Ada 3 subfamili atau tribus dari Culicidae, yaitu: 1. Tribus Anophelini 2. Tribus Culicini 3. Tribus Toxorhynchitini Namun yang penting dalam dunia kedokteran karena yang betina menghiisap darah manusia adalah dari tribus Anophelini dan tribus Culicini. Beberapa genus nyamuk yang penting tersebut dari kedua tribus tersebut adalah : 1. Anopheles tribus Anophelini 2. Aedes 3. Culex tribus Culicini
5

4. Mansonia

a) Tribus Anopelini Hanya satu genus yang penting dalam tribus ini yaitu Anopheles, karena sebagai vector dari Plasmodium yang dapat menularkan penyakit Malaria. Morfologi : o Palpus maksilaris nyamuk betina maupun nyamuk jantan sama panjang dengan proboscis, namun pada yang jantan ujung palpus membesar seperti gada (clubshaped) o Skutelum rata, tidak berlobus o Abdomen tidak bersisik o Nyamuk dewasa Anopheles hinggap dngan membentuk sudut o Larva tidak mempunyai siphon (suatu saluran yang ujungnya terdapat corong pernapasan untuk mengambil O2), sehingga berada sejajr dengan permukaan air o Mempunyai rambut palmata (palmate hair) dan rambut lateral yang bercabang o Telur bentuk oval, mempunyai pelampung, terletak sejajar dengan permukaan air dan diletakkan satu persatu. b) Tribus Culicini Genus yang penting dalam tribus ini yaitu : o Aedes, karena sebagai vector dari Virus Dengue yang dapat menularkan penyakit DHF/DBD o Culex, karena sebagai vector yang dapat menularkan penyakit Filariasis, Japanese encephalitis, ataupun St. Louis Encephalitis o Mansonia, karena sebagai vector yang dapat menularkan penyakit Filariasis

Morfologi : o Palpus maksilaris nyamuk betina lebih pendek (kurang dari separuh) dari proboscis o Skutelum trilobi (berlobus) o Abdomen bersisik lebar dan mendatar o Nyamuk dewasa hinggap tidak membentuk sudut o Nyamuk Aedes tubuhnya terdapat bercak hitam dan putih

c) Morfologi Anophelini dan Culicini i. Kepala

a. Ciri Kepala Nyamuk Anopheles sp. Dewasa Tidak ada perbedaan panjang antara proboscis dengan palpus maxilaris Antena : Jantan berambut lebat (plumose), yang betina berambut panjang (pilose) Palpus Maxilaris : Jantan : Segmen terakhir ujungnya membentuk seperti gada
7

Betina : Segmen terakhir ujungnya tidak membentuk seperti gada

b. Ciri kepala Nyamuk Aedes sp, Culex sp, dan Mansonia sp Dewasa Terdapat perbedaan antara proboscis dengan palpus maxilaris. Antena : Jantan berambut lebat, yang betina berambut jarang Palpus Maxilaris : Jantan : Lebih panjang dari proboscis Betina : Lebih pendek dari proboscis

ii.

Telur :

Anopheles : Oval. Dikanan kiri terdapat pelampung Aedes : oval. Terdapat garis garis seperti jala Culex : Oval , disalah satu kutubnya terdapat operculum yang lancip Mansoni : oval, salah satu ujungnya runcing

iii.

Larva : Aedes Culex Mansoni

Larva Anopheles

10

11

iv. a. b.

Posisi Larva

Anophellinae Sejajar dengan permukaan air karena tidak mempunyai siphon (suatu saluran yang diujungnya terdapat corong pernafasan untuk mengambil oksigen) Rambut bercabang , mempunyai sikat palmate Bentuk siphon : pendek, gemuk berwarna gelap dan terdapat 1 kelompok rambut Cullicidae

Membentuk sudut dengan permukaan air. Rambut seperti rumput, tidak bercabang, tidak mempunyai sikat palmate. v. Bentuk Siphon :

