Anda di halaman 1dari 20

Pendidikan Dalam Tinjauan

Filsafat

Oleh :
Ni Putu Nilam Cahyani (202309013)
Anak Agung Sagung Istri Prabhaswari (202309014)
Ni Putu Gekariska Oktariani (202309015)
I Made Tio Arya Dinatha (202309016)
Ni Komang Rani (202309017)
I Putu Gede Cahyana Surya (202309018 )
Pengertian Filsafat
Landasan kerja filsafat adalah logika, rasio, atau pemikiran. Oleh karena itu, pemikiran
sesuatu filosofis dikatakan berfikir reflektif teoretis tentang sesuatu. Pada dasarnya berfikir reflektif
teoritis ini bertujuan untuk mendapatkan kecerahan, penjelasan, keterangan, pembenaran, dan
pengertian tentang sesuatu. Filsafat mengembangkan pemikiran radikal, komprehensif, dan berorientasi
pada kebenaran universal.

Dalam sejarah pertumbuhannya, filsafat lahir sebagai reaksi terhadap mitos, yang meyakini
sesuatu tanpa perlu mengungkapnya dengan akal. Filsafat justru bertugas memikirkan apa yang ada di
dunia. Pada saat iru filsafat menjawab semua peroalan masyarakat, karen apersoalan masyarakatbelum
sekompleks sekarang. Kemudian masyarakat semakin maju dan berkembang, sehingga tidak semua
persoalan dapat dipecahkan dengan filsafat. Peranan filsafat pada saat kelahirannya dan pada saat ini
lalu menjadi berbeda. Pada saat kelahirannya, filsafat menggantikan mitos dan pemikiran tentang segala
hal yang ada dan mungkin ada tersebut berlangsung samapai abad ke-15. Selanjutnya muncul kesadaran
bahwa pembentukan pengetahuan perlu dilakukan secara induktif. Lahirlah berbagai cabang ilmu
pengetahuan yang mendasarkan diri pada pendekatan empiris-eksperimental tentang objeknya. Dengan
pendekata induktif, empiris-eksperimental ini, maka ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang
dengan pesat.
Filsafat
Pendidikan
Pemikiran filosofis tentang pendidikan melahirkan cabang
filsafat khusus yang dikenal dengan nama filsafat pendidikan. Pemikiran
filosofis dalam pendidikan ini dipelopori oleh John Dewey (1859-1952).
Seperti pemikiran folosofis tentang pendidikan, pemikiran filosofis juga
dilakukan pada bidang-bidang lain, seperti bidang seni, bahasa,
kebudayaan, hukum dan lain-lain. Karena itu kita juga mengenal cabang
filsafat khusus lain, yakni : filsafat seni, filsafta bahasa, filsafat bahasa,
filsafat kebudayaan, filsafat hukum, dan lain-lain.
HUBUNGAN FILSAFAT
DENGAN FILSAFAT
• Hubungan keharusan

PENDIDIKAN
Berfilsafat berarti mencari nilai-nilai ideal (citacita) yang lebih baik, sedangkan
pendidikan mengaktualisasikan nilai-nilai ini dalam kehidupan manusia.
Pendidikan bertindak mencari arah yang terbaik, dengan berbekal teori-teori pendidikan
yg diberikan antara lain oleh pemikiran filsafat .
• Dasar Pendidikan
• Filsafat mengadakan tinjauan yang luas terhadap realita termasuk manusia,
maka dibahaslah antara lain pandangan dunia dan pandangan hidup. Konsep-konsep
ini selanjutnya menjadi dasar atau landasan penyusunan tujuan dan
metodologi pendidikan.  Sebaliknya pengalaman pendidik dalam realita menjadi
masukan dan pertimbangan bagi filsafat utk mengembangkan pemikiran pendidikan.
• Filsafat  memberi dasar-dasar dan nilai-nilai yang sifatnya das Sollen (yang
seharusnya)
• Praksis pendidikan  mengimplementasikan dasar-dasar tersebut, tetapi juga
memberi masukan dari realita terhadap pemikiran ideal pendidikan dan
manusia.
• Jadi, ada hubungan timbal balik di antara keduanya.
Peran Filsafat Dalam Pendidikan

