Anda di halaman 1dari 16

Nama : Norhasanah

Kelas : 1B PAI Semester 1

Tugas : Filsafat Pendidikan Islam (5)

1. Jelaskan hakikat masyarakat !


A. Pengertian Masyarakat

Istilah masyarakat dalam bahasa inggrisnya society, yang berarti kumpulan orang yang
sudah lama terbentuk, memiliki sistem sosial atau struktur sosial tersendiri dan memiliki
kepercayaan, sikap, dan perilaku yang dimiliki bersama. Menurut Paul B. Horton dan Hunt,
masyarakat merupakan kumpulan manusia yang relatif mandiri, hidup bersama-sama
dalam waktu yang cukup lama tinggal di suatu wilayah tertentu, mempunyai kebudayaan
yang sama serta melakukan sebagian besar kegiatan di dalam kelompok atau kumpulan
manusia. Menurut Ogburn dan Nimkoff, suatu masyarakat ialah satu kelompok atau
sekumpulan kelompok-kelompok yang mendiami suatu daerah. Sedangkan menurut Plato
masyarakat merupakan refleksi dari manusia perorangan. Suatu masyarakat akan
mengalami keguncangan sebagaimana halnya manusia perorangan yang terganggu
keseimbangan jiwanya yang terdiri dari tiga unsur yaitu nafsu, semangat dan intelegensia.
Dalam konsep An-Nas bahwa masyarakat adalah makhluk sosial. Manusia tidak dapat
hidup sendiri dengan mengabaikan keterlibatannya dengan kepentingan pergaulan antara
sesamanya dalam kehidupan bermasyarakat.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa masyarakat diartikan sebagai suatu
kelompok manusia yang hidup bersama di suatu wilayah pada waktu tertentu dengan tata
cara berfikir dan bertindak yang relatif sama dengan pola-pola kehidupan yang terbentuk
oleh antarhubungan dan interaksi warga masyarakat itu dengan alam sekitar yang
membuat warga masyarakat itu menyadari diri mereka sebagi satu kesatuan (kelompok).
Unsur-unsur masyarakat antara lain:
1. Kumpulan orang
Didalam ilmu sosial tak ada ukuran yang mutlak atau angka yang pasti untuk
menentukan berapa jumlah manusia yang harus ada. Akan tetapi secara teoritis, angka
minimumnya adalah dua orang yang hidup bersama.

2. Sudah terbentuk dengan lama


Kumpulan dari manusia tidaklah sama dengan kumpulan benda-benda mati seperti
kursi, meja dsb. Karena dengan berkumpulnya manusia, maka akan timbul manusia-
manusia baru. Manusia itu juga dapat bercakap-cakap, merasa dan mengerti. Mereka juga
mempunyai keinginan untuk menyampaikan kesan-kesan atau perasaan-perasaannya.
Akibat hidup bersama maka timbullah sistem komunikasi dan peraturan-peraturan yang
mengatur hubungan antar manusia dalam kelompok tersebut.

3. Sudah memiliki sistem dan struktur sosial tersendiri


4. Memiliki kepercayaan (nilai), siap dan perilaku yang dimiliki bersama
5. Adanya kesinambungan dan pertahanan diri
6. Memiliki kebudayaan, sistem kehidupan bersama menimbulkan kebudayaan, oleh
karena setiap anggota kelompok merasa dirinya terikat satu dengan lainnya

Dalam hubungan manusia dengan masyarakat terjadi interaksi aktif. Manusia dapat
mengintervensi dengan masyarakat lingkungannya dan sebaliknya masyarakat pun dapat
memberi pada manusia sebagai warganya. Oleh karena itu, dalam pandangan Islam,
masyarakat memiliki karakteristik tertentu. Fungsi masyarakat terhadap individu yaitu
untuk mengembangkan cipta, rasa, karya dan karsa setiap individu. Karya masyarakat
yaitu menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan/kebudayaan kebendaan yang
dibutuhkan manusia untuk menguasai alam sekitarnya, agar dapat diabadikan pada
keperluan masyarakat. Rasa meliputi jiwa manusia, mewujudkan segala kaedah-kaedah
dan nilai-nilai kemasyarakatan yang perlu untuk mengatur masalah-masalah
kemasyarakatan. Cipta yaitu kemampuan mental, kemampuan berpikir dari orang-orang
yang hidup bermasyarakat. Semua karya, rasa dan cipta dikuasai oleh karsa (niat).
Perkembangan jiwa seseorang banyak ditentukan oleh pergaulannya dengan orang-
orang lainnya. Sebagai contoh orang yang sejak kecilnya diasingkan dari pergaulan
dengan orang lain, mempunyai kelakuan-kelakuan yang mirip dengan hewan. Tak dapat
berbicara dan tak dapat berperilaku sebagai manusia biasa. Secara fisik mereka sebagai
manusia, tetapi perkembangan jiwanya jauh terbelakang.

