Anda di halaman 1dari 20

IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DI MASA PANDEMI

DOSEN PENGAMPU:

DR. AGUS PURWO WICAKSONO

DISUSUN OLEH:

JIHAN ELYSIA RAMADHINI

NIM: 2233330012

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI STIE TUNAS NUSANTARA

JAKARTA

2022 – 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah
ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran
maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, Oktober 2022


Penulis
DAFTAR ISI

Kata pengantar………………………………………………………….

Daftar Isi………………………………………………………………..

I PENDAHULUAN

a) Peran Pancasila bagi bangsa Indonesia…………………………


b) Tantangan di era Pandemi………………………………………
c) Program Pemerintah di era Pandemi……………………………
d) Masalah…………………………………………………………
e) Langkah………………………………………………………..

II. PEMBAHASAN

2.1 Data fakta saat ini………………………………………………....

2.2 Faktor Penyebab…………………………………………………...

2.3 Strategy implementasi……………………………………………...

III. PENUTUP

3.1 SIMPULAN………………………………………………………..

3.2 SARAN……………………………………………………………..

I. PENDAHULUAN

Pancasila sebagai dasar Negara mempunyai sifat imperatif dan memaksa, artinya setiap
warga Negara Indonesia harus tunduk dan taat kepadanya. Siapa saja yang melangggar
Pancasila sebagai dasar Negara, harus ditindak menurut hukum yakni hukum yang berlaku di
Indonesia. Dengan kata lain pengamalan Pancasila sebagai dasar Negara disertai sanksisanksi
hukum. Sedangkan pengamalan Pancasila sebagai weltanschuung, yaitu pelaksanaan Pancasila
dalam hidup sehari-hari tidak disertai sanksi-sanksi hukum tetapi mempunyai sifat mengikat,
artinya setiap manusia Indonesia terikat dengan cita-cita yang terkandung di dalamnya untuk
mewujudkan dalam hidup dan kehidupanya, sepanjang tidak melanggar peraturan perundang-
undangan yang barlaku di Indonesia.Jadi, jelaslah bagi kita bahwa mengamalkan dan
mengamankan.

A. Peran Pancasila bagi bangsa Indonesia

Pancasila sebagai dasar Negara Republik Indonesia mempunyai sifat imperatif


memaksa. Sedangkan pengamalan atau pelaksanaan Pancasila sebagai pandangan hidup dalam
hidup sehari-hari tidak disertai sanksi-sanksi hukum tetapi mempunyai sifat mengikat.
Pancasila sebagai filsafat bangsa dan Negara dihubungkan fungsinya sebagai dasar Negara,
yang merupakan landasan idiil bangsa Indonesia dan Negara Republik Indonesia dapatlah
disebut pula sebagai ideologi nasional atau ideologi Negara. Artinya pancasila merupakan satu
ideologi yang dianut oleh Negara atau pemerintah dan rakyat Indonesia secara keseluruhan,
bukan milik atau monopoli seseorang ataupun sesuatu golongan tertentu.Pancasila dijadikan
sebagai landasan hidup Bangsa Indonesia.

Berikut lima fungsi dan peranan pancasila bagi bangsa Indonesia:

1. Pancasila sebagai Jiwa Bangsa Indonesia

Pancasila sebagai jiwa bangsa berfungsi agar Indonesia hidup dalam Jiwa Pancasila.
Maksudnya Pancasila diharapkan menjadi jiwa bagi seluruh masyarakat Indonesia.

2. Pancasila sebagai Kepribadian Bangsa Indonesia


Pancasila sebagai pribadi bangsa Indonesia memiliki fungsi, yaitu sebagai hal yang
memberikan ciri khas yang membedakan bangsa kita dengan bangsa yang lain.

3. Pancasila sebagai Sumber dari Segala Sumber Hukum

Pancasila sebagai sumber hukum berfungsi sebagai sumber hukum yang mengatur segala
hukum yang berlaku di Indonesia.

Artinya semua hukum harus patuh dan bersumber dari Pancasila. Hukum yang berlaku
tidak boleh bertentangan dengan Pancasila.

Setiap sila Pancasila merupakan nilai dasar, sedangkan hukum adalah penjabaran dari nilai
dasar itu sendiri.

4. Pancasila sebagai Perjanjian Luhur

Pancasila sebagai perjanjian luhur telah berfungsi dan disepakati melalui sidang Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) tanggal 18 Agustus 1945.Walaupun
disahkannya Pancasila hanya oleh sebuah Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia, tetapi
PPKI sebenarnya adalah suatu badan yang mewakili suara rakyat.Jadi, Pancasila
merupakan hasil perjanjian bersama rakyat.

