Anda di halaman 1dari 16

TAKSONOMI DFAN MORFOLOGI VEKTOR LALAT

OLEH KELOMPOK 2 :

1. AHMAD THORIQ T API GADI (2007010052)


2. JOSUA EREDIENST ELFETO ( 2007010182)
3. MARIA COSTANIA KEBAN (2107010026)
4. MARIA JULISTIYA KEY SEWAR (2107010103)
5. MARIA NOVELIA INA WELAN (2007010098)
6. MELINDA CHRISTINE PUSPITA DEWI (2007010193)
7. RENZI RIANI SIMANUNGKALIT (2007010119)
8. THERESIA R. N. LAMATOKAN (2007010220)
9. YOLENTA ALFIRA NAU (2007010139)

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa,

karena atas berkat dan bimbingannya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan

makalah ini dengan judul penyakit antraks dengan baik. Penulisan makalah ini

dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memenuhi tugas Mata

kuliah Pengendalian Vektor dan Rodent Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Nusa Cendana Kupang.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pengampu Mtakuliah

yang telah memberikan Tugas ini sebagai bahan pembelajaran serta saran hingga

penulisan ini dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih banyak yang harus

diperbaiki dari segi isi maupun sistematika penulisannya. Masukan dan kritikan

yang membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan demi melengkapi

makalah ini.

Kupang November 2023

Penulis

i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di dunia ini, terdapat lebih dari 116.000 spesies lalat. Meski jenisnya

banyak sekali dan sering dianggap sebagai hewan penggang gu dan penular

berbagai macam penyakit pada manusia, ternyata keberadaan lalat di muka bumi

ini bukan berarti tidak ada manfaatnya. Manusia menganggap lalat merupakan

hewan yang tidak memiliki peranan penting, sehinggga menganggap punah atau

hilangnya lalat dari muka bumi menjadi hal yang yang di ingginkan, keberadaan

lalat sangat penting peranannnya sebagai ekosistem.

Dalam jumlah yang banyak keberadaan lalat sangat dirasakan

mengganggu kenyamanan. Keberadaan lalat juga merupakan tanda kurang

terjaganya kesehatan lingkungan, lalat dapat menularkan penyakit melalui semua

bagian tubuhnya yang meliputi bulu badan, bulu pada anggota gerak, muntahan,

serta kotoran atau fesesnya.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimanakan taksonomi dan morfologi vektor lalat?

1.3 Tujuan Makalah

Untuk mengetahui taksonomi dan morfologi vektor lalat sebagai pembaya

penyakit
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengendalian Vektor Lalat

Lalat termasuk ordo Diptera, merupakan salah satuordo terbesar dari

serangga dengan keragaman jenis yang tinggi dan sebagian besar tersebar

secara kosmopolitan. Kebanyakan Diptera bertubuh lunak serta mempunyai

kepentingan ekonomi yang cukup besar (Borror et al.,1992). Lalat untuk

mempertahankan kehidupannya dan daya tariknya terhadap bau-bau yang busuk

menuntun lalat untuk mencari tempat-tempat yang kotor untuk mencari

sesuatu yang dapat dimakannya. Biasanya tempat-tempat tersebut adalah

tempat yang banyak berhubungan dengan aktivitas manusia. Wilayah

permukiman banyak ditemukan berbagai jenis lalat yaitu Muscidae (berbagai

jenis lalat rumah, lalat kandang, dan lalat tanduk), Calliphoridae (berbagai jenis

lalat hijau) dan Sarcophagidae (berbagai jenis lalat daging) (Sucipto, 2011).

Lalat adalah jenis serangga dari ordo Diptera (berasal dari bahasa Yunani

di berarti dua dan ptera berarti sayap). Perbedaan yang paling jelas antara lalat

dan ordo serangga lainnya adalah lalat hanya memiliki sepasang sayap untuk

terbang yang disebut halteres, yang berasal daro sayap belakang, pada metatoraks

(kecuali beberapa spesies lalat yang tidak dapat terbang). Satu–satunya ordo

serangga lain yang memiliki dua sayap yang benar-benar berfungsi dan memiliki

halter adalah Strepsitera. Namun, berbeda dengan lalat, halteres Strepsitera

berada di mesotoraks dan sayap di metatoraks.

