Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM

KONSERVASI SAMPAH DI MADRASAH ALIYAH DAN TSANAWIYAH


YASRAMA DAN SOLUSINYA
disusun sebagai tugas pengganti UAS mata kuliah KONSERVASI

Dosen Pengampu Hasni Ummul Hasanah S.Si.,MP

Penyusun:
Desi Kurniawati

2013184205B0023

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PGRI JEMBER
2016

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Era modern di Negara berkembang seperti Indonesia ini, banyak sekali ditemukan
berbagai masalah tentang kerusakan lingkungan hidup yang menyebabkan bangsa Indonesia
terhalangi untuk menjadi Negara maju dan sejahtera. Salah satu faktor penyebabnya yakni
pembuangan limbah padat atau sampah. Utamanya yaitu sampah anorganik yang telah menjadi
sampah berbahaya dan sulit dikelola. Banyak orang yang membuang sampah tidak sesuai
tempatnya, seperti dipinggiran sungai, dipinggir jalan, bahkan di pasar tempat orang membeli
makanan. Sampah yang menumpuk dan menggunung akan mengeluarkan bau yang tidak sedap.
Hal itu sangat mengganggu aktivitas orang-orang dipasar dan ini terjadi dikarenakan orang-orang
itu sendiri.
Sampah diartikan sebagai sisa kegiatan sehari-hari manusia dan / atau proses alam yang
berbentuk padat. Selanjutnya yang dimaksud dengan sampah spesifik adalah sampah yang
karena sifat, konsentrasi, dan / atau volumenya memerlukan pengelolaan khusus, hal ini menurut
UU No 18 Tahun 2008. Sampah apabila tidak diolah secara benar dan tepat, contohnya saja
gangguan bau yang menusuk dan pemandangan (keindahan/kebersihan) yang menarik perhatian
panca indera kita. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) merupakan tujuan terakhir sampah itu
diangkut. TPA perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah agar tidak hanya sebagai tempat
tertumpuknya sampah-sampah, melainkan didapatkan pengelolaan sampah-sampah dan
meningkatkan kualitas lingkungan hidup.
B. TUJUAN
Mengamati Pengolahan Sampah di Madrasah Aliyah Dan Tsanawiyah Yasrama

BAB II
METODE KERJA
A. WAKTU DAN TEMPAT
Hari/ tanggal
: Rabu, 18 Mei 2016
Waktu
Tempat

: 09.30 - Selesai
: Madrasah Aliyah Dan Tsanawiyah Yasrama

B. CARA KERJA
a. Menyediakan alat tulis.
b. Mencatat dan mendengarkan materi pengelolaan sampah di Madrasah Aliyah Dan
Tsanawiyah Yasrama.
c. Membuat laporan pengamatan.

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN SAMPAH
Menurut Alex dalam bukunya Tandjung dalam tahun 2012 sampah merupakan sesuatu
barang yang tidak berharga, tidak memiliki nilai ekonomis, tidak berguna dan barang yang sudah
tidak diinginkan lagi. Sampah yakni bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil
aktivitas manusia maupun alam yang belum memiliki nilai ekonomis (Joseph Crhistian
Salipadang. 2011). Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa sampah ialah
material sisa yang dibuang karena material tersebut dianggap tidak berharga sehingga tidak
digunakan lagi.
B. PENGELOLAAN PERSAMPAHAN
pengelolaan sampah didefinisikan sebagai kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan
berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Hal ini menurut
Undang-undang No. 18 Tahun 2008 . Pengelolaan sampah secara umum bersangkut paut dengan
pengendalian timbulnya sampah, pengumpulan, transfer dan transportasi, pengolahan dan
pemrosesan

akhir/pembuangan

sampah,

dengan

mempertimbangkan

faktor

kesehatan

lingkungan, ekonomi, teknologi, konservasi, estetika dan faktor-faktor lingkungan lainnya yang
erat kaitannya dengan respon masyarakat. Kegiatan pengurangan sampah yakni meliputi
pemanfaatan kembali sampah, Pendaur ulangan sampah, dan Pembatasan timbulnya suatu
sampah
C. PENANGANAN SAMPAH
Berdasarkan SNI 03-3243-2008 tentang Tata Cara Pengelolaan Sampah Permukiman,
maka teknis operasional penanganan disumber sampah yakni menerapkan pemilihan sampah
organik dan non-organik dan menerapkan teknik 3R (reduce, reuse, recycle) di sumber sampah
dan TPS. Penanganan sampah di sumbernya yakni meliputi pemisahan/sortasi, penyimpanan, dan
pengolahan, merupakan tahap kedua dalam kegiatan pengelolaan karakteristik sampah.
Karakteristik sampah menentukan pengaruh yang signifikan terhadap kesehatan masyarakat,
serta sikap masyarakat terhadap sistem pengelolaan sampah.

