Kelas : 1B
Uraikan dengan singkat aliran-aliran dalam filsafat pendidikan dan filsafat pendidikan islam
A. Idealisme
B. Realisme
C. Perenialisme
D. Eksistensi
E. Pragmatisme
F. Sosialisme
G. Progresivisme
Secara ringkas idealisme mengatakan bahwa realitas terdiri dari ide-ide, pikiran-pikiran,
akal (mind) atau jiwa (self) dan bukan benda material dan kekuatan. Idealisme
menekankan mind sebagai hal yang lebih dahulu (primer) daripada materi. Secara
epistemologi, istilah Idealisme berasal dari kata idea yang artinya adalah sesuatu yang
hadir dalam jiwa (Plato).
b. Jenis-jenis idealisme
Idealisme Objektif adalah idealisme yang bertitik tolak pada ide di luar ide
manusia. Idealisme objektif ini dikatakan bahwa akal menemukan apa yang sudah
terdapat dalam susunan alam.
1) metafisika-idealisme
2) humanologi-idealisme
3) Epistimologi-idealisme
4) Aksiologi-idealisme
Idealisme menekankan akal (mind) sebagai hal yang lebih dahulu (primer), daripada
materi, bahwa akal itulah yang riil dan materi hanyalah merupakan produk sampingan.
Idealisme mengatakan bahwa realitas terdiri dari ide-ide, pikiran-pikiran, akal (mind) atau
jiwa (self) dan bukan benda material dan kekuatan.
Meningkatkan daya pemikiran dari segi menghasilkan ide yang benar dan boleh
dipakai.
Adapun kelemahan dari filsafat pendidikan idealisme yaitu:
Anggapan terhadap sesuatu nilai atau kebenaran yang kekal sepanjang masa.
a. Definisi Realisme
Realisme berpendapat bahwa hakikat realitas adalah terdiri atas dunia fisik dan dunia
rohani. Realisme membagi realitas menjadi dua bagian, yaitu subjek yang
menyadari dan mengetahui disatu pihak dan dipihak lainnya adalah adanya realita diluar
manusia yang dapat dijadikan sebagai objek pengetahuan manusia.
b. Bentuk realisme
Realisme merupakan aliran filsafat yang memiliki beraneka ragam bentuk. Kneller
membagi realisme menjadi dua bentuk, yaitu : Realisme Rasional dan Realisme Naturalis
(Uyoh Sadullah : 2007 : 103)
Realisme Rasional dapat didefinisikan pada dua aliran, yaitu realisme klasik dan
realisme religius. Bentuk utama dari realisme religius ialah “Scholastisisme.”
Realisme klasik ialah filsafat Yunani yang pertama kali dikembangkan oleh
Aristoteles, sedangkan realisme religius, terutama Scholatisisme oleh Thomas
Aquina, dengan menggunakan filsafat Aristoteles dalam membahas teologi gereja.
Thomas Aquina menciptakan filsafat baru dalam agama kristen, yang disebut
tomisme, pada saat filsafat gereja dikuasai oleh neoplatonisme yang dipelopori
oleh Plotinus.
a) Realisme klasik : Realisme klasik berpandangan bahwa manusia pada hakikatnya
memiliki ciri rasional. Dunia dikenal melalui akal, dimulai dengan prinsip “self evident,”
dimana manusia dapat menjangkau kebenaran umum.
Selain aliran-aliran realisme diatas, masih ada lagi pandangan-pandangan lain, yang
termasuk realisme. Aliran tersebut disebut “Neo-Realisme” dari Frederick Breed, dan
“Realisme Kritis” dari Immanuel Kant. Menurut pandangan Breed, filsafat pendidikan
hendaknya harmoni dengan prinsip-prinsip demokrasi. Semua aliran filsafat pendidikan
menyetujui bahwa :
a. Proses pendidikan berpusat pada tugas mengembangkan laki-laki dan wanita yang
hebat dan kuat.
1) Tujuan pendidikan
2) Kedudukan siswa
3) Peranan guru
4) Kurikulum
5) Metode
1) Pendidikan sebagai institusi sosial John Amos Comenius di dalam bukunya Great
Didactic, mengatakan bahwa manusia tidak diciptakan hanya kelahiran biologinya saja.
2) Siswa Guru adalah pengelola KBM di dalam kelas (classroom is teacher-centered), guru
penentu materi pelajaran, guru harus menggunakan minat siswa yang berhubungan
dengan mata pelajaran, dan membuat mata pelajaran sebagai sesuatu yang kongkret
untuk dialami siswa.
3) Tujuan pendidikan realisme adalah untuk penyesuaian diri dalam hidup dan mampu
melaksanakan tanggung jawab sosial.
4) Proses pendidikan
Kurikulum
Metode Pendidikan
Evaluasi
Menganggap bahwa realitas itu tidak sekedar apa yang dapat dilihat secara real, tetapi
realitas itu adalah pemikiran atau ide-ide.
C. Filsafat Pendidikan Aliran Perenialisme
Perenialisme merupakan suatu aliran dalam pendidikan yang lahir pada abad ke-20.
Perenialisme lahir dari suatu reaksi terhadap pendidikan progresif. Perenialisme
menentang pandangan progresivisme yang menekan perubahan dan suatu yang baru.
Perenialisme memandang situasi dunia dewasa ini penuh kekacauan, ketidakpastian,
terutama dalam kehidupan moral, intelektual, dan sosikultural. Solusi yang ditawarkan
kaum perenialis adalah jalan mundur ke belakang dengan menggunakan kembali nilai-nilai
atau prinsip-prinsip umum yang telah menjadi pandangan hidup yang kukuh, kuat pada
zaman kuno dan pertengahan. Peradaban kuno (yunani purba) dan abad pertengahaan
sebagai dasar budaya bangsa-bangsa di dunia dari masa ke masa dari abad ke abad.
Pandangan- pandangan yang telah menjadi dasar pandangan manusia tersebut, telah
teruji kemampuan dan kekuatan oleh sejarah. Pandangan-pandangan Plato dan
Aristoteles mewakili peradaban yunani kuno, serta ajaran Thomas Aquina dari abad
pertengahan. Kaum prenialis percaya bahwa ajaran dari tokoh-tokoh tersebut memiliki
kualitas yang dapat dijadikan tuntutan hidup dan kehidupan manusia pada abad ke dua
puluh ini.
1. Kebenaran yang bersifat universal dan tidak tergantung pada tempat, waktu dan orang
a. Pengertian Eksistensialisme
Dari sudut etimologi eksistensi berasal dari kata “eks” yang berarti diluar dan “sistensi”
yang berarti berdiri atau menempatkan, jadi secara luas eksistensi dapat diartikan sebagai
berdiri sendiri sebagai dirinya sekaligus keluar dari dirinya.
a. Karl Jaspers
Mengedepankan teori bahwa eksistensi manusia bukanlah sesuatu yang kaku dan
statis tetapi senantiasa terbentuk, manusia juga senantiasa melakukan upaya dari sebuah
hal yang sifatnya hanya sebagai spekulasi menuju suatu yang nyata dan pasti, seperti
upaya mereka untuk menggapai cita-citanya pada masa depan.
“Manusia yang bereksistensi adalah makhluk yang hidup dan berada dengan sadar dan
bebas bagi diri sendiri”. Itu adalah salah satu pernyataan dan mungkin bernilai teori yang
terkenal darinya.
d. Friedrich Nietzsche
Menurutnya manusia yang teruji adalah manusia yang cenderung melalui jalan yang
terjal dalam hidupnya dan definisi dari aliran eksistensialisme menurutnya adalah manusia
yang mempunyai keinginan untuk berkuasa (will to power), dan untuk berkuasa manusia
harus menjadi manusia super dan yang mempunyai mental majikan bukan mental budak
supaya manusia tidak diam dengan kenyamanan saja.
e. Martin Heidegger
Inti pemikirannya adalah memusatkan semua hal kepada manusia dan mengembalikan
semua masalah apapun ujung-ujungnya adalah manusia sebagai subjek atau objek dari
masalah tersebut.
a. Pengertian Pragmatisme
Dari sudut etimologi pragmatisme berasal dari bahasa Yunani yaitu “pragma” yang
berarti perbuatan (action) atau tindakan (practice) sedangkan isme berarti ajaran atau
paham.
Dengan demikian pragmatisme berarti ajaran yang menekankan bahwa pemikiran itu
menuruti tindakan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990:698) pragmatisme
merupakan kepercayaan bahwa kebenaran atau nilai (paham, doktrin, gagasan,
pernyataan, ucapan dan sebagainya) diukur pada penerapannya bagi kepentingan
manusia atau suatu paham yang menyatakan bahwa segala sesuatu tidak tetap,
melainkan tumbuh dan terus menerus mengalami perubahan.
Menurut Praja (2005: 171) pragmatisme adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa
yang benar apa yang membuktikan bahwa dirinya sebagai benar dengan perantaraan
akibat-akibatnya yang bermanfaat secara praktis. Aliran ini bersedia menerima sesuatu,
asal saja membawa akibat praktis. Dengan demikian, patokan pragmatisme adalah
“manfaat bagi hidup praktis”. Pragmatisme memandang bahwa kriteria kebenaran ajaran
adalah “faedah” atau “manfaat”. Suatu teori atau hipotesis dianggap oleh Pragmatisme
benar apabila membawa suatu hasil. Dengan kata lain, suatu teori itu benar kalau
berfungsi. Power (dalam uyoh, 2011:133) mengemukakan implikasi filsafat pendidikan
Pragmatisme sebagai berikut:
1.Tujuan pendidikan : memberi pengalaman untuk penemuan hal-hal baru dalam hidup
sosial dan pribadi.
2. Kedudukan siswa : suatu organisme yang memiliki kemampuan yang luar biasa dan
kompleks untuk tumbuh
4. Kurikulum : berisi pengalaman yang teruji yang dapat diubah. Minat dan kebutuhan
siswa yang dibawa kesekolah dapat menentukan kurikulum
5. Metode : metode aktif, yaitu learning by doing
Mempunyai gagasan bahwa suatu hipotesis (dugaan sementara/ pegangan dasar) itu
benar bila bisa diterapkan dan dilaksanakan menurut tujuan kita. Horton dan Edwards di
dalam sebuah buku yang berjudul Background of American Literary Thought menjelaskan
bahwa Peirce merumuskan tiga prinsip-prinsip lain yang menjadi dasar bagi pragmatisme
sebagai berikut :
2. Bahwa apa yang kita namakan “universal “ adalah yang pada akhirnya setuju dan
menerima keyakinan dari “community of knowers “
3. Bahwa filsafat dan matematika harus di buat lebih praktis dengan membuktikan
bahwa problem-problem dan kesimpulan-kesimpulan yang terdapat dalam filsafat
dan matematika merupakan hal yang nyata bagi masyarakat (komunitas)
1. Bahwa dunia tidak hanya terlihat menjadi spontan, berhenti dan tak dapat di
prediksi tetapi dunia benar adanya.
2. Bahwa kebenaran tidaklah melekat dalam ide-ide tetapi sesuatu yang terjadi pada
ide -ide dalam proses yang dipakai dalam situasi kehidupan nyata.
3. Bahwa manusia bebas untuk meyakini apa yang menjadi keinginannya untuk
percaya pada dunia, sepanjang keyakinannya tidak berlawanan dengan
pengalaman praktisnya maupun penguasaan ilmu pengetahuannya.
4. Bahwa nilai akhir kebenaran tidak merupakan satu titik ketentuan yang absolut,
tetapi semata-mata terletak dalam kekuasaannya mengarahkan kita kepada
kebenaran-kebenaran yang lain tentang dunia tempat kita tinggal didalamnya.
Adalah seorang pragmatis, namun ia lebih suka menyebut sistemnya dengan istilah
Instrumentalis. Menurutnya, tujuan filsafat adalah untuk mengatur kehidupan dan aktivitas
manusia secara lebih baik, untuk didunia dan sekarang. Tegasnya, tugas fiilsafat yang
utama ialah memberikan garis-garis pengarahan bagi perbuatan dalam kenyataan hidup.
Oleh karena itu, filsafat tidak boleh tenggelam dalam pemikiran-pemikiran metafisis
yang tiada faedahnya. Filsafat harus berpijak pada pengalaman, dan menyelidiki serta
mengolah pengalaman itu secara aktif kritis. Dengan demikian, filsafat akan dapat
menyusun suatu sistem norma-norma dan nilai. Instrumentalisme adalah suatu usaha
untuk menyusun suatu teori yang logis dan tepat dari konsep-konsep, pertimbangan-
pertimbangan, penyimpulan-penyimpulan dalam bentuknya yang bermacam-macam itu
dengan cara utama menyelidiki bagaimana pikiran-pikiran berfungsi dalam penemuan-
penemuan yang berdasarkan pengalaman-penglaman yang berdasarkan pengalaman
yang mengenai konsekuensi-konsekuensi di masa depan. Sehubungan hal diatas,
menurut Dewey, penyelidikan adalah transformasi yang terawasi atau terpimpin dari suatu
keadaan yang tak menentu menjadi suatu keadaan yang tertentu. Oleh karena itu,
penyelidakan dengan penilaiannya adalah alat (instrumental).
Jadi yang di maksud dengan instrumentalisme adalah suatu usaha untuk menyusun
suatu teori yang logis dan tepat dari konsep-konsep, pertimbangan-pertimbangan,
penyimpulan-penyimpulan dalam bentuknya yang bermacam-macam. Menurut Dewey, kita
hidup dalam dunia yang belum selesai penciptaanya.
Aliran ini dipelopori oleh Karl Marx. Istilah sosialisme atau sosialis dapat mengacu ke
beberapa hal yang berhubungan dengan ideology atau kelompok ideologi, system
ekonomi, dan negara.
Menurut penganut Marxisme, terutama Friedrich Engels, model dan gagasan sosialis
dapat dirunut hingga ke awal sejarah manusia dari sifat dasar manusia sebagai makhluk
sosial. Pada masa pencerahan abad ke-18, para pemikir dan penulis revolusioner seperti
Marquis de Condorcet, Voltaire, Rousseau, Diderot, Abbé de Mably, dan Morelly,
mengekspresikan ketidakpuasan mereka atas berbagai lapisan masyarakat di Perancis.
Sistem ekonomi sosialisme sebenarnya cukup sederhana. Berpijak pada konsep Karl Marx
tentang penghapusan kepemilikan hak pribadi, prinsip ekonomi sosialisme menekankan
agar status kepemilikan swasta dihapuskan dalam beberapa komoditas penting dan
menjadi kebutuhan masyarakat banyak, seperti air, listrik, bahan pangan, dan sebagainya.
Dari bermacam doktrin sosialis, Marxismelah yang saat ini paling dominan di Eropa.
Mendominasinya sosialisme proletariat berdasarkan pada ajaran Marxisme tidak dicapai
seketika, tetapi semata setelah terjadi perjuangan panjang menentang bermacam doktrin
usang, sosialisme borjuis kecil, anarkisme dan lain-lain.
a. Pengertian Progresivisme
Selain itu, pendidikan juga bertujuan membantu peserta didik untuk menjadi warga
negara yang demokratis. Sejalan dengan itu Imam Barnadib (1984) menyatakan bahwa
tugas utama dalam lapangan pendidikan adalah meningkatkan kecerdasan agar peserta
didik mampu memecahkan berbagai masalah. Pendidikan adalah hidup itu sendiri,
kehidupan yang riil adalah proses belajar, manusia (peserta didik) bebas dan aktif dalam
berinteraksi, mengambil bagian, serta memanfaatkan lingkungan alam dan lingkungan
sosial-budayanya, dan bahwa pengalaman hidup manusia dalam berinteraksi dengan
lingkungannya merupakan realita yang meresap membina pribadi. Manusia dan
lingkungannya saling berpengaruh satu sama lainnya dalam proses perubahan dan
perkembangan. Karena itu, gagasan atau kenyataan yang menunjukkan adanya dinding
pemisah antara sekolah dan masyarakat tentang oleh Progresivisme.
Bagi penganut Progresivisme “sekolah yang baik adalah masyarakat yang baik dalam
bentuk kecil. Sedangkan pendidikan yang mencerminkan keadaan dan kebutuhan
masyarakat perlu dilakukan secara teratur sebagaimana halnya dalam lingkungan sekolah.
Sekolah hendaknya merupakan suatu mikrokosmos dan masyarakat yang lebih luas. Di
sini para pelajar dapat mengkaji masalah-masalah dan pandangan-pandangan yang
dihadapi masyarakat sebagai suatu keseluruhan. Sekolah menjadi laboratorium belajar
hidup, suatu model kerja demokrasi.” Dewey sebagai seorang Progresivist memandang
“sekolah sebagai suatu masyarakat demokratis dalam ukuran kecil yang murid-muridnya
dapat belajar dan mempraktikkan keterampilan yang diperlukan untuk hidup dalam
suasana demokrasi”.