Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

MENYUSUN ALAT EVALUASI NILAI DAN SOSIAL

Dosen Pengampu : Nurul Julaifah, S.Pd.,M.Pd

Disusun Oleh :
Kelompok 6

FADIATUN RAHMAT (2020A1H149)


NURUL FITRI (2020A1H150)

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang senantiasa memberi kita
nikmat iman dan sehat. Berkat rida-Nya, kami akhirnya dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini yang berjudul “Menyusun Alat Evaluasi Nilai dan Sosial”. Shalawat serta salam
tak lupa kami ucapkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW yang telah
memperjuangkan umat manusia ke jalan yang benar dan menjadi pelajaran bagi kita semua.

Terimakasih sedalam-dalamnya kami sampaikan kepada setiap pihak yang telah


memberikan arahan, bimbingan, dukungan, serta saran-saran, sehingga penyusunan makalah
ini dapat terselesaikan dengan baik.

Kami menyadari bahwa makalah ini belum sempurna dan masih perlu dikaji lagi lebih
dalam. Kami berharap semoga makalah ini dapat menjadi acuan untuk penelitian-penelitian
selanjutnya.

Mataram, 27 Desember 2021


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .....................................................................................................i

DAFTAR ISI ...................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................................1

1.1 Latar Belakang ..........................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah .....................................................................................1
1.3 Tujuan .......................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................3

2.1 Pengertian nilai dan sikap........................................................................15


2.2 Hubungan system nilai dan kecendrungan sikap.....................................15
2.3 Menanamkan nilai dan sikap dalam ilmu sosial......................................15
2.4 Merancang dan menyusun alat evaluasi nilai dan sikap sosial................15

BAB III PENUTUP ......................................................................................................13

3.1 Kesimpulan .............................................................................................14


3.2 Saran ........................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................15


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pada hakikatnya pembelajaran adalah proses untuk menjadikan peserta didik menjadi
manusia seutuhnya yang mempunyai pengetahuan yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan
sehari-hari serta menjadikan manusia yang bertaqwa kepada tuhan yang maha esa.
Pembelajaran juga diharapkan mampu menghasilkan manusia yang cerdas dalam bersikap,
mempunyai pengetahuan yang tinggi, dan terampil.
Setiap pembelajaran di lembaga pendidikan harus mempunyai program-progran yang
ingin dicapai. Demi tercapainya tujuan progran-program pembelajaran perlu diadakan
evaluasi untuk mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman dan penguasaan materi yang
telah diajarkan oleh guru. Evaluasi juga berguna untuk mengetahui tercapainya suatu tujuan
pembelajaran.
Dalam proses pembelajaran IPS di Sekolah dasar, guru harus mampu merencanakan
dan melaksanakan kegiatan dengan baik. Perencanaan kegiatan pembelajaran mencakup juga
kegiatan evaluasi. Guru di sekolah dasar harus mempunyai kemampuan untuk merancang dan
menyusun alat evaluasi dari suatu proses pembelajaran yang dilakukan secara efektif dan
efisien. Namun pada kenyataannya, evaluasi yang dilakukan guru belum sesuai dengan tujuan
pembelajaran. Guru di sekolah dasar masih mengalami kesulitan dalam merancang dan
menyusun alat evalauasi terutama dam mengevaluasi aspek sikap dan keterampilan.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian nilai dan sikap


2. Bagaimanakah hubungan system nilai dan kecendrungan sikap
3. Bagaimanakah cara menanamkan nilai dan sikap dalam ilmu sosial
4. Bagaimanakah merancang dan menyusun alat evaluasi nilai dan sikap sosial
1.3 TUJUAN

Makalah ini disusun untuk mengetahui :

1. Pengertian dari nilai dan sikap


2. Mengetahui hubungan system nilai dan kecendrungan sikap
3. Mengetahui cara menanamkan nilai dan sikap dalam ilmu sosial
4. Cara merancang dan menyusun alat evaluasi nilai dan sikap sosial
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN NILAI DAN SIKAP