D. PENGANGKUTAN SAMPAH
Kegiatan operasi pengangkutan sampah dimulai dari titik pengumpulan terakhir dari
siklus pengumpulan sampah ke TPA atau TPST (Tempat Pengolahan Sampah Terpadu). Dalam
pengangkutan sampah, banyak sekali masalah yang dihadapi seperti halnya penggunaan waktu
kerja yang tidak efisien, Aksesibilitas yang kurang baik, Rute pengangkutan yang tidak efisien,
serta penggunaan kapasitas muat kendaraan yang tidak tepat.
Sering kali masalah yang ditemui untuk pengangkutan sampah dikarenakan biaya yang
tinggi untuk menyediakan alat berat, biaya operasional, serta biaya pemeliharaan. Dalam
penanganan pengangkutan sampah haruslah diketahui tentang ketepatan memilih alat angkut
persampahan. Agar terjadi kecocokan untuk meminimalisir biaya oprasional untuk pengelolaan
persampahan jangka panjang.
E. PEMROSESAN AKHIR SAMPAH
TPA (Tempat Pemrosesan Akhir ) tempat dimana sampah mencapai tahap terakhir dalam
pengelolaannya sejak mulai timbul di sumber, pengumpulan, pemindahan/pengangkutan,
pengolahan dan pembuangan. TPA merupakan tempat dimana sampah diisolasi secara aman agar
tidak menimbulkan gangguan terhadap lingkungan sekitarnya. Karenanya diperlukan penyediaan
fasilitas dan perlakuan yang benar agar keamanan tersebut dapat dicapai dengan baik. Di lokasi
pemrosesan akhir tidak hanya ada proses penimbunan sampah, tetapi juga wajib terdapat 4
(empat) aktivitas utama penanganan sampah di lokasi TPA, yaitu (Litbang PU, 2009): (1).
Pemilahan sampah, (2.) Daur ulang sampah non-hayati (an-organik), (3.) Pengomposan sampah
hayati (organik), (4.) Pengurugan/penimbunan sampah residu dari proses di atas di lokasi
pengurangan atau penimbunan (landfill).
Sebagaimana yang telah diatur dalam UU No. 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah, secara tegas telah dinyatakan bahwa metode pemrosesan akhir sampah harus dilakukan
secara sanitary landfill untuk kota besar/metropolitan dan controlled landfill untuk kota
sedang/kecil. Degan demikian maka TPA yang selama ini masih dioperasikan dengan metode
open dumping harus dihentikan. Pilihannya apakah TPA tersebut direncanakan akan ditutup
secara permanen dan atau akan direvitalisasi sebagai lahan pengurugan sampah kembali.
Penutupan TPA dapat dilakukan apabila TPA tersebut telah penuh dan tidak mungkin
diperluas, Keberadaan TPA sudah tidak sesuai lagi dengan RTRW/RTRK.