B. Teori Tentang Hakekat Masyarakat


Teori-teori tentang hakekat masyarakat yang berkembang dan dianut dunia pada
umumnya hingga dewasa ini adalah:
1.    Teori Atomic
Pribadi manusia sebagai individu memiliki kebebasan, kemerdekaan dan persamaan
diantara manusia lainnya, karena didorong oleh kesadaran tertentu, mereka secara
sukarela membentuk masyarakat dan masyarakat dalam bentuk yang formal ialah negara.
Tiap-tiap pribadi sebagai individu adalah sederajat dan didalam kebersamaan mereka
itulah untuk tujuan tertentu terbentuk apa yang dikenal sebagai masyarakat.
Berdasarkan asas pandangan atomisme ini penghargaan kepada pribadi manusia
adalah prinsip utama. Nilai-nilai sosial di dalam masyarakat berorientasi kepada martabat
manusia, terutama selft-respect. Artinya setiap praktek tentang kehidupan didalam
masyarakat selalu diarahkan bagi pembinaan hak-hak manusia, demi martabat manusia.
Tata kehidupan sosial menurut teori atomistic pasti berlandaskan nilai-nilai demokrasi.

2.    Teori Organisme


Prinsip pelaksanaan pola-pola kehidupan di dalam masyarakat menurut teori
organisme ialah: 1) bahwa kekuasaan dan kehendak masyarakat sebagai lembaga
monolistis dan vertikal hak, kepentingan, keinginan, cita-cita dan kekuasaan individu, 2)
lembaga masyarakat yang meliputi seluruh bangsa, secara nasional, bersifat totaliter,
pendidikan berfungsi mewujudkan warga negara ideal, dan bukan manusia sebagai
individu ideal.

3.    Teori integralistik


Menurut teori ini meskipun masyarakat sebagai satu lembaga yang mencerminkan
kebersamaan sebagai satu totalitas, namun tak dapat diingkari realita manusia sebagai
pribadi. Sebaliknya manusia sebagai pribadi selalu ada dan hidup didalam kebersamaan,
didalam masyarakat. Pelaksanaan asas-asas menurut teori integralistik adalah
berdasarkan keseimbangan antara hak-hak dan kewajiban-kewajiban. Praktek tata
kehidupan sosial berdasarkan kesadaran nilai-nilai, norma-norma sosial yang berlaku dan
dijunjung bersama baik oleh individu sebagai pribadi, maupun oleh masyarakat sebagai
lembaga.

2. Jelaskan dasar pembentukan masyarakat Islam !

Dasar-Dasar Pembentukan Masyarakat lslam


1. Membebaskan Masyarakat dari Penghambaan Kepada selain Allah

Menurut Sayyid Quthb dalam setiap periode sejarah manusia, seruan untuk bertakwa
kepada Allah memiliki satu sifat kesamaan, yang menjadi seruan terpenting sekaligus
landasan pokok pembentukan masyarakat, yaitu:

“‫ ب إخراجهم من س لطان العب اد في‬،‫ وإخراجهم من عبادة العباد إلى عب ادة هللا وح ده‬،‫إسالم العباد لرب العباد‬
‫ إلى س لطان هللا وحاكميت ه وش ريعته وح ده في ك ل ش أن من ش ؤون‬،‫حاكميتهم وشرائعهم وقيمهم وتقالي دهم‬
‫”الحياة‬

“Ketundukan seorang hamba kepada tuhannya, membebaskan diri dari penghambaan


atas sesama manusia menuju penghambaan kepada Allah semata. Mengeluarkan mereka
dari cengkraman ketuhanan dan hukum-hukum buatan manusia, mengeluarkan mereka
dari kungkungan sistem-sistem nilai dan tradisi-tradisi buatan manusia kepada kekuasaan
Allah, otoritas dan syari’at-Nya semata dalam segala ruang lingkup kehidupan .”

Dari pendapat Sayyid Quthb diatas dapat kita fahami bahwa pembebasan masyarakat
dari penghambaan kepada selain Allah merupakan prinsip dari sebuah komitmen awal
yang pada tahap selanjutnya menjadi dasar bagi tegaknya sistem nilai, otoritas dan syari’at
Allah.
Ketauhidan difahami sebagai sebuah pondasi bagi tegaknya bangunan Islam, atau ruh
kehidupan bagi manusia. Dengannya tauhid seluruh sistem kehidupan menjadi tegak,
kokoh dan memberikan arti.
Muhammad Quthb berkata :

“‫ إنم ا أنزله ا؛ لتش كل واق ع الك ائن البش رية‬.‫إن هللا لم ينزل "ال إله إال هللا"؛ لتكون مجرد كلمة تنطق باللسان‬
،‫ ترفع ه ف رداً وجماع ة وأم ة‬....‫ الذي فضله هللا ب ه على كث ير ممن خل ق‬..‫ لترفعه إلى المكان الالئق به‬،‫كله‬
‫ وتقوم في األرض أمة ال إله إال هللا‬،‫”ليتكون في األرض المجتمع الصالح الذي يريده هللا‬ 

“Sesungguhnya Allah tidak menurunkan kalimat la ilaha illallah hanya untuk sekedar
diucapkan oleh lisan belaka. Tetapi agar kalimat itu berpengaruh dalam kehidupan nyata
ummat manusia dan mengangkatnya ke tempat yang layak sesuai dengan kemuliaan
yang Allah berikan kepada mereka… kalimat ini membimbing individu, kelompok dan
ummat agar menjadi suatu masyarakat yang berguna sesuai dengan keinginan Allah .”

