Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM KESMAS DASAR

GIZI KESEHATAN MASYARAKAT

“PENIMBANGAN BAYI/BALITA DAN PENGISIAN BUKU KIA DAN


KMS”

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 2
PEMINATAN ADMINISTRASI KEBIJAKAN KESEHATAN
RIYANTO IMRAN 811421068
MUSLIHATUL ISKAMIA 811421031
TRI SEPTIANI DAMA 811421234
SILFANA MANTULU 811421054
JIHAN MUTMAINAH DATAU 811421195
PUTRI RAHMWATI FAMESANGGI 811421114

JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2024
KEGIATAN 5

A. Judul
Penimbangan Bayi/Balita dan Pengisian Buku KIA dan KMS
B. Tujuan
Diharapkan mahasiswa melakukan pengukuran antropometri gizi pada balita
dan pengisian buku KIA dan KMS
C. Dasar Teori
1) Pertumbuhan dan Perkembangan Balita
Masa usia dini anak mengalami masa keemasan (the golden years) yang
merupakan masa di mana anak mulai peka dan sensitif untuk menerima berbagai
rancangan. Masa peka pada masing-masing anak berbeda, seiring dengan laju
pertumbuhan dan perkembangan anak secara individual. Masa peka adalah masa
terjadinya kematangan fungsi fisik dan psikis yang siap merespons stimulasi yang
diberikan oleh lingkungan. Masa ini juga merupakan masa peletak dasar untuk
mengembangkan kemampuan kognitif, motorik, bahasa sosio emosional, agama
dan moral. Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan kuantitatif yang menyangkut
ukuran dan struktur biologis. Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis
sebagai hasil dari proses kematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara
normal pada anak yang sehat dalam perjalanan waktu tertentu.
(Utamasya,D,G.,2021).
Pemantauan pertumbuhan anak merupakan alat untuk mengetahui status gizi
anak balita. Salah satu status gizi balita yang mudah diketahui masyarakat yaitu
dengan adanya garis merah di Kartu menuju Sehat (KMS) Balita. Masalah
pertumbuhan balita akan bertambah lebih komplek, jika tidak dilakukan
penanganan dengan cepat. Peranan dari keluarga khususnya para ibu harus memilki
kesadaran dan memperhatikan hal-hal yang perlu dilakukan dengan pemberian
asupan gizi pada anak dan mengikuti program pemerintah pemberian vitamin dan
imunisasi dengan melakukan kunjungan di posyandu, untuk melakukan
pemeriksaan sesuai dengan panduan KIA (Ramadhanty, L.,2019)
Perkembangan berhubungan dengan perubahan secara kualitas, diantaranya
terjadi peningkatan kapasitas individu untuk berfungsi yang dicapai melalui proses
pertumbuhan, pematangan dan pembelajaran. Pertumbuhan terjadi secara simultan
dengan perkembangan, berbeda dengan pertumbuhan, perkembangan merupakan
hasil interaksi kematangan susunan syaraf pusat dengan organ yang
dipengaruhinya, misalnya perkembangan system neuromuskuler, kemampuan
bicara, emosi dan sosialisai. Kesemua fungsi tersebut berperan penting dalam
kehidupan manusia yang utuh.
Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan balita sangat penting dilakukan
untuk mengetahui adanya gangguan pertumbuhan (growth faltering) secara dini.
Pemantauan tumbuh kembang setiap anak tidak sama karena banyak faktor yang
yang mempengaruhi baik faktor dalam (Internal) maupun faktor luar (Eksternal).
Salah 19 satu faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang balita adalah faktor luar
yaitu lingkungan pengasuhan dimana interaksi ibu dan anak sangat mempengaruhi