Sehingga penutupan TPA dapat direvitalisasi apabila telah menibulkan masalah lingkungan,
mengalami bencana dan masih layak secara teknis untuk digunakan, Pemerintah kota/kabupaten
sulit mendapat calon lahan pengembangan TPA baru, TPA masih dapat dioperasikan dalam
jangka waktu minimal 5 tahun, Memiliki luas lebih dari 2 Ha, Kesediaan pengelola dan
Pemerintah Daerah untuk mengoperasikan TPA secara controlled landfill/sanitary landfill, dll ,
Peruntukan TPA masih sesuai dengan RTRW.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PRAKTIKUM
Pada saat kami berada di lingkungan Madrasah Aliyah dan Tsnawiyah Yasrama, kami
mendapat penceramaahan dari Bapak Kustiono (petugas di Mts Yasrama) tentang masalah
penanganan sampah yang berada di sekolah itu. Hasil yang kami dapatkan yaitu berupa sampahsampah yang terbagi menjadi 2 golongan yaitu sampah organik dan non-organik, Penanganan
sampah disana menggunakan 3R yakni Reuce (mengurangi), Reduce (menggunakan kembali),
Recycle (mendaur ulang). Sampah-sampah yang telah dibagi menjadi 2 bagian yaitu sampah
organic dan anorganik dimanfaatkan untuk diproses sehingga menghasilkan nilai ekonomis yang
tinggi. Cara 3R dikatakan paling efektif mengurangi sampah di Mts asrama.
Kegiatan pemberian materi terkesan singkat dan oleh karena itu tugas kami para
mahasiswa yang dibekali oleh ilmu konservasi akan mencari apa saja yang akan menjadi solusi
penanganan sampah sehingga sampah tidak hanya dijual untuk menjadi barang yang ekonomis
dan tidak ada lagi masalah tentang sampah.
B. PEMBAHASAN
Sampah bukanlah hal baru bagi kita, setiap harinya kita bersentuhan dengan sampah.
Sampah yang kita hasilkan sangatlah bermacam-macam. Jenis sampah berdasarkan sumbernya
yakni sampah alam,sampah manusia, sampah konsumsi, sampah nuklir, sampah industri, dan
sampah pertambangan. Berdasarkan sifatnya yakni sampah organik (sampah yang dapat
terurai/degradable) contohnya saja : sisa makanan, daun-daun kering ,sayuran, dan sebagainya.
Sampah organik ini dapat diolah menjadi kompos. Ada pula sampah anorganik/sampah tidak
dapat terurai (undegradable) contohnya gelas minuman, kaleng, plastik wadah pembungkus
makanan, kertas, plastik mainan, botol, kayu, dan sebagainya. Sampah ini dapat dijadikan
sampah komersil atau sampah yang laku dijual untuk dijadikan produk lainnya. Sampah
anorganik sebagian dapat dijual.

Berdasarkan bentuknya, sampah dapat dibagi sebagai:


a.

Sampah Padat

segala bahan buangan selain kotoran manusia, urine dan sampah


cair. Dapat berupa sampah rumah tangga: sampah dapur, sampah kebun,
plastik, metal, gelas dan lain-lain. Menurut bahannya sampah ini
dikelompokkan menjadi sampah organik dan sampah anorganik. Sampah
organik Merupakan sampah yang berasal dari barang yang mengandung
bahan-bahan organik, seperti sisa-sisa sayuran, hewan, kertas, potonganpotongan kayu dari peralatan rumah tangga, potongan-potongan ranting,
rumput pada waktu pembersihan kebun dan sebagainya.

Berdasarkan kemampuan diurai oleh alam (biodegradability), maka dapat dibagi lagi
menjadi:
1) Biodegradable: yaitu sampah yang dapat diuraikan secara sempurna oleh proses biologi baik
aerob atau anaerob, seperti: sampah dapur, sisa-sisa hewan, sampah pertanian dan perkebunan.
2) Non-biodegradable: yaitu sampah yang tidak bisa diuraikan oleh proses biologi. Dapat
dibagi lagi menjadi: a) Recyclable: sampah yang dapat diolah dan digunakan kembali karena
memiliki nilai secara ekonomi seperti plastik, kertas, pakaian dan lain-lain. (b) Non-recyclable
yakni sampah yang tidak memiliki nilai ekonomi dan tidak dapat diolah atau diubah kembali
seperti tetra packs, carbon paper, thermo coal dan lain-lain.
b. Sampah Cair

bahan cairan yang telah digunakan dan tidak diperlukan kembali dan
dibuang ke tempat pembuangan sampah. Contoh sampah cair yakni :

1) Limbah rumah tangga: sampah cair yang dihasilkan dari dapur, kamar mandi dan tempat
cucian. Sampah ini mungkin mengandung patogen.
2) Limbah hitam: sampah cair yang dihasilkan dari toilet. Sampah ini mengandung patogen
yang berbahaya.
Sampah ketika dilepaskan berupa gas dapat dikatakan sebagai Emisi. Emisi biasa dikaitkan
dengan polusi. Dalam kehidupan manusia, sampah cair yang paling banyak dikenal yakni dengan
sebutan Limbah.Limbah dari suatu pertambangan, pabrik, dan manufaktur. Hampir semua
produk industri akan menjadi sampah pada suatu waktu, dengan jumlah sampah yang kira-kira
mirip dengan jumlah konsumsi. Untuk mencegah sampah cair dari pabrik pabrik industri
seharusnya limbah tidak dibuang sembarangan. dan ada penanganan serius tentang hal ini.