Culex siphon panjang, terdapat 3 kelompok rambut Aedes siphon pendek, gemuk, kelompok rambut Mansoni siphon ujung lancip, 1 kelompok rambut Nyamuk anopheles hinggap dengan membentuk sudut sedangkan culex, aedes dan mansoni sejajar. Berbeda pada stadium larva Nyamuk aedes tubuhnya terdapat bercak hitam dan putih Nyamuk anopheles merupakan vector dari plasmodium, sedangkan nyamuk aedes adalah vector dari virus dengue Aedes sp

12

Culex sp

Mansonia sp

13

2. Ordo Pthiraptera

Famili Pediculidae 1. Pediculus humanus capitis (tuma kepala), dirambut kepala. 2. Pediculus humanus corporis = pediculus humanus (tuma badan) di rambut badan. 3. Phthirus pubis (tuma kemaluan), di rambut pubis. Morfologi Tumo Morfologi pediculus humanus capitis sama dengan pediculus humanus corporis, hanya ukuran Pediculus humanus capitis lebih kecil dan lebih gelap di bagian bilateral.

Taksonomi : Kelas Ordo Subordo Family : Insecta : Phthiraptera : Anoplura : Pediculidae

Habitat : Pediculus humanus capitis (tuma kepala) di rambut kepala Pediculus humanus corporis (tuma badan) di rambut badan Phthirus pubis (tuma kemaluan) di rambut pubis (kemaluan)

Penyakit yang bisa ditimbulkan oleh tuma adalah pedikulosis Gejala klinik pediculosis : Gatal gatal akibat iritasi kulit oleh air liur tuma Bila kronis, terjadi morbus errorum (Vagabonds disease) Gangguan tidur yang terus menerus dapat menimbulkan depresi mental

Selain dapat menimbulkan pedikulosis, tuma dapat juga berperan sebagai vector penular penyakit (hanya Pediculus humanus corporis). Penyakit yang ditularkan oleh Pediculus humanus corporis :
14

Epidemic typhus yang disebabkan oleh Rickettsia prowazeki Epidemic relapsing fever yang disebabkan oleh Borrelia recurrentis Trench fever yang disebabkan oleh Rickettsia quintana Tersebar di seluruh dunia, terutama Negara Negara beriklim dingin, dimana orang sering berpakaian tebal, jarang mandi dan kurang memperhatikan kebersihan badannya. Penularan mudah sekali terjadi melalui hubungan langsung atau melalui barang barang pribadi yang dipakai bersama sama, misal : topi, pakaian dalam, dan sisir. Phthirus pubis lebih sering ditularkan melalui hubungan kelamin dibandingkan dengan tuma tuma lainnya. Morfologi : Morfologi Pediculus humanus capitis sama dengan Pediculus humanus corporis, hanya saja ukuran Pediculus humanus capitis lebih kecil dan lebih gelap di bagian lateral Perbedaan morfologi Pediculus humanus dengan Phthirus pubis

Perbedaan Bentuk badan Kepala Batas ruas abdomen Ukuran kaki

Pediculus humanus Memanjang Ovoid, bersudut Jelas Sama besar

Phthirus pubis Membulat, seperti ketam Segi empat Tidak jelas Kaki 1< kaki 2 dan 3

Gambar :

15

PH Capitis

PH Corporis

Phthirus pubis

3. Ordo Hemiptera Ada yang bersayap, ada yang tidak bersayap. Sayap pertama tebal pangkalnya, ujung membranous. Mulut : menusuk, menghisap Probocis : Beruas-ruas, waktu istirahat melipat di thoraks. A. Cimex Lectularis, Cimex Hemipterus (Kutu Busuk) Taksonomi : Kelas Ordo Family Habitat : Cimex lectularis terutama terdapat di daerah subtropik Cimex hemipterus lebih banyak dijumpai di daerah tropis Hampir semua anggota Cimicidaemempunyai bau tidak enak Cimex aktif mencari makanan pada malam hari, menghisap darah manusia atau mamalia lainnya yang sangat dibutuhkannya dalam memproduksi telur. Siang hari ia bersembunyi di celah celah kayu, lubang lubang kecil di tempat tidur atau dinding Penyebaran yang berlangsung dari rumah ke rumah mudah terjadi melalui pakaian atau barang barang lainnya.
16

: Insecta : Hemiptera : Cimicidae

Gigitan Cimex akan menimbulkan bekas berwarna merah dan terasa gatal di daerah tersebut

Pada anak anak yang peka, dapat terjadi urtikaria sistemik dan bahkan pada beberapa orang diantaranya dapat terjadi asma. Kejadian ini terjadi akibat alergi terhadap air ludah yang dikeluarkan Cimex sebelum menghisap darah.