tumbuh kembang anak. (Harahap,M.,2022)
Setelah bayi dan balita ditimbang, catat hasil penimbangan di buku KIA
(Kesehatan Ibu dan Anak) atau Kartu Menuju Sehat (KMS) maka akan terlihat berat
badannya naik atau tidak naik (lihat perkembangannya) (Team Teaching, 2024).
Naik, bila ;
a. Garis pertumbuhannya naik mengikuti salah satu pita warna pada KMS
b. Garis pertumbuhannya pindah ke pita warna di atasnya atau kenaikan
berat badan memenuhi KBM (Kenaikan Berat badan Minimal).
Tidak naik, bila :
a. Garis pertumbuhannya mendatar atau kenaikan berat badan tidak
memenuhi KBM
b. Garis pertumbuhannya menurun/memotong garis pertumbuhan
dibawahnya atau berpindah ke warna dibawahnya (Team Teaching, 2024)
2. Gizi Lebih
Status gizi lebih, baik over weigh tmaupun obesitas merupakan keadaan yang
penting untuk diperhatikan karena dapat memberikan dampak yang buruk bagi
penderitanya. Status gizi lebih dapat dialami semua kalangan usia, mulai dari bayi,
balita, remaja,dewasa, hingga usia yang lebih tua. Pustaka menyatakan bahwa
kelebihan berat badan dapat dibedakan menjadi dua,yaitu kelebihan berat
badan dengan persentase sebesar 10 sampai dengan 20% dari berat badan ideal
dan berat badan dengan persentase lebih dari 20% berat badan (Rahmadia, R,
S.,Mardiyah,S.,2023)
Gizi lebih akan menimbulkan berbagai penyakit seperti obesitas, darah tingi,
diabetes, jantung dan stroke dalam jangka waktu pendek maupun panjang.
Fisiologis anak yang mengalami gizi lebih, hal ini akan menyebabkan depresi pada
anak karena bentuk tubuh yang tidak ideal, merusak liver (hati), penyakit jantung
coroner, diabetes, stroke dan osteoarthritis ( Pratiwi, A., 2020)
Gizi lebih merupakan suatu kondisi denganberat badan seseorang melebihi standar
berat badan normal. Kejadian gizi lebih dapat terjadi pada setiap kalangan usia dari bayi
hingga lansia. Salah satufaktor yang dapat memengaruhi kejadian gizi lebih pada bayi
ialah pemberian ASI eksklusif. Pemberian ASI eksklusif adalah tindakan pemberian ASI
saja tanpa menambah/mengganti dengan makanan/minuman lain sejak lahir hingga usia
enam bulan (Rachmi, R., Waahyuningsih, U.,dkk.,2023)
3. Gizi Kurang/Malnutrisi
Gizi kurang berdampak langsung terhadap kesakitan dan kematian, gizi kurang
juga berdampak terhadap pertumbuhan, perkembangan intelektual dan
produktifitas. Anak yang kekurangan gizi pada usia balita,akan tumbuh pendek dan
mengalami gangguan pertumbuhan serta perkembangan otak yang berpengaruh
pada rendahnya tingkatkecerdasan (Junita & Wulansari, 2020).
Masalah gizi kurang masih tersebar luas di negara-negara berkembang
termasuk di Indonesia, masalah yang timbul akibat asupan gizi yang kurang
diantaranya Kurang Energi Protein (KEP), Kekurangan Vitamin A (KVA),
Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), dan Anemia. Gizi juga sangat
berpengaruh terhadap perkembangan otak dan perilaku, kemampuan bekerja dan
produktifitas serta daya tahan terhadap penyakit infeksi (Junita & Wulansari, 2020).
Banyak anak kekurangan gizi karena mereka tidak mendapatkan cukup
makanan. Atau jika mereka hanya mendapatkan makanan yang kurang kandungan
gizinya, misalnya makanan dengan banyak air dan serat di dalamnya, seperti ubi
kayu, talas akar, atau bubur jagung. Makanan jenis ini hanya membuat anak-anak
menjadi kenyang dan tidak memenuhi kebutuhan zat gizi untuk pertumbuhannya.
