Anda di halaman 1dari 21

MANAJEMEN

RISIKO
PERBANKAN
Disusun Oleh Kelompok 4:

Lora Sinta Nara BBA 117 279


Muhammad Iqbal BBA 117 075
Mukmin Effendi BBA 117 010
Novri Hariady BBA 117 038
Rahmawati Hasanah BBA 117 137
S. Budiharjo Purba BBA 117 107
Tania Putri Ayu BBA 117 301
DEFINISI RISIKO PERBANKAN

Risiko perbankan adalah risiko yang dialami oleh sektor bisnis


perbankan sebagai bentuk dari berbagai keputusan yang dilakukan
dalam berbagai bidang, seperti keputusan penyaluran kredit,
penerbitan kartu kredit, valuta asing, inkaso, dan berbagai bentuk
keputusan financial lainnya, dimana itu telah menimbulkan
kerugian bagi perbankan tersebut, dan kerugian terbesar adalah
dalam bentuk financial. Risiko perbankan adalah berfokus pada
masalah financial karena bisnis perbankan adalah bisnis yang
bergerak di bidang jasa keuangan
BANK DEVISA DAN BANK NON DEVISA

Dari segi kemampuannya melakukan transaksi internasional dan transaksi


valas, bank swasta nasional dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu :
1. Bank Devisa,
Bank devisa adalah bank yang dapat mengadakan transaksi internasional    
seperti ekspor dan impor, jual beli valas, dan segala aktivitas lainnya yang
sejenis.
2. Bank Non Devisa
Bank Non-Devisa, adalah bank yang dalam aktivitasnya tidak dapat
mengadakan transaksi internasional, namun bank tersebut bisa mengubah
statusnya menjadi bank devisa asal ia memenuhi beberapa syarat dan
ketentuan yang harus dipenuhinya.
TINDAKAN PEMERINTAH DALAM MENGATASI
PERBANKAN BERMASALAH 

■ PEMBINAAN
Pada kondisi ini pemerintah sifatnya akan masih menganggap bank tersebut membutuhkan
pembinaan atau advise saja baik avise (nasihat) pada sisi keuangan maupun non-keuangan
guna menstabilkan kembali posisinya kearah yang diharapkan
■ TINDAK LANJUT PENGAWASAN BANK
Pada kondisi ini Bank Indonesia bertugas untuk melakukan pemantauan secara intensif
terhadap setiap kebijakan dari bank tersebut dan bagaimana ia menyelesaikan berbagai
permasalahannya serta sesuatu yang menyangkut kemampuannya menciptakan likuiditas
kemampuanna memenuhi CAR (capital adequency ratio) sesuai yang ditetapkan oleh BI
dll.
■ LIKUIDITAS BANK
Pada posisi ini Bank Indonesia telah merundikan secara mendalam bersama pemerintah
untuk melakukan kebijakan melikuiditasi atau menghentikan aktivitas bank tersebut.
KEBIJAKAN PERBANKAN DALAM MENGHINDARI RISIKO

Bank Indonesia sebagai “The Last of Resort” berkewajiban penuh untuk menjaga
dan melindungi perbankan dalam negeri dari berbagai risiko yang timbul. Dalam
hal ini ada 4 (empat) risiko perbankan yang ditetapkan atau diisyaratkan oleh Bank
Indonesia untuk di-manage (dikelola) yaitu :
1. Risiko Kredit
2. Risiko Pasar
Risiko pasar secara umum disebabkan karena dua hal :
a. Risiko nilai tukar
b. Risiko tingkat bunga
3. Risiko Operasional
4. Risiko Likuditas
PENGAWASAN PERBANKAN SEBAGAI BAGIAN MENGHINDARI
RISIKO

Dalam usaha untuk selalu menciptakan kondisi perbankan yang baik dan tegas serta
menerapkan prinsip-prinsio GCG (Good Corporate Govermence/Tata kelola
Perusahaan yang Baik) maka lembaga perbankan harus selalu diawasi dengan saksama.
Secara umum pengawasan pada lembaga perbankan ada 2 yaitu :
 PENGAWASAN YANG DILAKUKAN OLEH INTERNAL PERBANKAN
 PENGAWASAN YANG DILAKUKAN OLEH EKSTERNAL PERBANKAN

Untuk menciptakan suatu tatanan dunia perbankan yang lebih baik maka dalam
pengawasan yang telah dilakukan tersebut harus pula diikuti oleh tindakan pemeriksaan
yang baik. Secara umum ada dua bentuk pemeriksaan, yaitu :
 Pemeriksaan umum (Pengawasan Langsung)
 Pemeriksaan khusus
ANTISIPASI PERBANKAN DALAM
MENGHADAPI TINDAK PIDANA PERBANKAN

