KESEHATAN LINGKUNGAN
“IDENTIFIKASI VEKTOR PENYAKIT”
DI SUSUN :
KELOMPOK II
1. Judul Praktikum
Identifikasi Vektor Penyakit
2. Tujuan Praktikum
1. Mengenal dan mengidentifikasi jentik dan nyamuk dewasa sebagai
vektor penyakit.
2. Mengidentifikasi jenis lalat dan menghitung kepadatan lalat.
3. Mengidentifikasi jenis tikus dan ektoparasit.
3. Dasar Teori
1. Vektor Nyamuk
Nyamuk adalah serangga yang sukses memanfaatkan air lingkungan
termasuk air alami, air sumber buatan yang sifatnya permanen maupun temporer.
Nyamuk mempunyai bagian mulut yang panjang dan hanya betina yang
menghisap darah. Nyamuk memerlukan tiga macam tempat untuk kelangsungan
hidupnya yaitu tempat berkembangbiak, tempat istirahat dan tempat mencari
darah (Hakiki, R. 2016).
Berdasarkan keberagaman hopesnya nyamuk betina lebih menyukai
darah manusia ( Antropofilik), ada yang menyukai darah hewan (zoofilik) dan
menyukai keduanya. Aktivitas nyamuk berdasarkan keberadaan hopenya dapat
dibagi dua yaitu nyamuk dapat menghisap darah manusia dan hewan berada
diluar rumah (Eksofagik) seperti dikandang dan nyamuk menghisap darah di
dalam rumah ( Endofagik) ((Hakiki, R. 2016).
Tempat penampungan air berpotensi untuk menjadian tempat perinduan
nyamuk Aedes aegypti. Hal ini disebabkan karena tempat penampungan air yang
tidak ditutup, lembab, terlindungi dari sinar matahari langsung dan nyamuk
Aedes aegypti bertelur pada air jernih, sehingga nyamuk dapat membuat siklus
hidupnya pada tempat tersebut yaitu dari telur-jentik-pupa dan kemudian
menjadi nyamuk dewasa. Untuk menekan peningkatan penyakit yang ditularkan
oleh nyamuk Aedes aegpti. Perlu adapartisipasi oleh semua komponen
masyarakat maupun mahasiswa dalam memberantas sarang nyamuk, dimana
sering dilakukan penyuluhanpenyuluhan tentang pemberantasan nyamuk Aedes
aegypti, dan bahaya penyakit DBD di mahasiswa, baik langsung dari petugas
kesehatan yang ada di wilayah Abdul Kadir khususnya Universitas Indonesia
Timur sehingga kasus DBD dapat di tekan sekecil mungkin ((Hakiki, R. 2016).
Nyamuk termasuk family culicidae dan merupakan family yang sangat
besar yang terdiri atas 31 genus dan ratusan spesies, genus terbesar yang penting
untuk ilmu kedokateran adalah Anopheles, Culex, Aedes dan Mansonia.
Nyamuk mempunyai bagian mulut yang panjang dan hanya betina yang
menghisap darah. Telur diletakkan diatas air atau ditempat lembab. Larva dan
pupa kedua-duanya hidup didalam air, nyamuk dewasa keluar dari pupa dan
kawin pada umur 1 sampai 2 hari, yang betina menghisap darah setiap 4 sampai
5 hari untuk kemudian bertelur (Team Teaching, 2023).
1) Nyamuk Aedes Aegypti
Nyamuk Aedes Aegypti merupakan vektor utama penyakit demam
berdarah. Penyebaran Aedes Aegypti di Indonesia sangat luas, nyamuk ini
memiliki tempat perindukan pada air jernih seperti bak mandi, pot bunga,
tempat minum hewan peliharaan serta pada barang-barang bekas yang
didalamnya tergenang air, dengan ciri-ciri umum :
a. Ukuran sedang, warna hitam dan terdapat garis-garis dan titik-titik putih
pada badan dan kaki.
b. Nyamuk betina mempunyai antena dengan bulu-bulu yang tidak lebat,
sikap hinggap sejajar sama dengan culex maupun mansonia.
c. Aedes Aegypti : sebagai vektor penyakit DHF (Dengue Haemorhagic
Fever).
d. Aedes albopictus : Sebagai vektor penyakit demam fever/demam kuning
maupun chikungunya (Team Teaching, 2023).