Demikianlah komitmen ketauhidan, ia tidak sekedar mengatur hubungan individu


secara vertikal kepada Allah ta’ala, melainkan juga mencakup hubungan horizontal dengan
sesama manusia dan seluruh makhluk, dan hubungan-hubungan ini harus sesuai dengan
kehendak Allah. Dr. Amin Rais berpendapat, “Allah berkehendak memberikan visi kepada
manusia tauhid untuk membentuk suatu masyarakat yang mengejar nilai-nilai utama dan
mengusahakan tegaknya keadilan sosial. Pada gilirannya visi ini memberikan inspirasi
bagi manusia-manusia tauhid untuk mengubah dunia sekelilingnya sesuai dengan
kehendak Allah”

Pembebasan masyarakat dari penghambaan kepada selain Allah akan membawa


perubahan besar kearah kemajuan masyarakat. Hal ini di karenakan pandangan hidup
tauhid tidak mempertentangkan antara dunia dan akhirat, antara yang nyata dan yang
ghaib, yang imanen (berada dalam kesadaran) dan yang transcendental (bersifat ghaib),
antara jiwa dan raga. Bahkan konsep Islam tentang hal-hal di atas sangat jelas dan
rasional. Berbeda dengan keyakinan lain selain tauhid.
Dari berbagai pendapat di atas dapat kita simpulkan bahwa pembebasan masyarakat
dari penghambaan kepada selain Allah berfungsi mentransformasikan masyarakat menjadi
memiliki sifat-sifat yang mulia yang terbebas dari belenggu ideologi, sosial, politik, ekonomi
dan budaya yang bertentangan dengan ketauhidan.

2. Mengorganisir Masyarakat untuk Menghilangkan Kejahiliyahan

Sayyid Quthb menuliskan,

“‫ ال يتمثل ون في تجم ع عض وي‬،‫ال يتحقق بمجرد قي ام القاع دة النظري ة في قل وب أف راد مهم ا تبل غ ك ثرتهم‬
‫ ويعملون هذا تحت قيادة مستقلة عن قيادة المجتمع الجاهلي‬...،‫”متناسق متعاون‬

“Masyarakat Islam tidak tidak dapat hadir secara sederhana dalam menegakkan kaidah-
kaidah keyakinan (syahadat) dalam hati individu-individu muslim sebanyak apapun jumlah
mereka, tanpa mereka menjadi sebuah kelompok yang aktif, serasi dan bekerjasama  dan
bekerja di bawah kepemimpinan sendiri terbebas dari kepemimpinan jahiliyyah”

Pergerakan yang konstruktif yang memindahkan unsur keyakinan kepada perilaku


praktis. Tentu saja hal ini tidak akan terwujud hanya dengan penjelasan lisan atau tabligh
semata melainkan juga melalui pewarisan nilai-nilai atau yang dikenal dengan pendidikan
dan pembinaan. Hasan al-Banna menyebut proses ini sebagai pembentukan dan
penempatan para juru dakwah Islam, mengordinasikan serta menggerakkannya untuk
menjalin hubungan dengan masyarakat luas sebagai objek dakwah.

Allah ta’ala mensifati mereka yang bekerjasama dalam menyeru kepada kebaikan
sebagai khairu ummah. Allah berfirman dalam surah Ali Imran 104,

َ‫ب لَ َكان‬ ِ ‫اس تَْأ ُمرُونَ بِ ْال َم ْعر‬


ِ ‫ُوف َوتَ ْنهَوْ نَ َع ِن ْال ُم ْن َك ِر َوتُْؤ ِمنُونَ بِاهَّلل ِ َولَوْ آ َمنَ َأ ْه ُل ْال ِكتَا‬ ْ ‫ُك ْنتُ ْم خَ ْي َر ُأ َّم ٍة ُأ ْخ ِر َج‬
ِ َّ‫ت لِلن‬
َ‫اسقُون‬ ِ َ‫َخ ْيرًا لَهُ ْم ِم ْنهُ ُم ْال ُمْؤ ِمنُونَ َوَأ ْكثَ ُرهُ ُم ْالف‬
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang
makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli
Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman,
dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.”