01
Melukiskan secara rasional kedudukan dan keberadaan
02
Melukiskan secara rasional tentang keadaan
manusia sebagai mahkluk di dunia. Gambaran tentang masyarkat dan kebudayaan manusia di dunia.
manusia tersbut terungkap dalam rumusan filosofi Gambaran tentang keadaan masyarakat dan
mereka, yakni “manusia adalah mahluk sosial, kebudayaan manusia tersebut sejalan dengan jawaban
mahkluk berfikir, animal symbolicum, mereka tentang “apakah manusia itu sebenarnya”?
animaleducandum, dan sebagainya”. .

03 04
Melukiskan secara rasional keterbatasan sebagai Melukiskan secara rasional betapa perlunya landasan
mahkluk. Gambaran tentang keterbatasan manusia ilmiah dalam kegiatan pendidikan. Perlunya pemikiran
sebagai mahkluk itu sejalan dengan rumusan rasional di biang pendidikan kemudian melahirkan
filosofis mereka “manusia sebagai mahkluk di kekhususan pemikiran di bidang pendidikan. Kekhususan
dunia menghadapi bermacam tantangan hidup”. pemikiran dalam bidang pendidikan ini melahirkan
tindakan/kebijakan dalam pendidikan.
Aliran Filsafat Pendidikan
Filsafat memberikan sumbangan yang besar terhadap pendidikan dan perbuatan
mendidik. Sebagai sebuah disiplin pemikiran, filsafat dapat memandang pendidikan dan
perbuatan mendidik dari berbagai sudut pandang pemikiran. Berbagai sudut pandang pemikiran
terhadap pendidikan dan perbuatan mendidik ini melahirkan berbagai aliran dalam filsafta
pendidikan, seperti aliran:
idealisme
realisme
perennialisme
esensialisme
pragmatisme
progresivisme
eksistensialisme
1. Aliran Idealisme
Tokoh yang dikenal dalam aliran ini adalah Plato. Bagi aliran idealisme, realitas adalah
spirit atau mental (idea). Dengan demikian mengetahui tidak lain adalah membangkitkan kembali
idea-idea yang laten. Menurut aliran ini, aktivitas pendidikan tidak lain adalah kegiatan intelektual
yang membangkitkan kesadaran intelek pada diri individu. Karena itu, tujuan kegiatan mendidik
menurut aliran ini adalah meningatkan kemampuan intelekdan kreativitas.

2 Aliran Realisme
Tokoh yang dikenla dalam aliran ini adalah Aristoteles, Thomas Aquino. Menurut
aliran ini, realitas bersifat objektif yang terdiir dari materi dan wujud. Penegtahuna tidak lain adalah
hasil penagmatan mengenai objek-objek. Dengan demikian perbuatan mendidik adalah
mengajarkan anak berbagai disiplin dari hasil pengamatan objek yang telah dipilih. Sekolah
merupakan lembaga yang dibentuk untuk mengajari siswa tentang keadaan dunia (realitas). Siswa
harus mempelajari mata pelajaran yang terpilih untuk dapat hidup sempurna dan memuskan.