Ciri-Ciri Morfologi Nyamuk Aedes Aegypti
1. Stadium Telur
a) Bentuk lonjong, agak memipih, berwarna kekuningan, setelah agak
tua akan berwarna coklat;
b) Permukaan telur terdapat lapisan seperti kain kassa;
c) Ujung telur terdapat corolla;
d) Tidak mempunyai pelampung;
e) Diletakkan satu-satu diletakkan dipermukaan air dan menempel
pada bejana;
f) Dalam keadaan lembab tahan sampai 6 bulan.
2. Stadium Larva/Jentik
a) Terdapat pada air yang jernih;
b) Sikapnya membuat sudut 45 derajat dengan permukaan air dan
bagian kepalanya dibawah;
c) Mempunyai siphon yang relatif pendek dan gemuk yang berwarna
gelap dengan mempunyai satu rumpun bulu yang berfungsi untuk
bernafas;
d) Pada segmen ke-8 terdapat deretan sisir sebanyak 8-12 buah
bentuknya seperti mahkota (A. aegypti).
3. Stadium Pupa
a) Bentuk seperti koma;
b) Terdiri atas cephalothorax dan abdomen;
c) Mempunyai siphon;;
d) Mempunyai terompet yang digunakan untuk bernafas pada thorax
e) Mempunyai kantong udara yang terletak diantara bakal sayap pada
bentuk dewasa;
f) Mempunyai sepasang pengayuh yang saling menutupi pada ruas
abdomen terakhir yang berfungsi untuk : menyelam cepat, dengan
serangan jungkiran sebagai reaksi terhadap rangsangan;
g) Sangat mudah musnah pada kekeringan maupun pembekuan.
4. Stadium Dewasa
a) Berwarna hitam dengan belang-belang putih;
b) Kepala hitam dengan garis putih ditengahnya, palpi hitam dengan
putih pada ujungnya, proboscis hitam;
c) Thorax terdapat 2 garis putih yang berbentuk kurva dengan 2 garis
putih yang sejajar ditengah kurva;
d) Abdomen pada setiap segmen terdapat gelang-gelang putih;
e) Kaki mempunyai gelang-gelang putih pada setiap ruas;
f) Hinggap sejajar. (Team Teaching, 2023)
2) Nyamuk Anopheles
Nyamuk Anopheles merupakan salah satu vektor utama penyebab
peyakit Malaria.
a. Lebih banyak ditemukan mengigit diluar rumah.
b. Tempat perindukan adalah sawah dan saluran irigasi, kolam, rawa,
mata air dan sumur.
c. Berkembang biak dengan baik di air yang jernih/ agak keruh, air
berhenti/sedikit mengalir, ditempat teduh atau terkena sinar
matahari langsung.
d. Sebagai vektor penyakit malaria.
Ciri-Ciri Morfologi Nyamuk Anopheles:
1. Stadium Telur
a) Lonjong seperti perahu, kedua ujung meruncing.
b) Mempunyai alat pengapung, tersusun teratur.
c) Diletakkan sendiri-sendiri (terpisah).
d) Mudah musnah diatas 40 derajat dan dibawah 0 derajat dan tidak
berkembang di bawah 12 derajat.
e) Segera menetas bila berada dalam air dalam waktu 2-3 hari.
