RISIKO
PERBANKAN
Disusun Oleh Kelompok 4:
■ PEMBINAAN
Pada kondisi ini pemerintah sifatnya akan masih menganggap bank tersebut membutuhkan
pembinaan atau advise saja baik avise (nasihat) pada sisi keuangan maupun non-keuangan
guna menstabilkan kembali posisinya kearah yang diharapkan
■ TINDAK LANJUT PENGAWASAN BANK
Pada kondisi ini Bank Indonesia bertugas untuk melakukan pemantauan secara intensif
terhadap setiap kebijakan dari bank tersebut dan bagaimana ia menyelesaikan berbagai
permasalahannya serta sesuatu yang menyangkut kemampuannya menciptakan likuiditas
kemampuanna memenuhi CAR (capital adequency ratio) sesuai yang ditetapkan oleh BI
dll.
■ LIKUIDITAS BANK
Pada posisi ini Bank Indonesia telah merundikan secara mendalam bersama pemerintah
untuk melakukan kebijakan melikuiditasi atau menghentikan aktivitas bank tersebut.
KEBIJAKAN PERBANKAN DALAM MENGHINDARI RISIKO
Bank Indonesia sebagai “The Last of Resort” berkewajiban penuh untuk menjaga
dan melindungi perbankan dalam negeri dari berbagai risiko yang timbul. Dalam
hal ini ada 4 (empat) risiko perbankan yang ditetapkan atau diisyaratkan oleh Bank
Indonesia untuk di-manage (dikelola) yaitu :
1. Risiko Kredit
2. Risiko Pasar
Risiko pasar secara umum disebabkan karena dua hal :
a. Risiko nilai tukar
b. Risiko tingkat bunga
3. Risiko Operasional
4. Risiko Likuditas
PENGAWASAN PERBANKAN SEBAGAI BAGIAN MENGHINDARI
RISIKO
Dalam usaha untuk selalu menciptakan kondisi perbankan yang baik dan tegas serta
menerapkan prinsip-prinsio GCG (Good Corporate Govermence/Tata kelola
Perusahaan yang Baik) maka lembaga perbankan harus selalu diawasi dengan saksama.
Secara umum pengawasan pada lembaga perbankan ada 2 yaitu :
PENGAWASAN YANG DILAKUKAN OLEH INTERNAL PERBANKAN
PENGAWASAN YANG DILAKUKAN OLEH EKSTERNAL PERBANKAN
Untuk menciptakan suatu tatanan dunia perbankan yang lebih baik maka dalam
pengawasan yang telah dilakukan tersebut harus pula diikuti oleh tindakan pemeriksaan
yang baik. Secara umum ada dua bentuk pemeriksaan, yaitu :
Pemeriksaan umum (Pengawasan Langsung)
Pemeriksaan khusus
ANTISIPASI PERBANKAN DALAM
MENGHADAPI TINDAK PIDANA PERBANKAN
Ada beberapa langkah strategis yang dapat dilakukan oleh bank dalam
upaya mengantisipasi terjadinya tindak pidana di bidang perbankan
antara lain :
► GENERAL AWARENESS
► GOOD UNDERSTANDING
► RISKO ASSESSMENT
► DYNAMIC PREVENTION
► PROACTIVE DETECTION
► INVESTIGASI
BIAYA RISIKO DAN KREDIT
■ PENGERTIAN BIAYA RISIKO MACET
Biaya risiko (risk cost) adalah biaya yang harus ditanggung oleh pihak manajemen perusahaan terhadap risiko
yang ditimbulkan dalam setiap keputusan yang diambil.
Bagi pihak kreditur harus mempertimbangkan beberapa hal yang mungkin timbul pada saat
kebijakan receivable turnover (perputaran piutang) dilaksanakan, yaitu terjadinya kemacetan dalam aliran
pengembalian pinjaman yang dilakukan oleh pihak debitur.