2
3

A. Taksonomi Lalat
Berikut taksonomi lalat secara umum (Borror dkk, 1992) :
 Kingdom : Animalia
 Philum : Arthopoda
 Class : Insecta
 Ordo : Diptera
 Famili : Muscidae, Sarcophagidae, Chaliporidae

B. Morfologi Lalat
Tubuh lalat biasanya pendek dan ramping, telah beradaptasi dengan

gerakan udara. Bagian pertama dari lalat yaitu kepala yang terdiri atas ocelli,

antena, mata majemuk, dan bagian-bagian mulut (labrum, labium,mandibula, dan

maksila). Bagian kedua yaitu toraks, menahan sayap dan memiliki otot-otot

terbang pada ruas kedua, yang bentuknya membesar. Ruas pertama dan ketiga

bentuknya lebih kecil. Pada ruas ketiga toraks terdapat halter, yang membantu

menyeimbangkan lalat selama terbang. Adaptasi lebih lanjut untuk terbang

adalah pengurangan jumlah ganglion saraf dan konsentrasi jaringan saraf di

toraks, suatu ciri yang paling berbeda pada infraordo Muscomorpha.

Lalat memiliki kepala yang dapat bergerak dengan mata dan sebagian

besar memiliki mata majemuk yang besar di sisi kiri dan kanan kepalanya,

dengan tiga ocelli kecil di atasnya. Untuk pengendalian arah pandangan, wilayah

jangkauan optik dianalisis oleh sekumpulan neuron yang sensitif terhadap

gerakan. Satu bagian dari neuron-neuron ini diduga digunakan untuk

mengestimasi parameter-parameter gerakan sendiri, seperti mengoleng,


4

berguling, dan berbelok. Neuron-neuron lainnya diduga digunakan untuk

menganalisis materi penglihatan itu sendiri, seperti mengidentifikasi bentuk suatu

figur di tanah dengan menggunakan paralaks gerak. Bentuk antena beragam,

tetapi seringnya pendek untuk mengurangi beban saat terbang.

Tidak ada spesies lalat yang memiliki gigi atau organ lainnya yang

memungkinkan mereka untuk memakan makanan padat. Lalat hanya

mengonsumsi makanan cair atau butiran-butiran kecil, seperti serbuk sari, dan

bagian-bagian mulut dan pencernaan mereka menunjukkan modifikasi yang

bervariasi sesuai dengan jenis makanannya. Tabanidae betina menggunakan

mandibula dan maksila seperti pisau untuk membuat sayatan menyilang di kulit

inang dan mengisap darahnya. Perut tabanidae termasuk divertikula besar,

memungkinkan serangga tersebut menyimpan sejumlah kecil cairan setelah

makan.

a. Lalat rumah (Musca domestica)

Taksonomi

Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropodagm,.
Class : Insecta
Ordo : Diptera
Family : Muscidae
Genus : Musca
Spesies : Musca domestica

Lalat rumah (M. domestica) tergolong ke dalam Famili

Muscidae(Borror et al.,1992). Hasil pengamatan dan pengukuran ciri-ciri


5

morfologi M. domestica menunjukkan kepala besar berwarna coklat

gelap, mata besar menonjol dan terpisah. Panjang tubuh berkisar

antara6,5 -7mm, warna tubuh abu-abu kehitaman, padabagian permukaan

atas thorax terdapat 4 garis berwarna hitam. Menurut Hastutiek (2007),

pada abdomen ditandai dengan warna dasar kekuningan serta

didapatkan garis hitam di bagian median.

(b)

(a)

Gambar 1. Lalat Musca domestica

Keterangan :
(a). Imago secara keseluruhan
1. caput (kepala)
2. Thorax (dada)
3. Abdomen (perut)
4. Sayap
5. Tungkai
(b). Kepala tampak dari depan
6. Antenna
7. Mata majemuk
8. Mulut

b. Lalat kecil (Fannia sp.)


6

Ciri-ciri morfologi Fannia sp. menunjukkan bahwa mata berwarna

coklat gelap. Panjang tubuh berkisar antara 6,5-7 mm dan venasi sayap

berkisar antara 3,8-4,5 mm. Menurut Borror et al.,(1992), Fannia sp.

kelihatan seperti lalat rumah tetapi ukuran jauh lebih kecil,

berkembangbiak di kotoran manusia dan hewan dan juga di bagian-bagian

tumbuhan yang membusuk, misalnya di tumpukan rumput yang

membusuk.