2. Stadium Larva
a) Teridir atas kepala, torax, dan abdomen.
b) Panjang tanpa kaki, kepala mempunyai mata majemuk.
c) Antena berbulu, bagian mulut digunakan untuk mengigit.
d) Kedelapan ruas abdomen mengandung spirakel yang berfungsi
untuk lubang udara.
e) Terletak sejajar dengan permukaan air.
f) Mempunyai sikat palmata seperti kipas, tidak mempunyai siphon
(corong nafas).
g) Pada bagian anus mempunyai insang anal yang berfungsi untuk
menyerap air dan mampu menahan suhu rendah maupun sedang.
3. Stadium pupa
a) Bentuk seperti koma, terdiri atas cephalotharox dan abdomen.
b) Mempunyai siphon dan terompet yang digunakan untuk bernafas
pada thorax, mempunyai kantong undara yang terletak diantara
bakal sayap pada bentuk dewasa.
c) Mempunyai sepasang pengayuh yang saling menutupi pada ruas
abdomen terakhir yang berfungsi untuk : menyelam cepat, dengan
serangan jungkiran sebagai reaksi terhadap rangsangan.
d) Sangat mudah musnah pada kekeringan maupun pembekuan (Team
Teaching, 2023).
3) Nyamuk Culex sp
a. Menghisap darah hanya pada malam hari.
b. Metamorfosis sempurna.
c. Tempat perindukan pada rawa, daerah pantai dan air payau.
d. Kebiasaan menggigit di dalam rumah maupun di luar rumah.
e. Sebagai vektor biologis (cyclo develomental) Wuchereria bancrofu
f. Sebagai vektor virus Japanese B encephaliti.
Ciri-Ciri Morfologi Nyamuk Culex sp:
1. Stadium Telur
a) Tersusun berderet seperti rakit, diletakkan berkelompok.
b) Berbentuk seperti peluru senapan.
c) Bagian ujung telur terdapat bangunan seperti corolla.
2. Stadium Larva
a) Terdiri atas kepala, thorax, dan abdomen.
b) Siphon panjang, dan langsing dengan hair tuft lebih dari 1 pasang.
c) Posisi di air tegak lurus.
3. Pupa Culex
a) Teridir atas cephalothorax dan abdomen.
b) Berbentuk seperti koma.
c) Mempunyai siphon.
4. Dewasa Culex sp
a) Warna coklat muda.
b) Probosis dan palpus maxilaris tidak sama panjang.
c) Jantan : Palpus Maxilaris hampis sama panjang dengan probosis,
antena bulu lebat (Plumose).
d) Betina : palpus maxilaris lebih pendek dari pada probosis, antena
bulu jarang (pilose).
e) Waktu istirahat sejajar dengan tempat yang dihinggapi.
1. Sampel nyamuk
Untuk di identifikasi
dewasa
dibawah mikroskop.
3. Vektor Tikus
a. Alat (Identifikasi Tikus & Ektoparasit)
4. Cara Kerja
1. Vektor Nyamuk
a. Identifikasi Larva/Jentik
Tahap I
b. Identifikasi Nyamuk
2. Vektor Lalat
2. Indeks pinjal umum : jumlah yang ditangkap dibagi dengan jumlah tikus yang
diperiksa.
Indeks Pinjal Umum = Jumlah seluruh pinjal yang didapat
Jumlah tikus yang diperiksa
5. Hasil Pengamatan
A. Identifikasi Jentik/ Larva Instar 3 (Culex sp.)
No Gambar Mikroskop Ket.
1. Antena
1. Kepala (Head) dan Dada (Thorax) 2. Mata
3. Thorax
No Gambar Mikroskop Ket.
Perbesaran 4x
Badan (Abdomen)
1. Abdomen
2.