1. Nilai

. Nilai adalah keyakinan, kepercayaan, norma atau kepatuhan-kepatuhan yang


dianut oleh seseorang ataupun kelompok masyarakat tentang sesuatu. Sedangkan menurut
Fraenkel nilai menggambarkan suatu penghargaaan atau semangat yang diberikan
seseorang atas pengalaman- pengalamannya. Selanjutnya, ia mengatakan nilai itu
merupakan standar tingkah laku, keindahan, efisiensi, atau penghargaan yang telah
disetujui seseorang, dimana seseorang berusaha hidup dengan nilai tersebut serta bersedia
mempertahankannya. Selanjutnya, Koentjaraningrat, mengemukakan bahwa suatu system
nilai-budaya terdiri dari konsepsi-konsepsi yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar
dari warga masyarakat. Nilai bersifat abstrak. Oleh karena itu, yang dapat dikaji hanya
indikator-indikatornya saja yang meliputi cita-cita, tujuan yang dianut seseorang, aspirasi
yang dinyatakan, sikap yang ditampilkan atau tampak, perasaan yang diutarakan,
perbuatan yang dilakukan serta kekuatiran yang dikemukakan. Mengenai hal-hal yang
harus mereka anggap amat bernilai dalam hidup. Oleh karena itu, sitem nilai-budaya
berfungsi sebagai pedoman tertinggi dalam kelakuan manusia. System-sistem tata
kelakuan manusia lain yang tingkatnya lebih konkret, seperti aturan-aturan khusus,
hukum dan norma-norma, semuanya juga berpedoman kepada system nilai-budaya
tersebut.

2. Sikap

Menurut Bimo Walgio, sikap adalah keadaan yang ada pada diri manusia yang
menggerakkan untuk bertindak dan menyertai manusia dengan perasaan-perasaan tertentu
dalam menanggapi objek dan semua itu terbentuk atas pengalaman. Sedangkan menurut
Siti Partini Suardiman, sikap merupakan kesiapan merespon yang bersikap positif atau
negative terhadap objek atau situasi secara konsisten. Selanjutnya, Koentjaraningrat,
menjelaskan bahwa sikap adalah suatu disposisi atau keadaan mental di dalam jiwa dan
diri individu untuk bereaksi terhadap lingkungannya (baik lingkungan manusia atau
lingkungan masyarakatnya, baik lingkungan alamiah mupun lingkungan fisiknya).
Walaupun brada di dalam diri individu, sikap biasanya juga dipengaruhi oleh nilai budaya
dan sering pula bersumber pada system nilai-budaya.

Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan sikap adanya pada diri seseorang,
jadi sikap bukan ada pada alam pikiran orang sebagai anggota masyarakat. Sikap
merupakan reaksi emosional seseorang terhadap lingkungannya baik secara positif
maupun negative, baik berkenaan dengan tjuan maupun penolakan tentang kondisi social
yang dialaminya. Walaupun sikap mental ini ada pada diri seseorang tetapi sangat
dipengaruhi oleh system nilai, pengalaman, dan pendidikan. Oleh karena itu, pendidikan
khususnya pengajaran IPS, dapat digunakan sebagai sarana untuk membina sikap mental
anak didik.

2.2 HUBUNGAN SISTEM NILAI DAN KECENDERUNGAN SIKAP

Setiap individu terkandung sistem nilai tertentu, baik yang diperoleh melalui proses
akulturasi (menyerap sistem nilai dari dalam budayanya sendiri) maupun melalui proses
enkulturasi (menyerap nilai dari luar budayanya). Nilai, sebagai salah satu aspek budaya
merupakan konsepsi individu yang terkait langsung dengan keyakinan (believe) tentang
sesuatu. Di satu sisi, keyakunan merupakan proposisi individu untuk menetapkan sesuatu itu
benar atau salah, diinginkan (desirable) atau tidak diinginkan (undesirable), baik atau buruk,
dan seterusnya.

