PAPUA BANDICOOT
( E C H Y M I P E R A S P. )
E. rufescenes
M O R F O LO G I
D A N A N AT O M I
• Bandikut dapat mudah diketahui dari jari kaki belakang kedua dan
ketiga padapangkal cakarnya disatukan oleh kulit sementara ujung
sendi terakhir kukunnya terpisah
• Memilki 4 jari dan 2 jari yang menempel digunakan sebagai
membersihkan diri dari ektoparasit dan mencakar, dan 3 buah cakar
untuk menggali
• Bandikut memilki gigi poliprotodon
REPRODUKSI
Bandikut memiliki laju reproduksi yang paling tinggi diantara semua marsupialia,
dengan jumlah anak perkelahiran 2-4 ekor dan frekuensi beranak sebanyak 5-6
kali dalam setahun, dengan masa bunting selama12-13hari dan menyusui selama
53-60 hari. Dengan siklus estrus selama 21 hari.
Morfologi lambung bandikut (Mukosa lambung membentuk lipatan-lipatan yang berjalan longitudinal. Pada batas daerah
pilorus dengan duodenum terdapat otot sfringter, A= Eksterior, B= Interior. Cma=Curvatura mayor: Panjang, Cmi= Curvatura
minor: Pendek. Py= Pilorus, Duo= Duodenum, Anak panah= Otot sfringter, Eso = Esofagus)
• Lambung memiliki tiga daerah kelenjar yaitu daerah kelenjar kardia yang sempit,
sedangkan daerah kelenjar fundus yang luas, dan daerah kelenjar pilorus yang
mencapai sepertiga bagian lambung.
Gambar 8. Kelenjar lambung bandikut (Cg= Di daerah kardia, Eso= Esofagus, Fd= Fundus, Py= Pilorus:
Berbatasan dengan duodenum, Duo= Duodenum: Menghasilkan mukopolisakarida yang bersifat asam dan netral
yang terdeteksi hampir di semua bagian lambung dengan konsentrasi yang bervariasi, Pewarnaan AB dan PAS,
Bar= 100 µm).
• Bandikut (Echymipera sp.) merupakan salah satu satwa endemik Papua yang
saat ini statusnya tidak termasuk jenis dalam daftar CITES (Convention on
International Trade in Endangered Species of wild fauna and flora), baik pada
appendix I maupun appendix II. Artinya, bandikut dapat diperdagangkan
secara internasional dan populasinya tidak dalam taraf yang membahayakan.
• Menurut Flannery (1995), bandikut termasuk dalam kategori squre dan tidak
masuk kedalam kategori dan kriteria kelangkaan menurut IUCN (International
Union for Conservation of Nature and Natural Resources). Hal ini berarti satwa
bandikut di Indonesia masih aman dan tidak terancam punah atau tingkat
kepunahannya masih rendah (Warsono 2009).
PERANAN
• Bandikut adalah hewan marsupialia (berkantung) yang dimanfaatkan sebagai
sumber protein hewani dan memiliki nilai etno-zoologis (rambut, tulang dan anak
bandikut umur 12 hari dipercaya berkhasiat untuk pengobatan) bagi masyarakat
Papua (Warsono 2009).
• Pemanfaatan satwa liar secara umum yang berasal dari alam, nantinya dapat
menyebabkan menurunnya jumlah populasi sehingga perlu adanya suatu upaya
penanganan yang mengarah pada kegiatan konservasi.
MARSUPIALIA ENDEMIK
PAPUA BANDICOOT
( E C H Y M I P E R A S P. )
IFAN SUN ANDY 0611 15 010
NOOR FITRI FADHILLAH 0611 15 030