Anda di halaman 1dari 9

MODUL

Mata Kuliah Pendidikan Karakter


Disajikan pada pertemuan ke-6
Dosen Pengampu

Dr. Ahmad Kosasih, M.A

Judul Materi:
Aliran-Aliran Perilaku Dan Karakternya

Learning Outcomes
Mengenal, memahami, menganalisis dan membuat kesimpulan materi tentang
aliran-aliran yang membentuk dan mempengaruhi perilaku dan implementasinya
dalam kehidupan nyata

Aliran-Aliran Perilaku Dan Karakternya


A. Materi

Secara filosofis, tingkah laku lahir dari paham-paham dan pandangan hidup
seseorang. Misalnya kiprah berpolitik seorang politisi merupakan cerminan dari
visi dan misi yang dirumuskannya, sedangkan visi dan misi itu merupakan lahir
dari ideologi yang dianutnya. Secara filosofis karakter manusia dapat dilihat dari
aliaran-aliran terdapat dalam filsafat. Yaitu sebagai berikut.

1
1. Positivisme

Positivisme doperkenalkan oleh Auguste Comte (1798-1857) yang


tertuang dalam karya utamanya Cours de Philosophic Positive. Kaum positiv
percaya bahwa masyarakat merupakan bagian dari alam, dan metode penelitian
empiris dapat dipergunakan untuk menemukan hukum-hukum kedidupan alamiah.
Kebanyakan kelompok positiv dari kalangan orang-orang yang progresif, yang
bertekad mencampakkan tradisi irasional dan memperbarui masyarakat menurut
hukum-hukum alam sehingga menjadi lebih rasional.

Kaum positiv percaya bahwa penemuan hukum-hukum alam menampilkan


batas-batas pasti yang inheren dalam kenyataan sosial. Dalam pandangan
positivisme, masyarakat sebagai keseluruhan organik dalam kenyataannya lebih
dari sekadar jumlah bagian yang saling tergantung. Masyarakat merupakan bagian
dari alam seperti halnya gejala fisik, maka untuk memperoleh pengetahuan
tentang masyarakat diperlukan pengetahuan empiris dari ilmu-ilmu alam lainnya.
Melalui pandangan positivisme tersebut karakter manusia adalah bagian penting
dari akhlak masyarakat. Akhlak masyarakat pada dasarnya berlaku secara alamiah
dan dipengaruhi oleh lingkungannya. Karena itu akhlak masyarakat dapat diteliti
secara empiris, rasional dan objektif. Masyarakat yang baik akhlaknya adalah
masyarakat yang berperilaku secara alamiah dan selalu berkaitan dengan
keseluruhan anggota masyarakat yang sifatnya tradisional. Di sisi lain, menurut
aliran ini bahwa ahlak buruk suatu masyarakat adalah yang bertingkah laku
dengan cara-cara mempertahankan hal-hal yang tidak masuk akal, teologis dan
mistis. Semakin kuat akhlak masyarakat, semakin kuat pula meninggalkan
pandangan teologis dan metafisisnya.

2. Organisme

Dalam aliran organisme, masyarakat secara keseluruhan lebih dari sekadar


jumlah dari bagian-bagian dan oleh karenanya suatu masyarakat hanya dapat
dimengerti sebagai totalistas bukan dari bagian-bagiannya. Masyarakat yang benar
hanya dapat mempertahankan kebenarannya jika memahami fungsi-fungsi sosial
sebagaimana memahami fungsi-fungsi biologis. Individu hanya bagian dari
kelompok, karena itu pemahaman terhadap organ tubuh merupakan pemahaman
tentang keseluruhan fungsi organik.

Dalam perspektif organisme, usaha untuk membentuk pembaharuan akan


mengganggu keutuhan masyarakat yang alamiah dan tradisional noramtif. Mereka
sangat takut terhadap bayang-bayang masyarakat yang bukan masyarakat
sebenarnya, tetapi sekedar massa individu tanpa ikatan moral. Mereka takut
bahwa tekanan positiv pada pembaharuan dan kepentingan dari individual yang

2
mengatasnamakan rasio. Bagi organisme, individualisme akan menghancurkan
dasar-dasar tatanan sosial dengan merombak konsensus moral yang mengikat
individu yang terdapat dalam berbagai tradisi suatu masyarakat yang sudah
terakumulasi dan sudah menjadi hidup masyrakat secara turun-temurun.

Menurut aliran organisme, masyarakat yang ideal bertahan dengan


kesepakatan organiknya, yaitu kekeluargaan, gotong royong, dan tidak
memisahkan kepentingan individu dan kepentingan sosial secara umum. Oleh
karena itu, akhlak masyarakat paling menentukan nilai baik dan buruk.
Kebudayaan masyarakat hancur dan tidak berdaya guna disebabkan oleh
penyimpangan individual yang mengatasnamakan masyarakat. Organisme
berpandangan bahwa terdapat saling ketergantungan yang harmonis antara
“bagian-bagian” masyarakat dan sumbangannya terhadap bertahannya stabilitas
sosial. Dalam sejarahnya, manusia dapat bersatu karena adanya kepercayaan
teologis yang sama. Oleh karena itu, organisis melihat agama sebagai sumber
utama solidaritas sosial dan konsensus yang kuat secara normatif.

Pentingnya agama dalam mendukung solidaritas sosial dilihat dalam


kenyataan bahwa otoritas politik dan agama berhubungan erat, bahkan setelah
pemisah institusional antara kekuasaan dunia dan spiritual, dukungan kekuasaan
spiritual umumnya dimintakan untuk memperkuat dan melegitimasi kekuasaan
duniawi. Singkatnya, secara tradisional agama merupakan institusi pokok yang
mendahulukan altruisme daripada egoisme. Tingkah laku individu dipengaruhi
dan dibentuk oleh lingkungan sosialnya, sehingga satuan masyarakat berasal dari
hubungan antarindividu yang membentuk keluarga. Dalam keluarga, individu
diperkenalkan pada masyarakat. Karena tingkat keakraban dalam keluarga
demikian tingginya, insting dasar individu dibentuk oleh perasaan sosial yang
dominan dalam keluarga itu. (altruisme >< egoisme).

Keteraturan sosial juga bergantung pada pembagian pekerjaan dan kerja


sama ekonomi. Individu-individu menjalankan kegiatan ekonomi untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan individunya. Akan tetapi, begitu pembagian
pekerjaan muncul, partisipasi individu dalam kegiatan ekonomi menghasilkan
kerja sama, kesadaran dan saling ketergantungan dan muncul ikatan-ikatan sosial
yang baru. Pembagian pekerjaan akan meningkatkan hubungan indrustrial
bagaikan sebuah mesin yang ditopang oleh berbagai komponen yang saling
keterkaitan antara satu dan yang lainnya. Hal itu mengakibatkan bertambahnya
spesialisasi yang pada sisi lain mendorong munculnya individualisme.

Apabila dipahami secara lebih mendalam, pandangan organisme akan


membentuk akhlak masyarakat, karena kehidupan individu tidak akan terlepas
dari kehidupan individu lainnya. Hal itu akan mendorong munculnya akhlak

3
sosial yaitu saling menghargai kelebihan orang lain karena hidup saling
membutuhkan. Kemudian terjalinnya hubungan antar individu menjadi bangunan
keluarga dan masyarakat. Oleh sebab itu, akhlak masyarakat menjadi sangat
normatif. Akhlak yang menyimpang dari kesepakatan dan tradisi normatif akan
menjadi virus jahat yang mempengaruhi bangunan utuh kemasyarakatan. Oleh
sebab itu, harus dijauhkan dari tatanan kehidupan sosial.