5. Pancasila sebagai Cita-Cita dan Tujuan Bangsa Indonesia

Pancasila sebagai cita-cita bangsa memiliki fungsi, yaitu untuk menciptakan masyarakat
yang adil dan makmur

B. Tantangan di Era Pandemi


Covid 19 merupakan wabah penyakit yang menjangkit seluruh dunia, baik itu negara
berkembang bahkan negara maju pun terkena virus ini. Wabah penyakit yang menyebar
luas ini sangat berdampak terhadap tantangan kehidupan makhluk di muka bumi ini,
seperti bidang sosial, agama, ekonomi, pendidikan dan sebagainya. Sebagaimana telah
diketahui, bahwasanya manusia merupakan makhluk sosial. Tentu dengan adanya wabah
penyakit ini berdampak terhadap tatanan kehidupan sosial masyarakat, baik itu dampak
positif maupun negara

1. Tantangan di bidang sosial

Selain itu, dampak negatif dari covid 19 ini terhadap kehidupan sosial yaitu angka
kriminal semakin meningkat. Bagaimana tidak, dengan adanya wabah ini banyak
masyarakat yang dirumahkan di pekerjaannya, pedagang-pedagang di sekolahan bangkrut
karena sekolah diliburkan dan pekerjaan lainnya. Hal ini dapat membuat masyarakat
kekurangan pemasukan sedangkan pengeluaran besar. Maka timbul lah ide-ide kriminal
agar ia dapat mempertahankan hidup. Seperti halnya yang terjadi di salah satu daerah,
yang belakangan ini sering terjadi kejadian kriminal yaitu hilangnya motor, pencurian
barang elektonik dan lain sebagainya.

2. Tantangan di bidang agama

Dampak negatif adanya covid 19 dalam kehidupan Agama yaitu, pertama banyak umat
bergama yang dilarang untuk beribadah di tempat ibadahnya. Seperti yang terjadi di
Agama Islam tentang larangan shalat jum’at di Masjid. Hal ini membuat muslim rindu
dengan rumah Allah SWT., timbulnya perpecahan karena perbedaan golongan terhadap
aturan ini. Hal ini tentu membuat kehidupan umat bergama terganggu. Selain itu, di
Agama Islam hal-hal sunnah terpaksa harus ditinggalkan untuk sementara waktu. Seperti
larangan bersalaman, shalat jum’at berjamaah, perkumpulan pengajian dan yang lebih
besarnya lagi yaitu penundaan pemberangkatan haji. Tidak hanya di Islam agama lain
seperti Krtisten, Hindu, Budha dan sebagainya
3. Tantangan di bidang ekonomi

Banyak masyarakat yang terkena dampak ekonomi karena pandemic, perusahaan


banyak mengeluarkan karyawan sehingga krisis ekonomi pun terjadi tetapi,Pada
kesempatan kali ini, secara garis besar Prof. Sri Adiningsih mendiskusikan seputar dampak
pandemi Covid-19 terhadap ekonomi digital. Berdasarkan data dari tahun ke tahun,
pandemi Covid-19 meningkatkan jumlah pengangguran dan tingkat kemiskinan. Namun
demikian, dapat kita syukuri bahwa saat pandemi melanda Indonesia transformasi digital
malah berkembang dan mendisrupsi sektor bisnis serta ekonomi. Perkembangan ekonomi
digital yang telah hadir di sekitar kita contohnya seperti berbagai jenis e-commerce dan
juga layanan financial technology (fintech) yang semakin marak di kalangan masyarakat.
Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa ekonomi digital tengah berkembang dan pandemi
mempercepat perkembangan digitalisasi ekonomi tersebut.

4. Tantangan di bidang pendidikan

Pandemi Covid-19 telah memberikan gambaran atas kelangsungan dunia pendidikan


dimasa depan melalui bantuan teknologi. Namun, teknologi tetap tidak dapat
menggantikan peran guru, dosen, dan interaksi belajar antara pelajar dan pengajar sebab
edukasi bukan hanya sekedar memperoleh pengetahuan tetapi juga tentang nilai, kerja
sama, serta kompetensi. Situasi pandemi ini menjadi tantangan tersendiri bagi kreativitas
setiap individu dalam menggunakan teknologi untuk mengembangkan dunia pendidikan.

C. program pemerintah di era pandemi

Pemerintah telah menyalurkan ragam bantuan jaring pengaman sosial untuk warga di
masa pandemi. Ragam bantuan tersebut yakni bantuan sosial reguler seperti Program
Keluarga Harapan (PKH), Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT), dan bantuan sosial non
reguler seperti Bantuan Sosial Tunai (BST), Bantuan Langsung Tunai Dana Desa (BLT-
DD), dan bantuan beras 10 Kg. pemerintah terus berupaya memenuhi kebutuhan warga
miskin dan rentan di masa pandemi Covid-19 dengan menyalurkan bantuan

D. masalah yang terjadi di era pandemic


Akibat kasus Covid-19 ini, pemerintah Indonesia mulai melakukan berbagai kebijakan
seperti mengeluarkan himbauan social distancing, mengeluarkan himbauan untuk Work
From Home bagi pegawai, memberlakukan pembatasan wilayah, membangun RS khusus
untuk penanganan Covid-19, dan lain-lain. Dengan adanya kebijakan pemerintah ini serta
situasi yang semakin genting, tentunya memberikan dampak bagi masyarakat, baik
masyarakat menengah ke bawah hingga kalangan elit. Berbagai masalah sosial ekonomi
muncul dan dampaknya langsung terasa oleh masyarakat.
Cara-cara yang banyak digunakan tentunya penggunaan cara-cara daring atau online.
Masalah sosial timbul dari kekurangan-kekurangan dalam diri manusia atau kelompok
sosial yang bersumber pada faktor-faktor ekonomis, biologis, biopsikologis, dan
kebudayaan. Semakin hari permasalahan sosial ekonomi yang ditimbulkan akibat Covid-
19 semakin terlihat nyata bagi masyarakat. Beberapa masalah sosial ekonomi yang terjadi
akibat Covid-19 diantaranya : kelangkaan barang, disorganisasi dan disfungsi sosial,
tindakan kriminal, melemahnya sektor pariwisata, peningkatan angka kemiskinan dan
pengangguran.