. Dr. Miqdad Yaljun, menguraikan bahwa masyarakat terbaik atau khairu ummah
memiliki berdasarkan karakteristiknya yaitu, Pertama, Masyarakat yang senantiasa
memiliki semangat menyebarkan kebaikan. Kedua, masyarakat yang memiliki semangat
ukhuwwah insaniyyah. Ketiga, masyarakat yang senantiasa memperluas persatuan dan
kekuatan. Keempat, masyarakat yang berorientasi kepada kemaslahatan bersama.
Kelima, masyarakat yang memiliki semangat tunduk pada peraturan. Keenam, masyarakat
yang semangat meraih kemajuan di berbagai bidang. Sedangkan Sayyid Quthb
menafsirkan masyarakat terbaik adalah dari aspek gerak dakwahnya yang begitu
membumi,
 
“‫ له ا‬.‫ أم ة ذات دور خ اص‬.‫ حركة تخرج على مسرح الوج ود أم ة‬.‫ لطيفة الدبيب‬،‫إنها حركة خفية المسرى‬
‫ ولها حساب خاص‬،‫”مقام خاص‬

“Ia adalah suatu gerakan yang halus yang rahasia, suatu gerakan yang indah yang
merayap perlahan, namun gerakan ini sanggup mengeluarkan ummat kepentas dunia,
ummat yang memiliki peranan khusus, maqam khusus dan hisab yang khusus pula.”

Karena dalam perspektif Sayyid Quthb dakwah tak mesti harus melalui podium-podium,
disambut oleh banyaknya pendengar atau gebyar kegiatan yang meriah. Melainkan
dakwah merayap secara masif melalui keluhuran akhlaq setiap da’inya. Senantiasa
berwajah ceria, memuliakan tetangga, menghormati yang tua, menyayangi yang muda,
menutup aib saudaranya, meringankan beban orang lain, dsb adalah gerakan dakwah
indah yang merayap perlahan namun masif.

Al mawardi mengatakan, “‫ ”َأصْ لِحْ نَ ْف َسك لِنَ ْف ِسك يَ ُك ْن النَّاسُ تَبَعًا لَك‬perbaikilah dirimu niscaya
manusia akan mengikutimu. Muhammad Mahmud al Hijazi berkata “،‫أصلح نفسك ثم ادع غيرك‬
‫ وال يلقاه ا إال أف راد قالئ ل زكت نفوس هم‬،‫وال شك أن مرتب ة دع وة الغ ير إلى اله دى والخ ير مرتب ة عالي ة‬
‫ ”وطهرت أرواحهم وامتألت إيمانا ويقينا‬perbaikilah dirimu kemudian serulah kepada orang lain,
dan jangan ragu sesungguhnya berdakwah kepada orang lain hingga mendapatkan
petunjuk dan kebaikan adalah dejarat yang tinggi, dan derajat yang mulia itu tidak
diberikan Allah kecuali kepada sebagian kecil manusia yang mensucikan jiwa dan ruhnya
serta memenuhi dirinya dengan iman dan keyakinan.

Pendapat lain tentang masyarakat terbaik adalah yang dikemukakan oleh al Qurthubi.
Penyebab generasi pertama disebut sebagai masyarakat terbaik adalah karena kerapian
mereka bekerjasama dalam kebaikan, bahwasanya Abu Hurairah ra berkata, “‫نَحْ نُ َخ ْي ُر‬
‫اس ن َُس وقُهُ ْم بِال َّساَل ِس ِل ِإلَى اِإْل ْس اَل ِم‬
ِ َّ‫اس لِلن‬
ِ َّ‫“ ”الن‬Kami manusia terbaik diantara manusia karena
mengajak manusia secara terkoordinir kepada Islam.” Hamzah Manshur berkata,” ‫إن‬
‫”الرسالة العظيمة تحتاج إلى قدر عال من االلتزام للنهوض بها‬. “Sesungguhnya risalah yang agung
ini membutuhkan semua kekuatan terbaik dari komitmen untuk kebangkitannya.”

Demikianlah dakwah membangun masyarakat Islam, ia merupakan sebuah kerja besar


yang membutuhkan banyak sumber daya. Selanjutnya Hamzah Manshur menambahkan,
“Dakwah merupakan kepentingan mulia yang mendesak, jalan yang tidak terukur, jalur
sulit pendakian yang banyak. Hal ini akan menumbuhkan keragu-raguan bersikap dan
keinginan menarik diri dari aktivitas amal.” Lemahnya perencanaan, minimnya
keteladanan, serta tujuan yang samar adalah bukti pentingnya pengorganisasian dakwah.

Allah ta’ala berfirman dalam surat yusuf ayat 108,

َ‫صي َر ٍة َأنَا َو َم ِن اتَّبَ َعنِي َو ُس ْب َحانَ هَّللا ِ َو َما َأنَا ِمنَ ْال ُم ْش ِر ِكين‬
ِ َ‫قُلْ هَ ِذ ِه َسبِيلِي َأ ْدعُو ِإلَى هَّللا ِ َعلَى ب‬

Katakanlah: "Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak
(kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk
orang-orang yang musyrik".
Inilah jalan dakwah yang Rasulullah teladankan bagi kita, ia memiliki beberapa unsur,
gerak dakwah yang berkesinambungan, tujuan yang jelas, metode yang paripurna,
pemimpin-pemimpin yang ikhlas dan para aktivis dakwah yang siap sedia.    
    
