Anda di halaman 1dari 4

Trypanosoma gambiense

Jenis penyakit tidur Afrika Barat (Gambia) yang disebabkan oleh Trypanosoma
gambiense pertama kali dilaporkan oleh Forde di tahun 1902 ketika organisme ini
ditemukan dalam darah seorang kapten pelaut Eropa yang bekerja di Sungan
Gambia ( Kean dkk, 1978 ).
Morfologi
Bentuk trypanosoma (trypomastigot) dapat ditemukan dalam darah, cairan
serebrospinal (CSS), aspirasi kelenjar limfe, dan aspirasi caian dari chancre
trypanosomal yang terbentuk pada tempat gigitan lalat tsetse. Bentuk
tripomastigot berkembang biak secara belah pasang longitudinal. Organisme ini
bersifat pleomorfik, pada satu sediaan hapus darah dapat terlihat aneka bentuk
tripanosomal. Bentuknya berfariasi dari yang panjang, 30 m atau lebih, langsing,
dengan flagel yang panjang (tripomastigot ), sampai pada bentuk yang pendek
kurang lebih 15 m, gemuk tanpa flagel yang bebas.

Dalam darah bentuk trypanosoma tidak berwarna dan bergerak dengan cepat
diantara sel darah merah. Membran bergelombang dan flagel mungkin terlihat
pada organisme yang bererak lambat. Bentuk tripomastigot panjangnya 14 sampai
33 m dan lebar 1,5 sampai 3,5 m. dengan pulasan Giemsa dan Wright, sitoplasma
tampak berwarna biru muda, dengan granula yang berwarna biru tua, mungkin
terdapat vakuola. Inti yang terletak di tengah berwarna kemerahan. Pada ujung
posterior terletak kinetoplas, yang juga berwarna kemerahan. Kinetoplas berisi
benda parabasal dan bleparoflas, yang tidak mungkin dibedakan. Flagel muncul
dari blefaroplas, demikian juga membran bergelombang. Flagel berjalan sepanjang
tepi membran bergelombang sampai membaran bergelombang bersatu dengan
badan trypanosoma pada ujung anterior organisme. Pada titik ini flagel menjadi
bebas melewati badan trypanosoma.

Bentuk trypanosoma akan ditelan lalat tsetse (Glosinna) ketika mengisap darah.
Organisme akan berkembang biak di dalam lumen mid gut dan hind-gut lalat.
Setelah kira kira 2 minggu, organisme akan bermigrasi kembalai ke kelenjar ludah

melalui hipofaring dan saluran kelenjar ludah; organisme kemudia akan melekat
pada sel epitel saluran kelenjar ludah dan mengadakan transpormasi ke bentuk
epimastigot. Pada bentuk epimastigot, inti terletak posterior dari kinetoplas,
berbeda dengan tripomastigot, dimana inti terletak anterior dari kinetoplas.
Siklus Hidup
Organisme terus memperbanyak diri dan bentuk metasiklik (infektif) selama 2-5
hari dalam kelenjar ludah lalat tsetse,. Dengan terbentuknya metasiklik, lalat
tsetse tersebut menjadi infektif dan dapat memasukkan bentuk ini dari kelenjar
ludah ke dalam luka kulit pada saat lalat mengisap darah lagi. Seluruh siklus
perkembangan dalam lalat tsetse membutuhkan waktu 3 minggu, Trypanosoma
gambiense ditularkan oleh Glossina palpalis dan Glossina tachinoides, baik lalat
tsetse betina maupun jantan dapat menularkan penyakit ini.

Pada waktu darah mamalia dihisap, oleh lalat tse tse yang infektif (genus Glossina) maka
akan memasukkan metacyclic trypomastigotes kedalam jaringan kulit. Parasitparasit akan
masuk ke dalam sistem lymphatic dan ke dalam aliran darah (1).di dalam tubuh tuan rumah,
mereka berubah menjadi trypomastigotes di dalam aliran darah. (2), dan ini akan dibawa ke
sisi lain melalui tubuh, cairan darah kaya yang lain (e.g., lymph, spinal fluid), dan berlanjut
bertambah banyak dengan binary fission (3). Segala siklus hidup dari African Trypanosomes
telah ditampilkan pada tingkat ektra seluler. Lalat tsetse menjadi infektif dengan
trypomastigotes dalam aliran darah ketika mengisap darah mamalia yang terinfeksi (4), (5).
Pada alat penghisap lalat parasit berubah menjadi procyclic trypomastigotes, bertambah
banyak dengan binary fission (6), meninggalkan alat penghisap, dan berubah menjadi
epimastigotes (7). Air liur lalat kaya akan epimastigotes dan pertambahan banyak berlanjut
dengan binary fission (8). Siklus dalam tubuh lalat berlangsung selama kurang lebih 3
minggu. Manusia merupakan reservoir utama untuk Trypanosoma gambiense, tetapi spesies
in dapat selalu ditemukan pada binatang.
Gejala Klinis
Setelah digigit oleh lalat tsetse yang infektif, stadium tripomastigot metasiklik yang masuk ke
dalam kulit akan memperbanyak diri serta menimbulkan reaksi peradangan setempat.
Beberapa hari kemudian, pada tempat tersebut dapat timbul nodul atau chancre (3-4 cm). Lesi
primer ini tidak menetap dan akan menghilang setelah 1 2 minggu, nodul ini seringkali
terlihat pada orang Eropa tetapi jarang pada penduduk setempat di daerah endemi.
Bentuk tripomastigot dapat ditemukan dalam cairan aspirasi ulkus tersebut. Bentuk
tripomastigot dapat masuk ke dalam aliran darah, menyebabkan parasetemia ringan tanpa

