Anda di halaman 1dari 4

Nama: Muhammad Fariqh Khatami

NIM : 11201120000056

Kelas: Politik 3A

Jawaban UTS Etika Politik

1. Etika merupakan sebuah hal yang filosopis yang erat kaitannya dengan moral
manusia. Sebelum lebih jauh membahas tentang etika. Kita perlu mengetahui
pengertian etika itu sendiri, etika adalah kebiasaan atau adat istiadat yang berkaitan
dengan tata krama dengan manusia lainnya. Etika sangat erat kaitannya dengan
hubungan manusia dengan sesama manusia bahkan dengan hewan sekalipun kita
masih memerlukan etika. Maka dari itu jika berbicara tentang etika politik sebagai
sebuah disiplin ilmu yang mengajarkan sebuah prinsip prinsip politik yang dijalankan
harus berlandaskan pada moralitas yang lekat dengan manusia dengan menggali
pemikiran-pemikiran filosof dan teolog mengenai pendapat mereka tentang etika
politik. Politik erat kaitannya dengan kekuasaan. Dimana kekuasaan tersebut dapat
mempengaruhi kehidupan masyarakat luas. Jadi untuk mencapai sebuah kesejahteraan
bersama diperlukannya sebuah metode pengambilan keputusan yang baik. Menurut
saya etika politik mampu dan sangat mungkin mempengaruhi suatu kebijakan
penguasa. Namun disisi lain ketika kita berbicara etika politik sebagai sebuah nilai
praktis artinya etika politik jika di implementasikan sebagai dasar setiap individu
dalam mengatur segala aspek kehidupan politik merupakan suatu hal krusial. Dimana
peran etika politik yang dimiliki setiap individu penguasa sangat menentukan apa
yang jalankan dan perintahkan. Contohnya etika politik Thomas Hobbes berpendapat
bahwa manusia merupakan homohomini lupus artinya manusia merupakan serigala
bagi manusia lainnya artinyaIntinya manusia akan melakukan segala cara ntuk
memuluskan tujuannya meskipun car aitu terkadang harus mengorbankan kawan
sendiri atau manusia yang lain(Ahmad Suhelmi, 2001: 168). Thomas Hobbes
berpendapat seperti ini agar manusia mengetahui jikalau sifat alamiahnya seperti itu
sehingga kita dapat meminimalisir hal itu ketika kita mempelajari etika politik. seperti
contoh kasus banyak sekali elite politik yang terjerat kasus korupsi yang seolah taka
da ujungnya. Karena sebenarnya mereka yang tertangkap hanyalah korban “cuci
tangan” atasannya sehingga sangat relevan pemikiran Thomas Hobbes dengan kasus
seperti ini.
2. . Manusia memiliki kesadaran moral yang membedakan manusia dengan makhluk di
bawah tingkat manusia. Manusia diciptakan memiliki akal dan pikiran yang seringkali
mendasari manusia dalam bertindak. Moral manusia berasal dari norma-norma yang
secara turun temurun diturunkan menjadi sebuah dasar yang mengatur manusia dalam
hubungannya dengan manusia lainnya. Manusia berbeda dengan hewan bukan karena
akal dan pikirannya. Hewan juga memiliki akal namun yang tak dimiliki oleh hewan
adalajh moralitas yang hanya dimiliki oleh manusia. Maka dari itu moral menjadi
sesuatu yang hakiki lekat pada setiap individu. Keharusan moral yang dimiliki
manusia didasarkan pada tingkah lakunya yang dikendalikan oleh kaidah-kaidah
moral yang berasal dari adat istiadat. Moral menjadi suatu entitas dasar yang wajib
dimiliki manusia dalam menjalani kehidupannya. Secara alamiah moralitas pada
manusia sejatinya telah tertanam akibat faktor lingkungan di sekitarnya. Moralitas
juga bebricara tentang adab kita sebagai manusia, bagaiamana kita menjadikan nilai
nilai norma yang secara turun temurun menjadi identitas kita sebagai manusia. Karena
bagaimanapun juga moralitaslah yang membedakan manusia dengan makluk lainnya.
3. Plato berpendapat bahwasanya hak untuk memerintah adalah sebuah kebajikan.
Tentunya jika kita menafsirkan pemikiran plato melalui perspektif kekuasaan,
memang memerintah itu harus memiliki legitimasi sehingga kekuasaan yang