. Spranger (1979:582) menjelaskan bahwa sistem nilai yang ada dalam diri setiap
peserta didik berkaitan erat dengan lapangan hidup peserta didik itu sendiri, yakni:

1. Lapangan hidup yang bersangkutan dengan manusia sebagai mahluk individu meliputi

a. Lapangan pengetahuan (ilmu, teori)


b. Lapangan ekonomi
c. Lapangan kesenian
d. Lapangan keagamaan

2. Lapangan hidup yang bersangkutan dengan manusia sebagai mahluk sosial, meliputi

a. Lapangan kemasyarakatan (sosial)


b. Lapangan politik

Keenam lapangan hidup inilah yang menentukan jenis sistem nilai yang ada dalam
diri seorang individu, yaitu sistem nilai (1) teoritik, yang menjadi dasar dari sikap teoritik (2)
ekonomik yang menjadi dasar dari setiap ekonomik (3) aestatik yang menjadi dasar dari sikap
aestatik (4) social yang menjadi dasar dari sikap social (5) politik yang menjadi dasar dari
sikap politik dan (6) religi yang menjadi dasar dari setiap religious.

.. Secara garis besar Alport dkk (1970) menjelaskan bahwa kecenderungan sikap
peserta didik berdasarkan system nilai yang dominan dalam diri yakni:

1. Nilai teoritik

Peserta didik yang nilai teoritiknya tinggi, cenderung banyak menggunakan kognisi, dan
memiliki pendirian yang relative obyektif terhadap segala masalah kehidupan social. Mereka
cenderung selalu mencoba mencari keterangan-keterangan yang logis yang diutamakannya
adalah kebenaran.

2. Nilai ekonomik

Peserta didik yang memiliki nilai ekonomi secara menonjol (dominan atau tinggi) kaya akan
gagasan prestasi dan utilities (prinsip kegunaan) tanpa memperhatikan bentuk tindakan
melainkan sangat mengutamakan hasil tindakannya. Segala hal yang dipikirkan dan
dilakukannya diarahkan ke kegunaan ekonomis bagi dirinya sehimgga cenderung bersikap
egosentris dan bahkan cenderung bersikap egois dalam bentuk ketidaknormalan, individu
yang mementingkan system nilai ekonomi, kecenderungan bersikap boros atau sebaliknya
bersikap pelit (kikir, penabung atau pengumpul yang tidak ekonomis). Mereka sering
cenderung memandang kognisi atau pikiran dari segi kegunaannya secara ekonomis; terhadap
manusia lain sering kali mereka bersikap dan berupaya memanfaatkannya dan bahkan
mengeksploitasinya guna mendatangkan keuntungan bagi kepentingan dirinya sendiri dari
segi materi. Mereka memandang orang lain dari segi kemampuan kerjanya yang
memungkinkan akan dapat dieksploitasi dan selalu berupaya memilih harta benda lebih
banyak dari orang lain. Tuhan dipandang sekedar sebagai pemilik kekayaan; mereka sering
kali bersikap sangat religious (misalnya rajin berdoa) apabila membutuhkan sesuatu, dan
ketika sesuatu itu sudah diperolehnya maka Tuhan dikesampingkannya.

3. Nilai aestetik (keindahan)

Individu yang dominan dikuasai nilai aestetik menghadapi segala sesuatu dari sudut pandang
bentuk dan keharmonisan serta cenderung menghayati secara pasif segala sesuatu yang
sedang dihadapinya atau dialaminya. Proses penghayatan dilakukannya secara bertahap,
melalui pada tahap impressi kemudian beralih ke tahap ekspresi, dan berakhir pada tahap
bentuk. Pada tahap impresi, individu ini berupaya merasakan secara imajinatif suatu ealita
sebagai suatu gambaran konkrit yang obyektif. Tujuan utama dalam hidupnya adalah
tercapainya self-realization, self-fulfillment dan self-enjoyment. Tuntutan kepraktisan sulit
dipenuhi oleh individu yang dominan system nilai aestetik di dalam dirinya sehingga kadang-
kadang cenderung berikap eksentrik, menentang, kurang lancer bergaul dengan orang lain
dan rendah rasa solidaritasnya.