3. Pragmatisme

Pragmatisme berasal dari kata pragma (bahasa Yunani) yang berarti


tindakan atau perbuatan. Pragmatisme adalah aliran dalam filsafat yang
berpandangan bahwa kriteria kebenaran dilihat dari kegunaan bagi
kehidupan nyata. Pragmatisme berpandangan bahwa substansi kebenaran adalah
jika segala sesuatu memiliki fungsi dan manfaat bagi kehidupan. Misalnya,
beragama sebagai kebenaran, jika agama memberikan kebahagiaan. Tokoh utama
pragmatisme adalah William James lahir di New York City pada tahun 1842 M
dan wafat pada tahun 1910 M. pandangan pragmatisme yang paling utama adalah
nilai dan konsep tentang akibat suatu perbuatan. Kebenaran suatu perbuatan
bergantung pada kerja dan akibatnya. Pertimbangan suatu akhlak itu benar
bila bermanfaat bagi pelakunya.

Semua karakter dan perbuatan manusia diukur oleh nilai dan


kegunaannya. Oleh sebab itu, jika akhlak tidak melahirkan akibat nilai dan
kegunaan, akhlak tersebut adalah bentuk keburukan bagi orang yang
melakukannya. Nilai dan kegunaan dapat bersifat material ataupun immateriil,
sebagaimana perilaku para pekerja yang dengan pekerjaanya akan mendatangkan
kesejahteraan. Hal-hal ini yang tidak berguna, tidak mendatangkan kesejahteraan,
dan tidak masuk akal sebaiknya dihindari. Sebagaimana dalam agama-agama
yang hanya penuh dengan janji-janji irasional dan metafisikal. Oleh sebab itu,
berbuatlah yang pasti, yang secara praktis memberikan manfaat secara langsung
pada kehidupan yang nyata. Jadi, tidak perlu harus menunggu pahala di akhirat
yang tidak jelas. Perbuatan demikian akan dikalahkan oleh seorang pedagang
kecil, yang menjual dagangannya dan langsung menerima keuntungannya secara
kontan.

4. Humanisme

Humanisme menurut Ali Syariati (1992:39) berkaitan dengan eksistensi


manusia. Humanisme merupakan aliran dari bagian filsafat yang menyatakan
bahwa tujuan pokok dari segala sesuatu adalah demi kesempurnaan
manusia. Aliran ini memandang bahwa manusia adalah makhluk mulia yang
semua kebutuhan pokok diperntukkan untuk memperbaiki spesiesnya.

4
Karakter kaum humanis selalu mengedepankan kepentingan tertinggi adalah
manusia. Oleh sebab itu, ajaran agama, tuhan dengan segala tuntutannya kepada
manusia dan negara yang mengatur kebebasan manusia, semuanya harus
dilenyapkan karena telah mendahului kepetingan manusia. Di dunia ini tidak ada
lagi yang paling penting, kecuali manusia.

Pandangan humanis telan menjangkau filasafat tertinggi sekaligus menjadi


bagian yang tidak terpisahkan dari eksistensialisme, yang di dalamnya berprinsip
pada nilai-nilai luhur kemanusiaan. Manusialah tujuan utama perbuatan, dan
seluruh perbuatan ditujukan kepada manusianya. Dalam pandangan humanisme
Tuhan tidak membutuhkan akhlak manusia. Lebih baik tuhan mengurus dirinya
daripada ikut campur dengan urusan manusia yang terus berkembang dan begerak
secara progresif.

Humanisme telah mengambil moral kemanusiaan seluruhnya dari agama,


tetapi menolak atau menyingkirkan agama. Humanisme menyatakan bahwa
pendidikan spiritual dan keutamaan moral, dapat dicapai tanpa harus menganut
agama dan meyakini adanya Tuhan.