Dalam percobaan laboratorium dan hewan percobaan, diketahui Cimex dapat menularkan penyakit yang disebabkan oleh : Coxiella burnettii Pasteurella tularensis Leishmania donovani Trypanosome cruzi

Morfologi : Tidak bersayap, hanya ada sisa sayap depan Bentuk tubuh lonjong, pipih dorso ventral Tubuh tertutup rambut rambut pendek Mata majemuk Antena langsing Kaki mempunyai cakar di ujungnya

17

Gambar :

4. Ordo Siphonaptera. Ocular bristle : Rambut pada mata Comb : sisir, pada mulut : oral comb , thorak : thorakal comb Pada segmen abdomen kedelapan atau kesembilan, pinjal betina mempunyai spermatheca yaitu kantung yang berfungsi untuk menampung sperma yang jantan. Pada segmen kelima atau keenam pinjal jantan dapat ditemukan Penis (Spring of Penis) Perbedaan pinjal :

Genus Xenopsylla

Comb Tidak ada

Ocular bristle Depan mata

Ciri khas Terdapat sutura pada mesopleuron

Pulex Nosopsyllus Cteocephalides

Tidak ada Thoracal Oral & Thoracal

Bawah mata Lebih dari satu

18

Perbedaan antara Ctenocephalides canis dengan Ctenocephalides felis :

Ctenocephalides felis Kepala betina Spina oral cimb Panjang = 2 kali tinggi Spina I = Spina II

Ctenocephalides Canis Panjang < 2 kali tinggi Spina I < Spina II 18

Jumlah gigi sisir thoracal 16 comb

A. Ctenocephalides Canis, Ctenocephalides Felis, Pulex Irritans, Xenopsylla Cheopis (Pinjal Tikus / Flea) Taksonomi : Kelas Ordo : Insecta : Siphonaptera

19

Gigitannya dapat menimbulkan alergi dan dermatitis, namun pada anak anak reaksi gigitannya dapat menimbulkan akibat yang berat. Diantara golongan Pinjal, yang sering menggigit adalah Ctenocephalides dan Pulex irritans.

Pinjal sebagai vector dari penyakit : Xenopsylla cheopis dan Pulex irritans sebagai vector penyakit Pes (yang disebabkan oleh Pasteurella pestis) Xenopsylla cheopis sebagai vector dari penyakit Endemic typhus ( yang disebabkan oleh Rickettsia mooseri)

Pinjal sebagai intermediate host : Ctenocephalides canis, Ctenocephalides felis, dan Pulex irritans sebagai intermediate host dari Dipylidium caninum Ctenocephalides canis, Ctenocephalides felis, dan Pulex irritans, Xenopsylla cheopis sebagai intermediate host dari Hymenolepis diminuta

Morfologi : Tubuh pipih berukuran 1,5 4 mm, tidak bersayap Mulut tersembunyi, berfungsi untuk menusuk dan menghisap Mempunyai kaki kaki yang panjang dan kuat untuk meloncat Pada daerah dekat mata terdapat ocular bristle (rambut) Mempunyai abdomen dengan 10 12 segmen : Jantan : penis terdapat pada segmen abdomen ke-5 atau ke-6 Betina : spermatheca (yaitu kantung yang berfungsi untuk menampung sperma jantan) terdapat pada segmen abdomen ke-8 atau ke-9 Comb (ctenidium) penting untuk identifikasi Pinjal Genal comb terdapat di atas mulut Thoracal (prenatal) comb terdapat di segmen pertama dari thoraks
20