4. Nilai sosial

Individu yang sistem nilai social dominan dalam dirinya memiliki sikap social yang
mengutamakan kehidupan bersama, dan memiliki cukup tinggi keinginan untuk mengabdikan
dirinya bagi kepentingsn umum. Mereka memiliki sikap baik hati, tidak mementingkan diti
sendiri, dermawan, dan simpatik. Menurut Spranger individu dengan system nilai social
mengisi sikapnya dengan kelima system nilai lainnya (teoritik, ekonomi, aestetik, politik, dan
religi). Walaupun kadang-kadang sikap social sulit dipertemukan dengan sikap ekonomik dan
sikap politik. Dijelaskan pula oleh Spranger bahwa sikap social tidak sama dengan tingkah
laku social; yang dipentingkan dalam sikap social adalah tujuan, sedangkan yang
dipentingkan dalam tingkah laku social adalah pertimbangan rasional. Sikap social yang
murni hanya mungkin anampak jika perbuatan individu itu didasari oleh rasa simpati atau
rasa cinta sesama.

5. Nilai politik

Paul Wink, dkk (1997:92) menjelaskan system nilai politik berkaitan dengan “an interest in
power, prestige, and leadership”. Individu yang dominan system nilai politiknya cenderung
bersikap mengejar kekuasaan atau ingin berkuasa tanpa mengindahkan system nilai lainnya.
Sikap ingin berkuasa mendapat tempat utama sehingga yang dikejar adalah ingin memjadi
pemimpin, senang berkompetisi dan perjuangan. oleh Spranger (1928:189) diungkapkan
bahwa bagi manusia politis, kekuasaan merupakan kekuatan mental disertai keinginan untuk
menguasai orang lain, dan memandang orang lain sebagai objek kekuasaan. Sikap politis ini
dapat berwujud keinginan untuk bebas dan kekuasaan orang lain, dan juga cenderung ingin
bebas dari berbagai tekanan baik dari dalam maupun dari luar dirinya.

6. Nilai religi

System nilai religi, oleh Spranger (1928:210-2) berkaitan dengan sifat religiosity,yakni suatu
keadaan baik instingtif ataupun rasional, pengalaman tunggal (persoanal) yang positif
ataupun negatif dihubungkan dengan keseluruhan nilai kehidupan individu. System nilai
religi ini, merupakan system nilai yang paling tinggi pada individu yang percaya akan adanya
suatu kekuatan di luar dirinya. Individu yang dominan system nilai religi di dalam dirinya
cenderung memiliki sikap religious yang memandang dirinya sebagai begian dan suatu
totalitas, dan menilai segala sesuatu yang dialaminya dan sisi maknanya secara rohaniyah.
Sosok yang menjadi panutannya yang paling tinggia adalah Tuhan sang pencipta dan
memiliki kekuasaan absolute. Sifat dasar manusia yang memiliki sikap religious yang tigngi
akan nampak apabila nilai hanya diukur dalam pengalaman nilai nyata, terutama perasaan
akan kebahagiaan atau kerinduan akan kebahagiaan.

Mereka memandang masyarakat, alam sekitar (termasuk alam adi kodrati atau alam gaib atau
alam supranatura) sebagai satu kesatuan yang tidak terpecah belah atau tidak dapat
dipisahkan satu sama lain (Magma Suseno, 1985:84). Menurut Spranger (1928:213) ada tiga
tipe sikap religious yakni tipe mistik yang imanen dan bersifat universalist, tipe mistik yang
transendental, dan tipe gabungan antara yang universalist dan transcendental.

2.3 MENANAMKAN NILAI DAN SIKAP DALAM ILMU SOSIAL

... Penanaman sikap yang baik melalui pelajaran IPS, tidak dapat dilepaskan dari
mengajarkan nilai dan system nilai yang berlaku di masyarakat.