Ada beberapa langkah strategis yang dapat dilakukan oleh bank dalam
upaya mengantisipasi terjadinya tindak pidana di bidang perbankan
antara lain :
► GENERAL AWARENESS
► GOOD UNDERSTANDING
► RISKO ASSESSMENT
► DYNAMIC PREVENTION
► PROACTIVE DETECTION
► INVESTIGASI
BIAYA RISIKO DAN KREDIT
■ PENGERTIAN BIAYA RISIKO MACET
Biaya risiko (risk cost) adalah biaya yang harus ditanggung oleh pihak manajemen perusahaan terhadap risiko
yang ditimbulkan dalam setiap keputusan yang diambil.
Bagi pihak kreditur harus mempertimbangkan beberapa hal yang mungkin timbul pada saat
kebijakan receivable turnover (perputaran piutang) dilaksanakan, yaitu terjadinya kemacetan dalam aliran
pengembalian pinjaman yang dilakukan oleh pihak debitur.
    Maka secara financial company masalah yang menyangkut risiko tidak kembalinya sejumlah uang atau dana
yang telah diberikan dalam bentuk pinjaman ini harus diperhitungkan dan dibebankan dalam penetapan bunga
pinjaman.
■ MEMPERHITUNGKAN BIAYA RISIKO
Ada 2 cara untuk memperhitungkan atau menentukan jumlah risk cost (biaya risiko) yang harus ditanggung
oleh suatu perusahaan, yaitu :
1. Biaya risiko dihitung dengan cara mengkaji dan menaksir berapa angka kredit macet yang secara fakta
terjadi. Yaitu dengan mengumpulkan seluruh debitur yang mengalami tunggakan kredit selama ini.
2. Biaya risiko dihitung dengan cara melihat berapa total angka pinjaman yang dihapusbukukan terhadap rata-
rata angka residu pinjamannya, dimana ini dilihat dalam satu periode akuntansi
PROGRAM PENGUATAN STRUKTUR PERBANKAN NASIONAL

Menurut Masyhud Ali, keenam pilar penyangga pada bangunan API (Arsitektur Perbankan
Indonesia) itu meliputi:
 Struktur perbankan domestic yang sehat yang mampu memenuhi kebutuhan masyarakat
dan mendorong pembangunan ekonomi nasional yang berkesinambungan.
 Sistem pengaturan dan pengawasan bank yang efektif dan mengacu pada standard
internasional.
 Industri perbankan yang kuat dan memiliki daya saing yang tinggi serta memiliki
ketahanan dalam menghadapi risiko.
 Terciptanya good corporategovermence (GCG) di perbankan sehingga memperkuat
kondisi internal perbankan nasional.
 Infrastruktur yang lengkap untuk mendukung terciptanya industry perbankan yang sehat.
 Terwujudnya pemberdayaan dan perlindungan konsumen jasa perbankan.
APLIKASI MANAJEMEN RISIKO
PERBANKAN
■ Salah satu hal untuk mengelola manajemen risiko pada suatu bank diterapkan aturan Basel
yang dikeluarkan The Basel Committee on Bank Supervision (BCBS) secara internasional.
Aturan Basel yang digunakan bank-bank di dunia saat ini adalah aturan Basel III. Aturan
Basel III dapat diterapkan dengan bantuan perangkat lunak bernama Financial Studio yang
diperkenalkan Financial Architects (FinArch).
■ Financial Studio dapat melakukan pengukuran risiko terkait kinerja risiko, pengelolaan
modal dan menajemen risiko, pengelollan kredit, dan pengukuran investasi jangka pendek.
■ Oracle Financial Services Liquidity Risk, aplikasi ini diperkenalkan oleh Oracle
Corporation. Aplikasi ini bisa membantu bank-bank menganalisa liquidity coverage ratio
(LCR) dan net stable funding ratio (NSFR) untuk memastikan kecukupan likuiditas saat
terdapat tekanan dalam skenario jangka pendek dan jangka panjang. Kegunaan aplikasi
Oracle Financial Services Liquidity antara lain:
1. Individual Liquidity Adequacy Standards of Financial services Authority
2. Oracle Financial Services Enterprise Case Management, (untuk mengidentifikasi dan
menganalisis kecurangan atau kejahatan keuangan didalam perbankan).
ANALISIS JURNAL
Judul Jurnal : PENGARUH MEKANISME GOOD CORPORATE
GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PERBANKAN
DENGAN MANAJEMEN RISIKO SEBAGAI VARIABEL
INTERVENING
Volume : 13
Nomor :1
Halaman : 13-24
Tahun Terbit: 2016
ISNN : Online: 2528-1127, Print: 1907-3011
Nama Penulis : Agus Setiawaty
Point Pembahasan:

1. Paradigma Penelitian
2. Jenis Penelitian
3. Tujuan Penelitian
4. Teori Literatur
5. Metode Penelitian
6. Hasil dan Analisa Pembahasan
7. Kesimpulan
Paradigma Penelitian