Gambar :

Ctenocephalides

Pulex irritans

Xenopsylla cheopis

PROTOZOA Terdiri dari kelas : Rhizopoda menggunakan pseudopodium (kaki palsu) Flagellate menggunakan flagel (bulu cambuk) yang dibantu dengan membrane bergelombang Ciliate menggunakan cilium (bulu getar) Sporozoa

Kelas sporozoa Plasmodium Macam- macam plasmodium ; 1. Plasmadium vivax, penyebab penyakit malaria tertian benigna dengan gejala demam (masa sporulasi) selang waktu 48 jam. 2. Plasmodium malariae, penyebab penyakit malaria Quartana dengan gejala demam (masa sporulasi) selang waktu 72 jam.

21

3. Plasmodium falcifarum, penyebab penyakit malaria tropika/ malaria tertian maligna dengan gejala demam yang tidak teratur. 4. Plasmadium ovale, disebut malaria ovale, akan tetapi gejala demamnya lebih ringan daripada malaria tertiana yang disebabkan Plasmodium vivax. Keempat contoh di atas adalah merupakan penyakit yang banyak ditemukan serta menyerang manusia. Kita tahu bahwa siklus (daur) hidup daripada Plasmodium melalui dua fase yaitu pada fase tubuh manusia dan fase tubuh nyamuk

1. Plasmodium falciparum o Morfologi : Trofozoit: Eritrosit berukuran normal Parasit bentuk cincin Sitoplasma tipiskariosom tipis

Makrogametosit : Bentuk seperti pisang Warna biru muda dengan butir kromatin kompak (padat) ditengah berwarna merah tua dikelilingi oleh pigmen berwarna coklat tua

Mikrogametosit: Bentuk seperti pisang Warna biru dengan butir kromatin kompak (padat) ditengah berwarna merah tua dikelilingi oleh pigmen berwarna coklat tua

Skizon muda: Mengisi hampis seluruh eritrosit Bentuk padat Kromatin banyak tak teratur Pigmen terrsebar

Skizon tua: Mengisi hamper memenuhi eritrosit


22

Bentuk bersegmen Merosoit 8-32 Pigmen berkumpul ditengah

o Patologi : Malaria tertian maligna 2. Plasmodium malaria o Morfologi Trofozoit muda Ukuran pada akhir stadium ini mengecil > 1/3 eritrosit Cincin padat, sitoplasma tebal Butir kromatin besar, tampak sebagai masa didalam cincin

Trofozoit tua Bentuk seperti pita Pigmen kasar, warna coklat gelap

Makrogametosit Ukuran lebih kecil daripada sel darah merah Bentuk bulat, sitoplasma biru Butir kromarin berupa butir-butir halus Pigmen tersebar warna coklat

Mikrogametosit Ukuran lebih kecil daripada sel darah merah Bentuk bulat, sitoplasma biru gelap Butir kromatin padat

Skizon muda Mengisi hampis seluruh eritrosit Bentuk tidak ameboid Kromatin sedikit tidak beraturan

Skizon tua Hamper mengisi eritrosit Bentuk roset Merosoit 6-12, ukuran besar Pigmen berkumpul ditengah (coklat tua)

o Patologi : malaria quartana 3. Plasmodium vivax


23

o Morfologi Trofozoid muda Ukuran : 1/3 eritrosit Bentuk cincin halus Kromatin titik halus, kadang-kadang dua

Trofozoid tua Ukuran besar Bentuk tidak teratur Vakuola jelas Kromatin titik atau benang Pigman halus tersebar

Makrogametosit Memenuhi eritrosit yang membesar Bentuk bulat/ oval padat Sitoplasma biru tua Kromatin padat ditepi Pigmen kecil diperifer

Mikrogametosit Memenuhi eritrosit yang membesar Bentuk bulat/ oval padat Sitoplasma biru pucat Kromatin dikelilingi area tak berwarna Pigmen granula coklat menyebar