Dengan kata lain, strategi pengajaran diri dalam IPS bertujuan untuk membina dan
mengembangkan sikap mental yang baik. Materi dan pokok bahasan pada pengajaran IPS
dengan menggunakan berbagai modal (multi metode) digunakan untuk membina
penghayatan, kesadaran, dan pemilikan nilai-nilai yang baik pada diri siswa. Dengan
terbinanya nilai-nilai secara baik dan terarah pada mereka, sikap mentalnya juga akan
menjadi positif terhadap rangsangan dari lingkungannya. Sehingga tingkah laku dan
tindakannya tidak menyimpang dari nilai-nilai yang luhur. Dengan demikian tingkah laku dan
tindakannya selalu akan dilandasi oleh tanggung jawab terhadap dirinya sendiri dan terhadap
lingkungannya.

Pengajaran IPS dilaksanakan dalam waktu yang terbatas, sehingga tidak mungkin
dapat mempertemukan seluruh niali-nilai kehidupan manusia kepada siswa. Oleh karena itu
nilai-nilai yang akan ditanamnkan kepada siswa merupakan nilai-nilai yang pokok dan
mendasar bagi kehidupan manusia.
Menurut Paul Suparno SL (2001) sikap dan tingkah laku yang berlaku umum yang
lebih mengembangkan nilai kemanusiaan dan mengembangkan kesatuan sebagai warga
masyarakat perlu mendapatkan tekanan. Beberapa sikap dan tingkah laku itu antara lain
sebagai berikut :

1. Sikap penghargaan kepada setiap manusia


Setiap manusia harus mengembangkan sikap menghargai kepada manusia lain karena
siapa pun orangnya adalah bernilai, inilah yang menjadi hak asasi manusia. Sikap
menghargai hak asasi manusia harus dipunyai oleh setiap manusia. Oleh karena itu
tindakan meremehkan, menghina, merendahkan, apalagi mengganggu kebahagiaan
orang lain dianggap tidak baik. Sikap tenggang rasa, jujur, berlaku adil, suka
mengabdi, ramah, setia, sopan, dan tepat janji. Sikap ini jelas membantu orang dalam
berhungan dengan orang lain dan hidup bersama orang lain.
2. Penghargaan terhadap alam.
Alam diciptakan untuk dimanfaatkan oleh manusia agar dapat hidup bahagia.
Berkenaan dengan hal terebut penggunaan alam hanya untuk dirinya sendiritidak
dibenarkan. Demikian juga pengrusakan alam yang hanya dapat memberikan
kehidupan kepada segelintir orang juga tidak dibenarkan.
3. Penghormatan kepada sang pencipta.
Sebagai mahluk ciptaan Tuhan, sudah selayaknya kita menghormati Sang Pencipta.
Melalui penghayatan iman, siswa diajak untuk menghormati dan memuji Sang
Pencipta. Pujian itu dapat diwujudkan dalam sikap berbuat baik kepada semua mahluk
ciptaan, termasuk pada diri sendiri. Sikap menghargai iman orang lain, menghargai
budaya orang lainperlu dikembangkan dalam kerangka rela hidup saling membantu
dan menerima orang lain.

Dalam pembelajaran IPS kelas tinggi ada beberapa kesulitan yang dialami oleh siswa,
dapat diidentifikasikan sebagai berikut :

a. Siswa kurang dapat mengembangkap sikap dan nilai dalam kehidupan sehari hari.
b. Pengajaran IPS dilaksanakan dalam waktu yang terbatas, sehingga tidak mungkin
dapat memperkenalkan seluruh nilai- nilai kehidupan manusia kepada siswa.

Alternatif dari permasalah pada siswa kelas tinggi dapat di atasi dengan :

1. Perhatian
Perhatian merupakan satu-satunya faktor yang mempengaruhi dalam kegiatan pembelajaran.
Wiliem Stern dalam bukunya : Al gemeine Psicologie, ahli ilmu jiwa ini memberikan definisi
mengenai perhatian yang intinya, perhatian adalah pemusatan tenaga psikis atau aktivitas
jiwa yang tertuju kepada suatu obyek dan mengesampingkan obyek yang lain.