Bukan hanya peran pemerintah, peran masyarakat juga sangat diperlukan guna menjaga
kelestarian lingkungan dari sampah. Mengubah pemikiran masyarakat untuk tidak membuang
sampah sembarangan dan harus pada tempatnya serta mendidik anak-anak disedini mungkin
untuk membuang sampah sesuai sifatnya memanglah tidak mudah, perlunya penyuluhan tentang
konservasi dari penanganan persampahan sebagai upaya-upaya yang terpadu.
Mencari solusi terbaru untuk penanganan persampahan sudah sering dilakukan,
contohnya kecilnya saja seperti pembuatan papan bertuliskan BUANGLAH SAMPAH PADA
TEMPATNYA, DILARANG MEMBUANG SAMPAH DI SUNGAI, SAMPAH PENYEBAB
BANJIR pada pinggiran jalan raya dan pinggiran-pinggiran jembatan sungai. Namun
Pengumuman-pengumuman itu hanya sebuah pajangan tanpa arti. Hal ini sebagai contoh bahwa
kesadaran masyarakat tidak paham tentang kesadaran melestarikan lingkungan. Peran
pemerintah bahkan lembaga-lembaga lain sudah cukup lama menyediakan tiga tempat sampah
yang berbeda dengan warna berbeda pula. Satu tempat sampah untuk limbah plastik atau logam,
satu tempat sampah untuk limbah kertas, dan satu lagi tempat sampah untuk limbah organik.
Pemerintah juga sudah mencoba membuat peraturan daerah tentang sampah yang akan
menghukum orang yang membuang sampah sembarangan. Salah satunya denda Rp 50.000,00
namun hal ini tidak diberlakukan dengan benar.
Bahaya sampah sampah bagi manusia dan lingkungan baik secara langsung maupun tidak
langsung. Akan berdampak negatif sebagai berikut :
1. Bagi Kesehatan
Sampah-sampah yang tertumpuk dan menimbulkan bau menyengat terdapat banyak
sekali mikroorganisme merugikan didalamnya sehingga terdapati penyakit yang merugikan
manusia seperti : Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang berasal
dari sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur air minum. Penyakit demam
berdarah (haemorhagic fever) dapat juga meningkat dengan cepat di daerah yang pengelolaan
sampahnya kurang memadai. Penyakit jamur dapat juga menyebar (misalnya jamur kulit).
Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai makanan. Salah satu contohnya adalah suatu
penyakit yang dijangkitkan oleh cacing pita (taenia). Cacing ini sebelumnya masuk ke dalam
pencernakan binatang ternak melalui makanannya yang berupa sisa makanan/sampah. Jika
dibakar, sampah plastik akan menghasilkan asap beracun yang berbahaya bagi kesehatan yaitu
jika proses pembakaranya tidak sempurna, plastik akan mengurai di udara sebagai dioksin.

Senyawa ini sangat berbahaya bila terhirup manusia. Dampaknya antara lain memicu penyakit
kanker, hepatitis, pembengkakan hati, gangguan sistem saraf dan memicu depresi. Sampah
beracun: Telah dilaporkan bahwa di Jepang kira-kira 40.000 orang meninggal akibat
mengkonsumsi ikan yang telah terkontaminasi oleh raksa (Hg). Raksa ini berasal dari sampah
yang dibuang ke laut oleh pabrik yang memproduksi baterai dan akumulator.
2. Bagi Lingkungan
Penguraian sampah yang dibuang ke dalam air akan menghasilkan asam organik dan gascair organik, seperti metana. Selain berbau kurang sedap, gas ini dalam konsentrasi tinggi dapat
meledak. Sampah

juga penyebab banjir, karena menyumbat saluran-saluran air, tanggul.

Sehingga mengakibatkan banjir bahkan yang terparah merusak turbin waduk.


3. Bagi Kehidupan Sosial Dan Keadaan Ekonomi
Seperti yang sudak disebutkan diawal bahwa Indonesia Negara berkembang yang sangat
rentan tentang permasalahan penanganan persampahan. Sehingga susah untuk membuat Negara
tercinta kita ini untuk menjadi Negara maju. Kurangnya kesadaran masyarakat Indonesia
tentang pentingnya berkebiasaan tertib dan disiplin menjadi tolak ukur bangsa ini sehingga
kemajuan suatu bangsa menjadi terhambat. Solusi menangani persampahan dipedesaan maupun
diperkotaan kurang terkontrol sehingga pengelolaan sampah yang kurang baik dan sampah
masih bertebaran dimana-mana. Sampah yang berantakan akan mengurangi minat pariwisataan
dan masyarakat menjadi semakin enggan untuk memajukan