3. Aliran Prennialisme
Tokoh aliran ini adalah Alder. Aliran ini didukung oleh realisme dan idealisme. Prinsip
aliran ini adalah kebenaran universal. Kebenaraan dapat ditemukan dalam peradaban yang besar.
Pendidikan yang baik berarti usaha mencari dan memahami kebenaran. Mendidik merupakan
kegiatan untuk mengembangkan kecerdasan meraih kebenaran.
Aliran perennialisme ini dikenal memiliki teori konservatif, sebab aliran ini berpegangan pada
prinsip umum yang telah menjadi dasar kebudayaan kuno yang dianggap mempunyai kedudukan
penting dan mapan dalam perkembangan kebudayaan dewasa ini.
4. Aliran Esensialisme
Peletak landasan aliran ini adalah D. Erasmus, John Locke, John A. Comenius.
Namun tokoh yang tekenal pada aliran ini adalah Bagley, Bestor, Morios. Aliran esensialisme
didukung oleh aliran idealisme dan realisme atau menerapkan prinsip idealisme dan realisme
secara eklektik. Menurut aliran esensialisme, tujuan pendidikan adalah mendidik seseorang untuk
menjadi pribadi yang cukup dan berguna bagi masyarakay. Pokok pikiran pendidikan yang utama
adalah :
- Sekolah dasar seharusnya memiliki kurikulum yang bertujuan untuk menanamkan keterampilan
dasar untuk hidup. Mata pelajaran pertama untuk itu adalah membaca, menulis, aritmatika, dan
keterampilan meneliti.
- Kurikulum sekolah menengah seharusnya menanamkan kecakapan di bidang sejarah,
matematika, ilmu pengetahuan alam, kesusastraan, bahasa ingris dan bahasa asing
- Sekolah seharusnya menekankan disiplin dan menerima hukum sebagai sanksinya.
- Belajar menghendaki sikap keras dan pemusatan perhatian secara disiplin.
Aliran esensial dikenal sebagai pandangan tradisonal, karena memandang sekolah
sebagai lembaga khusus yang membekali idea-idea, pengetahuan, dan kebijaksnaan kebudayaan
pada generasi muda sehingga dapat melahirkan generasi muda yang berkebudayaan seperti tradisi
mereka.
5. Aliran Pragmatisme
Aliran ini dirintis oleh C. Pierce (1839-1914) dan William James (1842-1910). Kemudian
dikembangkan oleh John Dewey (1859-1952). Pragmatisme mendukung filsafat pendidikan progresivisme.
Bagi pragmatisme pendidikan adalah suatu proses eksperimental, suatu situasi menghadapi dan memecahkan
masalah seperti halnya orang-orang berinterakis dengan dunianya. Manusia akan mengalami pertumbuhan
pribadi dan sosialnya yang terbesar bila mereka berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya berdasarkan
pemikiran. Cara memecahkan masalah yang cerdas adalah dengan menggunakan metode ilmiah. Sekolah
adalah sutu lingkungan khusus yang merupakan sambungan dari lingkungan sosial yang lebih umum. Tidak
ada batas yang jelas antara sekolah dengan masyarakat.tetapi sekolah merupakan lembaga masyarakat yang
bertugas memilih dan menyederhanakan unsur kebudayaan yang dibutuhkan oleh individu untuk berpartisipasi
dalam masyarakat. Mengajar dan belajar adalah proses rekontruksi pengalaman berdasarkan metode ilmiah.
Oleh karena itu, metode yang penting adalah metode pemecahan masalah. Belajar harus dilakukan oleh siswa
secara aktif, baik individu maupun kelompok dengan cara memecahkan masalah. Guru bukanlah orang yang
mendominasi kelas, tetapi harus bertindak sebagai pembimbing, atau fasilitator bagi siswa.
6. Aliran Progresivisme
Progrsivisme atau gerakan pendidikan progresif sesungguhnya merupakan bagian dari gerakan
reformasi sosial dan politik pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 di Amerika Serikat. Tokoh gerakan
reformasi sosiopolitik itu antara lain Robert Lafolette, W. Wilson, dan Jane Addams. Progresivisme meninggalkan
pendidikan yanhg tradisional, yang umumnya berciri: a) guru yang otoriter, b) pengajaran yang bermetode buku
atau berpusat pada buku/teks, c) belajar dengan cara pasif karena siswa hanya diminta menghafalkan fakta, d)
pendidikan dengan falsafah berdindingempat (kelas) yang memisahkan sekolah dengan masyarakat, dan e)
menggunakan hukuman/rasa takut untuk menciptakan disiplin siswa.
Progresivisme tidak mempromosikan filsafat pendidikan tetapi mengembangkan teori pendidikan yang berdasarkan
prinsip-prinsip sebagai berikut.
- Anak harus dibebaskan dari rasa takut agar dapat berkembang dengan wajar
- Minat yang diawali dengan pengalaman langsung merupakan cara terbaik untuk merangsang siswa belajar.
- Guru harus menjadi pengamat dan pembimbing siswa belajar
- Harus ada kerjasama antara sekolah dengan keluarga dan masyarakat.
- Sekolah progresif harus merupakan laboratorium untuk melakukan reformasi pedagogis dan percobaan-percobaan
(eksperimentasi).
Progresifisme mengajukan rekomendasi perbaikan kurikulum yang berupa pengajran aktif, berpusat
pada pengalaman, pemecahan masalah, dan pengajaran proyek (penugasan). Gagasan ini diajukan antara lain oleh
John Dewey, Klipatrick, dan Parker.
7. Aliran Eksistensialisme
Aliran ini populer setelah perang dunia ke-2. Tokoh-tokoh yang terkenal pada aliran
sesitensialisme ini antara lain: Heideger, Sattre, Morris, Kierkegard. Pandangan manusia menurut
aliran eksistensialisme berdeda dengan aliran yang lain. Bila aliran realisme memandang
individu/manusia sebagai penghuni dunia yang penuh arti dan dapat diterangkan, maka
eksistensialisme memandang dunia ini sebagai hal yang asing, yang berbeda dengan keingnginan, cita-