Maka secara financial company masalah yang menyangkut risiko tidak kembalinya sejumlah uang atau dana
yang telah diberikan dalam bentuk pinjaman ini harus diperhitungkan dan dibebankan dalam penetapan bunga
pinjaman.
■ MEMPERHITUNGKAN BIAYA RISIKO
Ada 2 cara untuk memperhitungkan atau menentukan jumlah risk cost (biaya risiko) yang harus ditanggung
oleh suatu perusahaan, yaitu :
1. Biaya risiko dihitung dengan cara mengkaji dan menaksir berapa angka kredit macet yang secara fakta
terjadi. Yaitu dengan mengumpulkan seluruh debitur yang mengalami tunggakan kredit selama ini.
2. Biaya risiko dihitung dengan cara melihat berapa total angka pinjaman yang dihapusbukukan terhadap rata-
rata angka residu pinjamannya, dimana ini dilihat dalam satu periode akuntansi
PROGRAM PENGUATAN STRUKTUR PERBANKAN NASIONAL
Menurut Masyhud Ali, keenam pilar penyangga pada bangunan API (Arsitektur Perbankan
Indonesia) itu meliputi:
Struktur perbankan domestic yang sehat yang mampu memenuhi kebutuhan masyarakat
dan mendorong pembangunan ekonomi nasional yang berkesinambungan.
Sistem pengaturan dan pengawasan bank yang efektif dan mengacu pada standard
internasional.
Industri perbankan yang kuat dan memiliki daya saing yang tinggi serta memiliki
ketahanan dalam menghadapi risiko.
Terciptanya good corporategovermence (GCG) di perbankan sehingga memperkuat
kondisi internal perbankan nasional.
Infrastruktur yang lengkap untuk mendukung terciptanya industry perbankan yang sehat.
Terwujudnya pemberdayaan dan perlindungan konsumen jasa perbankan.
APLIKASI MANAJEMEN RISIKO
PERBANKAN
■ Salah satu hal untuk mengelola manajemen risiko pada suatu bank diterapkan aturan Basel
yang dikeluarkan The Basel Committee on Bank Supervision (BCBS) secara internasional.
Aturan Basel yang digunakan bank-bank di dunia saat ini adalah aturan Basel III. Aturan
Basel III dapat diterapkan dengan bantuan perangkat lunak bernama Financial Studio yang
diperkenalkan Financial Architects (FinArch).
■ Financial Studio dapat melakukan pengukuran risiko terkait kinerja risiko, pengelolaan
modal dan menajemen risiko, pengelollan kredit, dan pengukuran investasi jangka pendek.
■ Oracle Financial Services Liquidity Risk, aplikasi ini diperkenalkan oleh Oracle
Corporation. Aplikasi ini bisa membantu bank-bank menganalisa liquidity coverage ratio
(LCR) dan net stable funding ratio (NSFR) untuk memastikan kecukupan likuiditas saat
terdapat tekanan dalam skenario jangka pendek dan jangka panjang. Kegunaan aplikasi
Oracle Financial Services Liquidity antara lain:
1. Individual Liquidity Adequacy Standards of Financial services Authority
2. Oracle Financial Services Enterprise Case Management, (untuk mengidentifikasi dan
menganalisis kecurangan atau kejahatan keuangan didalam perbankan).
ANALISIS JURNAL
Judul Jurnal : PENGARUH MEKANISME GOOD CORPORATE
GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PERBANKAN
DENGAN MANAJEMEN RISIKO SEBAGAI VARIABEL
INTERVENING
Volume : 13
Nomor :1
Halaman : 13-24
Tahun Terbit: 2016
ISNN : Online: 2528-1127, Print: 1907-3011
Nama Penulis : Agus Setiawaty
Point Pembahasan:
1. Paradigma Penelitian
2. Jenis Penelitian
3. Tujuan Penelitian
4. Teori Literatur
5. Metode Penelitian
6. Hasil dan Analisa Pembahasan
7. Kesimpulan
Paradigma Penelitian