atau menurunkan promosi

kepariwisataan Indonesia yang sebenarnya sangat indah. Pengelolaan sampah yang tidak
memadai menyebabkan rendahnya tingkat kesehatan masyarakat. Hal penting di sini adalah
meningkatnya pembiayaan secara langsung (untuk mengobati orang sakit) dan pembiayaan
secara tidak langsung (tidak masuk kerja, rendahnya produktivitas).
Tindakan / Solusi Yang Dapat Dilakukan Untuk Menanggulangi Sampah
Seperti halnya yang dilakukan oleh bapak kustiono di Mts Yasrama untuk mengelola
sampah yaitu dengan 3R, lebih jelasnya sebagai berikut :
a) Reduce (Mengurangi Sampah)
(1) Membawa tas belanja sendiri untuk mengurangi sampah kantong plastik pembungkus barang
belanja.
(2) Membeli kemasan isi ulang untuk shampoo dan sabun daripada membeli botol baru setiap
kali habis.

(3) Membeli susu, makanan kering, deterjen, dan lain-lain dalam paket yang besar daripada
membeli beberapa paket kecil untuk volume yang sama.

b) Re-use (Menggunakan sisa sampah yang masih bisa dipakai)


(1) Memanfaatkan botol-botol bekas untuk wadah.
(2) Memanfaatkan kantong plastik bekas kemasan belanja untuk pembungkus.
(3) Memanfaatkan pakaian atau kain-kain bekas untuk kerajinan tangan, perangkat pembersih
(lap), maupun berbagai keperluan lainnya.

c) Recycle (Daur Ulang Sampah)


(1) Mengumpulkan kertas, majalah, dan surat kabar bekas untuk di daur ulang.
(2) Mengumpulkan sisa-sisa kaleng atau botol gelas untuk di daur ulang.
(3) Menggunakan berbagai produk kertas maupun barang lainnya hasil daur ulang.

Adapun contoh alternative mengolah sampah menjadi kerajinan :


a) Membuat Bunga Plastik dari Sedotan

b) Membuat Pupuk Kompos

Beberapa contoh solusi diatas merupakan contoh sederhana yang sejatinya belum
mengatasi seluruhnya tentang pengelolaan sampah, setidaknya mengurangi kondisi kritis dalam

menghadapi permasalahan persampahan. Hal ini jelas bahwa peran penting kaum-kaum muda
salah satunya mahasiswa harus terjun langsung untuk ikut serta mencari solusi yang tepat guna
memecahkan masalah persampahan di Indonesia. Banyak jurnal serta artikel yang membahas
solusi pencegahan, penelitian tentang konservasi sampah, hingga rencana untuk memperbaiki
sistem pengelolaan sampah dengan menggunakan teknologi dan cara yang modern. Seperti yang
saya temukan di jurnal tentang konservasi sampah dan beberapa artikel tentang solusi baru untuk
menanggulangi dan mengelola sampah yakni di dalamnya bertuliskan Penelitian terbaru
pengelolaan sampah dengan memakai alat yang dirancang khusus yang mengubah sampah
menjadi abu dengan sistem pembakaran yang ramah lingkungan, alat ini disebut Insinerator.
Insinerator yakni teknologi pengolahan sampah yang melibatkan pembakaran bahan
organik. Insinerator sendiri dapat didefinisikan sebagai pengolahan termal. Solusi pengelolaan
sampah dengan menggunakan insinerator ini memang telah digagas terlebih dahulu oleh Negaranegara maju seperti di Eropa dan jepang. Walaupun Indonesia hanya mengikutinya, namun
Indonesia mencoba untuk merancang dan mengembangkan insinerator versi generasi terbaru
yang efektif untuk permasalahan sampah di Indonesia. Seperti yang dilakukan oleh LIPI.
Saat ini, LIPI telah berhasil mengembangkan insinerator generasi terbaru. Insinerator
tersebut memberikan solusi pembakaran yang lebih bersih dan tidak mencemari lingkungan.
Sebenarnya banyak di Indonesia sudah menggunakan alat ini, namun sebelumnya diketahui
bahwa insinerator yang dirancang kurang tepat mengakibatkan gas buang hasil pembakaran dari
insinerator mengandung gas polutan yang berbahaya bagi kesehatan. Oleh karena itu pihak LIPI
mengembangkan Insinerator generasi baru yang dilengkapi dengan unit plasma untuk mengolah
gas buangan. Permasalah sampah diproses melalui pembakaran yang tidak menghasilkan asap
yang mencemari lingkungan. Kandungan racun pada asap yang dihasilkan dari insinerator dapat
dinetralisasi dengan plasma, sehingga asap yang dihasilkan bersih serta panas yang dihasilkan
dari pembakaran diolah menjadi energi panas . Hal ini tidak luput dari penelitian-penelitian yang
dilakukan pihak LIPI sebelumnya.