/Badan
Perbesaran 4x
Ekor (Tali)
3. 1. Sifon (Ekor)
Perbesaran 4x
B. Identifikasi Nyamuk
No Gambar Mikroskop Ket
1. Antena
1. Kepala (Head) 2. Palps
3. Probocis
Perbesaran 4x
Badan (Abdomen)
2. 1. Abdomen
Perbesaran 4x
Sayap
3. 1. Sayap
Perbesaran 4x
C. Identifikasi Jenis, warna, dan bentuk lalat
Gambar Keteranagan
3. Bentuk lalat:
- panjang 6-9 mm
Tikus 1 Tikus 2
Telinga (mm) 20 mm
Tengkorak (mm) 50 mm
Pinjal 1
Tungau -
Ektoparasit Kutu -
Caplak -
Claws
Kepala (Head) dan Dada (Thorax)
Mata
1.
Antena
Tarsus
Badan (Abdomen)
Tibia
2.
Bulu Postmedian
Spermateka
Perhitungan Succes Trap dan Indeks Pinjal
1. Keberhasilan Pemerangkapan Tikus di wilayah Suwawa
Kab.bone bolango
= 1 x 100 %
1
= 100%
Tabel. Keberhasilan Pemerangkapan Tikus di Wilayah Kab.bone bolango
Jumlah
Lokasi Jumlah Tikus Succes Trap
Perangkap Ket
Pelaksanaan tertangkap (%)
Terpasang
Bubeya,Su 1 1 100% TMS
wawa
Kab.bone
bolango
2. Indeks pinjal umum : jumlah yang ditangkap dibagi dengan jumlah tikus
yang diperiksa.
Indeks Pinjal Umum = Jumlah seluruh pinjal yang didapat
Jumlah tikus yang diperiksa
1
=
1
= 1
Tabel. Indeks Pinjal Pada Tikus di Wilayah Kota Tengah
G. Pembahasan
1. Vektor Nyamuk
a) Identifikasi Jentik/Larva
Tahap pertama yang dilakukan pada kegiatan 2 dalam praktikum ini yaitu
mengenal dan mengidentifikasi jentik/larva, masing-masing kelompok diberi
instruksi untuk membawa jentik/larva nyamuk jenis apapun yang diambil secara
acak di Kabupaten Bone Bolango. Wilayah untuk kelompok 2, kami mengambil
sampel larva/jentik dari selokan di wilayah kos-kosan yang ada di kampus 4
tepatnya di belakang kampus 4 dengan menggunakan botol plastik. Adapun
larva/jentik yang diambil mencakup dari larva instar 1 sampai instar 4.
Sebelum melakukan pengamatan, kami terlebih dahulu memindahkan
larva/jentik dari dalam botol plastik kedalam wadah/loyang untuk kemudian
dilakukan pemilihan larva/jentik untuk di amati, dimana sesuai instruksi bahwa
larva yang akan diamati dibawah mikroskop yaitu larva dalam tingkatan instar 4
dengan ciri larva memiliki bentuk tubuh paling jelas dan memiliki ukuran paling
besar serta memiliki warna paling gelap. Setelah mendapatkan larva/jentik yang
diinginkan, selanjutnya larva diletakkan pada kaca dan akan dimatikan dengan
cara ditetesi cairan formalin 10% kemudian menunggu sampai larva/jentik
benar-benar mati. Sembari menunggu larva/jentik mati, kami menghitung
seluruh larva/jentik yang ada di wadah/loyang. Setelah larva/jentik mati
kemudian kami melakukan pengamatan dibawah mikroskop dengan perbesaran
lensa obyektif 40x dan lensa okuler 10x.
Pengamatan larva/jentik dilakukan mulai dari bagian ekor, hingga ke bagian
kepala. Secara menyeluruh struktur tubuh larva/jentik (morfologi) yang nampak
dapat dilihat dengan jelas seperti yang telah dijabarkan dalam tabel hasil
pengamatan. Sehingga dari hasil pengamatan tersebut, maka dapat kami
simpulkan bahwa larva instar 4 yang kami amati merupakan jenis larva/ jentik
Culex sp berdasarkan ciri-ciri larva/jentik nyamuk Culex sp yaitu sikap
larva/jentik menghisap darah hanya pada malam hari, metamorfosis sempurna,
tersusun berderet seperti rakit, diletakan berkelompok, mempunyai
siphon,bentuk seperti koma, terdiri atas kepala thorax dan abdomen, berwarna
coklat muda, probosis dan palpus maxilaris tidak sama panjang.