3. Menjadikan Islam sebagai Landasan Perilaku Individu dan Hubungan Antar sesama
dalam Masyarakat.

Sayyid Quthb menuliskan dalam Ma’alim fith Thariq,

“‫ ويقيم وجودها على أس اس التجم ع‬،‫ وهو يبني األمة المسلمة على هذه القاعدة وفق هذا المنهج‬- ‫فإن اإلسالم‬
" ‫ إنم ا ك ان يس تهدف إب راز " إنس انية اإلنس ان‬- ‫ ويجعل آصرة هذا التجم ع هي العقي دة‬،‫العضوي الحركي‬
‫ وإعالءها على جميع الجوانب األخرى في الكائن اإلنساني‬،‫”وتقويتها وتمكينها‬

“Di atas kaidah dan manhaj Islam masyarakat di tegakkan, menjadi landasan bagi
hubungan-hubungan antar individu-individu dalam kelompok dan terikat atas aqidah ini.
Tidak lain tujuan utamanya adalah membangkitkan semangat kemanusiaan bagi manusia,
mengembangkan, membuatnya menjadi kokoh, dan menjadi faktor yang paling
berpengaruh diantara semua aspek dalam kehidupan manusia.”

Tahapan ini merupakan tahapan yang progresif bagi solidaritas masyarakat Islam. 
Berdasarkan Islam mereka selalu melakukan penilaian terhadap kualitas kehidupannya,
etika, tradisi dan faham hidupnya. Tujuan hidupnya sangat jelas, ibadah, kerja keras dan
bahkan jiwanya ditujukan kepada Allah. Sehingga setiap individu dalam masyarakat Islam
tidak akan pernah terjerat pada nilai-nilai palsu atau bekerja tanpa nilai yang hakiki yaitu
mencari keridhaan Allah.

Kembali kepada kemurnian pemahaman, ibadah serta nilai-nilai perjuangan adalah


jalan yang seharusnya ditempuh oleh masyarakat muslim. Hilangnya ashobiyah, tidak ada
dosa warisan dan setiap orang bertanggung jawab terhadap amal masing-masing, perintah
taat hanya pada kebenaran memberikan batasan yang jelas dan lugas akan posisi
kemuliaan dalam Islam. Bahwa kemuliaan dalam Islam bukanlah karena nasab, dan dapat
diraih dengan upaya normal manusia serta kemuliaan diukur dengan ketakwaan
menginspirasi semangat ibadah dan pengorbanan.

Maka hubungan dalam masyarakat Islam bukanlah hubungan bangsa melainkan suatu
ummat dari keyakinan, masyarakat terbentuk di atas satu pijakan yang sama dalam
hubungan kasih sayang dimana ikatan tersebut terbentuk karena kekuatan hubungan
mereka kepada Allah.

Menjadikan Islam sebagai landasan prilaku dan hubungan dalam masyarakat juga
menjamin terciptanya masyarakat yang berkeadilan secara mutlak. Perlindungan harta dan
kehormatan, jaminan keamanan serta kesamaan di hadapan hukum adalah bukti
pencapaian yang tinggi dari syari’at Islam.
      
Kesimpulan
Untuk kebangkitannya kembali masyarakat Islam menghadapi tugas berat yang perlu
keikhlasan dan kerjasama semua kelompok pejuang dakwah. Kemunduran ummat Islam
yang disebabkan bertumpuknya persoalan intern dan ekstern memerlukan upaya yang
bersungguh-sungguh. Sehingga harus dikerjakan secara terencana, bertahap dan
berkesinambungan, terwarisi dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Hal pertama yang perlu dilakukan dari kebangkitan kembali masyarakat Islam adalah
menjelaskan tuntutan kalimat la ilaha illallah serta membebaskan masyarakat dari
penghambaan kepada selain Allah. Upaya propaganda, penyiaran dan penyebaran kabar-
kabar gembira tentang Islam harus dilakukan seiring dengan upaya pendidikan,
pengkaderan dan pelimpahan tanggung jawab dakwah bersama.
Terakhir adalah berupaya menjadikan Islam sebagai landasan dalam perilaku individu
maupun hubungan antarsesama, dalam pengertian ini adalah kekuatan aqidah, keadilan
syari’at, dan keindahan akhlaq terjelma dalam masyarakat Islam.

3. Jelaskan karakter masyarakat lslam !

Dalam surah Al-Hujurat ayat 1-10 telah dijelaskan tentang karakteristik masyarakat
Islam, yaitu sebagai berikut.
A. Berpedoman kepada al-Qur’an dan as-Sunnah
Masyarakat Islam selalu berpedoman pada al-Qur’an dan as-Sunnah dalam segala
aspek kehidupannya secara totalitas, baik dalam urusan duniawi maupun ukhrawi, dan
perbuatan maupun perkataan. Mereka tidak berani mendahului Allah dan Rasul-Nya dalam
berpendapat, memberi keputusan, dan melangkah sebelum mendapat izin dari padanya.