Oleh karena itu guru harus tanggap terhadap tingkah laku anak, maka yang perlu
diperhatikan guru adalah pengajaran itu harus menarik perhatian anak. Untuk itu harus
diusahakan agar pembelajaran itu:
1. Didasarkan pada hal-hal yang sudah dikenal anak dan berisi sesuatu yang baru baginya.
2. Bervariasi dalam menyampaikan (penjelasan) materi pelajaran, misalnya:
a. Dengan variasi suara Suara bisa dikeraskan, dilemahkan bahkan dapat diam sebentar
(kesenyapan) guna menarik perhatian.
b. Dengan variasi tulisan Hal-hal yang penting dapat ditulis yang lebih mencolok, lain
daripada yang lain.
c. Dengan menggunakan gambar (peta) Gambar (peta) diperlukan untuk menunjukkan
letak atau tempat suatu daerah.

2. Pemilihan dan Penggunaan Media Pembelajaran


Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyampaikan bahan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
Beberapa kriteria yang dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam memilih media, antara
lain:
1. Tiap jenis media tentu mempunyai karakteristik.
2. Pemilihan media harus dilakukan secara obyektif.
3. Pemilihan media hendaknya mempertimbangkan juga:
 Kesesuaian tujuan pembelajaran
 Kesesuaian materi
 Kesesuaian kemampuan anak
 Kesesuaian kemampuan guru (untuk menggunakan)
 Ketersediaan bahan, dana
 Mutu media
3. Motivasi
Motivasi adalah keadaan dalam pribadi orang yang mendorong individu untukmelakukan
aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapaisuatu tujuan. Motivasi berfungsi sebagai motoe
penggerak aktivitas. Bila motornya lemah, aktivitas yang terjadipun lemah pula. Motivasi
belajar berkait erat dengan tujuan yang hendak dicapai oleh individu yang sedang belajar itu
sendiri. Bila seseorang yang sedang belajar menyadari bahwa tujuan yang hendak dicapai
berguna/bermanfaat baginya maka dimungkinkan motivasi belajar akan muncul dengan kuat.
Munculnya motivasi dalam diri siswa (internal) dalam belajar, karena siswa ingin menguasai
kemampuan yang terkandung didalam tujuan pembelajaran yang bermanfaat untuk dirinya.
Dengan menginformasikan garis besar materi, akan memberikan gambaran yang jelas tentang
apa yang akan dipelajari dalam suatu pembelajaran. Jadi kegiatan memotivasi (teknik
memotivasi) dapat berupa:
1. Menginformasikan tujuan pembelajaran
2. Menginformasikan manfaat pembelajaran
3. Menginformasikan garis besar materi pembelajaran
4. Menyimpulkan materi pelajaran
Menyimpulkan materi pelajaran merupakan salah satu kegiatan guru diakhir pembelajaran.
Langkah ini dalam prosesnya sebagai teknik untuk penguatan terhadap hasil belajar secara
menyeluruh. Menyimpulkan materi pelajaran dapat dirumuskan oleh siswa dibawah
bimbingan guru.
Hal-hal yang perlu doperhatikan dalam menyimpulkan materi pelajaran diantaranya adalah
Berorientasi pada indikator pembelajaran, Singkat, jelas serta dengan bahasa( tulis/lisan)
yang mudah dipahami siswa, Kesimpulan materi tidak keluar dari topik yang telah dibahas,
Dapat menggunakan waktu sesingkat mungkin.
1. Penanaman nilai dan sikap dalam pembelajaran IPS
Pada kelas tinggi, harus ditambah porsi pemahamannya, kegiatan-kegiatannya harus dipilih
yang dapat membangun sikap tanggung jawab, keteraturan, kebersamaan dalam kelompok
yang saling membantu. Pemberian tugas baik yang bersifat individu maupun kelompok,
diskusi, dan tanya jawab merupakan metode yang cocok untuk menanamkan nilai dan sikap
dalam pengajaran IPS.
Nursid Sumaatmadja (2005) mengemukakan bahwa nilai-nilai yang dapat dikembangkan
dalam IPS meliputi: nilai edukatif, nilai praktis, nilai teoritis, nilai filsafat dan nilai
ketuhanan. Lebih rinci, dijelaskan sebagai berikut.
a. Nilai edukatif, melalui pendidikan IPS, perasaan, kesadaran, penghayatan, sikap,
kepeduliaan, dan tanggung jawab sosial peserta didik ditingkatkan. Kepeduliaan dan
tanggungjawab sosial, secara nyata dikembangkan dalam pendidikan IPS untuk mengubah
perilaku peserta didik bekerja sama, gotong royong dan membantu pihak-pihak yang
membutuhkan;
b. Nilai praktis, dalam hal ini tentunya harus disesuaikan dengan tingkat umur dan kegiatan
peserta didik sehari-hari. Pengetahuan IPS yang praktis tersebut bermanfaat dalam mengikuti
berita, mendengakan radio, membaca majalah, menghadapi permasalahan kehidupan sehari-
hari
c. Nilai teoritis, peserta didik dibina dan dikembangkan kemampuan nalarnya kearah
dorongan mengetahui kenyataan (sense of reality), dan dorongan menggali sendiri dil
apangan (sense or discovery). Kemamuan menyelidiki, meneliti dengan mengajukan berbagai
pernyataan (sense of inquiry).
d. Nilai filsafat, peserta didik dikembangkan kesadaran dan penghayatan terhadap
keberadaanya di tengah-tengah masyarakat, bahkan ditengah-tengah alam raya ini. Dari
kesadaran keberadaan tadi, mereka disadarkan pula tentang peranannya masing-masing
terhasap masyarakat, bahkan terhadap lingkungan secara keseluruhan
e. Nilai ketuhanan, menjadi landasan kita mendekatkan diri dan meningkatkan IMTAK
kepada-Nya. Kekaguman kita selaku manusia kepada segala ciptaan-Nya, baik berupa
fenomena fisik-alamiah maupun fenomena kehidupan.