E. langkah

langkah kaster kesehatan, terang Menko Muhadjir, bisa membantu percepatan


vaksinasi dan optimalisasi 3T dan sosialisasi protokol kesehatan 5M, dan membantu
antisipasi kelangkaan obat, alat kesehatan, serta peningkatan kapasitas tempat
isolasi.Untuk klaster pendidikan, bisa mengawal kebijakan pendidikan seperti
pembelajaran tatap muka dimasa PPKM, dan membantu pelaksanaan percepatan vaksinasi
bagi pelajar dan tenaga pendidikan. Kemudian Langkah klaster pengungsian dan
perlindungan membantu penguatan manajemen pengungsian di masa pandemi dan tempat
isolasi mandiri. Klaster pemulihan dini bisa membantu pemerintah daerah untuk
mengaktivasi posko satgas Covid-19 di hingga level terendah di RT/RW, dan membantu
pemulihan dampak Covid-19 di daerah.
II. PEMBAHASAN

2.1 Data Fakta saat ini


A.Munculnya varian baru

Kementerian Kesehatan RI mengumumkan tambahan tiga kasus konfirmasi positif sub


varian omicron XBB. Kasus tersebut merupakan transmisi dari dalam negeri dan luar negeri.
Dengan demikian hingga Selasa (25/10) total ada 4 kasus COVID-19 varian XBB di
Indonesia.“Pasien semuanya bergejala ringan seperti batuk dan pilek. Tapi semua pasien
sudah sembuh dan mereka hanya melakukan isolasi mandiri, tidak dirawat di rumah sakit,”
ujar Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI dr. Mohammad Syahril pada Konferensi Pers
Rabu secara virtual (26/10) Dari 4 pasien tersebut, 3 di antaranya berlokasi di DKI Jakarta
dengan 2 pasien transmisi lokal dan 1 pasien transmisi luar negeri. Sisanya 1 pasien lagi
berlokasi di Surabaya dengan transmisi luar negeri.“Dengan demikian pasien konfirmasi XBB
ini terdapat 2 pasien transmisi luar negeri dari Singapura dan 2 pasien transmisi lokal,” ucap
dr. Syahril.

B. Kelangkaan Masker, Oksigen, Panic Buying, dan Krisis Empati

Jika melihat data beberapa waktu terakhir ini, lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia
memang kembali meningkat. Hal tersebut mengakibatkan permintaan oksigen naik, bahkan
berdasarkan data dari website liputan6.com dan bigalpha.id, permintaannya naik sampai 3-4
kali lipat. Dampaknya? Permintaan yang tinggi pun memicu kelangkaan supply, dan harga
oksigen pun dikabarkan terbang hingga 900 persen. Melansir informasi dari katadata.co.id,
pada tanggal 24 Juni 2021 Indonesia memerlukan 207,3 ribu ton setiap harinya untuk
penanganan Covid-19. Kebutuhan itu melonjak menjadi 306,6 ribu ton per tanggal 1 Juli 2021.
Terjadi kenaikan sampai 48 persen, sedangkan stock di pasar belum ditambah.Dilansir dari
beberapa sumber literasi, pasien Covid-19 memerlukan oksigen untuk menjaga kadar saturasi
oksigen. Jadi, ketika sedang sakit, paru-paru tidak akan berfungsi secara maksimal. Suplai
oksigen ke dalam tubuh akan berkurang, sehingga mengakibatkan sesak napas sehingga tubuh
juga akan melemah dan pucat. Kondisi inilah yang menyebabkan pasien membutuhkan
oksigen untuk membantunya.
 