gejala klinik dan dapat berlangsung selama berbulanbulan. Pada keadaan ini, parasit
mungkin sulit ditemukan meskipun dengan pemeriksaan sediaan darah tebal. Selama masa
ini, infeksi dapat sembuh sendiri tanpa gejala klinik atau kelainan pada kelenjar limfe.
Gejala pertama akan terlihat jelas bila terjadi invasi pada kelenjar limfe, diikuti dengan
timbulnya demam remiten yang tidak teratur dan keluar keringat pada malam hari. Demam
sering disertai dengan sakit kepala, malaise dan anoreksia. Periode demam yang berlangsung
sampai satu minggu akan diikuti dengan periode tanpa demam yang waktunya bervariasi dan
kemudian timbul lesi periode demam yang lain. Banyak tripomastiot ditemukan dalam
peredaran darah pada saat demam tetapi pada saat tanpa demam jumlahnya sedikit. Kelenjar
limfe yang membesar konsistensinya lunak, tidak nyeri. Meskipun dapat mengenai kelenjar
limfe dimana saja, kelenjar limfe di daerah servikal posterior merupakan tempat yang paling
sering terinfeksi (tanda Winterbottom) Bentuk tripomastigot dapat diaspirasi dari kelenjar
limfe yang membesar. Selain kelenjar limfe, terjadi juga pembesaran pada limpa dan hati.
Pada Trypanosomiasis Gambia, stadium darahlimfe dapat berlansung bertahuntahun
sebelum timbul sindroma penyakit tidur. Pada orang berkulit cerah, ruam kulit berbentuk
eritema yang tidak teratur (irregular erytematous skin rash) Eretema multiforme dapat terjadi
6 8 minggu setelah terjadi infeksi. Ruam akan hilang dalam beberapa jam, dan timbul serta
hilangnya ruam ini terjadi pada periode demam. Sensasi terhadap rasa sakit pada pasien dapat
berkurang.

Stadium penyakit tidur timbul setelah bentuk tripomstigot menginvasi susunan saraf pusat
(SSP). Perubahan tingkah laku dan kepribadian terlihat selama invasi SSP. Gejalagejala
trypanosomiasis Gambia adalah meningoensepalitis progresif, apati, kebingungan,
kelemahan, hilangnya koordinasi, dan somnolen. Pada fase terminal penyakitnya, pasien
menjadi emasiasi, jatuh ke dalam koma dan meninggal, biasanya akibat infeksi sekunder.
Penekanan daya tahan tubuh pada pasien trypanosomiasis Gambia ditunjukkan dengan
menurunnya kekebalan seluler dan humoral.
Diagnosis
Tandatanda kelainan fisik dan riwayat klinik sangat penting untuk menegakkan
diagnosis. Gejalagejala diagnostik termasuk demam yang tidak teratur,
pembesaran kelenjar limfe (terutama di bagian segitiga servikal posterior, yang
dikenal dengan tanda Winterbottom), berkurangnya sensori terhadap rasa sakit
(tanda Kerandel), dan ruam kulit berupa eritema. Diagnosis ditegakkan dengan
menemukan bentuk tripomastigot dalam darah, aspirasi kelenjar limfe, dan CSS.
Adanya periodesitas, menyebabkan jumlah parasit dalam darah akan berbedabeda
dan sejumlah teknik harus digunakan untuk menemukan bentuk tripomastigot.
Selain sedian darah tipis dan tebal, dianjurkan menggunakan metode konsentrasi
buffy coat untuk menemukan parasit apabila jumlahnya sedikit. Parasit dapat
ditemukan dalam sediaan darah tebal apabila jumlahnya lebih dari 2000/ ml, lebih

dari 100/ml dengan konsentrasi pada tabung hematokrit, dan lebih dari 4/ ml
dengan tabung penukar anion (anion exchange columm) Lumsden dkk, 1981.
Pemeriksaan CSS harus dilakukan dengan medium sentrifuge. Bila jumlah
tripomastigot dalam darah tidak terdeteksi, bentuk ini mungkin masih dapat
ditemukan pada aspirasi kelenjar limfe yang meradang, namun untuk
menemukannya secara histopatologi tidaklah praktis. Specimen darah dan CSS
harus diperiksa selama pengobatan dan 1 hingga 2 bulsn setelah pengobatan.
Pemeriksaan serologis yang banyak digunakan untuk skrining epidemiologi adalah
tes imunofluoresensi tidak langsung, ELISA, dan hemaglutinasi tidak langsung
(Kakoma et.all, 1985; de Raadt dan Seed, 1977). Masalah besar pada
serodiagnostik di daerah endemi yaitu banyaknya orang dengan kadar antibodi
yang tinggi karena terpapar oleh tripanosoma yang tidak infektif bagi manusia.
Konsentrasi IgM dalam serum dan CSS kurang mempunyai nilai diagnostik.
Isolasi Trypanosoma gambiense pada bintang percobaan dalam laboratorium yang kecil
biasanya tidak berhasil, berbeda dengan Trypanosoma rhodesiense yang dapat menginfeksi
binatang.
Kultur
umumnya
tidak
praktis
untuk
diagnostik.
Epidemiologi dan Pencegahan

Anda mungkin juga menyukai