Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

MANAJEMEN RESIKO
“Pendekatan Kualitatif dalam Pemilihan Metode Penanganan Resiko”

DI SUSUN OLEH:

KELOMPOK 4

1. Sinta Mayasari Bekti (B.131.19.0174)


2. Alan Dwi Kusuma (B.131.19.0176)
3. Najib Nailan Naja (B.131.19.0194)
4. Naning Restu Pamilih (B.131.19.0203)
5. Brili Handayani Titis Asih (B.131.19.0216)

DOSEN PENGAMPU:

Bp. DWI WIDI PRATITO S.N., SE,MM

FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM PENDIDIKAN-S1 MANAJEMEN

UNIVERSITAS SEMARANG
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya,
yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, yang telah memberikan
kemampuan , kekuatan, serta keberkahan baik waktu, tenaga maupun pemikiran kepada
kamisehingga kami dapat menyelesaikan Makalah tentang Pendekatan Kualitatif dalam Pemilihan
Metode Penanganan Resiko).

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga Makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi
terhadap pembaca.

Semarang, 29 September 2021

Kelompok 4
BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Di dalam kehidupan sehari-hari, kata Resiko sudah sering terdengar dan sudah biasa
diucapkan dalam pembicaraan sehari-hari oleh banyak orang.  Resiko adalah kemungkinan sebuah
ancaman   tertentu   memanfaatkan   kelemahan   sistem   tertentu (Peltier, 2005).  Sedangkan
menurut (Dorofee, 2003), resiko adalah kemungkinan terkenanya bencana atau kerugian; sebuah
potensi dari konsekuensi negatif yang tidak diinginkan dari suatu kejadian. Resiko ini menunjuk
pada situasi dimana seseorang dapat melakukan sesuatu yang tidak diinginkan atau sebuah kejadian
alam yang dapat menyebabkan akibat yang tidak diinginkan, mengakibatkan dampak negatif. 
Risiko adalah bahaya, akibat atau konsekuensi yang dapat terjadi akibat sebuah proses yang
sedang berlangsung atau kejadian yang akan datang. Dalam bidang asuransi, risiko dapat diartikan
sebagai suatu keadaan ketidakpastian, di mana jika terjadi suatu keadaan yang tidak dikehendaki
dapat menimbulkan suatu kerugian (Wikipedia, 2013).
Ketiga definisi tersebut mengungkapkan bahwa resiko merupakan kemungkinan terkenanya
sebuah bahaya/akibat/konsekuensi/ancaman/ bencana/kerugian tertentu yang terjadi akibat sebuah
proses yang sedang berlangsung atau kejadian yang akan datang, atau dengan kata lain resiko ini
menunjukkan situasi dimana seseorang melakukan sesuatu yang tidak diinginkan, yang dapat
menyebabkan akibat yang tidak diinginkan, serta mengakibatkan dampak negatif.  Resiko itu sendiri
terbagi menjadi beberapa macam, seperti resiko kebakaran, kecelakaan, bencana alam (gempa bumi,
gunung meletus, tsunami, longsor, dan lain sebagainya).  Berbagai macam resiko tersebut dapat
menyebabkan kerugian jika tidak diantisipasi.  Oleh karena itu, sebelum terjadinya berbagai resiko
tersebut sebaiknya kita antisipasi agar kita tidak mendapatkan kerugian.
Resiko itu sendiri berhubungan dengan ketidakpastian yang terjadi karena kurangnya atau
tidak tersedianya informasi yang lengkap tentang apa yang akan terjadi.  Sesuatu yang tidak pasti
(uncertain) itu dapat berakibat menguntungkan atau merugikan. Dalam beberapa tahun terakhir,
manajemen resiko menjadi trend utama, baik dalam perbincangan, praktik, maupun pelatihan
kerja.  Hal ini secara konkret menunjukkan pentingnya manajemen resiko dalam dunia bisnis pada
masa kini.

B. TUJUAN
Tujuan dalam pembuatan makalah ini dibagi dalam dua tujuan yakni dilihat dari tujuan
secara umum dan secara khusus :

1. Tujuan secara umum yaitu untuk memberikan pemahaman mengenai Pendekatan Kualitatif
dalam Pemilihan Metode Penanganan Resiko
2. Agar dapat menjadi acuan untuk pembuatan karya ilmiah selanjutnya.
3. Tujuan secara khusus dibuatnya makalah ini yaitu untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Manajemen Resiko dan diharapkan mahasiswa dapat memahami secara mendalam
maksud dan tujuan pembangunan berkelanjutan baik secara teori maupun praktek di
lingkungan sehari-hari.

C. RUANG LINGKUP
Pada pembahasan ini terfokus pada :
1. Biaya Modal Individual dari PT Semen Baturaja
2. Biaya Modal Rata- rata Tertimbang dari PT Semen Baturaja
BAB II