Oksigen dapat diperoleh melalui pembelian pertama bersama tabungnya (tabung oksigen
atau tangki oksigen portable), maupun dengan isi ulang (jika konsumen sebelumnya telah
memiliki tabung atau tangki portable). Oksigen biasanya digunakan di rumah sakit dan klinik
rawat jalan. Umumnya, dokter akan merekomendasikan pasien untuk menjalani terapi oksigen
melalui tangki oksigen portable terstandardisasi, karena oksigen di dalam tubuh manusia
berfungsi dalam proses oksidasi makanan. Jadi secara medis, kebutuhan akan oksigen bukan
hanya melulu didominasi oleh pasien Covid-19, namun juga oleh pasien penyakit lain seperti
asma, pneuomia, gagal jantung, dan beberapa penyakit lainnya. Kondisi kelangkaan oksigen
ini mengingatkan kita pada kondisi tahun lalu, tepatnya saat awal-awal pandemi, dimana
pada waktu itu dunia-tak terkecuali Indonesia- dihebohkan dengan kelangkaan
masker. Padahal masker, menurut World Health Organization (WHO) dikampanyekan sebagai
perlengkapan yang wajib dipakai untuk menangkal penyebaran wabah. Pada awalnya terdapat
kebijakan bahwa masker hanya wajib dipakai oleh orang-orang yang sakit. Namun
belakangan, masker dianjurkan untuk seluruh manusia. Akibatnya, masker menjadi salah satu
komoditi yang paling diburu (prime comodity). Dalam waktu singkat, permintaan masker
melonjak. Namun disisi lain, ketersediaannya langka di pasar. Seandainyapun ada, harganya
mengalami lonjakan yang luar biasa.antara takut kehabisan stock  maupun khawatir akan
penyebaran virus Corona yang semakin meluas. Berbagai toko ritel dan apotek diserbu oleh
konsumen, mulai dari perburuan masker, sampai dengan produk medis lain semisal hand
sanitizer, obat-obatan, sampai multivitamin. Bahkan panic buying melebar hingga perburuan
makanan kaleng, mie instan, minuman kemasan, dan diapers.Fenomena panic buying waktu
itu membuat stok barang berkurang drastis, bahkan ada yang “ludes”, terutama masker yang
dianggap sebagai alat yang efektif mencegah penularan virus Corona. Kondisi ini
dimanfaatkan oleh beberapa oknum, antara lain dengan cara menimbun komoditi medis,
terutama masker yang menjadi prime commodity  saat itu. Penimbunan tersebut dilakukan
tidak lain untuk memainkan stok dan harga, dengan tujuan mendapatkan keuntungan sebesar-
besarnya. Akibatnya, terjadi kenaikan dan kelangkaan yang luar biasa pada stock masker saat
itu. Salah satu kondisi di pertengahan Februari 2020, di Pasar Pramuka-Jakarta Timur, yang
terkenal sebagai pasar penyedia peralatan medis, harga masker N95 saat itu menyentuh Rp1,6
juta per boks yang berisi 20 buah. Padahal, harga normalnya hanya berkisar Rp 195.000 per
boks. Selain itu, harga masker berjenis biasa pun juga tidak kalah melonjak.
Saat ini, fenomena kelangkaan komoditi kembali terjadi, yaitu pada jenis oksigen.
Apakah hal tersebut dikarenakan panic buying semata, ataukah memang ada pihak-pihak yang
memanfaatkan celah mekanisme pasar, bahwa semakin besar permintaan atas suatu produk,
maka saatnya menimbun produk itu besar-besaran agar komoditi dimaksud semakin langka
sehingga harga dapat dinaikkan sedemikian rupa? Ataukah memang kombinasi diantara
keduanya?
  Dilihat dari aspek hukum, tindakan penimbunan dapat dijerat pasal 107 Undang-
Undang (UU) No. 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan. Dalam pasal 107 UU No. 7 Tahun
2014 dijelaskan bahwa para pelaku usaha yang menyimpan barang kebutuhan pokok atau
barang penting dalam jumlah dan waktu tertentu saat terjadi kelangkaan barang, bisa dipidana
paling lama 5 (lima) tahun dan/ atau denda paling banyak Rp 50.000.000.000 (lima puluh
miliar rupiah). Namun, ancaman ini sepertinya tidak menyurutkan para oknum. Hal ini sedikit
banyak membuktikan bahwa manusia mulai mengalami krisis moral khususnya empati
terhadap sesama. Ada beberapa pihak yang disinyalir memang memanfaatkan situasi ini untuk
mengeruk keuntungan, sebagaimana pernyataan Kepala Kanwil III Komisi Pengawas
Persaingan Usaha bahwa terdapat perilaku toko yang memanfaatkan kesempatan tingginya
permintaan untuk menaikan harga oksigen portable. Hmmm, sungguh perilaku tidak terpuji
dan tanpa empati.
 
Padahal empati, menurut Spreng, McKinnon & Levine (2009: 62), adalah salah satu aspek
kognisi sosial yang memainkan peran penting ketika seseorang merespons emosi orang lain
untuk membangun hubungan yang baik. Empati adalah dasar dari segala jenis interaksi,
berwujud penempatan diri pada kondisi orang lain secara penuh. Dengan kata lain, empati
adalah paham dan memahami perasaan orang lain.
  Jika tidak ada empati, maka tidak akan terjadi tolong menolong dan hanya akan
menciptakan indivualisme pada setiap individu. Empati menjadi penting karena mampu
menciptakan kepercayaan dan kenyamanan di planet biru ini. Maka dari itu, empati sangatlah
diperlukan dalam membangun kemanusiaan. Bahkan, bisa dikatakan empati adalah substansi
dari kemanusiaan itu sendiri.
  Perilaku menimbun dan menaikkan harga masker dan (kemungkinan juga) oksigen,
atau entah apa lagi komoditi yang akan ditimbun dan dinaikkan harganya di masa mendatang
oleh oknum-oknum tertentu, sudah pasti menimbulkan keresahan publik. Selain dibutuhkan
upaya pemerintah dalam memberangus perbuatan tidak terpuji tersebut, kita sebagai
masyarakat juga selayaknya melakukan hal-hal empati lainnya semisal membeli barang sesuai
kebutuhan. Tidak melakukan aksi panic buying secara membabi buta.
  Mulailah membangun empati, tanamkan prinsip: bahwa jikapun pada saat ini tersedia
komoditi tertentu yang menjadi prime comodity, namun perlu disadari bahwa tidak semua
masyarakat mampu membelinya-hari ini. Sehingga, jika kita memborongnya hari ini, yang
mengakibatkan stock  menjadi kosong, saat besok masyarakat lain sudah mempunyai
kemampuan untuk membeli produk tersebut, tentunya mereka tidak akan mendapatkan
komoditi itu. Oleh sebab itu, marilah kita berempati, menempatkan diri jika kita di posisi
mereka. Karena pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, makhluk yang hidup
berdampingan, makhluk yang tidak dapat hidup sendiri. Semoga menjadi perenungan kita
bersama.

c. Kesadaran Masyarakat untuk Vaksinasi Masih Rendah

Anggota Komisi IX DPR RI Nur Nadlifah membenarkan bahwa kesadaran masyarakat


terhadap vaksinasi dosis ketiga atau booster masih rendah. Ia mengungkapkan beberapa alasan
yang menyebabkan masyarakat masih enggan untuk mendapatkan vaksinasi booster.
“Di samping pilih-pilih vaksin, masyarakat menganggap bahwa sekarang sudah tidak pandemi
lagi. Hadirnya varian Omricon dengan gejala yang ringan menjadikan masyarakat
menganggap bahwa varian Omricon ini sebagai penyakit yang biasa saja dan memang sedang
musim batuk/pilek,” ujarnya saat ditemui Parlementaria di Gedung Nusantara I, Senayan,
Jakarta, Kamis (10/3/2022).
  Nur Nadlifah menjelaskan, dengan adanya anggapan di masyarakat bahwa saat ini
pandemi sudah selesai, hal tersebut menyebabkan masyarakat lebih memilih untuk
mendapatkan vaksin yang halal. “Masyarakat meminta pemerintah menyediakan vaksin halal
untuk menjadi pilihan, karena itu sudah ada sertifikasinya. Kalau kondisi darurat tidak ada
sertifikasi halal tidak apa-apa, tetapi bagi sebagian masyarakat saat ini sudah tidak darurat lagi
sehingga harus ada vaksin bersertifikasi halal,” ujarnya.
  Politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu juga mengungkapkan alasan lain
mengapa masyarakat masih enggan mendapatkan vaksinasi booster karena
vaksin booster yang disediakan oleh pemerintah dirasa memiliki efek samping yang lebih
dibanding vaksin yang sebelumnya. Hal tersebut yang menyebabkan masyarakat enggan untuk
mendapatkan vaksinasi booster.Dengan adanya informasi tersebut di lapangan, Nur Nadlifah
menegaskan bahwa pemerintah, dalam hal ini Kementerian Kesehatan harus segera merespon
dan mencari solusi agar masyarakat bersemangat untuk mendapatkan vaksinasi booster.
2.2 Faktor penyebab
A.Munculnya varian baru
Sejak dua tahun dimulainya pandemi, virus Covid-19 telah bermutasi. Banyak varian
yang bermunculan Ini disebabkan sifat seluruh virus yang pasti akan bermutasi dari waktu ke
waktu termasuk Sars-CoV-2. Corona misalnya memiliki mutasi mulai dari Alpha, Beta, dan
Delta hingga terbaru Omicron, yang juga membuat peningkatan kasus positif. Lucy van Dorp,
pakar evolusi patogen di University College London, mengatakan sebagian besar mutasi
adalah 'penumpang' dan akan punya dampak kecil. Namun virus yang bermutasi adalah cara
untuk membantunya bertahan dan bereproduksi."Virus yang membawa mutasi dapat
meningkat frekuensi karena seleksi alam, dengan pengaturan epidemiologi yang tepat,"
jelasnya, dikutip BBC, Jumat (28/1/2022).Varian punya asal yang berbeda namun berbagi
mutasi pada gen yang mengkode protein lonjakan. Ini yang digunakan untuk menempel dan
memasuki sel manusia.

B.Kelangkaan Masker, Oksigen, Panic Buying, dan Krisis Empati

faktor penyebab kelangkaan masker dan oksigen di karenakan permintaan yang banyak
dan bahan baku yang kosong. tetapiada satu hal yang lebih tidak manusiawi, banyak oknum
yang memanfaatkan kelangkaan tersebut dengan cara menimbun nya dengan maksud di jual
dengan harga yang lebih tinggi dan tentunya meraup banyak keuntungan pribadiPanic buying
masyarakat yang Panic buying adalah perilaku membeli suatu kebutuhan dan menimbunnya
dalam jumlah yang banyak pada saat terjadi situasi darurat tertentu (Taylor, 2019).

Menurut Indah S.P .M. Si dosen program studi Agribisnis Universitas Jember
menjelaskan bahwa panic buying adalah dampak dari sikap manusia yang terlalu berlebihan
dalam merasakan kekhawatiran, kecemasan, dan ketakutan sehingga melakukan tindakan
panic buying . Perilaku panic buying memiliki beberapa faktor pencetus seperti halnya pada
situasi dan kondisi yang tidak diharapkan seperti pada saat ini, dimana terjadi pandemi
COVID-19. Melalui wawancara yang dilakukan oleh Relawan Tim TDKB COVID-19 Batch 1
Tahun 2021, beliau menambahkan bahwa Pandemi COVID 19 adalah suatu bencana, jadi
istilah panic buying ini sudah lama bukan karena masa pandemi saja misal-nya saat terjadi
bencana alam banjir dan gempa. Orang - orang memiliki 3 rasa yang disebutkan tadi
(kekhawatiran, kecemasan, ketakutan yang berlebihan) sehingga masyarakat melakukan
tindakan membeli yang berlebihan karena panik. (18/06).

Meskipun pandemi COVID 19 sudah mulai memasuki tahun ke 2 di Indonesia, perilaku


panic buying di masyarakat masih menjadi kebiasaan yang tidak bisa dilepaskan. Hal ini
dibenarkan oleh Indah S.P .M. Si, beliau mengungkapkan bahwa perilaku panic buying saat
ini masih menjadi kebiasaan. Hal ini disebabkan karena terjadinya lonjakan kasus COVID-19
akibat pasca lebaran, selain itu masyarakat yang merasa mulai jenuh karena telah masuk tahun
kedua, merasa aman dengan vaksinasi, serta merasa bosan dengan protokol kesehatan. Oleh
karena hal tersebut, masyarakat yang mengalami panic buying saat ini merasa cemas, takut,
dan khawatir sehingga bersiap - siap untuk memenuhi kebutuhan ketika corona virus lebih
mudah menular. Menurut Indah S.P .M. Si terdapat beberapa solusi atau cara yang dapat
diterapkan dalam mengatasi panic buying pada saat ini, antara lain :

1. Berpikir positif. Menerapkan sikap berpikir positif sehingga diharapkan pada tiap
individu di masyarakat tidak melakukan panic buying sebab tidak memiliki rasa
khawatir, cemas dan ketakutan yang berlebihan.

2. Berbelanja sesuai dengan porsi dan kondisi. Masyarakat yang melakukan belanja
bulanan ataupun yang terpapar COVID-19 dimana butuh untuk mencukupi kebutuhan
hanya dalam 2 minggu. Diperkenankan bagi mereka untuk mendata apa saja yang
dibutuhkan selama 2 minggu dan membelinya melalui jasa atau perantara sehingga
akhirnya mereka tidak sering melakukan kontak langsung atau keluar rumah serta tidak
menyebabkan peningkatan risiko penularan COVID 19.

3. Peduli dengan sesama manusia. Selalu mengingat bahwa diluar sana masih banyak
masyarakat yang juga membutuhkan barang pokok maupun non pokok yang
dibutuhkan di saat pandemi. Sehingga tidak melakukan panic buying dan merugikan
antar sesama manusia.

4. Sosialisasi oleh lembaga terkait. Memberikan sosialisasi kepada para penjual atau
seller untuk menjual barang barang produksinya dengan melakukan pembatasan. Misal
pembatasan pembelian, satu konsumen hanya diperbolehkan membeli 3 masker.
Adanya pembatasan ini diharapkan mampu konsentrasi atau supply barang sehingga
masih bisa dipenuhi dan tidak tiba tiba hilang atau habis. Sosialisasi oleh lembaga
formal atau non formal sangat mempengaruhi hal hal tersebut dalam hal ini misal
gugus COVID -19 baik secara mikro maupun makro untuk mensosialisasikan adanya
program program pembatasan jumlah pembelian dan menghimbau kepada masyarakat
agar tetap tenang, sehingga tidak menimbulkan perilaku panic buying .

Selain itu, tindak lanjut secara tegas kepada oknum yang curang juga diperlukan dalam
situasi pandemi seperti sekarang ini, kadang rasa kemanusiaan terkesampingkan karena
ketakutan. Ada pula yang justru memanfaatkan momen genting untuk meraup untung yang
lebih besar. Perlu adanya tindak tegas sehingga hal ini dapat menjadikan sebuah ancaman
dan untuk memberi efek jera pada oknum-oknum tidak bertanggung jawab yang
menimbun kebutuhan pokok di masa pandemi seperti masker, hand sanitizer, bahan
pangan, vitamin, dan lain sebagainya. (Wahyu dkk., 2021) Jadi dapat disimpulkan bahwa
memenuhi kebutuhan dengan panic buying merupakan hal yang berbeda. Panic buying
ditandai dengan adanya rasa kekhawatiran, kecemasan dan ketakutan berlebihan sehingga
menambah kecenderungan munculnya sikap serakah dan tidak memikirkan orang lain.
Masyarakat harus bisa membedakan antara panic buying dan memenuhi kebutuhan selama
dua minggu terisolasi atau belanja bulanan untuk menghindari kontak langsung,

2.3 Strategi implementasi

a. Implementasi pada sila pertama saat muncul varian baru

melakukan cara dengan berdoa dan berserah diri kepada-Nya untuk keselamatan agar
virus ini akan segera berakhir dari dunia. Menerapkan nilai keimanan kepada takdir
tuhan YME. Wabah covid adalah bagian dari ujian dalam hidup yang harus semakin
menyadarkan kita tentang kekuatan di luar kemampuan manusia. Relijiusitas harus
semakin kuat di masa masa seperti ini

b. Implementasi pada sila kedua saat Kelangkaan Masker, Oksigen, Panic Buying,
dan Krisis Empati

Di saat pandemi empati dan tanggung jawab kemanusiaan benar-benar diuji


membentuk satu kesadaran bahwa kita tidak hidup sendiri dan berkewajiban untuk
saling menjaga agar wabah tidak menyebar. Disiplin ptotokol kesehatan menjadi
tanggung jawab kolektif. Dan itulah makna kontekstual sila kedua Pancasila.

c. Impelementasi pada sila ketiga saat masyarakat enggan vaksin

empati kemanusiaan haruslah melahirkan persatuan dan gotong royong untuk


menyelesaikan masalah. Kebersamaan dan kolaborasi ini yang akan mempercepat
penanganan pandemi. Saling membantu, berbagai, dan berkolaborasi tanpa melihat
ras, suku dan agama adalah esesnsi sila ketiga Pancasila. Menripsikan diri kita untuk
mengikuti saran pemerintah agar kita sehat dan tidak terpapar covid 19 dengan cara
mengikuti vaksin.
III. PENUTUP
3.1SIMPULAN

A.KONDISI SAAT INI

Beberapa minggu lalu terdapat varian baru covid 19 yang membuat peningkatan angka
positif penyakit covid 19. Menyusul temuan ini, Kementerian Kesehatan langsung melakukan
upaya antisipatif dengan melakukan tracing dan testing terhadap kontak erat dan hasilnya
negatif. Semua pasien sudah dilakukan vaksinasi, ada yang sudah dua kali ada juga yang
sudah Booster. Sejauh ini, ada 24 negara yang melaporkan kasus COVID-19 varian XBB.
Varian XBB menyebabkan lonjakan kasus COVID-19 yang tajam di Singapura, diiringi
dengan peningkatan tren perawatan di rumah sakit. Meski varian baru XBB cepat menular,
namun fatalitasnya tidak lebih parah dari varian Omicron. Kendati demikian, negara belum
bisa dikatakan aman dari pandemi COVID-19. Sebab berbagai mutasi varian baru masih
berpotensi terus terjadi.Dikatakan dr. Syahril, masyarakat diharapkan tetap mengedepankan
protokol kesehatan seperti memakai masker, menghindari kerumunan, dan mencuci tangan
pakai sabun, serta melakukan testing apabila mengalami tanda dan gejala COVID-19. Dan
kelangkaan masker,oksigen,hilangnya rasa empati dan kepedulian masyrakat itu sangat
menyimpang dari implementasi nilai Pancasila.

B.Faktor penyebab

Varian baru disebabkan oleh ber mutasinya virus tersebut dan di dukung cuaca yang
sedang tidak bersahabat dan itu faktor masyarakat banyak yang terkena covid lagi.Masyarakat
kurang menerapkan rasa kepedulian terhadap lingkungan dan kurangnya edukasi tentang
pentingnya vaksin sehingga masyarakat menelan mentah mentah berita hoax dampak dari
vaksin.

C.Strategy implementasi

Masyarakat perlu menerapkan nilai dari sila sila Pancasila agar kita bisa menghadapi
wabah covid 19 dengan membutuhkan ketuhanan, kebersamaan, persatuan, dan kesatuan
bangsa sehingga tidak terpecah belah dalam menyikapi upaya penanganan covid 19 ini.
3.2 Saran
A.Penyelenggaraan negara

Dengan adanya fakta di masa pandemic hari ini saya membuat saran untuk pemerintah
agar melakukan aturan terkait pelaksanaan protokol kesehatan disertai dengan sanksi tegas
pada bidang transportasi dimasa pandemi Covid-19 sesuai dengan peraturan perundangan
yang berlaku; Melakukan pemenuhan sarana dan prasarana (Thermogun, APD,
Desinfektan dan lain-lain) serta melakukan pengecekan secara berkala terhadap petugas
lapangan di fasilitas umum pada bidang transportasi (Stasiun, Bandara dan Terminal); Pola
pengawasan dalam penegakan protokol kesehatan baik untuk daerah yang masih
melaksanakan PSBB ataupun daerah yang melaksanakan AKB dengan memanfaatkan
Terminal, Pos Dinas Perhubungan dan Pos Polisi yang telah ada; Melakukan evaluasi
secara berkala pelaksanaan protokol kesehatan di bidang transportasi guna perbaikan
aturan serta penetapan kebijakan yang tepat dan sigap

B.Skateholder

Meningkatkan koordinasi dan komunikasi antara seluruh stakeholder  di bidang


transportasi guna penegakan protokol kesehatan di masa pandemi Covid-19 Melakukan
kajian terkait penetapan tarif transportasi umum di masa pandemi guna memberikan
kepastian biaya bagi pengguna dan penyedia jasa transportasi;Melakukan kajian terkait
pemberian insentif bagi para pelaku usaha jasa transportasi untuk mendorong partisipasi
aktif dalam penegakan protokol kesehatan di bidang transportasi selama
pandemi;Membentuk divisi khusus yang menangani mobilitas di masa pandemi dan AKB, 
guna memperkuat  pencegahan  penyebaran Covid-19 atau Virus lainnya yang  membuat
kejadian luar biasa  (KLB) Membentuk divisi khusus komunikasi publik untuk
mensosialisasikan protokol kesehatan dimasa pandemi dan AKB hingga dapat
tersosialisasikan secara masif;Melakukan sosialisasi dan edukasi secara luas baik secara
elektronik maupun non elektronik kepada masyarakat terkait pentingnya protokol
kesehatan dimasa pandemi Covid-19.

C. Masyarakat

Menerapkan prokes yang lebih ketat, membantu pemerintah agar pandemic ini selesai
lebih cepat, mengikuti vaksin, menerapkan sifat kemanusian, ketaatan,dan kepedulian.