Gambar Insinerator ramah lingkungan


Dinggris telah memulai sejak lama penggunaan Insinerator. Insinerator dikelola
sedemikian rupa agar panas dari pembakaran bisa dimanfaatkan dan didaur ulang untuk sumber
energi atau pemanas, sedangkan gas buang dari cerobongnya diolah terlebih dahulu agar
kandungan bahan-bahan berbahaya yang bisa mencemari udara bisa ditekan sekecil-kecilnya
atau dihilangkan sama sekali. Hal ini juga sudah diatur dengan ketat oleh Uni Eropa dan semua
negara-negara yang tergabung dalam Uni Eropa wajib mematuhinya.

Gambar 5. Incinerator atau tempat pembakaran sampah modern versi eropa.


Jika kita fokus pada Negara-negara maju, melihat tatanan perkota dan penanganan
sesampahan terlihat sangat apik serta masyarakat yang mematuhi setiap peraturan yang ada
membuat kita ingin meniru cara sekaligus mempraktikkannya. Namun, sebagian warga Indonesia
masih belum langsung menerima kultur baru sehingga sulit untuk di kembangkan. Tidak ada
larangan untuk mencontoh Negara-negara maju tentang sistem penanganan persampahan yang
benar-benar rapi. Solusi apapun yang tepat harus mendapat dukungan penuh dari semua
masyarakat Indonesia, Agar Indonesia segera bebas dari masalah persampahan.

Solusi lain yang saya temukan pada jurnal-jurnal tentang menghadapi permasalahan
persampahan yakni kita mencontoh Negara-negara maju seperti JEPANG yang membuat
peraturan tentang pengelolaan sampah dan

diatur oleh pemerintah kota. Mereka telah

menyiapkan dua buah kantong plastik besar dengan warna berbeda, hijau dan merah. Namun
selain itu ada beberapa kategori lainnya, yaitu: botol PET, botol beling, kaleng, batu betere,
barang pecah belah, sampah besar dan elektronik yang masing-masing memiliki cara
pengelolaan dan jadwal pembuangan berbeda.

Sebagai ilustrasi, cara membuang botol minuman plastik adalah botol PET dibuang di
keranjang kuning punya pemerintah kota. Setelah sebelumnya label plastik yang menempel di
botol itu kita copot dan penutup botol kita lepas, label dan penutup botol plastik harus masuk ke
kantong sampah berwarna merah dan dibuang setiap hari kamis. Apabila dalam label itu ada
label harga yang terbuat dari kertas, pisahkan label kertas tersebut dan masukkan ke kantong
sampah berwarna hijau dan buang setiap hari Selasa. Selain pengelolaan sampah di rumah,
departemen store, convenient store, dan supermarket juga menyediakan kotak-kotak sampah
untuk tujuan recycle (daur ulang). Kotak-kotak tersebut disusun berderet berderet di dekat pintu
masuk, kotak untuk botol beling, kaleng, botol PET. Bahkan di beberapa supermarket tersedia
untuk kemasan susu dan jus (yang terbuat dari kertas). Uniknya lagi, dalam kotak kemasan susu
atau jus (biasanya terpisah), terdapat ilustrasi tentang cara menggunting dan melipat kemasan
sedemikian rupa sebelum dimasukkan ke dalam kotak.
Proses daur ulang itu pun sebagian besar dikelola perusahaan produk yang bersangkutan,
dan perusahaan lain atau semacam yayasan untuk menghasilkan produk baru. Hebatnya lagi,