B. Menghargai Sesamanya secara Profesional


Pada ayat 2-5 Q.S. al-Hujurat, Allah menekankan bahwa setiap orang hendaknya
didudukkan secara wajar. Nabi Muhammad SAW dinyatakan sebagai manusia seperti
manusia yang lain, namun, dinyatakan pula bahwa beliau adalah seorang Rasul yang
memperoleh wahyu dan bimbingan dari Allah SWT. Atas dasar ini, beliau berhak
memperoleh penghormatan yang melebihi manusia lain. Diantara penghormatan yang
diajarkan Allah SWT adalah sebagai berikut :
1. Tidak lebih tinggi dalam bersuara
Di antara adab yang diajarkan Allah SWT kepada orang-orang mukmin adalah
berkomunikasi dan berdialog dengan siapa saja yang berhak dihormati seperti Nabi
SAW dengan cara yang sopan. Di antaranya, suara berbicara tidak lebih tinggi dari
suara beliau, karena suara yang lebih tinggi bisa berindikasi kurang sopan, kurang
hormat dan menyakiti beliau, bahkan berdosa besar jika mempunyai maksud
merendahkan atau meremehkan seseorang (Syaukani, tt).
2. Tidak berkata kasar atau keras
Suara kasar atau keras sebagaimana yang sudah mentradisi antarsesama kita juga
tidak layak diungkapkan dihadapan Nabi SAW, akan tetapi hendaknya bicara dengan
kata yang sopan dan sikap yang sopan serta tenang.
3. Sabar Menunggu
Sabar, salah satu akhlak yang baik dan salah satu senjata untuk meraih
kesuksesan, akan tetapi ia berat dan pahit bagaikan jadam yang getir bagi setiap lidah
yang menjilatnya. Orang muslim yang baik, bersikap sabar terhadap segala sesuatu,
terutama menyangkut haknya orang lain yang harus dihormati, seperti bertemu kepada
orang yang dihormati seperti Nabi SAW.
C. Waspada Terhadap Isu
Masyarakat muslim akan selalu waspada dan berhati-hati dalam menerima isu yang
dimunculkan oleh provokator yang fasik, sebelum diadakan pemeriksaan yang lebih lanjut
dan terpercaya. Hal ini dikarenakan menerima isu yang tidak jelas kebenarannya itu akan
menjerumuskan kepada kebodohan dan kesengsaraan. Provokator fasik memang tidak
peduli dengan dusta dan dosa, oleh karena itu sebagian ulama menolak hadits yang
dibawa oleh orang fasik, bahkan orang yang tidak jelas identitasnya sekali pun karena ada
kemungkinan fasiknya (Ibn Katsir, tt) atau menerima berita dari seseorang (kabar wahid)
yang adil (al-Shamadi, tt)

D. Ishlah dengan adil


Langkah i s h l a h adalah solusi terbaik bagi dua kelompok masyarakat Islam yang
bertikai atau konflik senjata, agar kembali kepada hukum Allah, hukum yang seadil-
adilnya, dan agar rela keputusannya baik menang atau kalah. Jikalau salah satunya tidak
mau diajak t a h k i m atau i s h l a h bahkan tetap memberontak dan membangkang,
maka perangilah  pemberontak tersebut, sehingga mereka kembali kepada hukum Allah.
Kalau mereka mau kembali, maka ajaklah ishlah dengan adil sehingga tidak terjadi konflik
baru dikesempatan yang lain. Dalam surah Al-Fath juga dijelaskan tentang karakteristik
masyarakat Islam yang dimiliki oleh sahabat Rasul, yaitu sebagai berikut.
a. Menjaga akidah dan mu’amalah (Asyiddâu ‘alâ al-Kuffâr, Ruhamâu bainahum). 
b. Selalu beribadah (Tarâhum rukka’an sujjadâ)
c. Berharap kepada Allah (Yabtghûna Fadhlan minallâh wa Ridhwâna)
d. Akhlaq yang baik (Quthb, 1937) (Sîmâhum fî Wujûhihim min Atsaris Sujûd)

Dari berbagai penjelasan di atas kiranya dapat disimpulkan bahwa masyarakat madani
yang menjadi idola umat Islam selama ini akan dapat dicapai oleh masyarakat Islam
Indonesia manakala prinsip-prinsip dasar dan karakteristik masyarakat Islam yang
terkandung dalam surat al-Hujurat dan surat Al-Fath dapat disosialisasikan di tengah-
tengah masyarakat bangsa Indonesia ini. Masyarakat Islam Indonesia dalam
perkembangan globalisasi saat ini banyak yang belum memahami dan menjadikan al-
Qur’an dan al-Sunnah sebagai pedoman hidupnya, maka banyak dari mereka yang
tersesat dalam menjalani hidup dikarenakan tidak mengindahkan tuntunan dari Allah
SWT. Banyak juga masyarakat Indonesia yang tidak menghargai umat yang berbicara
karena keadaan duniawinya (cacat, miskin dll), padahal seharusnya kita memandang apa
yang hendak dibicarakan dan bukannya siapa yang berbicara.