2.4 MERANCANG DAN MENYUSUN ALAT EVALUASI NILAI DAN SIKAP


SOSIAL
1. Pengertian Nilai dan sikap sosial

Nilai dan sikap sosial terjadi apabila ada interaksi sosial antara seseorang dengan
orang lain dengan kelompok lain atau antar kelompok. Untuk dapat terjadinya suatu interaksi
sosial harus ada kontak sosial dan komunikasi.

a. Antara Orang Per Orang


Kontak sosial ini terjadi antara orang dengan orang lain, misal seorang siswa yang
memperlajari kebiasaan-kebiasaan dalam keluarga, kebiasaan-kebiasaan gurunya
dalam mengajar, kebiasaan teman-temannya dan lain-lain. Dengan mempelajari
kebiasaan dalam keluarga dia akan mengetahui mana kebiasaan yang baik dan mana
kebiasaan yang kurang baik. Demikian juga apabila dia melakukan kontak sosial
dengan guru-gurunya dia akan dapat menilai gurunya masing-masing.
b. Antara Orang per Orang dengan kelompok masyarakat.
Kontak sosial antara orang per orang dengan kelompok masyarakat misalnya
seseorang yang tinggal disuatu daerah atau desa, dia akan dapat mempelajari tindakan
yang disenangi atau tidak disenangi oleh masyarakat. Untuk dapat disenangi oleh
masyarakat dia harus dapat menyesuaikan norma-norma yang berlaku di desa
tersebut. Jadi timbul nilai dan sikap sosial tertentu akibat adanya kontak sosial dan
komunikasi dengan masyarakat desa.
c. Antara Kelompok dengan Kelompok
Kontak sosial antar kelompok dengan kelompok lain dapat dicontohkan misalnya
siswa-siswa suatu sekolah mengadakan kunjungan ke sekolah lain. Maka akan timbul
interaksi sosial antar keduanya. Interkasi sosial ini dapat menguntungkan atau justru
merugikan karena terjadi perbedaannorma anatar kedua sekolah tersebut sehingga
tidak dapat dipungkiri terjadinya perselisihan antar dua kelompok sekolah tersebut.