b) Identifikasi Nyamuk Dewasa
Kemudian kegiatan selanjutnya yaitu mengidentifikasi nyamuk dewasa
dibawah mikroskop. Setiap kelompok diberi instruksi untuk membawa sampel
nyamuk dewasa yang ditangkap di wilayah Bone Bolango. Untuk nyamuk yang
akan diamati dipilih hanya 1 nyamuk dewasa yang diambil atau ditangkap dalam
keadaan mati namun masih memiliki bagian-bagian tubuh yang utuh dan
lengkap.
Selanjutnya nyamuk yang sudah mati diletakkan diatas kaca preparat dan
kemudian ditetesi dengan aquadest agar mempermudah pada saat akan diamati
dibawah mikroskop. Sama seperti pengamatan larva/jentik sebelumnya, sampel
nyamuk dewasa pun diamati ,mulai dari bagian kepala dan bagian perut pada
nyamuk dewasa menggunakan perbesaran yang sama pula seperti pada saat
melakukan pengamatan pada larva/jentik.
Berdasarkan hasil pengamatan tersebut, maka dapat kami simpulkan bahwa
nyamuk yang kami amati merupakan nyamuk jenis Culex sp berdasarkan ciri-ciri
larva/jentik nyamuk Culex sp yaitu sikap larva/jentik menghisap darah hanya
pada malam hari,metamorfosis sempurna,tersusun berderet seperti rakit,diletakan
berkelompok,mempunyai siphon,bentuk seperti koma,terdiri atas kepala thorax
dan abdomen,berwarna coklat muda,probosis dan palpus maxilaris tidak sama
panjang.
2. Vektor Lalat
Kegiatan selanjutnya yaitu mengidentifikas jenis lalat dan kepadatan lalat dikantin
sekitaran kampus 4 UNG dengan menggunakan alat Fly Grill. Untuk mengukur
kepadatan lalat dihitung menggunakan stopwatch selama 30 detik yang dilakukan
sebanyak 10 percobaan. Pada percobaan pertama pengamatan yang kami dapatkan
ada sebanyak 5 ekor lalat per 30 detik yang hinggap di Fly Grill. Lalu Pada
percobaan kedua pengamatan yang kami dapatkan ada sebanyak 1 ekor lalat per 30
detik yang hinggap di Fly Grill. Pada percobaan ketiga pengamatan yang kami
dapatkan ada sebanyak 3 ekor lalat per 30 detik yang hinggap di Fly Grill. Pada
percobaan keempat pengamatan yang kami dapatkan ada sebanyak 4 ekor lalat per
30 detik yang hinggap di Fly Gril. Pada percobaan kelima sampai keenam,
pengamatan yang kami dapatkan ada sebanyak 3 ekor lalat per 30 detik yang
hinggap di Fly Grill. Pada percobaan ketujuh pengamatan yang kami dapatkan ada
sebanyak 2 ekor lalat per 30 detik yang hinggap di Fly Grill. Pada percobaan
kedelapan pengamatan yang kami dapatkan ada sebanyak 1 ekor lalat per 30 detik
yang hinggap di Fly Grill. Kemudian pada percobaan kesembilan dan sepuluh
pengamatan yang kami dapatkan ada sebanyak 3 ekor lalat per 30 detik yang
hinggap di Fly Grill. Setelah dilakukan pengamatan dari 10 percobaan tersebut,
maka dapat disimpulkan bahwa hasil perhitungan angka rata-rata yang
P 1+ P2=P3=P 4=P 5
diperoleh dari pengukuran kepadatan lalat yaitu P= ada
5
sebanyak 3,6 ekor per fly Grill (Sedang) Sehingga, tidak perlu diadakan proses
penanggulangan masalah tersebut (kepadatan lalat diarea kantin)
3. Vektor Tikus
Kegiatan selanjutnya yakni mengidentifikasi jenis tikus dan ektoparasit.