(a) (b)
Gambar 2. Lalat Fannia sp.
Keterangan :
(a). Imago secara keseluruhan
1. caput (kepala)
2. Thorax (dada)
3. Sayap
4. Abdomen (perut)
5. Tungai
(b). Kepala tampak dari depan
6. Mata Majemuk
7. Atenna
8. Mulut
c. Lalat hijau kebiruan metalik (Chrysomya megacephala)
7

Taksonomi
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Hexapoda
Ordo : Diptera
Family : Calliphoridae
Genus : Chrysomya
Spesies : Chrysomya megacephala

Ciri-ciri morfologi C. megacephala menunjukkan bahwa mata

berukuran besar dan berwarna merah gelap, pada bagian mulutnya

berwarna kuning. Warna tubuh hijau kebiruan metalik, panjang

tubuh berkisar antara 7,3 -9,5 mm, panjang venasi sayap berkisar

antara 4,6 - 5 mm, thorax berwarna hijau metalik kecokelatan,

permukaan tubuh tertutup dengan bulu-bulu pendek keras dan jarang

letaknya. Abdomen berwarna hijau metalik mempunyai garis-garis

transversal. Sayap jernih dengan guratan urat-urat yang jelas C.

megacephala tergolong ke dalam Famili Calliphoridae. Nama lalat

tersebut diberi berdasarkan warna tubuhnya (Borror et.,al, 1992).

(a) (b)
Gambar 2. Lalat Chrysomya megacephala
8

Keterangan :
(a). Imago secara keseluruhan
1. caput (kepala)
2. Thorax (dada)
3. Sayap
4. Abdomen (perut)
5. Tungai
(b). Kepala tampak dari depan
6. Mata majemuk
7. Antenna
8. Mulut

d. Lalat hijau metalik (Lucilia sp.)

Taksonomi

Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Diptera
Family : Calliphoridae
Genus : Lucilia
Spesies : Lucilia sp

Ciri-ciri morfologi Lucilia sp. menunjukkan bahwa mata berwarna

merah. Panjang tubuh berkisar antara 7,8 -9,5 mm, warna tubuh hijau

metalik, thorax dan abdomen bewarna hijau metalik.Panjang venasi sayap

berkisar antara 5,5 -6,5 mm. Menurut ciri-ciri yang diperoleh Laksmita et

al.,(2013), tubuh berwarna hijau metalik, mata berwarna merah.


9

(a) (b)
Gambar 2. Lalat Lucilia sp.
Keterangan :
(a). Imago secara keseluruhan
1. caput (kepala)
2. Thorax (dada)
3. Sayap
4. Abdomen (perut)
(b). Kepala tampak dari depan
5. Mata majemuk
6. Antenna
7. Mulut

e. Lalat abu-abu (Sarcophaga sp.)

Taksonomi

Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Diptera
Family : Sarcophagidae
Genus : Sarcophaga
Spesies : Sarcophaga sp
10

Ciri-ciri morfologi Sarcophaga sp. menunjukkan bahwa mata

berwarna merah gelap. Panjang tubuh berkisar antara 8 –9,5 mm,

tubuh berwarna abu-abu, dengan bercak-bercak hitam atau dengan

garis-garis hitam memanjang pada thorax, dan abdomen memiliki corak

seperti papan catur. Panjang venasi sayap berkisar antara 6,8 -8mm. Menurut

Lilies(1991), memiliki ciri tubuh berwarna hitam dengan strip pada

thorax berwarna abu-abu.

(a) (b)

Gambar 2. Lalat Lucilia sp.


Keterangan :
(a). Imago secara (b)Kepala tampak dari
keseluruhan depan
1. caput (kepala) 6. Antenna
2. Thorax (dada) 7. Mata Majemuk
3. Tungai 8. Mulut
4. Abdomen (perut)
5. Sayap

C. Reproduksi Lalat

Alat kelamin lalat perempuan diputar sampai tingkat tertentu dari posisi
yang ditemukan pada serangga lainnya. Dalam beberapa lalat, ini adalah rotasi
sementara selama kawin, tetapi di lain itu adalah torsi permanen organ yang
terjadi selama tahap kepompong. Torsi ini dapat menyebabkan anus yang terletak
11

di bawah alat kelamin, atau dalam kasus 360 °, torsi pada saluran sperma yang
melilit usus meskipun organ eksternal berada di posisi yang biasa mereka.