Penelitian dalam jurnal ini menggunakan paradigma Post-Positivism,


yaitu paradigma dimana penelitian dimulai dengan suatu teori,
mengumpulkan data yang mendukung atau menolak teori tersebut,
dan membuat revisi yang diperlukan, sehingga pengetahuan yang
dikembangkan didasarkan pada observasi yang cermat dan
pengukuran realitas yang objektif (Emzir, 2008). Penelitian dalam
jurnal ini menggunakan Post-Positivism karena ingin menjelaskan
pengaruh Good Corporate Governance terhadap kinerja perbankan
yang didasarkan pada teori dan studi yang sudah ada.
Jenis Penelitian

Penelitian dalam jurnal menggunakan jenis penelitian


kuantitatif, karena penelitian ini melibatkan penggunaan
computer, statistic, dan matematika untuk mendapatkan hasil
yaitu nilai komposit Good Corporate Governance yang
diperoleh dari hasil analisis faktor yang dibentuk oleh
beberapa indikator seperti dewan direksi, dewan komisaris,
juga menggunakan cara yang terstruktur untuk
mengumpulkan data yang diperoleh dari berbagai sumber.
Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui apakah good corporate governance


berpengaruh terhadap manajemen risiko perbankan.
2. Untuk mengetahui apakah good corporate governance
berpengaruh terhadap kinerja perbankan.
3. Untuk mengetahui apakah manajemen risiko
berpengaruh terhadap kinerja perbankan.
Teori Literatur

Dalam menjelaskan teori tentang pengaruh Good Corporate Governance


terhadap kinerja perbankan, penulis dalam jurnal ini mendasarkan
penelitiannya pada penelitian sebelumnya yang membahas tentang kinerja
perbankan yang dipengaruhi oleh manajemen risiko dan Good Corporate
Goverrnance .
Beberapa penelitian menemukan bahwa Good Corporate Governance
berpengaruh dalam penerapan manajemen risiko dalam suatu bank, seperti
hasil penelitian oleh Permatasari dan Novitasary (2014), Iannotta, et al
(2007), Laeven dan Levine (2009). Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa
mekanisme GCG mampu berperan dalam meningkatkan pengambilan risiko
sehingga manajemen risiko bank juga akan membaik.
Metode Penelitian
Metode analisa data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah dengan analisis regresi linier sederhana untuk
melihat pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen (ROA) dengan dimediasi oleh variabel
manajemen risiko. Sebelum melakukan uji regresi,
terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik, yang
bertujuan untuk mengetahui apakah data dalam
penelitian ini memenuhi asumsi-asumsi dasar. Hal ini
penting dilakukan untuk menghindari estimasi yang bias.
Hasil dan Pembahasan

Untuk mengetahui hasil hipotesis yang penulis jurnal lakukan, ia


menggunakan beberapa uji tes, yaitu: uji kormogorov-smirnov, uji
kelayakan model (uji F), uji koefisien determinasi, dan uji t.
Dalam uji kormogorov-smirnov, hasil yang ditemukan bahwa kedua
model manajemen risiko dan ROA berdistribusi normal karena nilai
asymp.sig lebih dari 0,05. Lalu untuk mengetahui apakah pengaruh
Good Corporate Governance terhadap Manajemen Risiko, penulis
mengujinya dengan uji F. Hasil uji F model manajemen risiko
sebesar 6.103 dengan sig F test sangat signifikan yaitu 0.015.
Lanjutan.....
Selanjutnya penulis jurnal menguji apakah pengaruh Good Corporate
Governance terhadap Kinerja dengan menggunakan uji yang sama.
Dalam uji F atas model GCG dan kinerja menunjukkan hasil yang
signifikan. Hal ini terlihat dari nilai F hitung sebesar 22.376 dengan
signifikansi F sebesar 0.000 yang berarti bahwa variabel GCG dan
ROA secara statistik adalah fit.
Yang terakhir penulis menguji apakah pengaruh Manajemen Risiko
terhadap Kinerja dalam hal ini penulis jurnal juga menggunakan
metode yang sama. Hasil menunjukan bahwa uji F model manajemen
risiko sebesar 106.262 dengan sig F test sangat signifikan yaitu 0.000.
Hal ini berarti variabel manajemen risiko dan variabel kinerja secara
statistik adalah fit.
Kesimpulan

Penelitian dalam jurnal ini menemukan bahwa manajemen


risiko berperan sebagai variabel intervening karena hasil
penelitian menunjukkan adanya pengaruh langsung variabel
GCG terhadap ROA maupun pengaruh tidak langsung GCG
terhadap ROA melalui manajemen risiko. Hasil penelitian juga
menunjukkan adanya pengaruh langsung dan tidak langsung
dari GCG terhadap Kinerja perbankan melalui manajemen
risiko. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah
dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai