Anda di halaman 1dari 9

AKUNTANSI SYARIAH

(Cinta Dalam Rahim Akuntansi)


Dosen : Yusiresita, M.Si

Kelompok 4 :
1. Eka Octavian Pranata (1636200066)
2. Givani Kurniawan (1646200087)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH


PLEMBANG
FAKULTAS EKONOMI BISNIS ISLAM
PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM
TAHUN 2019
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sombart (1924) telah lama menengarai bahwa akuntansi memiliki kekuatan
tersembunyi dan nyata yang powerful dalam meciptakan tatanan sosial dan ekonomi baru
yang disebut kapitalisme (Mathews and Perera 1993). Kapitalisme (dan perkawinannya
dengan ilmu pengetahuan) secara pasti telah melahirkan teknologi yang membawa
perubahan radikal dunia modern. Ilmu pengetahuan, teknologi, dan kapitalisme akhirnya
menjadi tiga pilar yang saling berperan (interplay) dalam membentuk jaringan
rasionalitas instrumental, rasionalitas efisiensi, birokrasi, dan kalkulasi cost/ benefit
untuk memerdekaan dan mencerahkan manusia sesuai dengan cita-cita pencerahan.
Semula Pencerahan berupaya untuk membebaskan manusia dari keterbelengguan
untuk menjadi manusia sejati, tetapi dalam kenyataannya justru manusia terperangkap
dalam belenggu yang lain, yaitu rasionalitas istrumental ilmu pengetahuan dan
kapitalisme. Manusia tergolek tidak berdaya karena rasionalitasnya sendiri dan bahkan
diperbudak oleh karya-karya rasionalitasnya, yaitu ilmu pengetahuan dan kapitalisme.
Lebih jauh, ternyata ilmu pengetahuan dan kapitalisme berinteraksi secara aktif
melalui gerak dialektis yang tak bisa dihindarkan. Sepadan dengan substansi dari gerak
dialektis ini, akuntansi juga merupakan ilmu pengetahuan dan praktik yang sama sekali
tidak dapat dipisahkan dengan kapitalisme. Dalam kaitannya dengan gerak dialektis ini,
maka bab ini menncoba mendeskripsikan akuntansi, yaitu suatu bentuk disiplin dan
praktik yang mempunyai kekuatan ”magic,” yang mampu menghipnostis jalan pikiran
manusia, mendikte keputusan-keputusan manusia, dan memperbudak manusia. Deskripsi
dimulai dengan episode carut-marutnya kapitalisme, dilanjutkan dengan deteksi karakter
akuntansi, dekonstruksi akuntansi, dan peran nilai cinta-kasih akuntansi dalam upaya
membentuk masyarakat dengan jaringan realitas profetik-ilahiyat (jaringan kuasa
ontologi tauhid).
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan Pengertian Cinta Dalam Akuntansi Syariah ?
2. Bagaimana Karakter Akuntansi ?
3. Jelaskan Peran Cinta-Kasih Akuntansi ?
4. Sebutkan dan Jelaskan Bentuk-Bentuk Akuntansi ?