Ketika lalat kawin, jantan awalnya terbang di atas betina, menghadap ke


arah yang sama, tetapi kemudian berbalik untuk menghadap dalam arah yang
berlawanan. Hal ini akan memaksa jantan untuk berbaring di punggungnya agar
alat kelaminnya tetap menempel di kelamin lalat betina, atau torsi dari alat
kelamin jantan memungkinkan pasangan jantan untuk sementara tetap tegak. Hal
ini menyebabkan lalat memiliki kemampuan reproduksi lebih dari sebagian besar
serangga, dan pada tingkat yang jauh lebih cepat.

Lalat terjadi pada populasi yang besar karena kemampuan mereka untuk
kawin secara efektif dan dalam waktu singkat selama musim kawin. Betina
meletakkan telur-telurnya dekat dengan sumber makanan (seperti pada buah yang
hampir matang), memungkinkan larva mengkonsumsi makanan sebanyak
mungkin dalam waktu singkat sebelum berubah menjadi dewasa. Telur menetas
segera setelah diletakkan, atau lalat yang ovovivipar, dengan penetasan larva
dalam tubuh induk, larva lalat tidak memiliki kaki yang benar.

Beberapa larva Dipteran, seperti spesies Simuliidae, Tabanidae, dan


Vermileonidae, memiliki proleg disesuaikan dengan fungsi seperti berpegangan
pada substrat dalam air yang mengalir, memegang jaringan inang, atau
memegang mangsa. Secara kasar, ada beberapa perbedaan anatomi antara larva
dari Nematocera dan Brachycera, terutama di Brachycera, ada demarkasi yang
sedikit antara dada dan perut, meskipun demarkasi mungkin sangat terlihat di
Nematocera banyak, seperti nyamuk di Brachycera, kepala larva ini tidak jelas
dibedakan dari bagian tubuh lainnya, dan ada sedikit, jika ada, sclerites.

Secara informal, seperti Brachyceran larva disebut belatung, tetapi istilah


ini sering digunakan nonteknis dan acuh tak acuh untuk terbang larva atau larva
serangga pada umumnya. Mata dan antena larva Brachyceran yang berkurang
atau tidak ada, dan perut juga tidak memiliki pelengkap seperti Cerci. Kurangnya
12

fitur merupakan adaptasi terhadap makanan seperti bangkai, membusuk detritus,


atau host jaringan sekitarnya endoparasit larva Nematoceran umumnya memiliki
mata terlihat dan antena, meskipun biasanya kecil dan fungsi yang terbatas.

Kepompong memiliki berbagai bentuk, dan dalam beberapa kasus


berkembang di dalam kepompong sutra. Setelah muncul dari pupa, lalat dewasa
jarang hidup lebih dari beberapa hari, dan berfungsi terutama untuk mereproduksi
dan untuk membubarkan mencari sumber makanan baru.
DAFTAR PUSTAKA

Putri Panca Yunita. “Taksonomi Lalat di Pasar Induk Jakabaring Kota Palembang”.
Jurnal Ilmiah Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, 15(2) 2018 :
12-31

AMRULLAH, SENO ARIF (2015) UJI INSEKTISIDA EKSTRAK SERAI WANGI


(Cymbopogon nardus) TERHADAP LALAT RUMAH DEWASA (Musca
domestica) DIBANDINGKAN DENGAN MALATHION 0,28%.
University of Muhammadiyah Malang.

p2k.stekom. Maret 2022. Lalat. Diakses pada 17 September 23, dari


https://p2k.stekom.ac.id/ensiklopedia/Lalat
Putri, Y. P. (2015). Keanekaragaman spesies lalat (Diptera) dan bakteri pada
tubuh lalat ditempat pembuangan akhir sampah (TPA) dan pasar. Jurnal
Dampak, 12(2), 79-89.

Anda mungkin juga menyukai