 
PENUTUP

Pentingnya institusionalisasi dan internalisasi nilai-nilai Pancasila sejak pra, proses


perumusan dan perancangan naskah peraturan perundang-undangan atau kebijakan
yang dihasilkan tidak bertentangan Pancasila. Mengaktualisasikan nilai-nilai
Pancasila terutama dalam kebijakankebijakan publik, agar cita-cita dan tujuan
kemerdekaan menjadi negara sejahtera bisa tercapai. Elit politik bersikap dewasa
dalam menyikapi isu-isu radikalisme, terorisme, dan komunisme yang masih
berkembang. Saat ini bangsa Indonesia juga harus fokus bergotong royong
menghadapi pandemi Covid-19. Perbedaan pandangan berbagai elemen bangsa
semestinya tidak perlu diperdebatkan, termasuk terkait dengan ideologi komunisme
dan leninisme. Pasalnya, larangan ideologi tersebut sudah diatur dalam TAP
MPRS. Hal yang lebih penting adalah rekonsiliasi semua anak bangsa.Pendidikan
karakter Pancasila tidak bisa hanya dimasukkan dalam kurikulum atau pun
bukubuku pelajaran, tetapi justru ke dalam konten kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.Tidak mungkin belajar nilai-nilai, kalau tidak dilakukan
melalui kegiatan pendidikan karakter yang melibatkan keluarga dan masyarakat.
Selain melalui berbagai kebijakan dan program, juga melakukan sosialisasi konten-
konten yang dekat dengan masyarakat. Tujuannya agar masyarakat dapat
memahami melalui contoh nyata, bukan hanya filosofi. Membangun sistem
informasi terpusat sehingga keluarga pasien tidak perlu harus berburu sendiri
rumah sakit. Jika sistem informasi ketersedian rumah sakit tersedia, itu akan lebih
menenangkan. Para ahli teknologi informasi bisa dilibatkan untuk membuat sistem
informasi ketersedian ruang-ruang perawatan di fasilitas kesehatan berdasarkan
lokasi terdekat. Efektivitas sosialisasi vaksinasi, perlunya informasi yang memadai,
valid, dan diterima baik menjadi fokus utama sosialisasi harus menjadi gerakan
pendidikan kesehatan yang masif. Pemerintah harus menggunakan semua cara, dan
lembaga yang ada: media massa, media sosial, sekolah, perguruan tinggi, LSM dan
sebagainya, dan sebagai amunisi bagi generasi itu, harus terdapat konten
kependidikan yang sederhana dan terjangkau semua kalangan.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.lemhannas.go.id/index.php/berita/berita-utama/848-penerapan-nilai-
nilai-pancasila-dalam-menanggulangi-covid-19

https://www.kominfo.go.id/content/detail/32437/masyarakat-dan-pemerintah-
bersama-tekan-penularan-covid-19-lewat-protokol-kesehatan/0/virus_corona

https://www.google.com/search?
q=saran+agar+masyarakat+patuh+terhadap+pandemi&oq=saran+agar+masyarakat
+patuh+terhadap+pandemi&aqs=chrome..69i57j33i160.17819j0j4&sourceid=chro
me&ie=UTF-8

https://www.google.com/search?
q=impelementasi+pancasila+di+era+pandemi&ei=g0NbY6upNIyYseMPyKqq6A
w&ved=0ahUKEwjr9sqX9YH7AhUMTGwGHUiVCs0Q4dUDCA4&uact=5&oq=
impelementasi+pancasila+di+era+pandemi&gs_lcp=Cgdnd3Mtd2l6EAMyBwgAE
IAEEA0yBggAEBYQHjIGCAAQFhAeOgUIABCABDoOCC4QgAQQsQMQgw
EQ1AI6CwgAEIAEELEDEIMBOgUILhCABDoICAAQsQMQgwE6BAgAEEM6
BwgAELEDEEM6CwguEIAEEMcBEK8BOg0ILhCxAxCDARDUAhBDOgoIAB
CxAxCDARBDOgsILhCABBCxAxCDAToICAAQgAQQsQM6BwgAEIAEEAo6
CggAEIAEELEDEApKBAhBGAFKBAhGGABQpwRYxntgwH5oAnAAeAKAA
WWIAdEkkgEENzAuMZgBAKABAbABAMABAQ&sclient=gws-wiz

https://www.ombudsman.go.id/artikel/r/artikel--10-saran-pelaksanaan-psbb-atas-
kajian-cepat-ombudsman-perwakilan-jabar
https://www.google.com/search?
q=nilai+nilai+pancasila+saat+pandemi&oq=nilai+nilai+pancasila+saat+&aqs=chro
me.1.0i512l2j69i57j0i22i30l7.22029j1j4&sourceid=chrome&ie=UTF-8

https://www.google.com/search?
q=stakeholder+adalah&oq=stake&aqs=chrome.0.0i433i512j0i131i433i512l4j0i512
j0i433i512j0i512l2.2494j0j4&sourceid=chrome&ie=UTF-8

http://p2p.kemkes.go.id/penguatan-sistem-kesehatan-dalam-pengendalian-covid-
19/

https://covidcare.id/artikel/panic-buying-di-masa-pandemi-covid-19

https://www.google.com/search?
q=fakta+pandemi+saat+ini&oq=fakta+pandemi+saat+ini&aqs=chrome..69i57j33i1
60l3j33i22i29i30l4.6255j0j9&sourceid=chrome&ie=UTF-8

https://www.google.com/search?
q=pemerintah+menyarankan+wfh+saat+ini&oq=pemerintah+menyarankan+wfh+s
aat+ini&aqs=chrome..69i57j33i160l2.12277j0j4&sourceid=chrome&ie=UTF-8

Anda mungkin juga menyukai