dijalankan dapat terorganisir dengan baik. Legitimasi sendiri merupakan sebuah
pengakuan dari rakyat sehingga para penguasa yang telah mendapatkan legitimasi dari
rakyat memiliki kekuatan dalam menjalankan pemerintahannya. Ketika kita menarik
diskursus tentang pemikiran plato kepada realitas politik di Indonesia terutama
implementasi sila ke-4 terkait dengan hak untuk memerintah yang memiliki makna
yang sangat dalam sampai ke pembahasan tentang kekuasaan dan legitimasi.
Sedangkan dalam sila ke-4 berbunyi Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. Jika kita berbicara tentang suatu
legitimasi. Di Indonesia legitimasi diperoleh melalui kontestasi pemilu. Kontestan
yang mendapatkan suara terbanyak dari rakyatlah yang keluar sebagai jawaranya.
Kemudian dari legitimasi tersebut lahirlah sebuah kekuasaan. Ketika membahas sila-4
pastinya kita membahas tentang demnokrasi di Indonesia dimana kekuasaan dan
legitimasi ada ditangan rakyat hal ini sejalan dengan bunyi pembukaan UUD 1945
alinea ke-4 dan UUD 1945 pasal 1 ayat 2 yang merupakan nilai praktis dari sila k-
4(Yusdianto, 2016:3).
4. Dalam pemikiran Thomas Aquinas ia berpendapat Dalam buku Summa theologiae
karyanya ia menulis: Kebajikan mengarahklan kepada suatu kesempurnaan hakiki
yang dimiliki oleh manusia. Dan kesempurnaan dari sesuatu harus diperhatikan dalam
kaitan dengan tujuan yang ingin dicapai. Tetapi, tujuannya adalah aktualisasi dari
suatu kemampuan atau potensialitas. Jadi intinya tujuan dapat dikatakan sempurna
jika dapat merepresentasikan keterahannya pada setiap tindakannya (Philip, 1994).
Jadi filsafat moral tentang etika kodrat menurut Thomas Aquinas berasal dari hukum
yang telah ada pada budi luhur kita. Karena di dalamnya terkandung nilai-nilai
kebiasaan yang dilandasi oleh hukum kodrat. Menurut Thomas, semua Tindakan
kebajikan dapat dikalsifikasikan dalam hukum kodrat, sebab daya pikir dan pola piker
masing-masing orang secara kodrati mengarahkannya untuk bertindak bajik. Tetapi
bila kita berbicara tentang tindakan-tindakan berkebajikan yang dipertimbangkan
dalam tindakan-tindakan itu sendiri, yaitu dalam spesiesnya masing-masing, maka
tidak semua tindakan berkebajikan termasuk dalam hukum kodrat (Jordan, 2006).
6. Dalam perkembangannya pemikiran Machiaveli masih menjadi diskursus yang
relevan dibahas pada saat ini. Sebab banyak sekali pemimpin negara yang menjadikan
pemikiran Machiaveli sebagai inspirasi untuk menjalankan pemerintahannya namun
anehnya mereka tidak ada satu pun yang menerima jika disebut machiavelian. Dalam
bukumya yang berjudul Discourses disana ia berpendapat bahwasanya negara
republic merupakan negara yang ideal. Ia berpendapat bahwasanya bentuk republiklah
yang menjadi suatu kebaikan untuk negaranya. Sebagai seorang filsuf dan teolog yang
memiliki sumbangsih terhadap kebebasan politik dari belenggu negara. Sehingga
rakyat dan penguasa dapat bekerjasama yang pada akhirnya akan melahirkan negara
yang beretika. Pada saat itu memang pengaruh gereja dalam pengambilan kebijakan
negara menurut Machiavelli terlalu besar sehingga itu tidak baik bagi berjalannya
birokrasi disana. Sehingga dalam sistem negara republic menurut Machiavelli negara
memiliki kedaulatan dan indepedensi yang absolut yang tidak pengaruhi atau
diintervensi gereja.
Daftar Pustaka

Mark, D. Jordan. 2006, “Philosophy in a Summa of Theology“

Suhelmi, Ahmad Pemikiran Politik Barat (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2001)

Wogaman, J. Philip. 1994. Christian Ethics a Historical Introduction: London

Yusdianto, 2016, “Makna Filofis Nilai-Nilai Sila Ke-Empat Pancasila Dalam Sistem
Demokrasi di Indonesia”, Jurnal Fiat Justicia Of Law, Vol 10. No 02.

Anda mungkin juga menyukai