Kadang-kadang pada anak ditemukan kekurangan zat-zat gizi tertentu, seperti
kekuranganvitamin A, yodium, dan lain-lain (Ufiyah Ramlah, 2021).
4. Gizi Buruk
Gizi buruk biasanya terjadi pada anak balita dibawah usia 5 tahun. Gizi
buruk adalah bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi menahun.
Anak balita usia 12-59 bulan merupakan kelompok umur yang rawan terhadap
gangguan kesehatan dan gizi. Pada usia ini kebutuhan mereka meningkat,
sedangkan mereka tidak bisa meminta dan mencari makan sendiri dan seringkali
pada usia ini tidak lagi diperhatikan dan pengurusannya diserahkan kepada orang
lain sehingga risiko gizi buruk akan semakin besar. Anak yang gizi buruk akan
mengalami penurunan daya tahan sehingga anak rentan terhadap penyakit
infeksi. (Alamsyah et al., J.E.K.K 2 (1), 2019).
Gizi buruk pada balita ada 3 macam, yaitu : Kwashiorkor, Marasmus, dan
Marasmus- Kwashiorkor (Team Teaching, 2024).
a. Kwashiorkor
Kwashiorkor merupakan penyakit akibat kekurangan gizi pada bayi dan bila
yang disebabkan kekurangan protein akut. Penyakit ini memang mirip seperti
marasmus namun pada penderita kwashiorkor terdapat edema pada bagian kaki.
Penyakit ini memang pada awalnya dideteksi karena kekurangan vitamin dan
mineral. Penderitalebih rentan terkena berbagai penyakit yang disebabkan karena
infeksi, bahkan setelah mendapatkan vaksin tertentu.
Kwashiorkor adalah penyakit kekurangan gizi, terutama disebabkan oleh
asupan protein yang tidak mencukupi. Berbeda dengan wasting yang mendapati
penyusutan berat badan, kwashiorkor tidak. Malnutrisi yang disebabkan oleh
kwashiorkor dapat menyebabkan pembengkakan pada tubuh anak kecil akibat
penimbunan cairan (edema) (Sapriatin & Sianturi, 2021). Tanda-tanda gizi buruk
pada Kwasiorkor :
1) Edema seluruh tubuh (terutama pada punggung kaki)
2) Wajah bulat dan sembab
3) Cengeng/ewel/apatis
4) Perut buncit
b. Marasmus
Marasmus adalah penyakit yang disebabkan karena tubuh kekurangan protein
dan kalori. Penyakit ini banyak ditemukan pada anak-anak atau bayi berumur
dibawah satu tahun. Marasmus akan membuat tubuh menjadi lebih kurus, berat
badan yang sangat kurangdan tidak bisa beraktifitas dengan normal. Penyakit ini
banyak ditemukan di kawasan negara Afrika dan negara-negara yang masih
menghadapi konflik pemicu kelaparan.
Marasmus ialah situasi kurang gizi yang bermula oleh karena tiada tercukupi
asupan energi harian. Maka sebaliknya, berguna untuk memenuhi keperluan
stamina sepanjang waktu yang berguna membawa seluruh peran organ, sel, serta
jaringan tubuh (Sapriatin &Sianturi, 2021).
Tanda-tanda gizi buruk pada Marasmus
1) Tampak sangat kurus
2) Wajah seperti orang tua
3) Cengeng/rewel/apatis
4) Iga gambang, perut cekung
5) Otot pantat mengendor
6) Pengeriputan otot lengan dan tungkai (Team Teaching, 2024).
c. Marasmus- Kwashiorkor
Seperti namanya, marasmus-kwashiorkor ialah tatanan lain darimalnutrisi bagi
anak kecil, yang memadukan konotasi dan gejala marasmus dan kwashiorkor
(Sapriatin & Sianturi, 2021).
Marasmus-Kwashiorkor gejala klinisnya merupakan campuran dari beberapa
gejala klinis antara lain marasmus dan kwashiorkor dengan berat badan (BB)
menurut umur (U) < 60% baku median WHO yang disertai edema yang tidak
mencolok (Sapriatin & Sianturi, 2021).
D. Alat Dan Bahan
No. Nama Alat Fungsi Gambar