Skizon muda Hamper mengisi seluruh eritrosit Bentuk agak amuboid Kromatin banyak tak teratur Pigmen tersebar

Skizon tua Mengisi penuh eritrosit Bentuk bersegmen Merosoit 14-24

24

Pigmen berkumpul ditengah

o Patologi: malaria tertiana benigna 4. Plasmodium ovale o Morfologi Trofozoid muda Ukuran 1/3 eritrosit Bentuk cincin padat Kromatin padat, masa tampak jelas

Trofozoid tua Ukuran kecil Bentuk rapat Vakuola tak jelas Kromatin kelompok tak teratur Pigmen kasarm tersebar

Makrogametosit Ukuran sebesar eritrosit Bentuk bulat padat Sitoplasma biru tua Kromatin padat ditepi (seperti P. vivax) Pigmen kecil diperifer (seperti P. vivax)

Mikrogametosit Ukuran sebesar eritrosit Bentuk bulat padat Sitoplasma biru pucat Kromatin dikelilingi area tak berwarna (seperti P. vivax) Pigman granula coklat menyebar (seperti P. vivax)

Skizon muda Mengisi hamper seluruh eritrosit Bentuk padat Kromatin sedikit tak teratur Pigmen tesebar

Skizon tua Mengisi penuh eritrosit


25

Bentuk bersegmen Merosoit 6-12 Pigmen berkumpul ditengah

o Patologi: Malaria ovale

Siklus Hidup Plasmodium Penyebab Malaria

26

Dalam siklus hidupnya plasmodium peneyebab malaria mempunyai dua hospes yaitu pada manusia dan nyamuk. Siklus aseksual plasmodium yang berlangsung pada manusia disebut skizogoni dan siklus seksual plasmodium yang membentuk sporozoit didalam nyamuk disebut sporogoni.

Siklus Hidup Plasmodium, Siklus aseksual

Sporozoit infeksius dari kelenjar ludah nyamuk anopheles betina dimasukkan kedalam darah manusia melalui tusukan nyamuk tersebut. Dalam waktu tiga puluh menit jasad tersebut memasuki sel-sel parenkim hati dan dimulai stadium eksoeritrositik dari pada daur hidupnya. Didalam sel hati parasit tumbuh menjadi skizon dan berkembang menjadi merozoit (10.000-30.000 merozoit, tergantung spesiesnya) . Sel hati yang mengandung parasit pecah dan merozoit keluar dengan bebas, sebagian di fagosit. Oleh karena prosesnya terjadi sebelum memasuki eritrosit maka disebut stadium preeritrositik atau eksoeritrositik yang berlangsung selama 2 minggu. Pada P. Vivax dan Ovale, sebagian tropozoit hati tidak langsung berkembang menjadi skizon, tetapi ada yang menjadi bentuk dorman yang disebut hipnozoit. Hipnozoit dapat tinggal didalam hati sampai bertahun-tahun. Pada suatu saat bila imunitas tubuh menurun, akan menjadi aktif sehingga dapat menimbulkan relaps (kekambuhan).

Siklus eritrositik dimulai saat merozoit memasuki sel-sel darah merah. Parasit tampak sebagai kromatin kecil, dikelilingi oleh sitoplasma yang membesar, bentuk tidak teratur dan mulai membentuk tropozoit, tropozoit berkembang menjadi skizon muda, kemudian berkembang menjadi skizon matang dan membelah banyak menjadi merozoit. Dengan selesainya pembelahan tersebut sel darah merah pecah dan merozoit, pigmen dan sisa sel keluar dan memasuki plasma darah. Parasit memasuki sel darah merah lainnya untuk mengulangi siklus skizogoni. Beberapa merozoit memasuki eritrosit dan membentuk skizon dan lainnya membentuk gametosit yaitu bentuk seksual (gametosit jantan dan betina) setelah melalui 2-3 siklus skizogoni darah.