5. Kapitalisme

Kapitalisme adalah aliran filsafat ekonomi yang paling dibenci oleh


sosialisme yang berawal dari humanisme. Diantara tokoh utama yang sangat benci
pada kapitalisme adalah Karl Marx. Menurut Marx, kapitalisme telah melakukan
dehumanisasi besar-besaran dengan pandangan dan serangannya yang hebat.
Kapitalisme berpandangan bahwa melalui kekuatan modal, seluruh manusia
dapat ditundukkan. Jadi, ukuran baik dan buruknya seseorang dalam
prinsip kapitalisme sangat bergantung pada kekayaanya. Jika seseorang itu
memiliki kekayaan, siapa pun dapat ia singkirkan. Orang-orang miskin dengan
mudah dibeli dan dijadikan robot kaum kapitalis, negara-negara berkembang akan
dibebani utang-utang yang semakin menumpuk yang dipinjam dari negara
kapitalis. Kaum borjuis akan terus menzalimi kaum proletar. Oleh sebab itu, Karl
Marx melahirkan rumusan teoritis tentang perlunya menghancurkan kapitalisme.
Melalui sosialismenya, Karl Marx mengajarkan kebersatuan kaum proletar untuk
menghancurkan kapitalisme.

Penganut ajaran Karl Marx yang disebut Marxisme berpandangan bahwa


etika tidak ada sangkut pautnya dengan pemasangan norma-norma abstrak
dan daftar-daftar kewajiban. Urusan etika adalah hal kebaikan. Kebaikan
adalah motivasi-motivasi yang bebas dan kreatif, yang tidak memerlukan tekanan
dari dalam atau perlidungan atau paksaan dari luar, yaitu kegiatan-kegiatan tanpa
pamrih yang tidak takut pengetahuan dan tidak memerlukan kekeliruan. Adapun

5
kejahatan-kejahatan, meskipun tidak dapat dipunahkan, bersifat benalu terhadap
yang baik. Kejahatan tidak hanya konflik dengan yang baik, tetapi juga dengan
kejahatan yang lain; kejahatan dilakukan demi pamrih berlawanan dengan sikap
tanpa pamrih, represif bertentangan dengan kebebasan, kejahatan bertentangan
dengak sikap produktif. Kebaikan bersifat universal, sedangkan kejahatan bersifat
partikular. (Franz Magnis, 1992:126)

Marxisme menolak jenis-jenis norma dan moral dari luar, dalam arti
menolak tuntutan-tuntutan hukum dan kewajiban yang datang dari agama,
penguasa dan apapun namanya. Moralitas sperti itu menunjukkan bahwa
masyarakat sudah tidak utuh, terasing dari hakikatnya. Manusia yang tunduk
pda moralitas eksternal adalah manusia yang tdiak etis dan gagal
memprtahankan moralnya yang asli. Masyarkat yang di cita-citakan Marxi
bersifat sosial, utuh, terbuka, dan berkarya mengikuti panggilan kemanusiaannya.
Negara yang mengatur moral manusia adalah kejahatan yang harus
dienyahkan.

Marxisme memahami manusia sebagai makhluk objektif. Maksudnya,


manusia akan memerlukan diri dalam dunia alamiahnya. Manusia baru menjadi
nyata apabila ia mengobjektifkan diri ke dalam dunia sekaligus harus disesuaikan
dengan kebutuhan manusia. Untuk itu, manusia harus bekerja. Masyrakat adalah
simbol kekuasaan dan kekuatan. Oleh karena itu, agama dan negara tidak
dibutuhkan jika membebani manusia dengan standar moral yang diciptakan
secara paksa. Moralitas manusia telah ada dalam diri manusia, bukan berasal dari
agama dan negara.

Menurut marxisme, manusia selalu menemukan diri dalam struktur-


struktur sosial tertentu, dan struktur-sturuktur itu merupakan kerangka acuan bagi
tindakan-tindakannya. Keselamatan masyarakat dapat terwujud jika hak milik
pribadi atas alat-alat produksi dihapus. Manusia diberdayakan oleh dirinya sendiri
sehingga interaksi antar manusia tidak diperlukan.