Setiap kelompok dihimbau untuk membawa sampel tikus yang ditangkap secara
acak dengan menggunakan perangkap/single live trap. Kelompok 2
menggunakan 1 perangkap dalam menangkap tikus, perangkap tersebut
merupakan perangkap yang telah disediakan dari laboratorium, Setelah
meggunakan 1 perangkap tersebut yang di letakkan di suwawa tepatnya di
bubeya dan tempat yang biasanya tikus sering lewati atau tempati, adapun 1
tikus yang masuk kedalam perangkap, kita mengidentifikasi jenis tikus dan
ektoparasit, kemudian tikus tersebut kami perlu melakukan pembiusan
menggunakan cloroform agar tikusnya mati, untuk melakukan pengukuran berat
badan (BB) yang di timbang mnggunakan timbangan/ neraca. kemudian
mengukur total long ( TL) atau panjang tubuh dari ujung kepala hingga ujung
ekor, head and body (HB)/ kepala dan tubuh tikus (tail), telinga (ear), kaki
belakang (behind foot), dan tengkorak ( skull) yang di ukur menggunakan
penggaris. Selai itu, jenis kelamin, warna badan dan ekor, bentuk badan, seta
bentuk hidung juga merupakan ciri- ciri morfologi yang di amati pada tikus
tersebut. Berdasarkan hasil pengukuran yang telah di lakukan di dapatkan tikus
tersebut berjenis kelamin jantan dengan badan dan ekor warna coklat ke abu-
abuan. Kemudian untuk berat badan (BB) tikus tersebut yaitu 100gr. Bentuk
badan memanjang serta bentuk hidungnya yang tumpul.
.
H. Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil praktikum identifikasi larva/jentik dibawah mikroskop
dilakukan dari berbagai bagian tubuh mulai dari kepala, badan dan bagian
ekor dari larva/jentik. Berdasarkan gambar lerva/jentik pada hasil
praktikum diatas dapat diketahui bahwa larva/jentik yang kami amati
dibawah mikroskop dengan perbesaran 4x adalah larva/jentik jenis Culex
SP. Berdasarkan hasil praktikum identifikasi jenis nyamuk dewasa yang
ditemukan adalah jenis nyamuk Culex SP jantan yang memiliki ciri-ciri
tubuh berwarna Coklat, tidak memiliki warna hitam putih.
2. Berdasarkan hasil praktikum identifikasi kepadatan lalat yang dilakukan
secara langsung didepan kantin Kampus 4 UNG jenis lalat yang ditemukan
adalah lalat Musca Domestica. Sedangkan angka kepadatan lalat yang
didapatkan berdasarkan hasil pengukuran lalat menggunakan fly grill
adalah sebesar 3,6 yang termasuk dalam kategori sedang.
3. Tikus yang diidentifaksi secara langsung melalui ciri-ciri tikus dan
disesuaikan dengan kunci identifikasi tikus adalah jenis tikus got (Rattus
Norvegicus). Dari 1 perangkap tikus yang dipasang didapatkan 1 tikus,
sehingga succes trapnya adalah sebesar 100% dan dilakukan penyisiran
pada tubuh tikus dan didapatkan 1 ektoparasit berupa Kutu kemudian
didapatkan indeks pinjal umum sebesar 1.
DAFTAR PUSTAKA
Hakiki, R. (2016). Identifikasi Bakteri pada Tempat-Tempat Penampungan Air
Habitat Nyamuk Aedes aegypti (Doctoral dissertation, Universitas Islam
Negeri Alauddin makassar).
Sari, Merry Diana and Setyaningrum, Endah and Rosa, Emantis and Sutyarso,
Gorontalo
Trianto Manap, Dkk. 2023. Kelimpahan Nisbi, Frekuensi dan Dominasi Jenis