2. Merancang Alat Evaluasi Nilai dan Sikap Sosial

Sebelum menyusun alat evaluasi, kita hendaknya perlu merencanakannya sehingga


alat evaluasi yang disusun benar-benar baik. Dalam merancang alat evaluasi perlu dipelajari
kurikulum sekolah yang berlaku saat ini, terutama mengenai hal-hal berikut ini :
a. Kompetensi Dasar (KD)
b. Materi Pokok
c. Hasil Belajar
d. ndikator materi
e. Kisi-kisi tes
Materi pelajaran yang ada pada kurikulum sekolah perlu dikembangkan lebih
terperinci. Hal tersebut akan mempermudah dalam menyusun kisi-kisi soal. Setelah materi
dijabarkan kemudian disusun indikator untuk kisi-kisi soal yang akan dibuat.

3. Menyusun Alat Evaluasi Nilai dan Sikap Sosial.

Dalam menyusun alat evaluasi nilai dan sikap sosial dapat diambil dari materi
pelajaran yang telah disajikan pada rancangan evaluasi nilai dan sikap sosial tersebut.
Misalnya saja dari materi pokok dan hasil belajar tentang “Peran Anggota Keluarga” akan
dibicarakan cara menyusun alat evaluasi materi kelas 3 SD semester 1. Untuk Materi
Kedudukan dan peran anggota keluarga sebagai berikut :
Setelah dijelaskan Pak Anton sebagai pengurus RT, siswa dapat menghargai....

a. Pak Anton adalah sebagai Ketua RT


b. Pak Anton sebagai ketua RT yang rajin mengurus warga
c. Pak Anton sebagai kepala keluarga
d. Pak Anton sebagai suami ibu anton

Jawaban yang paling benar adalah B

Dari contoh soal diatas diharapkan siswa mengetahui dan mengerti kedudukan dan peran
anggota keluarga masing-masing.

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Penanaman nilai dan sikap pada pengajaran IPS hendaknya dipersiapkan dan
dirancang berkesinambungan dengan penekanan pada setiap tingkat yang berbeda. Semakin
tinggi jenjangnya semakin besar unsur pemahaman dan pertanggungjawabannya. Karena
pengajaran IPS dilaksanakan dalam waktu yang terbatas; maka tidak mungkin untuk dapat
memperkenalkan seluruh nilai-nilai kehidupan manusia kepada siswa. Oleh karena itu nilai-
nilai yang perlu ditanamkan kepada siswa. merupakan nilai-nilai yang pokok dan mendasar
bagi kehidupan manusia, seperti keimanan dan ketaqwaan, kejujuran, keadilan, budi pekeni
dan lain-lain. Usia sekolah dasar adalah masa masa keemasan bagi anak, dimana karakter
mulai dapat dibentuk. Dengan penanaman nilai-nilai tersebut sejak dini, diharapkan akan
melekat terus sampai pada masa dewasanya sehingga mereka mampu berperilaku terpuji sena
menghindari penyimpangan-penyimpangan sosial.

3.2 SARAN

Sebaikanya setiap guru mendapatkan pelatihan yang merata mengenai penerapan


evaluasi pada mata pelajaran IPS di SD, sehingga guru bisa menggunakan alat evaluasi yang
tepat.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.mariyadi.com/2019/01/evaluasi-pembelajaran-ips-sd-modul-8.html
http://ahmadfajarudin26.blogspot.com/2017/03/nilai-dan-sikap-dalam-ips.html

Conny R. Semiawan. (2008). Be/ajar dan Pembelajaran Prasekolah dan Sekolah Dasar. Jakarta: lndeks
Etin Solihatin & Raharjo. (2008). Cooperative Learning: Ana/isis Model Pembelajaran IPS. Jakarta:
Bumi Aksara

Anda mungkin juga menyukai