6. Matrealisme

Matrealisme adalah aliran dalam filsafat yang mengatakan bahwa


yang penting ada dan selalu benar adalah materi. Manusia adalah materi yang
akan hancur, dan setelah itu tidak ada lagi kehidupan baru. Seluruh alam ini akan
hancur dan mengalami perubahan struktur, seperti batu menjadi pasir, pasir
menjadi debu, dan debu berterbangan ditiup angin. Bagi penganut matrealisme,
akhlak manusia bertujuan mengejar materi karena manusia sangat
mementingkan materi yang merupakan unsur dirinya sendiri. Matrealisme
tidak mempercayai adanya kehidupan setelah dunia karena kehancuran

6
dunia adalah kehancuran materi. Oleh karena itu, tidak ada tuhan, jika yang
dimaksudkan bahwa tuhan bukan materi. Dari sinilah lahirlah ateisme.

7. Naturalisme

Tokoh utama aliran naturalisme adalah Zeno (340-284 SM) seorang ahli
pikir Yunani yang terkenal dengan perguruan dan aliran “Stoa”. Menurut
Naturalisme, akhlak yang baik adalah akhlak yang sesuai dengan fitrah
alamiah manusia. Fitrah adalah naluri kemanusiaan yang sudah ada sejak
manusia dilahirkan. Aliran naturalis bependirian bahwa segala sesuatu dalam
dunia ini menuju tujuan tertentu. Dengan memenuhi panggilan natur, setiap
sesuatu akan sampai pada kesempurnaan. Benda-benda dan tumbuh-tumbuhan
menuju tujuan yang satu, tetapi dapat dicapai secara otomatis tanpa pertimbangan
atau perasaan. Hewan menuju tujuan dengan naluri kehewanannya, sedangkan
manusia menuju tujuannya dengan akal pikirannya. Karena akan menjadi wasilah
bagi manusia untuk mencapai tujuan kesempurnaan, manusia harus melakukan
kewajibannya dengan berpedoman pada akal. (Hamzah Ya’ qub, 1988: 43)

Etika menurut naturalis dasar-dasar umum untuk bertindak dan hidup yang
tepat. Kemudian melaksankan dasar-dasar itu dalam kehidupan. Pelaksanaan yang
tepat dari dasar-dasar itu adalah jalan untuk mengatasi segala kesulitan dan
memperoleh kesenangan dalam penghidupan. Tujuan hidup yang tertinggi
adalah memperoleh harta yang terbesar nilainya, yakni kesenangan hidup.
Manusia menurut pembawaannya dapat berbuat lebih dari binatang. Ia dapat
membanding dan menentukan sesuai dengan sifatnya yang terletak pada
kemampuan menimbang secara rasional dengan tepat. Di sini manusia dapat
menjadi jahat karna kehidupannya tidak didasarkan pada naluri alamiahnya.
Kejahatan adalah penyakit dan negara wajib membasmi kejahatan karena akan
menghancurkan nilai-nilai kebahagiaan yang sejati dan alamiah.

8. Hedonisme

Tokoh utama aliran hedonisme ialah Epikuros (241-270 SM). Ia lahir di


Samos pada tahun 341 SM dan meninggal di Athena pada tahun 217 SM dalam
usia 70 tahun. Menurutnya, filsafat harus merintis jalan kepada kesenangan hidup.
Bahwa tujuan hidup manusia adalah kelezatan dan kelezetan hidup terdiri
dari tiga macam yaitu: a. kelezatan primer yaitu kebutuhan pokok, b.
kelezatan sekunder yakni setelah kebutuhan pokok terpenuhi, c. kelezatan
tersier yang merupakan yang melebihi akal sehat seperti mencari
kemewahan dan harta kekayaan yang berlimpah. Ajaran etika epikuros ialah
mencari kesenangan hidup. Kesenangan hidup menurutnya merupakan
barang yang paling tinggi nilainya. Mencari kesenangan hidup tidak berarti

7
tanpa memiliki kekayaan dunia sebanyak-banyaknya tanpa menghiraukan
orang lain. Kesengan hidup berarti kesenangan badaniah dan rohaniah. Jika
badan terasa enak, jiwa merasa tentram. Kesenangan yang paling penting dan
paling mulia adalah kesenangan jiwa, karena kesenangan jiwa meliputi masa
sekarang, masa lampau dan masa yang akan datang.