cita dan rencana manusia. Pendidikan menurut aliran ini harus menekankan pada refleksi. Pribadi yang
mendalam pada kesesuaian dan pilihan pribadi. Pengajaran harus mendorong ekspresi diri demi
mendukung pribadi yang eksistensial.
Tendensi penonjolan keberadaan pribadilah yang utama, tampak jelas dalam pernyataan
aliran ini, yakni “Kita hidup di dunia kenyataan dan harus mengembangkan pengetahuan ilmiah dan
berguna untuk kenyataan ini, namun demikain, aspek yang paling bermakna bagi hidup ini adalah hal-
hal pribadi, bukan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuna hanyalah saran untuk mendukung eksistensi
yang paling penting adalah tentang kondisi kemanusiaan dan pilihan-pilihan yang harus dilakukan oleh
setiap orang. Pendidikan merupakan suatu proses pengembangan kesadran tentang kemerdekaan untuk
memeilih, dan bertanggung jawab tentang pilihan pribadi. Tugas pendidikan adalah mendorong siswa
untuk berani melakukan pemikiran filosofis tentang makna pengalaman hidup manusia, cinta kasih dan
kematian. Refleksi-refleksi ini hanya mungkin dilakukan bila mata pelajaran yang diberikan di sekolah
berupa puisi, estetika, drama, biografi, dan tilikan pengalaman.
Filsafat Pancasila
Pancasila merupakan Filsafat Negara Republik Indonesia dan landasan sistem pendidikan
nasional. Pancasila selain merupakan filsafat negara, pandangan hidup bangsa, juga merupakan moral bangsa
Indonesia. Dengan demikian, Pancasila juga menjadi landasan moral individu, masyarakat, dan negara.
Setiap kegiatan pendidikan, selalu mempersoalkan nilai individu, masyarakat dan negara, selain nilai
intelektual. Memikirkan kegiatan pendidikan di Indonesia, berarti menentukan filsafat Pancasila dalam
mengembangkan kebudayaan Indonesia di tengah-tengah perkembangan kebudayaan dunia yang telah
menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Upaya penyelenggraan pendidikan berdasarkan
filsafat Pancasila berarti meletakan Pendidikan moral Pancasila sebagai bagian integrasi dari kebudayaan
Indonesia.
Pendidikan dapat dipandang dari sudut masyarakat dan kebudayaan dari sudut ini, pendidikan berperan untuk
memperkenalkan, melestarikan, mengelola, memilih dan mengembangkan unsur-unsur kebudayaan nasional.
Peran itu harus dilakukan oleh pemimpin negara, para pendidik, dan tokoh masyarakat. Tugas pendidikan
pada tingkat sekolah adalah mendukung pelestarian kebudayaan nasional yang berlandaskan Pancasila itu
melalui kegitan pendidikan dan pengajaran. Jadi tugas pendidik difokuskan pada anak didik dalam
melestarikan Pancasila.
Selanjutnya pendidikan yang berlandaskan filsafat Pancasila harus dapat
berperan:
- Mengembangkan anak didik sebagai individu yang utuh (multidimensional)
- Mengembangkan kempauan bernalar, sehingga anak didik dapat memilih dan memilah
unsur kebudayaan yang sesuai dengan kepribadian nasioal.
Pada dasarnya pendidikan yang berfalsafah Pancasila berperan untuk
a) mencari, mengunji, dan merumuskan alternatif pemikiran tentang upaya mencerdaskan
anak didik,
b) mencari strategi pelestarian kebudayaan nasional,
c) mencari model pendidikan yang mampu mendorong tumbuhnya manusia yang
berkepribadian utuh, dan
d) merekayasa berbagai situasi pendidikan yang menumbuhkan saling mengerti anatar
bangsa (internasional).
Alasan Pendidik Harus Memahami
Peran Filsafat Dalam Pendidikan
Pada hakikatnya filsafat mengajarkan setiap orang untuk berpikir
kritis dan mendalam tentang sesuatu. Hasil dari pemikiran dan
pemahaman tentang sesuatu tersebut akan mengarahkan kepada
pelakuknya untuk berperilaku dan bersikap sesuai dengan nilai-nilai yang
terkandung di dalamnya.
Landasan filosofis pendidikan merupakan cabang dari filsafat
yang mengkaji tentang apa, bagaimana, dan mengapa pendidikan.
Seorang guru yang mempelajari dan memahami landasan filosofis
pendidikan akan melakukan berbagai upaya untuk keberhasilan proses
pembelajaran yang ia lakukan. Seorang guru yang memahami filosofis
pendidikan akan memahami tujuan ia mendidik. Sehingga, dengan
seksama ia akan memikirkan bagaimana siswanya belajar, apa yang
harus dipelajari siswanya, bagaimana siswanya bisa terlibat secara aktif
dalam proses pembelajaran, bagaimana hasil belajar siswa bisa
membangun sikap mereka, dan sebagainya.
penerapan filsafat Pancasila dalam dunia
pendidikan khususnya dalam pembelajaran
seni di sekolah
Apabila kita hubungkan fungsi Pancasila dengan sistem
pendidikan ditinjau dari filsafat pendidikan, maka Pancasila merupakan
pandangan hidup bangsa yang menjiwai dalam kehidupan sehari-hari. Karena
itu, sistem pendidikan nasional Indonesia wajar apabila dijiwai, didasari dan
mencerminkan identitas Pancasila dan untuk menumbuhkan dan membekali
generasi penerus agar memiliki bekal karakter baik, keterampilan literasi yang
tinggi, dan memiliki kompetensi unggul, mampu berpikir kritis dan analitis,
kreatif, komunikatif, dan kolaboratif. Oleh karena itu, diperlukan strategi
khusus yang dilakukan satuan pendidikan agar dapat menanamkan nilai-nilai
karakter pancasila dalam diri peserta didik, salah satunya dengan cara
mengimplementasikan pendidikan karakter berbasis budaya sekolah.
MANFAAT BELAJAR FILSAFAT