1. Alat ukur berat Untuk mengukur berat


badan bayi badan bayi
(Timbangan Bayi)

2. Alat ukur panjang Mengukur panjang


bayi bayi/balita

Untuk mencatat hasil


3. Buku KIA dan dan memantau
KMS tumbuh kembang
bayi/balita

E. Cara Kerja
1) Menimbang berat bayi

Mengkalibrasi timbangan bayi


dengan cara memperhatikan
teerlebih dahulu posisi jarum
timbangan dan harus berada di
angka 0 (nol)

Pakaian bayi tidak berlapis-lapis


sehingga tidak mempengaruhi hasil
timbangan
Menggunakan alat timbang bayi
yaitu bayi diletakkan secara
terlentang di atas
timbangan,kemudian dilihat
angka yang ditunjukkan oleh
jarum timbangan

Mencatat hasil timbangan bayi

2) Pengukuran tinggi badan untuk balita yang tidak bisa berdiri

Meletakkan pengukur panjang


badan pada meja

Menarik pita pengukur sampai


cukup panjang untuk menaruh
bayi/anak

Membaringkan bayi/balita dengan


posisi terlentang
Melakukan pengukuran terhadap
bayi/anak yang telah di baringkan
dan membaca hasil pengukuran
panjang bayi/anak

Mencatat hasil pengukuran panjang


bayi/anak

F. Hasil Pemgukuran
1. Data Berat Badan dan Tinggi Bayi
Nama : Alex Daud
Usia Bayi/Balita : 0-12 Bulan
Berat Badan (Kg) Panjang Badan
(cm)
4,0 38

2. Pemantauan Berat Badan Bayi dan Tinggi Bayi Setiap Bulan Berjalan
Umur Bulan Berat Panjang N/T
(Bulan) Penimbangan Badan (Kg) Badan (Cm)
1. 02 Maret 2024 4 38 Normal
2. 03 April 2024 4,1 39 TN
3. 05 Mei 2024 5,4 40 N
4. 10 Juni 2024 5,4 41 TN
5. 03 Juli 2024 6 42 TN
Umur Bulan Berat Panjang N/T
(Bulan) Penimbangan Badan (Kg) Badan (Cm)
6. 01 Agustus 2024 6,9 43 N
7. 02 September 2024 7,2 44 TN
8. 04 Oktober 2024 7,7 45 N
9. 03 November 2024 9 47 N
10. 02 Desember 2024 9,2 48 TN
11. 04 Januari 2025 9,5 49 N
12. 09 Februari 2025 10.4 50 N