Tujuan etik epikuros adalah memperkuat jiwa untuk menghadapi segala


macam keadaan. Dalam suka dan duka, perasaan manusia hendaklah sama. Ia
tetap berdiri sendiri dengan jiwa yang tenang, pandai memelihara tali
persahabatan. Pengikut Epikuros tidak mengeluh dan menangis jika orang yang
dicintainya meninggal dunia. Bagi Epikorus kematian itu tidak ada dan tidak perlu
menangisi ketiadaan.

9. Rasionalisme

Aliran rasionalis muncul dari Rene Descartes, tokoh rasionalisme yang


dianggap sebagai bapak aliran filsafat modern. Disamping seorang tokoh
rasionalisme, iapun sebagai filsuf yang ajaran filsafatnya sangat populer, karena
pandangannya yang tidak pernah goyah, tentang kebenaran tertinggi berada pada
akal atau rasio manusia. Rasionalisme adalah paham filsafat yang mengatakan
bahwa akal (reason) adalah alat terpenting untuk memperoleh pengetahuan.
Menurut rasionalis, rasio merupakan sumber kebenaran. Hanya rasio yang dapat
membawa orang pada kebenaran. Yang benar hanyalah tindakan akal yang terang-
benderang yang disebutnya Ideas Claires el Distinctes (pikiran yang terang-
benderan dan terpilah-pilah). Idea terang-benderang ini pemberian Tuhan sebelum
orang dilahirkan (idea innatae = ide bawaan). Sebagai pemberian Tuhan, tidak
mungkin tidak benar. Salah satu ungkapannya yang terkenal ialah Cogito ergo
sum (Aku berpikir maka aku ada). Menurut aliran rasionalisme, pengetahuan
diperoleh dengan cara berpikir sehingga akhlak manusia yang benar adalah
yang didasarkan pada rasio, bukan pada pengalaman.

10. Teologis

Aliran teologis adalah aliran yang mengatakan bahwa kebenaran berpusat


dari tuhan sehingga manusia yang berakhlak baik adalah yang mengikuti hukum-
hukum Tuhan. Salah satu tokoh aliran ini adalah Augustinus. Imanuel Kan juga
termasuk pendukung aliran teologis ia bahkan ia menganggap Tuhan itu adalah
sesuatu yang Maha Bermoral dan sumber moral. Pandangan ini terdapat pada
ajaran agama pada umumnya. Dalam Islam sumber moral itu adalah wahyu Allah
baik berupa Al-Qur`an maupun perkataan Rasulnya yang disebut sunnah. Standar
baik dan buruknya tindakan seseorang adalah nilai-nilai yang terkandung dalam
Al-Qur`an dan Sunnah seperti yang tercermin pada diri Rasululllah SAW. Jadi

8
aliran teologis ini adalah aliran yang didasarkan pada keyakinan agama bukan
pemikiran rasional.

B. Tugas
1. Jelaskan jalan pikiran dari masing-masing aliran perilaku sebagaimana
yang disebutkan di atas!
2. Buatlah ringkasan dari aliran-aliran tersebut beserta contoh konkrit
dalam kehidupan sehari-hari anda, berbentuk narasi, masing-
masingnya minimal satu paragraph untuk 1 (satu) point!
3. Anda diminta mempresentasikannya pada petemuan berikutnya

Anda mungkin juga menyukai