PROJECT PANCASILA
Disusun Oleh :
Kelompok 5
Dosen Pengampu :
Dr. Alif Aditya Candra, M.Pd.
DAFTAR ISI.......................................................................................................................i
BAB I.................................................................................................................................2
PENDAHULUAN.............................................................................................................2
1.1. Latar Belakang...................................................................................................2
1.2. Rumusan Masalah..............................................................................................2
1.3. Tujuan................................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
KAJIAN PUSTAKA..........................................................................................................3
2.1. Makna Sila Ke-5 Pancasila.................................................................................3
2.2. Korupsi di Indonesia..........................................................................................4
2.2.1. Pengertian Korupsi.....................................................................................4
2.2.2. Faktor-Fktor yang Memengaruhi Korupsi..................................................4
2.2.3. Fenomena Korupsi di Indonesia.................................................................5
2.2.4. Hubungan Korupsi dengan Sila Ke-5 Pancasila.........................................6
2.3. Korupsi Sebagai Penyimpangan Sila Kelima Pancasila.....................................8
BAB III............................................................................................................................10
PEMBAHASAN..............................................................................................................10
3.1. Studi Kasus......................................................................................................10
3.2. Solusi................................................................................................................11
BAB IV............................................................................................................................13
PENUTUP.......................................................................................................................13
4.1. Kesimpulan......................................................................................................13
4.2. Saran................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................14
i
BAB I
PENDAHULUAN
1
kita. Dengan kasus ini kita juga belajar apapun tindakannya pasti ada dampak
bagi sesama atau diri sendiri.
1.1. Rumusan Masalah
1. Bagaimana makna yang terkandung dalam sila pancasila keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia?
2. Bagaimana kondisi korupsi yang terjadi di Indonesia?
3. Bagaimana implementasi sila kelima Pancasila dalam menghadapi
korupsi?
1.2. Tujuan
1. Memahami makna yang terkandung dalam sila pancasila keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia.
2. Mengetahui kondisi korupsi yang terjadi di Indonesia.
3. Mengetahui implementasi sila kelima Pancasila dalam menghadapi
korupsi.
2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
3
nilai-nilai ideologi melalui pendidikan Pancasila. Dalam kehidupan
politik, para elit politik (eksekutif dan legislatif) mulai meninggalkan dan
mengabaikan budaya politik yang santun, kurang menghormati fatsoen
politik dan kering dari jiwa kenegarawanan. Bahkan, banyak politikus
yang terjerat masalah korupsi yang sangat merugikan keuangan negara.
Korupsi sangat merugikan keuangan negara yang dananya berasal dari
pajak masyarakat. Oleh karena terjadi penyalahgunaan atau
penyelewengan keuangan negara tersebut, maka target pembangunan
yang semestinya dapat dicapai dengan dana tersebut menjadi
terbengkalai. Hal tersebut menunjukkan betapa pentingnya Pancasila
diselenggarakan di perguruan tinggi untuk menanamkan nilai-nilai moral
Pancasila kepada generasi penerus cita-cita bangsa.
4
kualtias regulasi. Proporsi penduduk perkotaan menunjukkan
hubungan yang negatif dan signifikan terhadap tingkat korupsi.
Hubungan tersebut bersifat non-linear tergantung dari seberapa besar
proporsi tersebut.
1.1.3. Fenomena Korupsi di Indonesia
Korupsi termasuk suatu Tindakan atau kasus yang lumayan sering
terjadi di Indonesia (Ardiasasmita, 2006). Dilihat dari masih
banyaknya kasus tindak pidana korusi, menandakan bahwa
pemberantasan korupsi di Indonesia masih belum efektif. Bila
dibiarkan, tindak pidana korupsi akan sangat merugikan negara
terutama secara finansial. Bagaimana suatu negara ingin berkembang
dan maju jika kekayaannya terus di keruk oleh orang-orang yang
tidak bertanggung jawab. Sangat ironis bagi Indonesia yang memiliki
dasar negara yaitu Pancasila, yang sila kelimanya berbunyi “Keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”, memiliki banyak sekali kasus
korupsi. KPK, sebagai badan yang bertugas untuk melakukan
monitor terhadap penyelenggara pemerintah harus menaikan level
mereka dalam pencegahan Tindak pidana korupsi.
Masalah korupsi di Indonesia sudah ada bertahun-tahun yang lalu,
namun, akhir-akhir Ini, korupsi kembali ramai sejak kasus Gayus
Tambunan. Korupsi di Indonesia kebanyakan dilakukan oleh para
pejabat tinggi, seperti anggota DPR, Bupati, Gubernur. Namun, ada
juga dari kalangan pelajar.
Di Indonesia sendiri, korupsi sudah menjadi hal yang wajar di
kalangan pejabat tinggi. Tidak tanggung tanggung, mereka memakai
uang rakyat hingga milyaran rupiah. Para pejabat ini seakan tidak
takut untuk korupsi, walaupun sudah tertangkap, namun hukuman
untuk para koruptor termasuk ringan dibandingkan hukuman untuk
para koruptor di luar negeri yang kebanyakan adalah hukuman mati.
Di Indonesia sendiri sudah dibentuk Komisi Pemberantasan
Korupsi atau KPK, namun hal itu rupanya tidak membuat jera para
koruptor. Penjara untuk para koruptor juga terbilang cukup mewah,
5
bahkan bisa keluar masuk penjara dengan mudah. Contohnya Gayus
Tambunan, walaupun sudah dipenjara dia tetap bisa pergi ke Bali.
Korupsi di Indonesia adalah penyakit lama yang tidak pernah
sembuh. Segala cara dan diagnosa telah ditempuh, dari pengamat,
kritikus, aktivis semuanya telah angkat bicara,bahkan lantang.
Namun sayang di sayang. Cyindrome korupsi telah berurat akar
dalam sistim pemerintahan. Sata-satu cara adalah mengurangi titik
potensi dan resikonya, dengan bermacam pola dan strategi.
Diantaranya adalah menicptakan transparansi birokrasi pemerintahan
dengan langkah nyata dan konkrit. Agar toksin-toksin yang
berbahaya bagi ketahanan negara itu bisa terpantau dan ditanggulangi
dengan langka- langka preventif. Dan hal ini bisa terwujud,
manakalah karakter aparat pemerintahan sudah terbebas dari mental
suka menggaruk dan menilap yang bukan haknya. Pada titik ini,
tindakan penyadaran moral, adalah kata kunci yang tepat untuk
mengurangi aurah buruk wajah pemerintahan.
1.1.4. Hubungan Korupsi dengan Sila Ke-5 Pancasila
Etika pancasila juga mencakup keutamaan moral, seperti cinta kasih
terhadap Pencipta dan sesama, pengendalian diri, penghargaan
terhadap orang lain serta keadilan merupakan sifat, karakter manusia
yang harus dikembangkan. Penilaian moral harus dilihat dari tiga
lembaga yaitu esensi, forma dan ekspresi. Artinya, ketika seorang
melakukan ibadah sesuai dengan agama yang dianutnya, hal tersebut
jelas sesuai dengan sila Ketuhanan Yang Maha Esa. Namun penilaian
lain juga mempertimbangkan esensi yaitu motivasi yang
melatarbelakangi ibadah tersebut. Aapakah berdasar pada sifat
keutamaan atau hanya karena formalitas untuk menggugurkan
kewajiban atau mengharapkan adanya imbalan. (Widy, 2015 : 11-15)
Jika dilihat dari aliran-aliran etika, maka etika Pancasila lebih
cenderung kepada etika keutamaan, walaupun tidak meninggalkan
dan tetap mengakui etika teologis dan deontologis. Etika keutamaan
6
lebih mendominasi, karena tercermin dalam empat macam tabiat
keshalehan, yaitu:
1. Kebijaksanaan, dimaknai sebagai pelaksaan suatu tindakan yang
didorong oleh keinginan, demi terwujudnya suatu kebaikan
berdasarkan kesatuan akal-rasa-kehendak Tuhan, dengan cara
memelihara nilai-nilai religiusitas kehidupan.
2. Kesederhanaan, dimaknai sebagai membatasi diri dari segala
sesuatu yang melampaui batas sehingga akhirnya akan menimbulkan
akibat yang dinilai salah.
3. Keteguhan, dimaknai sebagai membatasi diri dalam artian untuk
menhindari suatu penderitaan; dan
4. Keadilan, dimaknai sebagai pemberian rasa wajib kepada diri
sendiri dan orang lain dan terhadap Tuhan yang berkaitan dengan
haknya. (Ristekdikti Direktoral Jenderal Pembelajaran dan
Kemahasiswaan, 2016, 180-181).
Perilaku korupsi yang terjadi inilah yang kemudian telah merusak
etika Pancasila bahkan tidak mengamalkannya. Kemudian perilaku
korupsi tidak mencerminkan keadilan dalam memperlakukan
manusia, tidak menghargai manusia karena telah mengambil hak
milik orang lain. Pada dasarnya sesama manusia memiliki hak dan
kewajiban serta kedudukan yang sama. Pelaku korupsi telah
melanggar hal tersebut karena merasa memiliki jabatan, kekuasaan,
harta sehingga dapat membeli hukum dan semaunya mengambil hak
yang seharusnya diberikan kepada masyarakat.
Pelanggaran selanjutnya, yaitu mementingkan kepentingan pribadi di
atas kepentingan umum sehingga dapat dikatakan melanggar sila
persatuan Indonesia. Kasus korupsi massal contohnya atau dapat
dikatakan korupsi bersama karena pada dasarnya korupsi tidak
dilakukan oleh satu orang saja melainkan lebih dari satu orang atau
lebih. Korupsi yang dilakukan oleh sekelompok orang dalam jumlah
yang banyak. Digambarkan bahwa pada kasus yang telah
disampaikan diatas bahwa para koruptor tidak cinta akan tanah air
7
dan bangsanya karena mengambil hak milik bangsa dan seolah-olah
tidak ingin jika Negara Indonesia mengalami kemajuan.
Penyalahgunaan kekuasaan akan menjadi bumerang bagi bangsa
Indonesia, karena tentu saja telah melanggar etika Pancasila.
Tindakan tersebut bukanlah perbuatan yang diindahkan oleh etika
Pancasila, karena tidak ada termuat dalam Pancasila yang memuat
nilai-nilai yang mengizinkan warga negaranya melakukan tindakan
pencurian, mengambil hak orang lain dan menimbulkan kerugian
bagi bangsa dan negara. Korupsi merupakan hal yang mengancam
bagi bangsa Indonesia, karena secara langsung akan merugikan kas
negara. Hal ini kemudian membuat Indonesia tertinggal dari negara
lain terutama dalam bidang pembangunan. Baik pembangunan
manusia secara keseluruhan maupun pembangunan dalam bidang
ekonomi, infrastruktur, budaya dan sebagainya. Untuk mengatasi hal
tersebut menurut penulis, kiranya perlu dikembalikan lagi pada etika
Pancasila, terutama pengamalan nilai-nilai sila pertama, Ketuhanan
Yang Maha Esa. Sila ini merupakan cerminan dari ajaran agama.
Ketaatan seseorang dalam beragama akan membentuk pribadi yang
mulia dan dapat menjunjung martabat bangsa dan negara.
8
Sila ke-lima Pancasila berbunyi, "Keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia" dengan adanya korupsi, berarti tindakan tersebut
menyimpang dari tatanan tersebut karena tatanan tersebut harus adil
terhadap sesama dan menghormati semua hak rakyat Indonesia. Korupsi
menunjukkan ketidakadilan antara negara dan masyarakat. Tidak hanya
itu, merupakan ketidakadilan bagi negara untuk menggunakan sesuatu
yang bukan haknya untuk dinikmati sendiri tanpa memikirkan tujuan awal
pembuatannya (Irawan, 2020).
Keadilan sosial yang dimaksud juga termasuk dalam keadilan
hukum, khususnya keadilan dalam menangani pelaku kejahatan korupsi.
Para pelaku tindak pidana korupsi telah dituntut hukuman penjara dan
sejumlah denda. Namun, hukuman tersebut dirasa kurang adil karena
terlalu banyaknya kerugian negara yang ditimbulkan, sementara beberapa
dari pelaku tindak pidana korupsi mendapatkan hukuman yanh ringan.
Dengan adanya sila ke-lima Pancasila yang menggaris bawahi tentang
"keadilan", diharapkan hakim dan pemerintah menghukum pelaku korupsi
yang setimpal dengan kerugian yang dihasilkannya agar menimbulkan
efek jera bagi masyarakat Indonesia untuk tidak sembarangan mengambil
sesuatu yang bukan haknya.
9
BAB III
PEMBAHASAN
1.2. Studi Kasus
Belakangan ini kasus korupsi yang sedang ramai di bicarakan yaitu kasus
korupsi bansos corona yang melibatkan menteri sosial. Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK) bakal mendalami kemungkinan uang yang mengalir ke partai
politik dari hasil tindak pidana korupsi bantuan sosial (bansos) penanganan
Covid-19 di wilayah Jabodetabek Tahun 2020. Kasus tersebut menyeret nama
Menteri Sosial RI nonaktif sekaligus politikus PDI Perjuangan (PDIP), Juliari
Peter Batubara. Ia disinyalir menerima total Rp17 milyar dari dua paket
pelaksanaan bansos berupa sembako untuk penanganan Covid-19 di wilayah
Jabodetabek Tahun 2020. Jumlah itu diduga merupakan akumulasi dari
penerimaan fee Rp10 ribu per paket sembako. Pengadaan bansos penanganan
Covid-19 berupa paket sembako di Kementerian Sosial RI Tahun 2020 sendiri
memiliki nilai sekitar Rp5,9 triliun, dengan total 272 kontrak dan dilaksanakan
dua periode. Pemangkasan dana bansos untuk penanganan Covid-19 di
wilayah Jabodetabek Tahun 2020 disinyalir sudah dirancang sejak awal.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, dari biaya Rp300.000 yang
dikeluarkan per paket sembako, terdapat margin sebesar Rp70.000 yang akan
dibagikan untuk sejumlah pihak yakni pemilik kuota 40 persen, kreator 10
persen dan supplier 50 persen.
Dari kasus tersebut kita juga bisa melihat menteri sosial tersebut
mengabaikan keutaamaan karakter tanggung jawab padahal seharusnya
sebagai seorang menteri lebih mengutamakan kondisi masyarakatnya apalagi
di masa pandemic seperti ini. Dalam kasus korupsi ini pasti menteri sosial
juga sadar akan perbuatannya karena kasus korupsi bansos corona ini sudah di
rancang sejak awal dan seharusnya menteri sosial tidak mengambil
keuntungan dari kondisi seperti ini untuk melakukan korupsi. Hal-hal seperti
10
korupsi yang melibatkan menteri sosial ini bisa tidak terjadi apabila menteri
sosial tersebut mengulang-ulang keutamaan karakter tanggung jawab dalam
kehidupan sehari-harinya.
Kasus korupsi bansos corona yang melibatkan menteri sosial bisa menjadi
pembelajaran bagi kita untuk mengutamakan keutamaan karakter tanggung
jawab dalam setiap tindakan kita. Dengan kasus ini kita juga belajar apapun
tindakannya pasti ada dampak bagi sesama atau diri sendiri. Tindakan yang
menyimpang dari keutamaan tanggung sangat tidak dibenarkan dan kita juga
harus membiasakan diri untuk mengulang-ulang aktivitas yang dapat
mengasah karakter tanggung jawab kita agar tidak terjadi hal penyimpangan
keutamaan karakter tanggung jawab seperti korupsi bansos corona yang
melibatkan menteri sosial RI nonaktif Juliari Peter Batubara ini. Korupsi
merupakan tindakan yang harus segera diatasi terlebih lagi korupsi yang
dilakukan oleh Menteri Sosial adalah korupsi bantuan sosial.
1.3. Solusi
Solusi yang dapat dilakukan yang pertama adalah dengan memberikan
hukuman yang pantas dengan apa yang dilakukan yaitu dengan
memenjarakan orang yang melakukan tindakan korupsi dengan jangka
waktu yang sesuai. Hal ini akan memberikan efek jera kepada orang
tersebut. Solusi yang kedua yang mungkin dapat dilakukan yaitu dengan
verifikasi digital. Penerima bantuan sosial akan didata di dalam sebuah
sistem, dalam sistem tersebut akan terhubung langsung dengan akun
penerima bantuan sosial. Di sistem itu juga sudah terdapat rincian bantuan
sosial apa saja yang didapatkan oleh setiap penerima bantuan sosial yang
sesuai dengan yang di berikan pemerintah. Ketika bantuan sosial itu
diterima oleh penerima bantuan sosial, penerima akan memverifikasi
bantuan tersebut apakah sesuai dengan rincian yang ada di aplikasi itu.
Selain itu, dalam sistem atauaplikasi tersebut bisa juga diberikan tanggal
kapan bantuan sosial akan diberikan dan kapan bantuan sosial itu sudah
diberikan ke penerima. Hal ini akan lebih bisa mengontrol dan juga
mengawasi para penyalur bantuan sosial ke masyarakat.
11
Solusi yang ketiga yang mungkin bisa dilakukan adalah dengan
bantuan sosial yang diberikan yaitu secara tunai bukan secara barang. Hal
ini dikarenakan jika memberikan secara tunai akan lebih mudah dilacak
atau diaudit uang itu perginya kemana. Selain itu, bantuan sosial berupa
pangan bisa sangat mudah di korupsi dengan mengganti beberapa jenis
bahan makanan yang lebih murah, ataupun dengan mengurangi porsinya
sesuai dengan ketentuan. Bantuan sosial secara tunai bisa langsung
diberikan kepada penerima bantuan sosial ke rekeningnya atau lewat bank
yang bisa dilacak uang itu perginya kemana. Namun, kelemahannya
adalah tidak semua orang yang membutuhkan bantuan sosial memiliki
rekening.
Itu mungkin beberapa solusi yang mungkin bisa dilakukan untuk
mencegah
terjadinya korupsi yang ada khususnya korupsi bantuan sosial. Kesadaran
setiap orang untuk tidak melakukan korupsi merupakan sesuatu yang
harus ditanamkan. Pengendalian dan pengawasan perlu ditingkatkan dan
diperkuat. Pelaksanaan hukum mengenai tindakan korupsi harus bisa
dilakukan dan bisa diterapkan secara tegas agar bisa memberikan efek
jera.
12
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Pancasila merupakan ideologi (Nasution, 2022) (Riyadi, 2021) (Octavia
W., 2020) (Febriyana, Octaviani, Anggraeni, & Andi Fitriono, 2022)
(Hanafatus Azzahrah, Saras Cahyarosari, Dinda Hapsari, & Andi Fitriono,
2022)egara dan menjadi landasan dalam segala Tindakan masyarakat di
Indonesia. Korupsi adalah salah satu tindakan yang melenceng dari Pancasila,
utamanya sila ke-lima karena para pelaku tindakan korupsi bersikap tidak adil
dan merenggut hak-hak orang lain. Masih ada banyak pelaku tindakan korupsi
yang dihukum ringan dan tidak sesuai dengan kerugian dan dampak buruk
yang telah ditimbulkan. Hukuman ini tidak sesuai dengan sila ke-lima
Pancasila yang berbunyi, "Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia".
Keadilan bukan berarti sama rata, melainkan sesuai kebutuhan masing-
masing. Dengan menjadikan Pancasila terutama sila ke-lima Pancasila sebagai
landasan dan pedoman, untuk menghukum para pelaku tindak kriminal
terlebih lagi pelaku korupsi agar mendapatkan tuntutan yang seimbang dengan
kerugian yang telah ditimbulkan.
4.2. Saran
13
DAFTAR PUSTAKA
Febriana Hariyani, H., Savio Priyarsono, D., & Asmara, A. (t.thn.). ANALISIS
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KORUPSI DI KAWASAN
ASIA PASIFIK. Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan.
Febriyana, D., Octaviani, N., Anggraeni, T., & Andi Fitriono, R. (2022).
IMPLEMENTASI PANASILA TERHADAP KASUS KORUPSI YANG
TERJADI DI INDONESIA. Jurnal Gema Keadilan .
Hanafatus Azzahrah, B., Saras Cahyarosari, G., Dinda Hapsari, R., & Andi
Fitriono, R. (2022). KORUPSI SEBAGAI TINDAK
PENYELEWENGAN PANCASILA SILA KE-5. Intelektiva.
14