A. GAMBARAN UMUM

1. SEJARAH BERDIRINYA PT SEMEN BATURAJA


PT Semen Baturaja berdiri pada tanggal 14 November 1974, dengan akta notaris Jony
Frederick Berthol Tumbelaka Sinjal No. 34, dengan pemegang saham PT Semen Padang
(Persero) (55%) & PT Semen Gresik (Persero) (45%).
Pada tahun 1978 pemerintah memberikan penyertaan modal yang mengubah status hukum
perusahaan menjadi PT (Persero) dengan susunan modal sebagai berikut:
Pemerintah RI: 88%
PT Semen Gresik: 7%
PT Semen Padang: 5%
Pada tahun 1991 berdasarkan PP Nomor: 3 tahun 1991, susunan modal PT Semen Baturaja
berubah menjadi 100 % milik Pemerintah RI dengan mengambil alih saham - saham yang
semula dimiliki oleh PT Semen Gresik dan PT Semen Padang.
Tahun 2011, Perseroan melakukan Pembangunan proyek Cement Mill and Packer dengan
kapasitas 750.000 ton semen per tahun dan telah beroperasi komersial pada bulan Juli 2013,
sehingga kapasitas Perseroan menjadi 2.000.000 ton semen per tahun.
Tanggal 28 Juni 2013, PT Semen Baturaja (Persero) Tbk melaksanakan Initial Public
Offering (IPO) dengan melepas 23,76% atau 2.337.678.500 saham ke publik yang akan
digunakan untuk membiayai pembangunan pabrik Baturaja II dengan kapasitas 1,85 juta ton
semen per tahun.
2. STRUKTUR ORGANISASI DAN PENANGGUNGJAWAB
Pada PT Semen Baturaja (Persero) Tbk telah dibentuk unit kerja tersendiri yang menjalankan
fungsi pengelolaan risiko di perusahaan. Struktur organisasi Manajemen Risiko ditetapkan
dengan Surat Keputusan Direksi PT Semen Baturaja (Persero) Tbk Nomor : PH.01.04/020/2019
yang terdiri dari : Direktur Utama, Division Corporate Secretary dan Department Governance &
Risk Management yang membawahi unit kerja Risk Management, GCG, dan System
Management. Struktur organisasi Manajemen Risiko dalam bagan alur adalah sebagai berikut :
Peran, tugas dan tanggung jawab dari unit kerja Manajemen Risiko dalam Penerapan
Manajemen Risiko di Perusahaan sebagaimana tergambar dalam struktur organisasi di atas
adalah:
1) Merencanakan, mengkoordinasikan dan menetapkan program kerja kegiatan manajemen
risiko & GCG.
2) Mengkoordinir penyusunan Sistem Manajemen Risiko (pedoman, tata laksana, tata cara
kerja dan formulir), dan memfasilitasi penyusunan dokumen di unit kerja (tata laksana, tata
cara kerja dan formulir) serta program pemasyarakatan sistem, identifikasi risiko,
menfasilitasi pemetaan risiko, pemantauan dan pengendalian.
3) Kinerja sehingga risiko yang mungkin terjadi dapat diminimalkan serta kinerja dan nilai
Perusahaan meningkat secara signifikan.
4) Mengarahkan pemberian layanan konsultasi secara internal pada unit kerja dilingkungan
Perusahaan dalam mendorong penerapan tata kelola yang baik (Good Corporate
Governance).
5) Melakukan evaluasi dan memberikan kontribusi terhadap peningkatan proses manajemen
risiko dan GCG di Perusahaan.
3. BENTUK BADAN USAHA
PT Semen Baturaja (Persero) atau Semen Baturaja adalah Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) yang bergerak di bidang industri semen.
4. DAERAH PEMASARAN
1. Kantor Pusat/ Head Office
Jl. Abikusno Cokrosuyoso Kertapati Palembang
2. Kantor Perwakilan Jakarta/Jakarta Representative Office
Gedung Graha Irama Lt. 9 Block B dan C Jl. H. R. Rasuna Said Kav. 10 Jakarta Indonesia
3. Pabrik Palembang/Palembang Plant
Penggilandan Pengantongan Semen/Cement Grinding and Packing
Jl. Abikusno Cokrosuyoso Kertapati Palembang
4. Pabrik Baturaja/ Baturaja Plant
Produksi Terak, Penggilingan dan Pengantongan Semen/Clinker Manufacturing as well as
Cement Grinding and Packing
Jl. Raya Tiga Gajah Baturaja
5. Pabrik Panjang/Panjang Plant
Penggilingan dan Pengantongan Semen/Cement Grinding and Packing
Jl. Yos Sudarso KM 7 Panjang, Bandar Lampung
B. TINJAUAN TEORITIS
1. DIMENSI PENDEKATAN KUALITATIF
Dalam praktek, disebabkan perubahan-perubahan yang cepat dari lingkungan risiko,
perlunya untuk bereaksi dengan cepat terhadap masalah yang mendesak, dan keterbatasan-
keterbatasan baik yang bersifat kelembagaan maupun yang berhubungan dengan faktor
manusia, maka seringkali manajer risiko pada suatu waktu terperangkap mengurusi satu
bagian saja dari total program manajemen risikonya. Misalnya manajer mungkin hanya
memusatkan perhatiannya pada kecelakaan industri saja atau pada kerugian-kerugian
terhadap pengiriman barang dengan kapal laut saja.  Dalam mencapai keputusan seperti ini,
mereka cenderung mengikuti alasan yang dikemukakan pada pembahasan sarana dasar
manajemen risiko.
Malahan secara periodik, manajer risiko harus memperluas
peninjauannya.  Peninjauan ini bisa dilakukan sendiri bisa dengan bantuan konsultan atau
perusahaan asuransi.  Dalam bidang lain dari tuan konsultan atau perusahaan
asuransi.  Dalan bidang lain dari manajemen risiko pendekatan cara sistem mendorong
perusahaan untuk mempertimbangkan secara serentak aspek-aspek operasi; manajemen
asuransi hendaknya mengikuti cara itu.  Alasan mengapa harus dilakukan peninjauan filosofi
total risiko dan prosedurnya adalah perlunya untuk membangun kebijaksanaan manajemen
risiko yang sejalan dengan tujuan perusahaan yang bersangkutan dan mengetahui hubungan
timbal balik antara berbagai bidang dan berbagai keputusan bidang resiko.
Tanpa menggunakan kebijaksanaan seperti itu  untuk menuntun pengambilan
keputusan untuk satu segi risiko tertentu, ada kemungkinan gagal untuk mengenal hubungan
timbal balik tersebut.  Disamping itu juga keputusan-keputusan mungkin tidak konsisten,
mungkin pula menerapkan standar  yang berbeda-beda untuk kasus yang bersamaan.
Metode analisis kualitatif (qualitative analysis method), yaitu  metode analisis risiko
yang menggunakan tabulasi berdasarkan penilaian deskriptif (tinggi, sedang atau
rendah).  Pendekatan kualitatif  melakukan analisis terhadap potensi dampak yang dapat
terjadi akibat ancaman dari gangguan dan kelemahan, yang akan dinilai dengan skala tinggi,
menengah dan rendah.  Analisis kualitatif menggunakan bentuk kata atau skala deskriptif
untuk menjelaskan seberapa besar potensi risiko yang akan diukur.

