UNIVERSITAS PAKUAN
BOGOR
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusunan tugas ini dapat diselesaikan. Paper ini
saya susun sebagai tugas dari mata kuliah Mamalogi dengan judul “Paper Tentang
Terima kasih saya sampaikan kepada Ibu Dra. Moerfiah, M.Si selaku dosen
mata kuliah Mamalogi yang telah membimbing dan memberikan kuliah demi
Demikianlah tugas ini saya susun semoga bermanfaat dan dapat memenuhi
tugas mata kuliah Mamalogi dan penulis berharap semoga paper ini bermanfaat bagi
diri kami dan khususnya untuk pembaca. Dengan segala kerendahan hati, saran-saran
dan kritik yang konstruktif dan membangun sangat kami harapkan dari para pembaca
guna peningkatan pembuatan makalah pada tugas yang lain dan pada waktu
mendatang.
Terima kasih.
1.2 TUJUAN
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Sub Phylum : Vertebrata
Classis : Mammalia
Subclass : : Theria (Parker and Haswell,1897)
Infraclass : Metatheria (Huxley, 1880)
Superordo : Marsupialia (Illeger, 1811)
Ordo : Peramelemorphia (Kirsch,1968) – Bandicoots and bilbies
Familia : Peroryctidae (Groves and Flannery,1990) – Peroryctid
bandicoots
Genus : 1. Peroryctes, terdiri dari lima spesies yaitu :
a. Peroryctes broadbenti, (Giant Bandicoot)
b. Peroryctes raffrayanus, (Raffrays Bandicoot)
c. Peroryctes longicauda, (Stripped Bandicoot)
d. Peroryctes papuensis, (Papuan Bandicoot)
e. Microperoryctes murina, (Mouse Bandicoot)
Bandikut dapat dengan mudah diketahui karena dua ciri utama yaitu pertama,
jari kaki belakang kedua dan ketiga pada pangkal cakarnya disatukan oleh kulit dan
hanya ujung sendi terakhir kukunya yang terpisah lalu jumlah jari-jari pada kaki
bandikut berjumlah empat. Bersama-sama kedua jari tersebut bekerja sebagai satu
digit dan membentuk sisir yang dapat dipakai untuk membersihkan tubuh dan
ektoparasit dan kotoran. Kedua, semua bandikut mempunyai susunan gigi
poliprotodon yang berarti mempunyai gigi tidak kurang dari tiga pasang gigi seri pada
rahang bawah dan diantara taring (Petocz, 1994).
Bandikut mempunyai kepala panjang dengan telinga agak berbulu dan
moncong runcing yang menandakan indera penciumannya yang tajam. Tubuhnya
agak kompak dan berukuran antara kelinci besar dan tikus. Kaki belakang memanjang
mirip kaki kuskus dan kanguru atau walabi yang memungkinkan bandikut untuk
berjingkrak, berlari kencang dan meloncat. Tungkai kaki depan jauh lebih pendek
tetapi kuat dan mempunyai tiga cakar yang mencolok untuk menggaruk dan menggali.
Panjang ekornya beragam dan tidak prehensile. Rambutnya halus tetapi ada yang
jarang, agak kasar dan kaku, terutama pada bandikut berduri dari genus Echymipera.
Warna bulunya beragam bergantung pada spesies, bisa orange, kelabu coklat atau
bergaris. Panjang bandikut berkisar antara 28-81 cm dengan panjang ekor sampai
20cm (Manzies, 1991). Populasinya tersebar luas di dataran rendah pada habitat hutan
tertutup, hutan terbuka, padang rumput dan semak belukar yang lebih kering di pulau
Waigeo, Biak dan Yapen serta bagian utara, timur, Manokwari, Merauke dan selatan
New Guinea dengan ketinggian 1550 m dari permukaan laut (Gordon et al. 1990)
(Yohanita 2009).
Gambar 1. Situs viscerum bandikut (a= Esofagus: Berukuran panjang dan bermuara ke bagian
kranial lambung, b= Lambung: Sebagian besar tertutup oleh hati, c= Hati yang berukuran besar, d=
Limpa, e= Usus halus, f= Usus besar yang berukuran pendek dan bermuara ke anus, g= Anus)
A B
Gambar 2. Morfologi lambung bandikut (Mukosa lambung membentuk lipatan-lipatan yang
berjalan longitudinal. Pada batas daerah pilorus dengan duodenum terdapat otot sfringter, A=
Eksterior, B= Interior. Cma=Curvatura mayor: Panjang, Cmi= Curvatura minor: Pendek.
Py= Pilorus, Duo= Duodenum, Anak panah= Otot sfringter, Eso = Esofagus)
Gambar 8. Kelenjar lambung bandikut (Cg= Di daerah kardia, Eso= Esofagus, Fd= Fundus,
Py= Pilorus: Berbatasan dengan duodenum, Duo= Duodenum: Menghasilkan
mukopolisakarida yang bersifat asam dan netral dengan konsentrasi yang bervariasi,
Pewarnaan AB dan PAS, Bar= 100 µm)
Manufandu, J. S., 2000. Pola Tingkah Laku Bandikut Hidung Panjang (Echymipera
rufescens) Di Penangkaran. Manokwari: Fakultas Pertanian Unversitas
Cendrawasih.
Petocz RG. 1994. Mamalia Darat Irian Jaya. Penerbit Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta. Hlm 69-77.
Warsono IU. 2009. Sifat Biologis dan Karakteristik Karkas dan Daging Bandikut
(Echymipera kalubu). [disertasi]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut
Pertanian Bogor.
Yohanita AM. 2009. Keragaman Jenis Mamalia di Hutan Lahan Basah Dataran
Rendah Kaliki Kabupaten Merauke. Dalam: Krey K, Kemp N editor. Survei
Keanekaragaman Hayati Areal Konsesi HTI Medco Group di Kaliki-Merauke,
Papua Indonesia [Laporan Akhir]. Manokwari: Universitas Negeri Papua. Hal.
80-85.