PEMBAHASAN

A. Pengertiaan Cinta Dalam Akuntansi Syariah


Akuntansi modern selama ini selalu didasarkan pada kepentingan self interest
rasional, han ya berfikir untuk kepentingan diri sendiri, tanpa berfikir cinta yang lebih
luas. Cinta yang utama adalah untuk diri sendiri, sedangkan cinta untuk orang lain adalah
hanya akan diperhitungkan ketika dirinya mendapat manfaat.
Akuntansi dengan demikian perlu membebaskan dirinya dari jarring-jaring cinta
egois. Cinta seperti digambarkan antara takwa sebagai bagian pembebasan diri dari
metidak adilan dan ketertindasan.
Cinta menurut mulawarman adalah landasan utama segala sesuatu termasuk
akuntansi. Inti iman sebenarnya adalah cinta. Cinta juga sebernya mrupakan unsur utama
dari fungsi manusia sebagai abd’ Allah ibn taimiyah sebagaimana dikutip basyir
memberikan pengertian ibadah sebagai ketundukan mulak kepada Allah Swt disertai
cinta sepenuhnya kepadanya. Dari pengertian ibadah, yaitu ketundukan dan cinta. Unsur
pertama, yaitu ketundukan. Ketundukan berkenaan kewajiban melaksanakan aturan
aturan Allah baik berupa perintah perintah maupun larangan. Unsur kedua adalah cinta
kepada allah. Ketundukan menjalankan perintah allah haruslah timbul dari hati yang
penuh cinta kepada Allah. Cinta kepada Allah adalah cinta utama. Tidak ada kecintaan
yang paling tinggi selain cinta kepaa Allah.
Menurut iqbal melihat cinta ilahiah sebagai alat untuk menemui Allah. Cinta dalam
bahasa Al-Qur’an adalah “orang orang yang beriman sangat dalam kencintaan mereka
kepada Allah.” Bahkan rasulullah menungkapkan “orang-orang yang benar-benar
beriman ketika aku dan Allah yang paling dicntai bagimu.” Cinta awal dari cinta yaitu
merasakan pesona dan pada tingkat yang lebih tinggi adalah kerinduan tak pernah padam
kepada yang dicinta. Tingkat conta tertinggi hanya dapat dicapai oleh rasulullah karena
beliau dianugrahi engan tingkat cinta tertinggi.
Akuntansi dengan cinta tidak lagi bersifat “lips-service” tetapi lebih bersifat
aksiologis-etis-religius. Artinya, akuntasi yang dibangun adalah akuntansi berbasis cinta
dan moralitas serta mengarah pada nilai-nilai religiu. Cinta hakiki adalah cinta akhlak
istana dari sifat raja, yaitu cinta dalam ari hakikat. Cinta hakiki diperlukan sebagai tujuan
dalam akutansi. Cinta dalam akuntansi bukan hanya cinta materi. Cinta yang dibutuhkan
dalam akuntansi adalah truly love, byperlove, cinta melampaui. Cinta melampaui
merupakan bentuk pemahaman utuh tentang hubungan yang didasari hubungan mesra,
kesabaran, saling percaya dan kejujuran, serta menghilangkan kecurigaan, penghianatan
dan bersifat religious. Cinta melampaui berorientasi ke[ada seluruh semesta, baik diri,
manusia, social, lingkungan dan terutama kepada tuhan. Itulah akuntabilias akuntansi
dengan cinta. (Aji, 2006: 107-109)
B. Karakter Akuntansi
Jaringan kerja dan relasi-relasi yang dibentuk kapitalisme tidak saja mengubah
perilaku seperti yang diuraikan diatas, tetapi juga mewarnai bentuk akuntansi yang
disebut-sebut sebagai instrumen penting dalam dunia bisnis. Akuntansi dalam lingkungan
tersebut menjadi tidak berdaya dan mau tidak mau tergilas dan terseret oleh kapitalisme.
Selaras dengan pandangan ini Tricker (1978:8) mellihat akuntansi sebagai anak dari
budaya di mana akuntans itu berada. Dengan kata lain, akuntansi dibentuk oleh
lingkungannya melalui interaksi sosial sangat kompleks. (complicated social interaction)
(lihat misalnya Morgan, 1998; Hines, 1998; dan Francis, 1993)
Hakikatnya adalah jelas, akuntansi laksana pedang bermata dua. Ia dapat dibentuk
oleh lingkungannya (social constructed) dan sekaligus membentuk lingkungannya
(social construction). Ini akhirnya dapat dijadikan sebuah kepastian bahwa akuntansi
bukanlah suatu bentuk ilmu pengetahuan dan praktik yang bebas dari nilai (value-free),
tetapi sebaliknya ia adalah disiplin dan praktik yang sangat sarat dengan nilai.
Klaim terhadap eksistensi nilai universal boleh dikatakan merupakan sebuah ciri
yang dimiliki oleh akuntansi modern atau modernitas. Klaim ini adalah salah satu bentuk
“logosentrisme”, yaitu sistem pola berpikir yang mengklaim adanya legitimasi dengan
referensi kebenaran universal dan eksternal (Rosenau, 1992:xii). Logosentrisme ini
terutama dicirikan dengan : pertama, pola berpikir oposisi biner (dualistik, dikhotomis)
yang hierarkis, dan kedua ilmu pengetahuan positivistik yang mekanis, linier, dan bebas-
nilai.
Dengan demikian, dapat dimengerti bahwa logosentrisme sebagai produk
modernisme mempunyai ciri “penunggalan” melalui universalitas. Konsekuensi dari
penunggalan ini adalah bahwa “sang lain” (the others) yang berada di luar dirinya akan
selalu disubordinasikan, dieliminasikan, dan jika mungkin harus “dibunuh”. Berbeda
dengan modernisme yang dicirikan oleh loogosentrisme, posmodernisme mengakui dan
berusaha menciptakan “kemajemukan” dengan menempatkan “sang lain” pada relasi
yang bersifat terbuka.

C. Peran Cinta-Kasih Dalam Akuntansi


Destruksi yang ditimbulkan oleh akuntansi pada dasarnya dapat dieliminasi dengan
memasukkan nilai cinta. Cinta adalah karakter Tuhan yang membawa kedamaian. Dalam
Al-Qur’an dikatakan:
Apabila orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami itu datang kepadamu, maka
katakanlah: “salaamun-alaikum. Rabbmu teloah menetapkan atas diri-Nya kasih
sayang, (yaitu) bahwasanya barangsiapa yang berbuat kejahatan di antara kamu
lantaran kejahilan, kemudian ia bertaubat setelah mengerjakannya dan mengadakan
perbaikan, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penysetelah
mengerjakannya dan mengadakan perbaikan, maka sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al-An’am [6]: 54)
Karakter ini juga terdapat pada diri manusia sebagai wakil-Nya di bumi seperti
yang diungkapkan dalam ayat berikut ini.

Sesungguhnya orang-orang beriman dan beramal saleh, kelak Allah Yang Maha
Pemurah akan menanamkan dalam (hati) mereka kasih sayang. (QS. Maryam [19]: 96)
Dan Aku telah melimpahkan kepadamu kasih sayang yang datang dari-Ku; dan supaya
kamu diasuh di bawah pengawasan-Ku. (QS. Thala [20]: 39)
Akuntansi harus dapat memenggal kepala “ego”nya yang besar dan menumbuhkan
tanaman altruisme agar dapat menciptakan kedamaian dalam realitas kehidupan bisnis.
Akuntansi harus mengurangi “kejantanan”nya dan menumbuhkan “kebetinaan”nya
dengan menggunakan sudut pandang yang lain, yaitu holistic worldview.
Pemahaman atas realitas sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Realitas
Absolut akan mengarahkan kita pada pemahaman bahwa tujuan ilmu pengetahuan
(akuntansi) dalam tradisi Islam adalah: mempelajari karakter nyata dari segala sesuatu
yang diciptakan Tuhan, menunjukkan hukum-hukum alam dan sosial yang integral
sebagai refleksi dari ke Esaan Tuhan (Bakar, 1994, 83), dan memahami eksistensi
Realitas Tertinggi. Ini berarti bahwa ilmu pengetahuan diarahkan pada pemahaman yang
mendalam tentang Sang Pencipta, tujuan akhir dari semua yang ada.
Pemahaman yang komperehensif ini jelas berbeda dengan pemahaman yang
dimiliki oleh akuntansi mainstream. Secara umum, pemahaman akuntansi mainstream
atas realitas terbatas pada realitas materi. Realitas materi biasanya dicirikan oleh sifatnya
yang konkret, nyata, dapat diukur, berada di luar diri subjek, dan dianggap sebagai
realitas tunggal.

D. Dekonstruksi Bentuk-Bentuk (Eksoteris) Akuntansi


1. Egoisme Akuntansi Mainstream
Akuntansi mainstream dengan kepala egomya direfleksikan dalam bentuk
konsep income. Dengan ego yang tertanam dalam dirinya, praktik akuntansi
menekankan pada terciptanya income bagi pemegang saham. Pandangan tidak lain
adalah pandangan entity theory. Menurut pandangan teori ini, perusahaan akan eksis
bila ia mampu menciptakan profit/income. Dan income ini semata-mata
diperuntukkan pada pemegang saham (the concept of income for stockholders).
Konsep entity theory menganggap entitas sebagai sesuatu yang terpisah dan
berbeda dari pihak penanam modal dalam perusahaan. Unit usaha menjadi pusat
perhatian yang harus dilayani, bukannya pemilik. Entitas dikonsepsikan memiliki
eksistensi terpisah. Paton mendeskripsikan entity theory dalam dua asumsi dasar.
Pertama, investasi dan keputusan finansial adalah independen. Kedua, nilai
perusahaan tidak dipengaruhi oleh tipe atau berbagai tipe modal dalam struktur
modal.
Eksistensi yang terpisah dalam teori ini merupakan sesuatu yang terpisah dan
berbeda dari pihak yang menyediakan modal pada entitas. Unit bisnis, bukan
pemilik, merupakan pusat kepentingan akuntansi. Unit bisnis memiliki sumber daya
perusahaan dan bertanggung jawab kepada pemilik maupun kreditor. Persamaan
akuntansi dari konsep entity theory sebagai berikut:
Asset = Equity Asset
Asset = Liability + Stockholder’s Equity
Secara eksplisit, dalam hal ini, Kam (1990, 315) mengatakan bahwa “the
traditional accounting income is a measure of the wealth created for the benefit of
the stockholders.” Memperuntukkan income semata-mata kepada pemegang saham
merupakan bentuk pandangan yang sangat sarat dengan nilai egoisme. Nilai ini tidak
lain adalah nilai yang dimiliki oleh Yang. Nilai ini selanjutnya akan berkembang
menjadi ekspansif, yang dalam Neraca terlihat pada Laba yang Ditahan.
2. Internalities Akuntansi Mainstream
Implikasi lain dari sifat egoistik yang dimiliki oleh akuntansi mainstream
adalah terletak pada konsepnya yang hanya mengakui biaya-biaya pribadi (private
costs) yang kerap disebut internalities-sebagai lawan dari externalities (public costs)
yang meliputi biaya-biaya polusi tanah, air udara, dan suara. Sementara ini,
akuntansi mainstream tidak bertanggung jawab terhadap public costs yang terjadi
akibat aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan, tetapi sebaliknya yang menanggung
adalah masyarakat (dan alam) secara keseluruhan (Mathews, 1993: 130-1). Belum
banyak upaya yang dilakukan oleh peneliti akuntansi untuk mengembangkan pada
suatu bentuk akuntansi yang dapat mempertanggungjawabkan public costs ini.
Salah satu upaya yang sedang dikembangkan untuk menginternalisasikan
public costs ini adalah dengan konsep Total Impact Accounting (TIA). TIA adalah
bentuk akuntansi yang mencoba menampilkan 2 jenis biaya yang dikeluarkan dalam
menjalankan operasi perushaan, yaitu private dan public costs.
PENUTUP

Kesimpulan
Ego akuntansi mainstream dapat menebarkan konsekuensi yang sangat imperatif
terhadap realitas yang diciptakan. Dengan ego, realitas yang sangat mungkin tercipta adalah
realitas berdasarkan pada nilai “rasionalitas-tujuan” (zweckra-tionalitat) yang tidak saja
mengeksploitasi manusia, tetapi juga alam semesta. “Rasionalitas-tujuan” dapat dilebur jika
cinta hadir dan memancarkan sinar. Dengan cinta, realitas kehidupan manusia akan sarat
dengan kasih sayang, sarat dengan nilai kesadaran ketuhanan (divine consciousness), dan
sarat dengan nilai tauhid.
Akuntansi modern selama ini selalu didasarkan pada kepentingan self interest
rasional, han ya berfikir untuk kepentingan diri sendiri, tanpa berfikir cinta yang lebih luas.
Cinta yang utama adalah untuk diri sendiri, sedangkan cinta untuk orang lain adalah hanya
akan diperhitungkan ketika dirinya mendapat manfaat. Akuntansi dengan demikian perlu
membebaskan dirinya dari jarring-jaring cinta egois. Cinta seperti digambarkan kantara
takwa sebagai bagian pembebasan diri dari metidak adilan dan ketertindasan.

DAFTAR PUSTAKA

Bakar, Osman. 1994. Tauhid & Sains: Esai-Esai tentang Sejarah dan Filsafat Sains Islam.
Bandung: Pustaka Hidayah

Kam, Vernon. 1990. Accounting Theory. New York: John Wiley and Sons.

Mathews, MR and MHB Perera. 1993. Accounting Theory and Development. Melbourne :
Thomas Nelson Australia.

Mathews, MR. 1993. Socially Responsible Accounting. London: Chapman and Hall.
Mulawarman, Dedi, Aji. 2006. Akuntansi Syariah, Teori Konsep dan Laporan Keuangan,
singosari : PT. Grafindo,

Rosenau, Pauline M. 1992. Post-modernism and the Social Scienes: Insights, Inroads, and
Instructions. New Jersey: Princeton University Press.

Tricker, RI. 1978. Research in Accounting. Arthur Young Lecture No. 1. University of
Glasgow Press.

Triyuwono, Iwan. 2015. Akuntansi Syariah : Perspektif, Metodologi, dan Teori. Jakarta:
Rajawali Pers.

Anda mungkin juga menyukai