2. PROSES ANALISIS RISIKO KUALITATIF


Thomas R. Peltier (2001), dalam bukunya yang berjudul “Information Security
Risk Anaysis”, menjelaskan tahapan pada analisis risiko secara kualitatif, dalam
sepuluh proses, meliputi:
1.        Identifikasi batasan analisis (scope)
Proses ini akan dilakukan penentuan fokus masalah yang akan diselesaikan.
2.        Pembentukan tim.
Pada proses ini akan dilakukan pembentukan tim yang bisa terdiri dari para ahli,
pihak managemen dan pengguna.
3.        Identifikasi ancaman
Pada proses ini akan dilakukan pendaftaran beberapa ancaman, berdasarkan hasil
observasi dan tanya jawab, sehingga dapat diketahui ancaman dan kelemahan yang
menyebabkannya.
4.        Prioritas ancaman berdasarkan aset
Pada proses ini memperhatikan ancaman yang memiliki kecenderungan terjadi dinilai
rendah, menengah atau tinggi.
5.        Identifikasi dampak
Berdasarkan identifikasi dampak kehilangan, maka dapat dinilai level dampaknya,
yang dinilai dengan rendah, menengah dan tinggi.
6.        Identifikasi sumber resiko
Pada proses ini akan dilakukan rekapitulasi level ancaman, dampak dan faktor risiko.
7.        Identifikasi kontrol keamanan
Pada proses ini akan dilakukan identifikasi kontrol dan alat pengamanan yang akan
dipilih berdasarkan ancaman.
8.        Analisis cost-benefit
Proses pada analisis risiko kualitatif memiliki fungsi yang sama seperti proses pada
analisis risiko, sebagai contoh  penilaian dampak kehilangan yang dilakukan pada
analisis risiko kualitatif,  sama dengan tahap analisis dampak pada penilain risiko,
tetapi tahap analisis cost-benefit tidak terdapat pada analisis risiko, karena analisis
tersebut ada  pada tahapan risk mitigation.
9.        Level kontrol
10.    Sosialisasi hasil analisis
Melakukan pembuatan executive summary, yang melaporkan keseluruhan hasil
analisis risiko yang dilakukan.
3. PENDEKATAN DUA LANGKAH
Salah satu pendekataan terhadap perencanaan total risiko adalah suatu prosedur dua
langkah yang sering pula disebut sebagai metode asuransi.  Sesudah manajer risiko
mengidentifikasikan dan mengukur kerugian potensial, maka ia harus menyiapkan  suatu
daftar penutupan asuransi (insurance coverage) yang dirasa paling jitu menutup kerugian ini.
Penutupan dalam daftar itu dibagi dalam 3 golongan utama atas dasar
keparahan  kerugian yang ditutup. Kemudian manajer risiko meninjau kembali kontrak
asuransi dalam setiap golongan untuk menetapkan yang mana di antara kerugian-kerugian ini
yang mungkin lebih memuaskan ditangani dengan cara-cara lain dari  asuransi. 

4. METODE PENDAFTARAN SEMENTARA


Dalam langkah pertama, manajer risiko harus menetapkan: pertama, kombinasi
penutupan asuransi yang dapat memberikan perlindungan terbaik terhadap risiko yang
dihadapi perusahaan yang bersangkutan.  Dengan asumsi setiap perusahaan lebih suka
membeli pertanggungan asuransi sepanjang jasa asuransi yang diingini tersedia.  Untuk
penetapan ini, pihak manajer risiko harus mengerti kontrak asuransi dan penetapan harga
asuransi.  Tujuannya adalah untuk mengadakan perlindungan yang paling lengkap dengan
biaya yang paling murah.  Oleh karena itu, tidak semua risiko bisa diasuransikan maka
dengan membuat daftar ini, manajer risiko akan lebih waspada bahwa risiko seperti ini,
manajer risiko akan lebih waspada bahwa risiko seperti in harus ditangani dengan cara lain
bukan dengan asuransi.
Manajer risiko harus memilih limit dari kebijaksanaan yang memberi perlindungan,
selengkap mungkin.  Umumnya limit kebijaksanaan dalam daftar sementara ini seharusnya
sama dengan kerugian maksimum yang mungkin (maximum possible loss), tetapi kadang-
kadang kerugian ini melebihi penutupan maksimun yang tersedia.  Kerugian yang melebihi
jumlah maksimun yang tersebut yang tersedia akan ditangani dengan cara-cara lain.
Sesudah manajer risiko menetapkan kombinasi penutupan yang terbaik dan limit
kebijaksanaan, maka ia membagi kontrak asuransi ke dalam 3 golongan yaitu:
1.    Penutupan yang esensial
Penutupan yang esensial ialah penutupan yang diwajibkan oleh undang-undang
(misalnya asuransi  kompensasi tenaga kerja, ASTEK), atau yang diwajibkan oleh
perjanjian (seperti perjanjian dengan serikat buruh, perjanjian denga pemberi hipotik,
dan sebagainya).  Termasuk pula ke dalam golongan ini adalah perlindungan asuransi
terhadap kerugian perusahaan (misalnya kerugian karena tanggung jawab pada pihak
ketiga atau liability losses).
2.    Penutupan yang diinginkan
Kontrak yang diinginkan yang memberikan perlindungan terhadap kerugian-kerugian
yang menghalangi operasi perusahaan, tetapi barangkali tidaka kan sampai
menyebabkan perusahaan ditutup.
3.    Penutupan yang tersedia
Kontrak yang tersedia meliputi semua jenis perlindungan yang belum termasuk ke
dalam  kedua golongan terdahulu.  Kontrak ini meliputi perlindungan terhadap
kerugian-kerugian ringan.
5. MEMBUAT DAFTAR YANG TELAH DIPERBAIKI
Setelah daftar sementara itu lengkap, manajer risiko lalu meninjau kontrak-kontrak
dalam masing-masing golongan untuk menetapkan yang mana di antara kerugian itu yang
mungkin bisa ditangani lebih memuaskan dengan cara-cara lain. Sebagai contoh kontrak-
kontrak yang dikeluarkan dari golongan yang  esensial mungkin meliputi perlindungan
terhadap:
1.    Kerugian yang bisa dipindahkan kepada pihak lain (bukan perusahaan asuransi)
dengan  biaya yang lebih murah dari premi asuransi.
2.    Kerugian yang bisa dicegah atau dikurangi sedemikian rupa sehingga tidak lagi
merupakan kerugian yang parah.
3.    Kerugian yang terjadi demikian seringnya sehingga kerugian itu dapat
diperkirakan dengan seksama. Dalam hal ini asuransi madiri lebih menarik karena
menghemat pengeluaran.

Manajer risiko cenderung menginginkan jenis analisis yang sama pada penutupan.
Kasus bagi metode non insurance lebih kuat dengan penghargaan pada penutupan-penutupan
ini, sebab-akibat daripada tidak mengasuransikan tidak akan parah.

Pembelian suatu asuransi, sebagian ada yang disebabkan oleh service tertentu yang


ditawarkan oleh pihak perusahaan asuransi, dimana service tersebut dipandang oleh manajer
risiko yang bersangkutan bernilai tinggi. Sebagai contohnya pada asuransi kerugian yang
melindungi dinding kaca suatu bangunan, merupakan asuransi yang prioritasnya rendah,
tetapi mungkin karena perusahaan asuransi yang bersangkutan juga menyediakan jasa
perbaikan pemasangan dinding kaca yang ditanggung itu, manajer risiko tertarik untuk
membeli asuransi tersebut. Asuransi terhadap harta benda yang relative tidak penting,
mungkin bisa menarik bagi manajer risiko jika preminya, menurut pandangan manajer yang
bersangkutan, merupakan harga yang dapat ditawar. Dengan penghargaan terhadap banyak
penutupan yang tersedia, malahan metode penanganan risiko yang lain akan tampak lebih
menyeangkan, akan memakan biaya yang sedikit untuk penerapannya, atau akan mempunyai
manfaat lain.
Ketiga patokan klasifikasi ini tidak mengertikan pada manajer risiko suatu titik dasar pada
mana ia seharusnya menarik garis yang mengacu pada pembelian asuransi, teristimewa jika
garis itu harus ditarik di dalam salah satu dari ketiga kelas itu; tetapi klasifikasi ini
menyaranka beberapa prioritas dengan penghargaan pada pengguanaan dana yang tersedia
untuk premi asuransi. Klasifikasi ini juga memfokuskan perhatian pada konsekuens tidak
memakai jasa asuransi.
Kontrak-kontrak asuransi yang esensial dan di inginkan yang belum dihapuskan dalam
pendaftaran kedua ini seharusnya dibeli jikalau kebutuhan dari dana premi tidak lebih
penting.  Asuransi apakah yang akan merupakan isi kedua kelas ini, tergantung atas beberapa
faktor pendukung seperti berikut ini:
1.    Status ekonomi dari perusahaan yang bersangkutan
2.    Objektif manajemen resiko perusahaan yang bersangkutan
3.    Sifat daripada exposure
4.    Sikap penolakannya terhadap resiko
5.    Ketetapan pengukuran kerugian potensial
Selanjutnya manajer resiko mestinya mempertimbangkan tentang apa yang harus
dilakukan terhadap resiko-resiko yang tidak tertulis dalam daftar yang pertama, disebabkan
oleh tidak tersedianya jasa asuransi terhadap kerugian semacam itu.  Sebagai akibat dari
pendaftaran sementara dari pada penutupan asuransi adanya kerugian potensial yang tidak
bisa diasuransikan itu, maka manajer resiko seharusnya membuat daftar yang sudah direvisi
yang memperlihatkan bagaimana masing-masing peralatan (metode) manajemen resiko
sebaiknya dipergunakan untuk menangani setiap resiko yang dihadapi perusahaan yang
bersangkutan.  Contoh daftar itu yang sudah dipersingkat diberikan dibawah ini:
A.  Penghindaran (tidak mungkin)
B.  Pencegahan dan pengurangan kerugian
1.    Inspeksi keselamatan harta benda
2.    Pemeriksaan kesehatan secara berkala bagi pegawai-pegawai yang penting.
C.  Penanggungan sendiri
1.    Kerugian-kerugian sampai Rp 1.000.000,- bagi jenis mana saja
2.    Kerugian yang bersifat tanggung gugat (liability) yang melebihi batas yang
ditentukan, diperoleh dari asuransi.
D.  Pemindahan resiko yang bukan kepada asuransi
1.    Persetujuan leasing bagi peralatan dan gedung
E.   Asuransi (dengan Rp 1.000.000,- yang bersifat deductible sepanjang jasa itu tersedia)
1.    Prioritas pertama (esensial)
a.    Asuransi kompensasi pekerja
b.    Asuransi tanggung gugat (liability) bagi pekerja
c.    Asuransi harta milik atas gedung
2.    Prioritas kedua (bersifat diinginkan)
a.    Asuransi kerusakan kendaraan bermotor
b.    Asuransi ketidakmampuan bagi personal penting
3.    Prioritas ketiga (bila tersedia)
a.    Asuransi kaca jendela dan dinding kaca
b.    Asuransi leasing

Walaupun metode asuransi yang telah dijelaskan di atas ditujukan pada pendekatan
perencanaan total resiko, tetapi juga bisa dimanfaatkan untuk program manajemen resiko yang
berkenaan dengan sesuatu resiko juga.  Misalnya jika seseorang manajer resiko inign membeli
asuransi, maka berfaedah mengelompokkan asuransi itu atas esensial, diinginkan dan tersedia.

6. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN ANALISIS RESIKO KUALITATIF

A. Kelebihan analisis resiko kualitatif adalah sebagai berikut.


1.    Perhitungannya sederhana (tidak ada perhitungan).
2.    Tidak perlu menentukan nilai keuangan dari aset.
3.    Tidak perlu mengkuantisasi frekuensi ancaman.
4.    Lebih mudah, dapat melibatkan staf non-security dan non-teknikal.
5.    Menyediakan  fleksibilitas dalam pemrosesan dan pembuatan laporan.

B. Kekurangan analisis resiko kualitatif adalah sebagai berikut.


1.    Bersifat subjektif.
2.    Hasilnya  semata-mata  bergantung  pada  kualitas  tim  manajemen resiko.
3.    Tidak perlu banyak usaha untuk menentukan nilai keuangan dari aset yang menjadi target.
4.    Tidak ada dasar untuk analisis cost-benefit dari pengurangan resiko.
BAB III

PEMBAHASAN

Penerapan Manajemen Risiko PT Semen Baturaja (Persero) Tbk dilandasi oleh Kebijakan
Risiko (Risk Policy) yang mengikat kepada setiap pegawai PT Semen Baturaja (Persero) Tbk, di
dalam menjalankan tugas dan aktivitasnya guna meningkatkan kepuasan stakeholders. Direksi
menetapkan Kebijakan Manajemen Risiko (Risk Management Policy) sebagai komponen yang tak
terpisahkan dari Kebijakan Perusahaan di dalam SMSB, agar prinsip-prinsip Tata Kelola Perusahaan
Yang Baik (Good Corporate Governance) dapat dipenuhi. Penerapan manajemen risiko yang tidak
terarah akan menyebabkan terjadinya pemborosan sumber dana dan waktu serta tidak tercapainya
tujuan perusahaan. Oleh karena itu, Perusahaan memutuskan untuk menyusun suatu Kebijakan dan
Pedoman Penerapan Manajemen Risiko bagi perusahaan yang dapat digunakan oleh seluruh
karyawan dalam melaksanakan manajemen risiko. Seluruh pihak yang bertanggung jawab atas
aktivitas bisnis perusahaan harus memastikan bahwa semua risiko telah diidentifikasi dan dikelola
dengan tepat sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan.

Perusahaan dalam menerapkan Manajemen Risiko melakukan langkah - langkah strategis


sebagai berikut :

1. Membentuk unit manajemen risiko selaku Corporate Risk Manager dan Risk Manager serta
menetapkan Risk Officer selaku koordinator penerapan manajemen risiko di masing-masing
Unit Kerja.
2. Mengintegrasikan manajemen risiko kedalam proses bisnis Perusahaan.
3. Menjadikan manajemen risiko sebagai aktivitas yang tidak terpisahkan dari pengambilan
keputusan

Manajemen Risiko PT Semen Baturaja (Persero) Tbk dibangun berdasarkan Standar


Australian/New Zealand (AS/NZS) 4360:2004. Proses penerapan Manajemen Risiko PT Semen
Baturaja (Persero) Tbk dilakukan melalui tujuh tahapan, dan masing-masing tahapan terdiri dari
beberapa kegiatan. Tahapan tersebut tampak dalam Gambar 3 berikut:

TETAPKAN KONTEKS
Konteks Stratejik Konteks Organisasi
Konteks Manajemen Risiko
K
Kembangkan Kriteria Tentukan Struktur
O
M
U P A
N N T
I AU
K IDENTIFIKASI RISIKO
A Apa yang dapat terjadi? Bagaimana terjadinya?
S
I
K
A ANALISIS RISIKO
N Tentukan Pengendalian yang Ada Tentukan Tingkat

Tentukan Konsekuensi
Kemungkinan
DD
ATetapkan Tingkat RisikoA
NN

EVALUASI RISIKO
K Bandingkan dengan Kriteria Susun Prioritas Risiko
T
O
E
N
L
S
A
U
A
L
Ya H
T
Terima Risiko?
A
S
I
A
Identifikasi Opsi-Opsi Penanganan TANGANI RISIKO
N
Evaluasi Opsi-Opsi Penanganan Pilih Opsi-Opsi Penanganan
Siapkan Rencana Penanganan Implementasikan Rencana

TAHAP KOMUNIKASI DAN KONSULTASI

Komunikasi dan konsultasi risiko merupakan tahapan yang menjadi satu kesatuan dalam
pelaksanaan seluruh proses manajemen risiko. Setiap pelaksanaan tahapan dalam proses manajemen
risiko harus dikomunikasikan dan dikonsultasikan kepada pemangku kepentingan.

1) Tujuan dan Ruang Lingkup


a. Tujuan Pengkomunikasian dan Pengkonsultasian
Pengkomunikasian risiko kepada pemangku kepentingan bertujuan untuk :
 Meyakinkan bahwa setiap insan Perusahaan telah memahami secara tepat peranan dan
tanggung jawabnya dalam penerapan manajemen risiko, memahami strategi manajemen
risiko perusahaan, dan memahami risiko yang menjadi prioritas Perusahaan.
 Meyakinkan bahwa setiap level manajemen telah menerima informasi yang memadai tentang
penerapan manajemen risiko.
 Meyakinkan bahwa pengalaman dari pihak yang telah mendapatkan manfaat dari penerapan
manajemen risiko telah disampaikan kepada pihak internal lainnya.
 Meyakinkan bahwa pihak eksternal dapat dengan mudah memahami kondisi dan risiko yang
dihadapi oleh perusahaan.
 Meyakinkan bahwa perusahaan telah memenuhi harapan pemangku kepentingan.

b. Ruang Lingkup Pengkomunikasian dan Pengkonsultasian

Ruang lingkup kegiatan pengkomunikasian dan pengkonsultasian risiko mencakup :

1. Komunikasi dan konsultasi antara berbagai pihak internal Perusahaan berupa:


a) Kepedulian tentang tujuan dan manfaat penerapan manajemen risiko yang efektif bagi
perusahaan serta strategi pelaksanaannya.
b) Peran dan tanggung jawab untuk menerapkan manajemen risiko.
c) Peraturan yang digunakan dalam penerapan manajemen risiko, seperti Kebijakan dan
Pedoman Penerapan Manajemen Risiko.
d) Laporan pertanggungjawaban penerapan manajemen risiko.
2. Komunikasi dan konsultasi dengan pihak eksternal berupa informasi risiko yang dihadapi
Perusahaan serta seberapa jauh penerapan manajemen risiko di Perusahaan.

TAHAP PENETAPAN KONTEKS

Tahap pertama proses Manajemen Risiko adalah penetapan konteks. Tahap ini memberikan
pemahaman mengenai area dan lingkungan. Penetapan konteks, komunikasi maupun konsultasi
mutlak diperlukan. Seluruh Stakeholders kunci baik internal maupun eksternal harus diidentifikasi
sebelum memulai proses tersebut. Waktu yang diperlukan untuk mengembangkan konteks ini akan
bervariasi dan sebagian besar tergantung pada sifat dan tingkat kerumitan operasi, Budaya
Perusahaan, kondisi keuangan dan lainnya. Pertemuan pendahuluan atau lokakarya dengan para
pemilik risiko akan sangat membantu dalam mengidentifikasi seluruh Stakeholders dan
menempatkan perhatian pada risiko-risiko operasional. Penetapan konteks juga digunakan untuk
mengembangkan pemahaman mengenai komitmen dan kemampuan perusahaan dalam menentukan
apakah suatu risiko dapat diterima atau tidak serta membentuk dasar bagi pilihan perlakuan risiko.

Tujuan Penetapan Konteks

Tujuan tahap penetapan konteks adalah:

1. Memahami kondisi internal dan eksternal Perusahaan.


2. Mengidentifikasi tujuan, sasaran dan strategi Perusahaan.
3. Mengidentifikasi tujuan, ruang lingkup, dan sumber daya penerapan Manajemen Risiko.
4. Menyusun kriteria risiko sebagai dasar untuk menentukan risiko prioritas pada saat analisis
dan evaluasi risiko.

TAHAP IDENTIFIKASI RISIKO

Merupakan proses sistematis untuk menjaring setiap risiko yang berpotensi menghambat
pencapaian tujuan Perusahaan sehingga tidak ada risiko potensial yang tidak teridentifikasi.

Tujuan Identifikasi Risiko

Identifikasi risiko bertujuan untuk menggali dan menemukan jawaban atas 2 (dua) pertanyaan “Apa
yang dapat terjadi?” dan “Mengapa dan Bagaimana hal itu terjadi?”.

1. Apa yang Dapat Terjadi? Penggalian informasi yang dilakukan untuk menghasilkan suatu
daftar komprehensif mengenai peristiwa potensial yang mempengaruhi strategi pelaksanaan
dan pencapaian tujuan Perusahaan.
2. Bagaimana dan Mengapa Terjadi? Setelah mengidentifikasi daftar peristiwa, selanjutnya
perlu menganalisis modus dan sebab yang memungkinkan terjadinya risiko. Dengan
diidentifikasinya 2 (dua) jawaban tersebut akan diperoleh:
1. Profil risiko yang dihadapi oleh Perusahaan secara keseluruhan.
2. Data dalam rangka pengukuran risiko.
3. Dasar penentuan cara pengendalian/penanganan risiko yang tepat.
4. Kepastian dan keyakinan bagi manajemen untuk mengambil keputusan yang
lebih tepat.

TAHAP ANALISIS RISIKO

Merupakan proses pengukuran risiko yang dilakukan baik terhadap risiko Unit Kerja,
Direktorat maupun Korporat.

Tujuan dan Ruang Lingkup

Kegiatan ini dilaksanakan untuk memastikan bahwa semua risiko telah dinilai kemungkinan
terjadinya (Likelihood) dan konsekuensinya (Consequence). Penilaian dilakukan dengan
membandingkan antara besaran konsekuensi dengan kriteria risiko. Analisis ini akan menghasilkan
Daftar Prioritas Risiko

TAHAP EVALUASI RISIKO


Evaluasi risiko sebagai proses pembandingan antara level risiko yang ditemukan selama
proses analisis dengan kriteria risiko yang ditetapkan sebelumnya pada tahap penetapan konteks.
Dalam evaluasi risiko, level risiko terestimasi dan kriteria risiko harus diperbandingkan dengan
menggunakan basis yang sama. Evaluasi kualitatif mencakup pembandingan level risiko kualitatif
terhadap kriteria kualitatif, dan evaluasi kuantitatif mencakup pembandingan level risiko yang
bersifat kuantitatif atau numerik terhadap kriteria yang dapat dinyatakan dalam angka tertentu,
seperti kematian, frekuensi, atau nilai uang. Evaluasi Risiko merupakan langkah selanjutnya dari
tahap Analisis Risiko, dimana langkah ini akan menghasilkan suatu profil risiko, yang menunjukkan
masingmasing peristiwa risiko yang dirangking dalam urutan risiko menurun.

Tujuan dan Ruang Lingkup

Evaluasi terhadap risiko dilakukan dengan tujuan menentukan prioritas manajemen risiko
sehingga dapat diketahui risiko-risiko mana saja yang perlu mendapat perhatian segera dan
perlakuan risiko lebih lanjut. Penentuan prioritas risiko dilakukan dengan membandingkan risiko
terestimasi dengan kriteria risiko yang ditetapkan lebih dulu. Kriteria risiko ditetapkan lebih dulu
pada tahapan pemahaman konteks dan biasanya ditentukan berdasarkan kesepakatan dari hasil
workshop. Hasil dari evaluasi risiko adalah daftar prioritas risiko yang memerlukan tindakan lebih
lanjut. Keputusan harus memperhatikan luasnya konteks risiko dan mencakup pertimbangan
toleransi risiko yang ditanggung oleh pihak-pihak selain organisasi yang mendapatkan manfaat dari
padanya. Jika hasil evaluasi risiko masuk dalam kategori rendah atau risiko yang dapat diterima,
maka risiko-risiko tersebut diterima dengan sedikit perlakuan lanjutan. Risiko-risiko yang rendah
atau dapat diterima harus dipantau dan ditelaah secara periodik untuk menjamin bahwa risiko-risiko
tersebut tetap dapat diterima. Apabila hasil evaluasi risiko menunjukkan bahwa risiko tidak masuk
dalam kategori rendah dan tidak dapat diterima, maka risiko-risiko tersebut harus diperlakukan
secara aktif dengan satu atau lebih opsi perlakuan.

TAHAP PENANGANAN RISIKO

Tahap ini merupakan tindak lanjut dari hasil evaluasi risiko untuk menangani risiko yang
masuk dalam kategori “risiko yang tidak dapat diterima”. Risiko ini harus ditangani dengan
menggunakan satu opsi atau lebih agar tingkat kemungkinan dan konsekuensi turun menjadi tingkat
kemungkinan dan konsekuensi yang dapat diterima.

Tujuan dan Ruang Lingkup

a. Tujuan Penanganan Risiko


Tujuan yang ingin dicapai pada tahap penanganan risiko adalah untuk menentukan
opsi penanganan risiko yang paling tepat, efektif, efisien dan dapat diimplementasikan.
Penentuan opsi tersebut harus mempertimbangkan kendala-kendala dalam penanganan risiko
terutama dari aspek ketersediaan sumber daya.
b. Ruang Lingkup Penanganan
Risiko Prosedur ini memfokuskan pada kegiatan yang dibutuhkan untuk, seleksi atau
opsi dan menerapkan penanganan yang tepat bagi risiko untuk membuat Rencana Tindak
Lanjut Penanganan Risiko. Rencana tersebut juga akan mencakup risiko-risiko yang hanya
membutuhkan pemantauan dan peninjauan secara berkala. Ruang lingkup penanganan risiko
mencakup:
1. Pengidentifikasian opsi penanganan risiko.
2. Pengevaluasian opsi penanganan risiko.
3. Pemilihan opsi penanganan risiko.
4. Penyiapan rencana penanganan risiko.
5. Pengimplementasian rencana penanganan risiko.

TAHAP PEMANTAUAN (MONITORING) DAN REVIEW

Risiko Perubahan kondisi internal dan eksternal Perusahaan akan menimbulkan risiko baru
dan mempengaruhi prioritas risiko yang sudah diidentifikasi. Perubahan kondisi tersebut menjadi
faktor yang dapat mempengaruhi perubahan tingkat kemungkinan dan konsekuensi risiko, serta
perhitungan biaya dan manfaat untuk setiap opsi penanganan risiko. Oleh karena itu, secara periodik
perlu dilakukan pengulangan proses manajemen risiko mulai dari penetapan konteks, identifikasi
risiko, analisis dan evaluasi risiko, sampai dengan penanganan risiko.

Tujuan dan Ruang Lingkup

a. Tujuan Pemantauan (Monitoring) dan Review Risiko


Pemantauan (Monitoring) dan review risiko dilakukan secara terusmenerus untuk
meyakinkan bahwa rencana manajemen dalam menerapkan manajemen risiko tetap relevan
dan penerapan manajemen risiko dapat berjalan dengan efektif. Pelaksanaan pemantauan
(Monitoring) dan review risiko secara teratur bertujuan untuk:
1. Meyakinkan bahwa tidak ada risiko signifikan yang tidak teridentifikasi.
2. Memantau efektivitas penanganan risiko sehingga risiko berada pada tingkat risiko
yang dapat diterima atau masih perlu penanganan risiko lanjutan.
3. Menemukan risiko baru yang perlu penanganan.
4. Meyakinkan bahwa penerapan manajemen risiko telah efektif dalam memenuhi
kebijakan manajemen risiko dan tercapainya sasaran perusahaan.
5. Menjamin dilaksanakannya perbaikan berkesinambungan.
b. Ruang Lingkup Pemantauan (Monitoring) dan Review Risiko
Ruang lingkup kegiatan pemantauan (monitoring) dan review risiko mencakup:
1. Memantau dan menelaah risiko baru yang belum diidentifikasi dan tingkat risiko
yang sudah diidentifikasi;
2. Memantau efektivitas pelaksanaan penanganan risiko;
3. Memantau dan menelaah efektivitas penerapan manajemen risiko Perusahaan yang
sudah disusun.
BAB IV
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah penulis kemukakan pada bab sebelumnya,
maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1.    Dimensi pendekatan kualitatif
Analisis kualitatif menggunakan bentuk kata atau skala deskriptif untuk menjelaskan
seberapa besar potensi risiko yang akan diukur. Hasilnya misalnya risiko dapat termasuk
dalam:  risiko rendah, sedang, dan tinggi.
2.    Pendekatan dua langkah
Pendekatan dua langkah sering disebut dengan metode asuransi.  Dalam metode asuransi ini,
manajer risiko harus menyiapkan  suatu daftar penutupan asuransi (insurance coverage) yang
dirasa paling jitu menutup kerugian ini. 
3.    Metode pendaftaran sementara
Dalam metode pendaftaran sementara, manajer risiko harus menetapkan kombinasi
penutupan asuransi yang dapat memberikan perlindungan terbaik terhadap risiko yang
dihadapi perusahaan yang bersangkutan.
4.    Membuat Daftar yang Telah Diperbaiki
Dalam metode ini, manajer resiko harus membuat daftar yang sudah direvisi yang
memperlihatkan bagaimana masing-masing peralatan atau metode dari manajemen resiko
sebaiknya dipergunakan untuk menangani setiap resiko yang dihadapi oleh perusahaan yang
bersangkutan.

B.    Saran
Penulis sadari bahwa pokok-pokok pikiran yang penulis sampaikan dalam
maakalh ini belum lengkap dan belum operasional, bahkan mungkin belum dapat
menjelaskan secara menyeluruh, namun paling tidak makalah ini dapat memberikan
masukan dan suatu harapan bahwa makalah ini dapat memberikan pemaparan dan
motivasi untuk mengkaji lebih dalam tentang pendekatan kualitatif dalam penanganan
resiko.
DAFTAR PUSTAKA

Albone, Aan.  2011.  Aspek Kuantitatif dan Kualitatif pada Metodologi Analisis Risiko


Teknologi Informasi (on-line).  Http://aanalbone.wordpress.com/ 2011/01/24/aspek-
kuantitatif-dan-kualitatif-pada-metodologi-analisis-risiko-teknologi-informasi/.
(Diakses tanggal 24 Januari 2011).

Albone,Aan. 2011. Prinsip Dasar Manajemen Resiko (Risk Management):   Program Studi


S2 MKM Kelas E-Learning Mata Ajaran K3 (on-line). Http://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=0CCkQFjAA&
url=http%3A%2F%2Fstaff.ui.ac.id%2Fsystem%2Ffiles%2Fusers%2Fbian
%2Fmaterial
%2Fsesi3manajemenrisikok3.doc&ei=ooNYU67EFIbGrAen14DQCw&usg=AFQjC
NEId5aIe1Za7h6qREJqTf4X1BdR6w&bvm=bv.65397613,d.bmk. (Diakses 2011).

Simanjuntak, Hakim. 2013.  Pengertian Resiko dan Ancaman (on-


line). Http://searchglobalonline.blogspot.com/2013/02/pengertian-resiko-dan-
ancaman.html.  (Diakses Februari 2013).

Sumayoko.  2012.  Manajemen Risiko dan Audit (on-


line).  Http://sumayoko.blogspot.com/2012/12/manajemen-risiko-dan-audit.html.
(Diakses Desember 2012).

Wikipedia. 2013. Risiko  (on-line). Http://id.wikipedia.org/wiki/Risiko (Diakses tanggal 7


April 2013).

Anda mungkin juga menyukai