PENDIDIKAN
Menjadikan mhs lebih kritis dan lebih dapat berpikir reflektif dalam memandang
persoalan pendidikan.

• Memperluas cakrawala berpikir mahasiswa agar lebih arif dalam memahami


problem pendidikan.

• Memecahkan problem-problem dasar kependidikan dengan menggunakan


kebebasan intelektual dan tanggung jawab sosial.
“Sesi Tanya Jawab”
Filsafat adalah suatu kegiatan berpikir secara mendalam
dan menyeluruh dengan disertai tindakan sadar, teliti, dan teratur agar
hakikat dari sebuah kebenaran dapat ditemukan. Hubungan antara
filsafat dan filsafat pendidikan itu sangat erat sekali dan tak bisa
dipisahkan, karena filsafat memberi arah dan pedoman dasar bagi
Kesimpul usaha-usaha perbaikan, pengembangan, dan meningkatkan kemajuan
dan landasan yang kokoh bagi tegaknya sistem pendidikan yang

an diharapkan. Sebagai intelektual muda yang kelak menjadi pendidik


atau tenaga kependidikan, sudah sewajarnya bila mereka dituntut
untuk berpikir reflektif dan bukan sekedar berpikir teknis di dalam
memecahkan problem-problem dasar kependidikan, yaitu dengan
menggunakan kebebasan intelektual dan tanggung jawab sosial yang
melekat padanya.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai