DOSEN PENGAMPU:
DISUSUN OLEH:
NIM: 2233330012
JAKARTA
2022 – 2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah
ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran
maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Kata pengantar………………………………………………………….
Daftar Isi………………………………………………………………..
I PENDAHULUAN
II. PEMBAHASAN
III. PENUTUP
3.1 SIMPULAN………………………………………………………..
3.2 SARAN……………………………………………………………..
I. PENDAHULUAN
Pancasila sebagai dasar Negara mempunyai sifat imperatif dan memaksa, artinya setiap
warga Negara Indonesia harus tunduk dan taat kepadanya. Siapa saja yang melangggar
Pancasila sebagai dasar Negara, harus ditindak menurut hukum yakni hukum yang berlaku di
Indonesia. Dengan kata lain pengamalan Pancasila sebagai dasar Negara disertai sanksisanksi
hukum. Sedangkan pengamalan Pancasila sebagai weltanschuung, yaitu pelaksanaan Pancasila
dalam hidup sehari-hari tidak disertai sanksi-sanksi hukum tetapi mempunyai sifat mengikat,
artinya setiap manusia Indonesia terikat dengan cita-cita yang terkandung di dalamnya untuk
mewujudkan dalam hidup dan kehidupanya, sepanjang tidak melanggar peraturan perundang-
undangan yang barlaku di Indonesia.Jadi, jelaslah bagi kita bahwa mengamalkan dan
mengamankan.
Pancasila sebagai jiwa bangsa berfungsi agar Indonesia hidup dalam Jiwa Pancasila.
Maksudnya Pancasila diharapkan menjadi jiwa bagi seluruh masyarakat Indonesia.
Pancasila sebagai sumber hukum berfungsi sebagai sumber hukum yang mengatur segala
hukum yang berlaku di Indonesia.
Artinya semua hukum harus patuh dan bersumber dari Pancasila. Hukum yang berlaku
tidak boleh bertentangan dengan Pancasila.
Setiap sila Pancasila merupakan nilai dasar, sedangkan hukum adalah penjabaran dari nilai
dasar itu sendiri.
Pancasila sebagai perjanjian luhur telah berfungsi dan disepakati melalui sidang Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) tanggal 18 Agustus 1945.Walaupun
disahkannya Pancasila hanya oleh sebuah Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia, tetapi
PPKI sebenarnya adalah suatu badan yang mewakili suara rakyat.Jadi, Pancasila
merupakan hasil perjanjian bersama rakyat.
Pancasila sebagai cita-cita bangsa memiliki fungsi, yaitu untuk menciptakan masyarakat
yang adil dan makmur
Selain itu, dampak negatif dari covid 19 ini terhadap kehidupan sosial yaitu angka
kriminal semakin meningkat. Bagaimana tidak, dengan adanya wabah ini banyak
masyarakat yang dirumahkan di pekerjaannya, pedagang-pedagang di sekolahan bangkrut
karena sekolah diliburkan dan pekerjaan lainnya. Hal ini dapat membuat masyarakat
kekurangan pemasukan sedangkan pengeluaran besar. Maka timbul lah ide-ide kriminal
agar ia dapat mempertahankan hidup. Seperti halnya yang terjadi di salah satu daerah,
yang belakangan ini sering terjadi kejadian kriminal yaitu hilangnya motor, pencurian
barang elektonik dan lain sebagainya.
Dampak negatif adanya covid 19 dalam kehidupan Agama yaitu, pertama banyak umat
bergama yang dilarang untuk beribadah di tempat ibadahnya. Seperti yang terjadi di
Agama Islam tentang larangan shalat jum’at di Masjid. Hal ini membuat muslim rindu
dengan rumah Allah SWT., timbulnya perpecahan karena perbedaan golongan terhadap
aturan ini. Hal ini tentu membuat kehidupan umat bergama terganggu. Selain itu, di
Agama Islam hal-hal sunnah terpaksa harus ditinggalkan untuk sementara waktu. Seperti
larangan bersalaman, shalat jum’at berjamaah, perkumpulan pengajian dan yang lebih
besarnya lagi yaitu penundaan pemberangkatan haji. Tidak hanya di Islam agama lain
seperti Krtisten, Hindu, Budha dan sebagainya
3. Tantangan di bidang ekonomi
Pemerintah telah menyalurkan ragam bantuan jaring pengaman sosial untuk warga di
masa pandemi. Ragam bantuan tersebut yakni bantuan sosial reguler seperti Program
Keluarga Harapan (PKH), Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT), dan bantuan sosial non
reguler seperti Bantuan Sosial Tunai (BST), Bantuan Langsung Tunai Dana Desa (BLT-
DD), dan bantuan beras 10 Kg. pemerintah terus berupaya memenuhi kebutuhan warga
miskin dan rentan di masa pandemi Covid-19 dengan menyalurkan bantuan
E. langkah
Jika melihat data beberapa waktu terakhir ini, lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia
memang kembali meningkat. Hal tersebut mengakibatkan permintaan oksigen naik, bahkan
berdasarkan data dari website liputan6.com dan bigalpha.id, permintaannya naik sampai 3-4
kali lipat. Dampaknya? Permintaan yang tinggi pun memicu kelangkaan supply, dan harga
oksigen pun dikabarkan terbang hingga 900 persen. Melansir informasi dari katadata.co.id,
pada tanggal 24 Juni 2021 Indonesia memerlukan 207,3 ribu ton setiap harinya untuk
penanganan Covid-19. Kebutuhan itu melonjak menjadi 306,6 ribu ton per tanggal 1 Juli 2021.
Terjadi kenaikan sampai 48 persen, sedangkan stock di pasar belum ditambah.Dilansir dari
beberapa sumber literasi, pasien Covid-19 memerlukan oksigen untuk menjaga kadar saturasi
oksigen. Jadi, ketika sedang sakit, paru-paru tidak akan berfungsi secara maksimal. Suplai
oksigen ke dalam tubuh akan berkurang, sehingga mengakibatkan sesak napas sehingga tubuh
juga akan melemah dan pucat. Kondisi inilah yang menyebabkan pasien membutuhkan
oksigen untuk membantunya.
Oksigen dapat diperoleh melalui pembelian pertama bersama tabungnya (tabung oksigen
atau tangki oksigen portable), maupun dengan isi ulang (jika konsumen sebelumnya telah
memiliki tabung atau tangki portable). Oksigen biasanya digunakan di rumah sakit dan klinik
rawat jalan. Umumnya, dokter akan merekomendasikan pasien untuk menjalani terapi oksigen
melalui tangki oksigen portable terstandardisasi, karena oksigen di dalam tubuh manusia
berfungsi dalam proses oksidasi makanan. Jadi secara medis, kebutuhan akan oksigen bukan
hanya melulu didominasi oleh pasien Covid-19, namun juga oleh pasien penyakit lain seperti
asma, pneuomia, gagal jantung, dan beberapa penyakit lainnya. Kondisi kelangkaan oksigen
ini mengingatkan kita pada kondisi tahun lalu, tepatnya saat awal-awal pandemi, dimana
pada waktu itu dunia-tak terkecuali Indonesia- dihebohkan dengan kelangkaan
masker. Padahal masker, menurut World Health Organization (WHO) dikampanyekan sebagai
perlengkapan yang wajib dipakai untuk menangkal penyebaran wabah. Pada awalnya terdapat
kebijakan bahwa masker hanya wajib dipakai oleh orang-orang yang sakit. Namun
belakangan, masker dianjurkan untuk seluruh manusia. Akibatnya, masker menjadi salah satu
komoditi yang paling diburu (prime comodity). Dalam waktu singkat, permintaan masker
melonjak. Namun disisi lain, ketersediaannya langka di pasar. Seandainyapun ada, harganya
mengalami lonjakan yang luar biasa.antara takut kehabisan stock maupun khawatir akan
penyebaran virus Corona yang semakin meluas. Berbagai toko ritel dan apotek diserbu oleh
konsumen, mulai dari perburuan masker, sampai dengan produk medis lain semisal hand
sanitizer, obat-obatan, sampai multivitamin. Bahkan panic buying melebar hingga perburuan
makanan kaleng, mie instan, minuman kemasan, dan diapers.Fenomena panic buying waktu
itu membuat stok barang berkurang drastis, bahkan ada yang “ludes”, terutama masker yang
dianggap sebagai alat yang efektif mencegah penularan virus Corona. Kondisi ini
dimanfaatkan oleh beberapa oknum, antara lain dengan cara menimbun komoditi medis,
terutama masker yang menjadi prime commodity saat itu. Penimbunan tersebut dilakukan
tidak lain untuk memainkan stok dan harga, dengan tujuan mendapatkan keuntungan sebesar-
besarnya. Akibatnya, terjadi kenaikan dan kelangkaan yang luar biasa pada stock masker saat
itu. Salah satu kondisi di pertengahan Februari 2020, di Pasar Pramuka-Jakarta Timur, yang
terkenal sebagai pasar penyedia peralatan medis, harga masker N95 saat itu menyentuh Rp1,6
juta per boks yang berisi 20 buah. Padahal, harga normalnya hanya berkisar Rp 195.000 per
boks. Selain itu, harga masker berjenis biasa pun juga tidak kalah melonjak.
Saat ini, fenomena kelangkaan komoditi kembali terjadi, yaitu pada jenis oksigen.
Apakah hal tersebut dikarenakan panic buying semata, ataukah memang ada pihak-pihak yang
memanfaatkan celah mekanisme pasar, bahwa semakin besar permintaan atas suatu produk,
maka saatnya menimbun produk itu besar-besaran agar komoditi dimaksud semakin langka
sehingga harga dapat dinaikkan sedemikian rupa? Ataukah memang kombinasi diantara
keduanya?
Dilihat dari aspek hukum, tindakan penimbunan dapat dijerat pasal 107 Undang-
Undang (UU) No. 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan. Dalam pasal 107 UU No. 7 Tahun
2014 dijelaskan bahwa para pelaku usaha yang menyimpan barang kebutuhan pokok atau
barang penting dalam jumlah dan waktu tertentu saat terjadi kelangkaan barang, bisa dipidana
paling lama 5 (lima) tahun dan/ atau denda paling banyak Rp 50.000.000.000 (lima puluh
miliar rupiah). Namun, ancaman ini sepertinya tidak menyurutkan para oknum. Hal ini sedikit
banyak membuktikan bahwa manusia mulai mengalami krisis moral khususnya empati
terhadap sesama. Ada beberapa pihak yang disinyalir memang memanfaatkan situasi ini untuk
mengeruk keuntungan, sebagaimana pernyataan Kepala Kanwil III Komisi Pengawas
Persaingan Usaha bahwa terdapat perilaku toko yang memanfaatkan kesempatan tingginya
permintaan untuk menaikan harga oksigen portable. Hmmm, sungguh perilaku tidak terpuji
dan tanpa empati.
Padahal empati, menurut Spreng, McKinnon & Levine (2009: 62), adalah salah satu aspek
kognisi sosial yang memainkan peran penting ketika seseorang merespons emosi orang lain
untuk membangun hubungan yang baik. Empati adalah dasar dari segala jenis interaksi,
berwujud penempatan diri pada kondisi orang lain secara penuh. Dengan kata lain, empati
adalah paham dan memahami perasaan orang lain.
Jika tidak ada empati, maka tidak akan terjadi tolong menolong dan hanya akan
menciptakan indivualisme pada setiap individu. Empati menjadi penting karena mampu
menciptakan kepercayaan dan kenyamanan di planet biru ini. Maka dari itu, empati sangatlah
diperlukan dalam membangun kemanusiaan. Bahkan, bisa dikatakan empati adalah substansi
dari kemanusiaan itu sendiri.
Perilaku menimbun dan menaikkan harga masker dan (kemungkinan juga) oksigen,
atau entah apa lagi komoditi yang akan ditimbun dan dinaikkan harganya di masa mendatang
oleh oknum-oknum tertentu, sudah pasti menimbulkan keresahan publik. Selain dibutuhkan
upaya pemerintah dalam memberangus perbuatan tidak terpuji tersebut, kita sebagai
masyarakat juga selayaknya melakukan hal-hal empati lainnya semisal membeli barang sesuai
kebutuhan. Tidak melakukan aksi panic buying secara membabi buta.
Mulailah membangun empati, tanamkan prinsip: bahwa jikapun pada saat ini tersedia
komoditi tertentu yang menjadi prime comodity, namun perlu disadari bahwa tidak semua
masyarakat mampu membelinya-hari ini. Sehingga, jika kita memborongnya hari ini, yang
mengakibatkan stock menjadi kosong, saat besok masyarakat lain sudah mempunyai
kemampuan untuk membeli produk tersebut, tentunya mereka tidak akan mendapatkan
komoditi itu. Oleh sebab itu, marilah kita berempati, menempatkan diri jika kita di posisi
mereka. Karena pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, makhluk yang hidup
berdampingan, makhluk yang tidak dapat hidup sendiri. Semoga menjadi perenungan kita
bersama.
faktor penyebab kelangkaan masker dan oksigen di karenakan permintaan yang banyak
dan bahan baku yang kosong. tetapiada satu hal yang lebih tidak manusiawi, banyak oknum
yang memanfaatkan kelangkaan tersebut dengan cara menimbun nya dengan maksud di jual
dengan harga yang lebih tinggi dan tentunya meraup banyak keuntungan pribadiPanic buying
masyarakat yang Panic buying adalah perilaku membeli suatu kebutuhan dan menimbunnya
dalam jumlah yang banyak pada saat terjadi situasi darurat tertentu (Taylor, 2019).
Menurut Indah S.P .M. Si dosen program studi Agribisnis Universitas Jember
menjelaskan bahwa panic buying adalah dampak dari sikap manusia yang terlalu berlebihan
dalam merasakan kekhawatiran, kecemasan, dan ketakutan sehingga melakukan tindakan
panic buying . Perilaku panic buying memiliki beberapa faktor pencetus seperti halnya pada
situasi dan kondisi yang tidak diharapkan seperti pada saat ini, dimana terjadi pandemi
COVID-19. Melalui wawancara yang dilakukan oleh Relawan Tim TDKB COVID-19 Batch 1
Tahun 2021, beliau menambahkan bahwa Pandemi COVID 19 adalah suatu bencana, jadi
istilah panic buying ini sudah lama bukan karena masa pandemi saja misal-nya saat terjadi
bencana alam banjir dan gempa. Orang - orang memiliki 3 rasa yang disebutkan tadi
(kekhawatiran, kecemasan, ketakutan yang berlebihan) sehingga masyarakat melakukan
tindakan membeli yang berlebihan karena panik. (18/06).
1. Berpikir positif. Menerapkan sikap berpikir positif sehingga diharapkan pada tiap
individu di masyarakat tidak melakukan panic buying sebab tidak memiliki rasa
khawatir, cemas dan ketakutan yang berlebihan.
2. Berbelanja sesuai dengan porsi dan kondisi. Masyarakat yang melakukan belanja
bulanan ataupun yang terpapar COVID-19 dimana butuh untuk mencukupi kebutuhan
hanya dalam 2 minggu. Diperkenankan bagi mereka untuk mendata apa saja yang
dibutuhkan selama 2 minggu dan membelinya melalui jasa atau perantara sehingga
akhirnya mereka tidak sering melakukan kontak langsung atau keluar rumah serta tidak
menyebabkan peningkatan risiko penularan COVID 19.
3. Peduli dengan sesama manusia. Selalu mengingat bahwa diluar sana masih banyak
masyarakat yang juga membutuhkan barang pokok maupun non pokok yang
dibutuhkan di saat pandemi. Sehingga tidak melakukan panic buying dan merugikan
antar sesama manusia.
4. Sosialisasi oleh lembaga terkait. Memberikan sosialisasi kepada para penjual atau
seller untuk menjual barang barang produksinya dengan melakukan pembatasan. Misal
pembatasan pembelian, satu konsumen hanya diperbolehkan membeli 3 masker.
Adanya pembatasan ini diharapkan mampu konsentrasi atau supply barang sehingga
masih bisa dipenuhi dan tidak tiba tiba hilang atau habis. Sosialisasi oleh lembaga
formal atau non formal sangat mempengaruhi hal hal tersebut dalam hal ini misal
gugus COVID -19 baik secara mikro maupun makro untuk mensosialisasikan adanya
program program pembatasan jumlah pembelian dan menghimbau kepada masyarakat
agar tetap tenang, sehingga tidak menimbulkan perilaku panic buying .
Selain itu, tindak lanjut secara tegas kepada oknum yang curang juga diperlukan dalam
situasi pandemi seperti sekarang ini, kadang rasa kemanusiaan terkesampingkan karena
ketakutan. Ada pula yang justru memanfaatkan momen genting untuk meraup untung yang
lebih besar. Perlu adanya tindak tegas sehingga hal ini dapat menjadikan sebuah ancaman
dan untuk memberi efek jera pada oknum-oknum tidak bertanggung jawab yang
menimbun kebutuhan pokok di masa pandemi seperti masker, hand sanitizer, bahan
pangan, vitamin, dan lain sebagainya. (Wahyu dkk., 2021) Jadi dapat disimpulkan bahwa
memenuhi kebutuhan dengan panic buying merupakan hal yang berbeda. Panic buying
ditandai dengan adanya rasa kekhawatiran, kecemasan dan ketakutan berlebihan sehingga
menambah kecenderungan munculnya sikap serakah dan tidak memikirkan orang lain.
Masyarakat harus bisa membedakan antara panic buying dan memenuhi kebutuhan selama
dua minggu terisolasi atau belanja bulanan untuk menghindari kontak langsung,
melakukan cara dengan berdoa dan berserah diri kepada-Nya untuk keselamatan agar
virus ini akan segera berakhir dari dunia. Menerapkan nilai keimanan kepada takdir
tuhan YME. Wabah covid adalah bagian dari ujian dalam hidup yang harus semakin
menyadarkan kita tentang kekuatan di luar kemampuan manusia. Relijiusitas harus
semakin kuat di masa masa seperti ini
b. Implementasi pada sila kedua saat Kelangkaan Masker, Oksigen, Panic Buying,
dan Krisis Empati
Beberapa minggu lalu terdapat varian baru covid 19 yang membuat peningkatan angka
positif penyakit covid 19. Menyusul temuan ini, Kementerian Kesehatan langsung melakukan
upaya antisipatif dengan melakukan tracing dan testing terhadap kontak erat dan hasilnya
negatif. Semua pasien sudah dilakukan vaksinasi, ada yang sudah dua kali ada juga yang
sudah Booster. Sejauh ini, ada 24 negara yang melaporkan kasus COVID-19 varian XBB.
Varian XBB menyebabkan lonjakan kasus COVID-19 yang tajam di Singapura, diiringi
dengan peningkatan tren perawatan di rumah sakit. Meski varian baru XBB cepat menular,
namun fatalitasnya tidak lebih parah dari varian Omicron. Kendati demikian, negara belum
bisa dikatakan aman dari pandemi COVID-19. Sebab berbagai mutasi varian baru masih
berpotensi terus terjadi.Dikatakan dr. Syahril, masyarakat diharapkan tetap mengedepankan
protokol kesehatan seperti memakai masker, menghindari kerumunan, dan mencuci tangan
pakai sabun, serta melakukan testing apabila mengalami tanda dan gejala COVID-19. Dan
kelangkaan masker,oksigen,hilangnya rasa empati dan kepedulian masyrakat itu sangat
menyimpang dari implementasi nilai Pancasila.
B.Faktor penyebab
Varian baru disebabkan oleh ber mutasinya virus tersebut dan di dukung cuaca yang
sedang tidak bersahabat dan itu faktor masyarakat banyak yang terkena covid lagi.Masyarakat
kurang menerapkan rasa kepedulian terhadap lingkungan dan kurangnya edukasi tentang
pentingnya vaksin sehingga masyarakat menelan mentah mentah berita hoax dampak dari
vaksin.
C.Strategy implementasi
Masyarakat perlu menerapkan nilai dari sila sila Pancasila agar kita bisa menghadapi
wabah covid 19 dengan membutuhkan ketuhanan, kebersamaan, persatuan, dan kesatuan
bangsa sehingga tidak terpecah belah dalam menyikapi upaya penanganan covid 19 ini.
3.2 Saran
A.Penyelenggaraan negara
Dengan adanya fakta di masa pandemic hari ini saya membuat saran untuk pemerintah
agar melakukan aturan terkait pelaksanaan protokol kesehatan disertai dengan sanksi tegas
pada bidang transportasi dimasa pandemi Covid-19 sesuai dengan peraturan perundangan
yang berlaku; Melakukan pemenuhan sarana dan prasarana (Thermogun, APD,
Desinfektan dan lain-lain) serta melakukan pengecekan secara berkala terhadap petugas
lapangan di fasilitas umum pada bidang transportasi (Stasiun, Bandara dan Terminal); Pola
pengawasan dalam penegakan protokol kesehatan baik untuk daerah yang masih
melaksanakan PSBB ataupun daerah yang melaksanakan AKB dengan memanfaatkan
Terminal, Pos Dinas Perhubungan dan Pos Polisi yang telah ada; Melakukan evaluasi
secara berkala pelaksanaan protokol kesehatan di bidang transportasi guna perbaikan
aturan serta penetapan kebijakan yang tepat dan sigap
B.Skateholder
C. Masyarakat
Menerapkan prokes yang lebih ketat, membantu pemerintah agar pandemic ini selesai
lebih cepat, mengikuti vaksin, menerapkan sifat kemanusian, ketaatan,dan kepedulian.
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
https://www.lemhannas.go.id/index.php/berita/berita-utama/848-penerapan-nilai-
nilai-pancasila-dalam-menanggulangi-covid-19
https://www.kominfo.go.id/content/detail/32437/masyarakat-dan-pemerintah-
bersama-tekan-penularan-covid-19-lewat-protokol-kesehatan/0/virus_corona
https://www.google.com/search?
q=saran+agar+masyarakat+patuh+terhadap+pandemi&oq=saran+agar+masyarakat
+patuh+terhadap+pandemi&aqs=chrome..69i57j33i160.17819j0j4&sourceid=chro
me&ie=UTF-8
https://www.google.com/search?
q=impelementasi+pancasila+di+era+pandemi&ei=g0NbY6upNIyYseMPyKqq6A
w&ved=0ahUKEwjr9sqX9YH7AhUMTGwGHUiVCs0Q4dUDCA4&uact=5&oq=
impelementasi+pancasila+di+era+pandemi&gs_lcp=Cgdnd3Mtd2l6EAMyBwgAE
IAEEA0yBggAEBYQHjIGCAAQFhAeOgUIABCABDoOCC4QgAQQsQMQgw
EQ1AI6CwgAEIAEELEDEIMBOgUILhCABDoICAAQsQMQgwE6BAgAEEM6
BwgAELEDEEM6CwguEIAEEMcBEK8BOg0ILhCxAxCDARDUAhBDOgoIAB
CxAxCDARBDOgsILhCABBCxAxCDAToICAAQgAQQsQM6BwgAEIAEEAo6
CggAEIAEELEDEApKBAhBGAFKBAhGGABQpwRYxntgwH5oAnAAeAKAA
WWIAdEkkgEENzAuMZgBAKABAbABAMABAQ&sclient=gws-wiz
https://www.ombudsman.go.id/artikel/r/artikel--10-saran-pelaksanaan-psbb-atas-
kajian-cepat-ombudsman-perwakilan-jabar
https://www.google.com/search?
q=nilai+nilai+pancasila+saat+pandemi&oq=nilai+nilai+pancasila+saat+&aqs=chro
me.1.0i512l2j69i57j0i22i30l7.22029j1j4&sourceid=chrome&ie=UTF-8
https://www.google.com/search?
q=stakeholder+adalah&oq=stake&aqs=chrome.0.0i433i512j0i131i433i512l4j0i512
j0i433i512j0i512l2.2494j0j4&sourceid=chrome&ie=UTF-8
http://p2p.kemkes.go.id/penguatan-sistem-kesehatan-dalam-pengendalian-covid-
19/
https://covidcare.id/artikel/panic-buying-di-masa-pandemi-covid-19
https://www.google.com/search?
q=fakta+pandemi+saat+ini&oq=fakta+pandemi+saat+ini&aqs=chrome..69i57j33i1
60l3j33i22i29i30l4.6255j0j9&sourceid=chrome&ie=UTF-8
https://www.google.com/search?
q=pemerintah+menyarankan+wfh+saat+ini&oq=pemerintah+menyarankan+wfh+s
aat+ini&aqs=chrome..69i57j33i160l2.12277j0j4&sourceid=chrome&ie=UTF-8