informasi tentang siapa yang akan mengelola proses recycle juga tertulis dalam setiap kotak
sampah. Sementara, pengelolaan sampah di stasiun kereta bawah tanah, shinkansen, pada saat
para penumpang turun dari kereta adapetugas yang berdiri di depan pintu keluar dengan
membawa kantong plastik sampah besar siap untuk menampung kotak bento dan botol kopi
penumpang.
Beda halnya di SWEDIA, pengelolaan sampah di Swedia selalu mengedepankan bahwa
sampah merupakan salah satu resources yang dapat digunakan sebagai sumber energi. dasar
pengelolaan sampah diletakkan pada minimasi sampah dan pemanfaatan sampah sebagai sumber
energi. Keberhasilan penanganan sampah itu didukung oleh tingkat kesadaran masyarakat yang
sudah sangat tinggi. Landasan kebijakan Swedia, senyawa beracun yang terkandung dalam
sampah harus dikurangi sejak pada tingkat produksi. Minimasi jumlah sampah dan daur ulang
ditingkatkan. Pembuangan sampah yang masih memiliki nilai energi dikurangi secara signifikan.
Sehingga, kebijaksanaan pengelolaan sampah swedia antara lain meliputi: Pengurangan
volume sampah yang dibuang ke TPA harus berkurang sampai dengan 70 % pada tahun 2015.
Sampah yang dapat dibakar (combustible waste) tidak boleh dibuang ke TPA sejak tahun 2002.
Sampah organik tidak boleh dibuang ke TPA lagi pada tahun 2005. Tahun 2008 pengelolaan
lokasi landfill harus harus sesuai dengan ketentuan standar lingkungan. Pengembangan teknologi
tinggi pengolahan sampah untuk sumber energi ditingkatkan.
Di JERMAN terdapat perusahaan yang menangani kemasan bekas (plastik, kertas, botol,
metal dsb) di seluruh negeri, yaitu DSD/AG (Dual System Germany Co). DSD dibiayai oleh
perusahaan-perusahaan yang produknya menggunakan kemasan. DSD bertanggung jawab untuk
memungut, memilah dan mendaur ulang kemasan bekas. Berbeda dengan kondisi Jerman 30
tahun silam, terdapat 50.000 tempat sampah yang tidak terkontrol, tapi kini hanya 400 TPA
(Tempat Pembuangan Akhir). 10-30 % dari sampah awal berupa slag yang kemudian dibakar di
insinerator dan setelah ionnya dikonversikan, dapat digunakan untuk bahan konstruksi jalan.
Cerita menarik proses daur ulang ini datangnya dari Passau Hellersberg adalah sampah
organik yang dijadikan energi. Produksi kompos dan biogas ini memulai operasinya tahun 1996.
Sekitar 40.000 ton sampah organik pertahun selain menghasilkan pupuk kompos melalui
fermentasi, gas yang tercipta digunakan untuk pasokan listrik bagi 2.000 - 3.000 rumah. Pada
tahun 1972 pemerintah Jerman melarang sistem sanitary landfill karena terbukti selalu merusak
tanah dan air tanah. Bagaimanapun sampah merupakan campuran segala macam barang (tidak

terpakai) dan hasil reaksi campurannya seringkali tidak pernah bisa diduga akibatnya. Pada
beberapa TPA atau instalasi daur ulang selalu terdapat pemeriksaan dan pemilahan secara
manual. Hal ini untuk menghindari bahan berbahaya tercampur dalam proses, seperti misalnya
baterei dan kaleng bekas oli yang dapat mencemari air tanah. Sampah berbahaya ini harus
dibuang dan dimusnahkan dengan cara khusus.
Bahkan Di INGGRIS ada City Council untuk kawasan perkotaan, ada juga Town
Council untuk kawasan kota dengan ukuran yang lebih kecil dan ada juga Village Council
atau Parish Council. Di Inggris tiap-tiap rumah diwajibkan membayar pajak bumi dan bangunan
juga, sama seperti di Indonesia, yang disebut Council Tax. Yang berbeda mungkin hanya
jumlahnya yang lebih mahal. Council Tax ini digunakan oleh pemerintah lokal setempat untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan lokal semacam perbaikan jalan, pemberian layanan dan fasilitas
umum, dan juga pengelolaan sampah.
Konsepnya cukup sederhana. Dalam hal pengelolaan sampah, dari uang pajak yang kita
bayar tiap bulan, oleh Council dibelanjakan. Salah satunya adalah untuk pengadaan wheelie bin,
atau tempat sampah beroda. Disebut demikian karena memang ada rodanya, hingga mudah
didorong ke mana-mana untuk memperingan pekerjaan. Ukuran kotak sampah ini bermacammacam, dari kecil untuk perumahan-perumahan yang agak padat agar menghemat tempat,
sampai ukuran raksasa untuk sampah industri. Warnanya pun beragam, tergantung aturan tiap
daerah atau kota yang memakainya. Di setiap rumah, diberikan tiga buah wheelie bin ukuran
sedang (seperti gambar pertama yang berwarna hijau) oleh Town Council. Satu berwarna hijau,
satu berwarna coklat dan satu lagi biru tua. Di tutup masing-masing kotak sampah ini, tercetak
tulisan dengan rapi apa-apa yang harus dimasukkan ke dalam kotak sampah yang mana, dan apaapa yang tidak boleh. Sepertinya cara ini bisa kita tiru untuk aturan pemerintah dalam mengatasi
masalah persapahan dengan konsep yang sederhana ini.
Di Inggris, ada yang namanya charity atau badan amal, mereka ada di mana-mana dan
banyak sekali. Badan-badan amal ini resmi, terdaftar dan kegiatannya dipantau oleh pemerintah,
jadi bukan main-main. Mereka inilah yang mengumpulkan sepatu dan baju bekas untuk akhirnya
dijual lagi dengan harga super murah, dan uangnya digunakan untuk kegiatan amal. Toko-toko
milik charity ini bertebaran hampir di tiap desa dan kota. Barang-barang bekas seperti sepatu,
baju, mainan, alat dapur dan buku adalah barang yang dijual disini. Uniknya, di tiap buku yang
dijual, ditempeli stiker berisi himbauan agar jika selesai membaca, mohon dikembalikan ke toko

itu untuk dijual lagi. Sehingga uang yang kita bayarkan sewaktu membeli buku itu jadi semacam
uang untuk menyewa buku

Gambar 2. Kotak sampah ukuran besar untuk industri

Gambar 3. Kotak sepatu dan baju bekas

BAB V
KESIMPULAN
Dari paparan yang saya utarakan diatas, terdapat kesimpulan bahwa sampah diartikan
sebagai material sisa yang dibuang karena material tersebut dianggap tidak berharga sehingga
tidak digunakan lagi. Sampah yang kita hasilkan sangatlah bermacam-macam. Jenis sampah
berdasarkan sumbernya yakni sampah alam,sampah manusia, sampah konsumsi, sampah nuklir,
sampah industri, dan sampah pertambangan. Berdasarkan sifatnya yakni sampah organik (sisa
makanan, daun-daun kering ,sayuran, dan sebagainya). Ada pula sampah anorganik (gelas
minuman, kaleng, plastik wadah pembungkus makanan, kertas, plastik mainan, botol, kayu, dan
sebagainya). Apabila tidak terkontrol maka sampah akan menumpuk dan berdampak negatife
bagi kesehatan, Lingkungan akan menjadi kotor, dan keterbelakangan social serta ekonomi.
Penanganan persampahan di Indonesia harus mendapat perlakuan khusus agar Indonesia
melangkah kedepan sebagai Negara maju secara social maupun ekonomi.
Berbagai macam solusi mengatasi persampahan yakni dengan cara 3R Reuce
(mengurangi), Reduce (menggunakan kembali), Recycle (mendaur ulang). Ataupun dengan
solusi lain seperti penemuan Insinerator terbaru yang ramah lingkungan untuk pembakaran
sampah. Beberapa contoh dari Negara maju yang dapat mengontrol masalah persampahan seperti
Negara jepang dan Negara-negara uni eropa yakni menempatkan sampah sesuai jenis dan
macamnya dan memproduksi bahan bekas dengan memanfaatkan energi pengolahannya.

DAFTAR PUSTAKA

Alex S. 2012. Sukses Mengolah Sampah Organik Menjadi Pupuk Organik. Yogyakarta:
Pustaka Baru Press.
Salipadang, Joseph Crhistian. 2011. Analisis Sistem Pengangkutan Sampah Kota Makassar
Dengan Metode Penyelesaian Vehicle Routing Problem (VRP) (Studi Kasus: Kecamatan
Mamajang). Makassar: Skripsi pada Universitas Hasanuddin.
Rofihendra, 2007. Evaluasi sistem pemrosesan akhir sampah di TPA Ladang laweh
kabupaten padang pariaman menuju Controlled landfill.
Slamet, J. S. 2007. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada Universty Press.
Trisaksono Bagus .P. 2007. Pengelolaan dan Pemanfaatan Sampah Menggunakan Teknologi
Incenerator. Vol.3 : 17-23.
Dyah Pratiwi, Chatila Maharani. 2013. PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS PADAT PADA
PUSKESMAS KABUPATEN PATI. Vol.3 : KEMAS 9 (1) 74-84.

Anda mungkin juga menyukai