Siklus Hidup Plasmodium, Siklus seksual 27

Terjadi dalam tubuh nyamuk apabila nyamuk anopheles betina menghisap darah yang mengandung gametosit. Gametosit yang bersama darah tidak dicerna. Pada makrogamet (jantan) kromatin membagi menjadi 6-8 inti yang bergerak kepinggir parasit. Dipinggir ini beberapa filamen dibentuk seperti cambuk dan bergerak aktif disebut mikrogamet. Pembuahan terjadi karena masuknya mikrogamet kedalam makrogamet untuk membentuk zigot. Zigot berubah bentuk seperti cacing pendek disebut ookinet yang dapat menembus lapisan epitel dan membran basal dinding lambung. Ditempat ini ookinet membesar dan disebut ookista. Didalam ookista dibentuk ribuan sporozoit dan beberapa sporozoit menembus kelenjar nyamuk dan bila nyamuk menggigit/ menusuk manusia maka sporozoit masuk kedalam darah dan mulailah siklus pre eritrositik.

28

Pemeriksaan Darah (Sediaan Darah Tebal & Tipis)


PENDAHULUAN Pemeriksaan darah merupakan pemeriksaan rutin. Untuk bidang Parasitologi Kedokteran ada 2 buah pemeriksaan darah, yaitu pembuatan apus darah tebal dan apus darah tipis. Apus darah tipis biasanya dilakukan sebagai pemeriksaan darah rutin, namun pembuatan apus darah tebal biasanya hanya dilakukan bila ada permintaan atau diminta berdasarkan indikasi adanya kecenderungan diagnose sementara ke arah penyakit Malaria dan Filariasis. Pemeriksaan ini hanya dilakukan secara mikroskopis. ALAT DAN BAHAN A. Alat B. Bahan Sediaan darah segar Larutan Giemsa (untuk pengecatan) Larutan Methanol 70% (fiksasi) Larutan Buffer Kapas (alcohol) Air (yang mengalir) Minyak emersi Object glass Mikroskop Rak pengecatan Pipet Lancet

CARA KERJA A. Pengambilan Darah Kapiler 1. Siapkan daerah yang akan diambil darahnya, yaitu jari tangan 2/3/4 2. Desinfeksi jari dengan kapas alcohol, biarkan mongering dengan sendirinya 3. Tusuk jari tersebut dengan lancet

29

4. Tetesan darah yang pertama dibuang, kemudian tetesan darah kedua dan seterusnya ditaruh di object glass 5. Setelah pengambilan darah selesai, tekan jari yang telah ditusuk dengan kapas alcohol B. Sediaan Apus Darah Tipis 1. Tetesan darah yang telah berada di object glass kemudian diratakan dengan menggunakan object glass lainnya, kemudian keringkan dengan cara diangin anginkan. 2. Setelah kering sediaan difiksasi dengan methanol 1 2 menit, lalu keringkan kembali 3. Setelah kering sediaan disiram dengan air dengan menggunakan pipet, lalu keringkan kembali 4. Setelah itu object glass diletakkan di rak secara horizontal, lalu Giemsa dituang di atasnya dengan hati hati, diamkan selama 15 20 menit 5. Bilas dengan air yang mengalir secara pelan dan hati hati, lalu keringkan kembali 6. Setelah kering teteskan minyak emersi pada object glass lalu periksa di bawah mikroskop dengan pembesaran 10 x 100 C. Sediaan Apus Darah Tebal 1. Tetesan darah yang telah berada di object glass kemudian diaduk dengan menggunakan ujung object glass lainnya, sampai terbentuk sediaan darah berdiameter 2 cm, kemudian keringkan dengan cara diangin anginkan. 2. Setelah kering sediaan direndam dengan larutan Buffer, lalu keringkan kembali 3. Setelah itu object glass diletakkan di rak secara horizontal, lalu Giemsa dituang di atasnya dengan hati hati, diamkan selama 15 20 menit 4. Bilas dengan air yang mengalir secara pelan dan hati hati, lalu keringkan kembali 5. Setelah kering teteskan minyak emersi pada object glass lalu periksa di bawah mikroskop dengan pembesaran 10 x 100

30

Anda mungkin juga menyukai