Hal-hal semacam inilah yang mengakibatkan rakyat Indonesia mudah terperangkap


dalam isu-isu yang tidak bertanggung jawab sehingga menyebabkan perseteruan bahkan
tidak jarang diantara umat Islam sendiri. Sayangnya, perseteruan ini pun ada yang
berkepanjangan dan tidak mencapai ishlah antar pihak yang berseteru, padahal telah
diajarkan dalam Islam bahwa mereka bersaudara karena agama yang memiliki ikatan lebih
kuat dari saudara-saudara dalam nasab. Maka dari itu, umat Islam Indonesia harus
mampu menjawab tantangan global tanpa kehilangan karakteristik masyarakat Islam yang
dikehendaki Allah SWT. Selain itu, pada generasi muda Islam harus senantiasa
ditanamkan kesadaran diri untuk senantiasa berakhlak al-karimah secara vertikal dengan
Allah, dan secara horizontal terhadap sesama umat Islam baik dengan manusia utama
Nabi Muhammad SAW, dan dengan sesama umat Islam. Sosialisasi tentang pentingnya
pemahaman al-Qur’an dan al-Sunnah harus lebih digalakkan sehingga rakyat Indonesia
senantiasa berada dalam jalan yang telah ditunjukkan oleh Allah SWT dalam mengarungi
hidupnya.

4. Jelaskan hubungan masyarakat dengan pendidikan lslam !

Hubungan Masyarakat dan Pendidikan Islam di Indonesia


Masyarakat Indonesia telah sejak berabad-abad yang lalu hidup dalam kemajemukan
dan berbasis pada multikultural lapisan etnisitas dan agama-agama. Setiap kelompok
memiliki pandangan tentang sistem nilai yang dipegang sebagai landasan hidupnya.
Sistem nilai itu disebut sub ideologi, sehingga dalam suatu bangsa yang majemuk terdapat
sub-sub ideologi dan ideologi nasional menjadi konsensus berbagai kelompok kepentingan
(merupakan hasil konsensus berbagai sub ideologi). Masyarakat majemuk lebih
menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, keadilan sosial, demokrasi, nasionalisme,
kekeluargaan, ketakwaan terhadap Tuhan YME sebagai ideologi nasional yang termaktub
dalam pancasila. Pancasila sebagai common platform, yaitu landasan bagi tumbuhnya
ideologi-ideologi yang beragam dan menjadi kalimatun sawa’ bagi kehidupan sosial-
ekonomi bangsa Indonesia yang mempunyai latar belakang keagamaan yang beragam.

Indonesia adalah salah satu negara di dunia yang memiliki jumlah penduduk relatif
besar, menempati urutan ketiga setelah China dan India. Pluralitas etnik, budaya, bahasa,
dan agama serta ideologi bagaikan pisau bermata dua. Di satu sisi kekayaan ini
merupakan khazanah yang patut dipelihara dan dapat memberikan nuansa dinamika
bangsa, namun di sisi lain kemajemukan inilah menjadi pemicu terjadinya konflik dengan
disertai kekerasan dengan dalih etnis dan agama. Kekerasan dan kerusuhan yang akhir-
akhir ini terjadi di belahan penjuru daerah nusantara menunjukkan tidak adanya sikap yang
arif dan bijak terhadap perbedaan yang ada. Gejala ini dapat muncul setiap saat dan harus
tetap diwaspadai. Berbagai pihak baik aparat pemerintah, tokoh politik, tokoh agama,
mapun tokoh masyarakat untuk segera menemukan solusi pemecahannya.

Dalam kehidupan masyarakat majemuk yang diperlukan adalah penghormatan atas


berkembangnya budaya masyarakat dengan segala bentuknya. Hal ini dikarenakan
budaya menjadi salah satu fakor perekat sosial demi tegaknya kehidupan yang harmonis
bagi suatu bangsa dan masyarakat dalam rangka membangun kehidupan yang lebih maju
di era globalisasi dan modernisasi. Budaya sebagai hasil karya masyarakat merupakan
eksistensi
asasi dari manusia yang perlu dilestarikan keberadaannya, karena dengan ini akan tercipta
kesatuan dalam keanekaragaman. Manusia merupakan makluksosial yang membawa
karakter biologis dan psikologis alamiah sekaligus warisan dari latar belakang historis
kelompok etniknya, yaitu pengalaman kultural dan warisan kolektif. Dengan demikian
perilaku, sikap dan nilai manusia sangat dipengaruhi oleh budaya masyarakat. Perilaku
manusia adalah hasil dari proses sosialisasi dan sosialisasi selalu terjadi dalam konteks
lingkungan etnik, kultur dan agama.

Para pakar sepakat bahwa faktor utama peristiwa kekerasan dan kerusuhan terjadi
adalah kesenjangan ekonomi dan sosial dan sangat sedikit sekali mencurigai agama
sebagai faktor yang cukup signifikan dan potensial dalam memicu kerusuhan yang berbau
SARA. Ada keseganan tersendiri dari para pakar untuk menyebut agama sebagai
penyebab konflik di nusantara, karena masyarakat Indonesia adalah masyarakat religius.
Sehingga tertutup sudah usaha-usaha untuk mempertanyakan ulang bagaimana proses
praktik
pengajaran agama di sekolah-sekolah baik formal, in formal maupun non formal. Justru
proses pembelajaran selama ini telah melakukan kekerasan secara sistemik. Hal ini
terlihat dari model pengajaran agama yang cenderung bersifat monolitik (melihat sesuatu
dari satu sudut pandang) : benar-salah, baik buruk, surga neraka.

Belum adanya saling menghormati atas perbedaan yang ada, seandainya sudah,
paling hanya pada permukaan belaka yang bersifat formal simbolik. Pendidikan agama
merupakan usaha yang tersistematisir sebagai upaya mentransfer nilai-nilai religius dalam
hal ini yang digarap meliputi aspek kognitif, afektif, dan aspek spikomotorik kepada peserta
didik dinilai telah gagal. Kegagalan ini dikarenakan pendidikan belum mampu menelorkan
SDM yang kritis, kreatif dan inovatif serta keluhuran budi penuh etika-moral. Selama ini
Proses pembelajaran baru dapat menyentuh aspek kognitif dan afektif dan jauh terhadap
pencapaian ranah psikomotorik. Yang disebut terakhir ini sangat esensial bagi umat
religius: berkaitan dengan kepekaan manusia dalam kehidupan sosial kemasyarakatan.
Pada masa sekarang ini, pendekatan pendidikan Islam berlangsung melalui proses
operasional menuju pada tujuan yang diinginkan, memerlukan model yang melandasinya,
sebagaimana yang pertama kali dibangun Nabi.

Nilai-nilai tersebut dapat diaktualisasikan berdasarkan kebutuhan perkembangan


manusia yang dipadukan dengan pengaruh lingkungan kultural yang ada, sehingga dapat
mencapai cita-cita dan tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia di segala aspek
kehidupannya. Tetapi apa yang terjadi, kondisi pendidikan Islam pada saat ini,
mendapat sorotan tajam yang kurang menggembirakan dan dinilai menyandang
“keterbelakangan” dan julukan-julukan yang lain, yang semuanya bermuara pada
kelemahan yang dialaminya. Kelemahan pendidikan Islam dilihat justru terjadi pada sektor
utama, yaitu pada konsep, sistem, dan kurikulumnya, yang dianggap mulai kurang relevan
dengan kemajuan peradaban umat manusia dewasa ini atau tidak mampu menyertakan
disiplin-disiplin ilmu lain yang relevan dengan kebutuhan masyarakat. Kenyataan ini,
menunjukkan bahwa pendidikan Islam belum dapat dikatakan telah berjalan dan
memberikan hasil secara memuaskan.

Hal ini mempunyai pengertian bahwa pendidikan Islam belum mampu manjawab arus
perkembangan zaman yang sangat deras, seperti timbulnya aspirasi dan idealitas yang
serba multi-interes dan berdimensi nilai ganda dengan tuntutan hidup yang sangat
beragam, serta perkembangan teknologi yang sangat pesat. Melihat kenyataan ini, maka
pendidikan Islam perlu mendapat perhatian yang serius dalam menuntut pemberdayaan
yang harus disumbangkannya, dengan usaha menata kembali keadaannya, terutama yang
ada di Indonesia. Keharusan ini, tentu dengan melihat keterkaitan dan peranannya dalam
usaha pendidikan bangsa Indonesia yang mayoritas muslim, sehingga perlu ada terobosan
seperti perubahan model dan strategi pelaksanaannya dalam menghadapi perubahan
zaman. Usaha penataan kembali akan memperoleh keuntungan majemuk, karena :

Pertama, Pendidikan Islam sebagai subsistem pendidikan nasional di Indonesia, akan


dapat memperoleh dukungan dan pengalaman yang positif.

Kedua, Pendidikan Islam dapat memberikan sumbangan dan alternatif bagi


pembenahan sistem pendidikan di Indonesia dengan ragam kekurangan, masalah, dan
kelemahannya.

Ketiga, sistem Pendidikan Islam yang dapat dirumuskan akan memiliki akar yang lebih
kokoh dalam realitas kehidupan kemasyarakatan.

Amin Abdullah mengatakan bahwa ciri pendidikan agama di era klasik skolastik yaitu
sifatnya yang terlalu menekankan bahwa keselamatan individu terletak pada hubungannya
dengan Tuhan, kurang begitu memberi tekanan yang baik antara individu dengan individu
lainnya. Dengan demikian jangan salahkan jika anak kurang peka terhadap nasib,
penderitaan, kesulitan yang dialami oleh sesamanya, yang mungkin kebetulan memeluk
agama lain. Fokus Pendidikan Islam bukan terletak pada kemampuan siswa melakukan
ritual dan keyakinan tauhid, tetapi juga tidak kalah pentingnya menumbuhkan akhlak
sosial dan kemanusiaan.

Anda mungkin juga menyukai