G. Pemabahasan
Kegiatan pertama yang dilakukan yaitu penimbangan berat badan bayi/balita
yang dicontohkan dengan menggunakan properti boneka. Kemudian dilakukan
penimbangan berat badan menggunakan timbangan bayi (baby scale) dan diperoleh
hasil berat badan bayi yaitu 4 kg dengan panjang badan yang diperoleh dari hasil
pengukuran menggunakan pita circumference yaitu 38 cm. Properti boneka bayi
diberi nama Alex Daud, yang kemudian digunakan untuk mengisi Kartu Menuju
Sehat (KMS) dengan skenario tempat pemeriksaan di Posyandu Kemangi Mekar.
Berdasarkan hasil pengisian dan pengamatan KMS (Kartu Menuju Sehat) yang
biasanya ada di dalam buku KIA (Kesehatan Ibu Anak) diperoleh bahwa
perkembanagn bayi dari usia 0-12 bulan mengalami perubahan setiap bulan
berjalan dan tidak menentu (fluktuasi). Dimana dimulai dengan berat badan 3 kg
pada 0 bulan yang dapat dikatakan normal untuk bayi baru lahir, lalu pada bulan
berikut yaitu pada bulan pertama berat badan bayi mengalami penurunan menjadi
4.1 kg dengan panjang badan 39. Kemudian, pada bulan kedua berat badan bayi
termasuk kategori tidak naik karena hanya bertambah 100 gram sedangkan jika
dilihat berdasarkan KBM harus 900 gram, pada bulan ketiga berat bayi mengalami
kenaikan menjadi 5,4 kg dengan panjang badan 40. Untuk bulan selanjutnya, pada
bulan keempat berat badan bayi mengalami tidak naik menjadi 5,4 kg dengan
panjang badan 41. selanjutnya pada bulan ke lima berat badan bayi tidak naik
karena hanya bertambah 200 gram, pada bulan ke enam berat badan bayi
mengalami kenaikan sesuai dengan standar KBM. Akan tetapi pada bulan ke tujuh
berat badan bayi mengalami penurunan menjadi 7,2 kg, hal tersebut dikarenakan
bayi mengalami demam tinggi saat itu. Pada bulan ke delapan berat badan bayi
mengalami kenaikan 500 gram dan jika dilihat bersadarkan KBM sudah sesuai.
Pada bulan ke sembilan berat badan bayi di kategorikan naik karena bertambah
1200 gram. dan begitupun pada bulan ke sepuluh berat badan bayi belum naik, pada
bulan ke sebelas berat badan bayi mengalami kenaikan menjadi 9,5 dengan tinggi
badan 49 kg dan pada bulan ke dua belas berat badan bayi mengalami kenaikan
menjadi 10,4 dengan panjang badan 50 kg.
H. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum penimbangan berat badan bayi/balita serta
pengisian buku kia/KMS :
1. kartu menuju sehat (KMS) adalah catatan grafik perkembangan anak yang
diukur berdasarkan umur, berat badan, dan jenis kelamin.
2. Berat badan bayi dikatakan naik apabila terjadi perubahan/perpindahan pita
warna pada grafik kartu menuju sehat (KMS).
3. Berat Badan Bayi Dari 0-12 Bulan Tidak Mengalami Kenaikan Dan
Penurunan Yang Stabil (Fluktuasi).
DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah et al., J.E.K.K 2 (1), 2019. Beberapa faktor risiko gizi kurang dan gizi
buruk pada balita 12-59 Bulan. Jurnal Epidemiologi Kesehatan
Komunitas. 2 (1), 2019, 56-24
Harahap,M.,2022. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Iu Dengan Tumbuh
Kembang Blita di Wilayah kerja Puskesmas Pangirkiran Kabupaten
Padang Lawas Utara Tahun 2021. Universitas Aufa Royhan
Junita, D., & Wulansari, A. (2020). Media Pendidikan Gizi dalam Mengenali dan
Mengatur Makanan Cegah Balita Gizi Kurang. Jurnal Abdimas Kesehatan
(JAK), 2(2), 123. https://doi.org/10.36565/jak.v2i2.110
Pratiwi, A., 2020. Faktor- Faktor yang berpengaruh Dengan Kejadian Gizi Lebih
Pada Balita Usia 12-59 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngampilan
Kota Yogyakarta. Universitas Aisyiyah Yogyakarta.
Rachmi, R., Waahyuningsih, U.,dkk.,2023. Edukasi ASI Eksklusif pada Ibu untuk
Mencegah Gizi Lebih pada Bayi di Kecamatan Cinere Kota Depok. Jurnal
Kesehatan masyarakat. Vol.7. No. 2
Rahmadia, R, S.,Mardiyah,S.,2023. Fator Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Gizi Lebih Pada Balita di Kelurahan Sungai Bambu. Vol. 11 No. 1, Hal
114-120. Hearty Jurnal Kesehatan Masyarakat
Ramadhanty, L.,2019. Analisis Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak ( Usia 4-5
Tahun) Di Posyandu Teratai Kelurahan Bumi Raya Kecamatan Bumi
Waras. Universitas Tarbiyah Dan Keguruan.
Sapriatin, B., & Sianturi, A. F. (2021). JURNAL MEDIA INFORMATIKA
[JUMIN] Penerapan Teorema Bayes Mendeteksi Stunting pada Balita.
JurnalMedia Informatika, 3, 24–37.
Team Teaching. 2024. Penuntun Praktikum Kesmas Dasar. Gorontalo:
Universitas Negeri Gorontalo
Ufiyah Ramlah. (2021). Gangguan Kesehatan Pada Anak Usia Dini Akibat
Kekurangan Gizi Dan Upaya Pencegahannya. Ana’ Bulava: Jurnal
Pendidikan Anak, 2(2), 12–25.
https://doi.org/10.24239/abulava.vol2.iss2.40
Utamasya,D,G.,2021. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak. Cv. Jakad Media
Publishing. Gayun Kebonsari Surabaya
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai