Covid-19
Oleh :
Dibimbing oleh :
Drs.M.Nasir Basyah,MSi
1956818121984031003
DARUSSALAM
2021
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah ini dapat tersusun
hingga selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang
telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman untuk para
pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan
dalam kehidupan sehari-hari.
Kami yakin masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................................................. ii
BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1
BAB II........................................................................................................................................ 3
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 3
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam beberapa bulan terakhir ini tema pandemi virus Corona merupakan sesuatu yang
hangat bahkan sexy untuk dibicarakan. Dari kerumunan (crowd) di angkringan sampai media
ilmiah gencar membicarakan Corona. Alur pembicaraannya banyak yang melakukan analisa
menggunakan prespektif yang bukan merupakan bidangnya berdasarkan sedikit info yang
didapat.
Saat ini Pemerintah Indonesia telah memberlakukan kebijakan seperti PSBB (Pembatasan
Sosial Berskala Besar) yang membatasi pergerakan dan lalu lintas masyarakat dalam dan antar
kota, pembatasan jam kerja operasional transportasi publik, mengadakan check point di
beberapa lokasi untuk memantau pengendara kendaraan, membangun rumah sakit dan
menunjuk rumah sakit rujukan khusus penanganan Covid-19, mewajibkan social distancing
dan physical distancing, meliburkan sekolah dan kampus, memberlakukan sistem kerja Work
From Home bagi seluruh pegawai perkantoran (dengan mengikuti syarat tertentu), melarang
kegiatan yang menimbulkan keramaian, dan lain-lain.
Selain itu, Presiden juga telah menginstruksikan agar strategi penanganan Covid-19
dilakukan dengan aktif dan cepat khususnya yang berkaitan dengan realokasi anggaran,
memastikan ketahanan pangan, memperkuat sektor kesehatan melalui layanan kesehatan dasar
dan asuransi nasional skema (BPJS) untuk pasien Covid-19, perubahan metode pengajaran dan
pembatalan ujian nasional sekolah, memperkuat pemerintah daerah dan ekonomi lokal,
pengurangan pajak untuk komoditas tertentu, dan implementasi berbagai strategi ekonomi dan
1
fiskal untuk memastikan mereka yang terkena dampak menerima kompensasi tertentu seperti
misalnya adanya kartu Prakerja bagi masyarakat yang terkena PHK.
Upaya lain yang dilakukan pemerintah Indonesia dalam menanggulangi dampak ekonomi
akibat pandemi COVID-19 dengan cara memberikan bantuan sosial kepada kelompok
masyarakat rentan namun tampaknya tak berjalan mulus. Masih banyak yang mengeluh tak
menerima bantuan, padahal ekonomi mereka praktis tersendat imbas penerapan Pembatasan
Sosial Berskala Besar (PSBB) di sejumlah daerah.
1. Masalah apa saja yang timbul dalam kehidupan sosial masyarakat pada masa pandemi?
2. Apa pengaruh pandemi covid-19 terhadap kehidupan sosial masyarakat?
3. Bagaimana problematika kehidupan sosial masyarakat akibat covid-19 ?
1.3 Tujuan
1. Memehami masalah yang terjadi dalam kehidupan sosial masyarakat pada masa
pandemi
2. Mengetahui pengaruh pandemic covid-19 terhadap kehidupan sosial masyarakat
3. Memahami problematika kehidupan sosial masyarakat akibat covid-19
2
BAB II
PEMBAHASAN
Akhir-akhir ini awak media dipenuhi dengan berita-berita pasal pandemi covid-19,
yang mana pandemi ini secara tidak langsung merubah siklus, tatanan serta kultur masyarakat.
Virus ini awal mulanya ditemukan di Wuhan, China. Namun, dengan cepat virus ini menyebar
keberbagai negara termasuk negara kita Indonesia dengan jumlah kasus 14.749 positif, 3.063
sembuh dan 1.007 pasien meninggal dunia, dilansir dari Update Corona, CNN Indonesia
tertanggal 12 Mei 2020. Melihat lonjakan kasus tersebut, pemerintah tak henti-hentinya
memberikan edukasi dan meluncurkan berbagai aturanaturan demi memutus mata rantai covid-
19, mulai dari pemberlakuan PSBB, Social distancing, physical distancing serta himbauan
beraktivitas di rumah saja
Kultur dalam hal ini dapat diartikan sebagai gaya hidup masyarakat. Gaya hidup
merupakan pola hidup seseorang di dunia diekspresikan dalam aktivitas, minat dan opininya.
Maksudnya, suatu gaya hidup yang dikenali dengan bagaimana orang menghabiskan waktunya
(aktivitas), apa yang penting orang pertimbangkan pada lingkungan (minat) dan apa yang orang
pikirkan tentang diri sendiri dan dunia di sekitar.Menilik dari definisi tersebut, dapat kita
kaitkan gaya hidup masyarakat saat ini. Sejak pemberlakuan PSBB dan Himbauan di rumah
saja sedikit banyak berpengaruh pada aktivitas-aktivitas serta kebiasaan masyarakat. Seperti
halnya dalam bidang Pendidikan, yang sebelum adanya covid-19 dilakukan secara normal, kini
diganti dengan pembelajaran jarak jauh/ pembelajaran online (Daring).
Yang kedua dari sisi religi, dengan diterapkannya anjuran beraktivitas di rumah saja,
ibadah rutin yang biasanya dilakukan secara bersama-sama harus mengalah oleh kejadian
pandemi ini. Yang ketiga pada kebiasaan menjaga kesehatan, dengan hadirnya pandemi ini
sedikit banyak mempengaruhi kebiasaan menjaga kesehatan, hal yang mencolok yang dapat
kita lihat di tengah masyarakat yaitu rajin mencuci tangan, menggunakan masker apabila
bepergian serta memperaktikkan etika batuk dan bersin yang benar.
3
dimana perubahan sosial dan kebudayaan yang berlangsung secara cepat dan menyangkut dasar
atau pokok-pokok kehidupan masyarakat. Itu amatlah dengan nyata bisa diamati di masa-masa
ini.
Perasaan takut ini yang mendorong banyak orang baik melalui kesadaran sendiri atau
dipaksa dengan kebijakan pemerintah untuk melakukan stay at home dan physical distancing
(jaga jarak) agar tidak tertular selain memakai masker dan cuci tangan. Fenomena ini
membawa kehidupan manusia kedalam normalitas baru (the new normal) yang meliputi cara
bekerja, cara belajar hingga cara bersosialisasi.Normalitas baru ini menciptakan snowball
effect dan efek yang paling nyata adalah ekonomi.
4
Pada bidang kesehatan bukan hanya berkaitan dengan berkurangnya kemampuan
pemanfaatan jaminan kesehatan saja, akan tetapi berpengaruh juga dalam mengkondisikan
makanan sehat untuk diri sendiri dan keluarga. Sama dengan bidang pendidikan, dampaknya
pada berkurangnya perhatian terhadap bidang pendidikan karena berkurangnya kemampuan
finansial, terlihat dari menurunya jumlah penerimaan mahasiswa baru Tahun 2020 dan terjadi
peningkatan mahasiswa yang mengambil cuti semester.
Pada akhir Desember 2019. Sejak mewabah di china Desember lalu hingga saat ini
sudah menyebar di berbagai negara, salah satunya indonesia. virus corona menjadi topik
terhangat Januari 2020. Virus ini mendadak menjadi teror mengerikan bagi masyarakat dunia,
setelah merenggut nyawa ratusan orang hanya dalam waktu yang singkat. Pemerintah
mengumumkan jumlah pasien yang positif terinfeksi virus Covid-19 di seluruh indonesia
mencapai 2.092 orang. Penyebaran virus corona virus atau (Covid-19) yang sulit dideteksi
membuat pemerintah benar-benar bekerja keras dalam mengatasinya. Sejauh ini pemerintah
mengeluarkan kebijakan untuk mengatasi wabah coronavirus atau Covid-19 adalah melakukan
rapid test dan pembatasan fisik (physical distancing).
5
Presiden menghimbau kepada seluruh masyarakat indonesia agar segala macam
aktivitas. Seperti beribadah, belajar (Kuliah,sekolah) dan bekerja dilakukan di rumah, atau kita
kenal dengan istilah “lockdown”. Adanya Covid-19 atau virus corona mengakibatkan
tertutupnya semua aktivitas masyarakat. Mulai penutupan sekolah, kantor, dan pasar. Yang
berdampak pada ekonomi masyarakat, di tengah penurunan ekonomi akibat wabah virus
corona, mengenai surat ederan yang telah dikeluarkan pemerintah yaitu segala kegiatan di luar
ruangan di “lockdown”. Dari kebijakan tersebut membuat perekonomian banyak yang merosot.
Mentri keuangan sri mulyani indrawati menyatakan indonesia cukup terhantam keras
dengan penyebaran coronavirus. Tidak hanya menghantam di bagian kesehatan manusia saja,
akan tetapi virus ini juga mengganggu perekonomian salah satunya di indonesia, di bagian
sektor pariwisata contohnya. Hal ini mengakibatkan sektor pariwisata menjadi lumpuh
sementara. Sehingga pengangguran semakin bertambah karena pariwisata merupakan salah
satu wadah yang memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar tempat wisata
maupun masyarakat yang berasal dari luar Namun dikarenakan adanya kehadiran wabah
coronavirus membuat banyaknya masyarakat yang menggantungkan hidupnya bekerja di
sektor pariwisata hilang, juga banyaknya pekerja-pekerja pabrik yang terkena imbas PHK (
Pemutusan Hubungan Kerja).
Pelemahan ekomoni indonesia lainnya bisa terjadi karena china merupakan salah satu
mitra dagang terbesar indonesia. Berdasarkan data badan pusat statistik (BPS) pada januari
2020. Penurunan yang sangat tajam terjadi pada ekspor migas dan non-migas yang sangat
merosot. Hal ini dapat terjadi karena china merupakan pengimpor minyak mentah terbesar,
termasuk dari indonesia. Juga turunnya transaksi komoditas buah-buahan dan berbagai macam
kebutuhan-kebutuhan masyarakat. Di bidang ekonomi perdagangan juga terlibat.
Tokoh-tokoh pun ikut tertutup dikarenakan sistem lockdown diterapkan karena adanya
coronavirus (Covid-19), hal ini membuat masyarakat yang memiliki tokoh mengalami
penurunan pemasukan ekonomi dan untuk mendapat barang-barang jualan sangat sulit akibat
penjagaan ketat telah dilakukan dari kota ke kota lain, dan pasar masyarakat juga ikut tertutup
6
mengingat arahan untuk tetap di rumah dan tidak melakukan aktivitas di luar termasuk untuk
melakukan transaksi jual beli hal ini juga banyak membuat pedagang-pedagang kecil yang
menggantungkan hidupnya dan berpenghasilan dari jual beli mengalami perosotan ekonomi
karena tidak lagi melakukan kegiatan jual beli untuk mendapatkan penghasilan. Hal ini
membuat dampak luar biasa pada prekonomian.
Bukan hanya budaya mudik yang harus hilang demi menyesuaikan keadaan
lingkungan. Di tengah-tengah aktifis biasanya mereka menjadikan tudang sipulang menjadi
culture sebagai penanda bahwa adalah orangorang yang peduli akan keadaan, berdiskusi adalah
ladang ilmu mereka dan berkumpul adalah kebiasaan mereka namun karena adanya pendemi
Covid -19 ini semuanya lenyap demi memutus rantai penyebaran covid-19.
7
2.4 Tinjauan Sosiologis
Tindakan sosial merupakan segala bentuk tindakan yang dilakukan manusia berkaitan
dengan sejauh mana individu tersebut bertindak sehingga dapat memberi suatu makna yang
subyektif bagi dirinya dan diarahkan kepada tindakan orang lain. Dimana, hal yang
mempengaruhi individu dalam melaksanakan suatu tindakan terbagi ke dalam tiga sumber
yaitu : magis (cenderung kepada tindakantindakan tradisional), agama (cenderung kepada
tindakan-tindakan berorientasi nilai) dan ilmu pengetahuan (cenderung kepada rasionalitas
instrumental).
Semenjak munculnyaa virus corona ini menyebabkan warga menjadi resah dan takut
karena virus ini bisa terjadi di semua usia mulai dari bayi sampai usia lansia. Maka dari itu kita
harus meningkatkan daya tubuh dan dapat terhindar dari virus yang berbahaya ini. Dengan
8
kondisi seperti sekarang ini, para pemerintah menghimbau kepada warganya agar tidak
melakukan aktivitas diluar rumah, dan jangan keluar rumah apabila tidak ada kepentingan sama
sekali, jika anda ingin kleluar rumah disaran kan agar memakai masker.
Sejak munculnya virus ini, masyarakat sudah banyak melakukan hal seperti melakukan
kegiatan sosialisasi, melakukan penyemprotan dirumah warga, dan melakukan patroli setiap
hari agar tidak berkumpul dulu karena, salah satu dari penyebab terkena virus corona yaitu
berkumpul ditempat keramaian. Para masyarakat juga melakukan sistem lock down didaerah
masingmasing, dan melakukan tes suhu tubuh, dan memberikan sanitizer (pencuci tangan agar
terhindar dari kuman) serta membagikan masker kepada orang-orang.
Untuk mengatasi masalah sosial di Indonesia masa pandemi, pemerintah telah sebelumnya
melakukan berbagai langkah. Beberapa di antaranya yang bisa dicatat adalah:
9
• Program Padat Karya. Tidak hanya bantuan sosial, pemerintah juga memperluas
lingkup kerja bagi lapisan bawah di masyarakat melalui program padat karya.
• Program Padat Karya Tunai. Penguatan penyelenggaraan Program Padat Karya
Tunai di lingkup kementerian.
• Program Keselamatan Polri. Program Keselamatan dilaksanakan oleh Polri dengan
menggabungkan antara pelatihan dan bantuan sosial kepada pengemudi taksi, sopir
truk bus, dan kernet.
Itulah berbagai langkah yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi masalah ekonomi
sekaligus mengatasi melebarnya masalah sosial di Indonesia yang kita hadapi di masa pandemi.
Namun, jangan lupa kepedulian masyarakat tetap dibutuhkan khususnya kalangan atas
terhadap berbagai masalah sosial. Masyarakat diharapkan dapat bergotong royong menjaga
pencapaian pembangunan di masa pandemi.
Faktanya, pandemi telah mampu menimbulkan rasa, gotong royong, kemanusiaan, dan
solidaritas serta persaudaraan di kalangan masyarakat berbagai lapisan. Demi mencegah
masalah sosial lebih lanjut, pemerintah juga mengajak komponen bangsa guna menjaga
masyarakat dalam situasi kondusif melalui masyarakat yang adil, mencegah diskriminasi, serta
kekerasan di masa pandemi.
10
2. Kedua tingkat sedang, seperti industri perfilman yang mengurangi proses syuting,
industri media dan pers yang terhambat mencari konten dan berita.
3. Ketiga tingkat rendah, seperti industri sektor jasa hanya sedikit hambatan yaitu orderan
jasa yang menurun akan tetapi masih bisa diatasi dan tidak terlalu terpengaruh.
Apa yang menjadi ketakutan di masyarakat atas penyebaran suatu wabah tidak terlepas
dari peran media yang menyajikan framing (Framing adalah membingkai sebuah peristiwa,
atau dengan kata lain framing digunakan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara
pandang yang digunakan wartawan atau media massa ketika menyeleksi isu dan menulis
berita.)atas itu sebagai momok.
Hal ini menunjukkan nalar kritis audiens atas sajian itu pun seolah bungkam dan
menerima itu apa adanya atas realitas yang dinarasikan sedemikian rupa melalui sudut
framingtersebut. Hal ini sebenarnya tidak membantu apa-apa atas penanganan wabah, justru
semakin memunculkan kekhawatiran-kekhawatiran berlebih dari realitas semu yang di-
framing tersebut.
Kaitannya dengan kekhawatiran berlebih akan dampak yang ditimbulkan oleh
penyebaran virus Covid-19 tersebut, lalu masyarakat merespons itu dengan kepanikan yang
menyebabkan mereka seolah merasa perlu mengambil tindakan cepat untuk mengatasi itu,
salah satunya dengan menyiapkan masker ataupun stok makanan yang mereka perkirakan akan
mengalami kelangkaan. Panik yang muncul dari efek pemberitaan menjadikan masyarakat kita
semakin khawatir akan dampak yang akan terjadi alih-alih untuk semakin waspada.
Hal ini menjadi pemicu atas ketidaksadaran masyarakat sehingga berupaya
mempersiapkan apa-apa yang menurut mereka perlu sebelum terjadinya kemungkinan
terburuk. Tetapi bukannya bersikap wajar, malah masyarakat kita semakin terprovokasi untuk
menimbun kebutuhan-kebutuhan pokok tanpa berpikir akan dampak ketika semua melakukan
hal tersebut, terutama kenaikan harga. Modernitas yang menciptakan masyarakat risiko
menjadikan nalar kritis masyarakat justru terbelenggu mengikuti apa yang disajikan
kapitalisme untuk menangkal risiko-resiko yang dikhawatirkan.
Dikontekstualisasikan dengan fenomena wabah corona saat ini, menjadikan masyarakat
kita terselubung dalam panik atas penjejajalan media terkait penyebaran virus tersebut.
Sehingga kepanikan itu pun semakin mengukuhkan kultur risiko dalam masyarakat yang di
baliknya termasuk modernitas teknis yang menyelubungi kesadaran kita yang hanya menerima
apa adanya atas sajian media. Alih-alih menyajikan hal-hal edukatif ataupun merahasiakan
11
identitas korban, media justru menjadi detektif yang menyelidiki keberadaan korban bahkan
diumbar secara detail identitasnya.
Kepanikan pun semakin menjadi di lingkungan masyarakat sekitar korban, yang
akhirnya pun memunculkan tekanan yang berat bagi mereka dengan stigma pengidap penyakit.
Padahal ketika semuanya dirahasiakan secara baik dan ditangani secara cepat pastinya tidak
akan terjadi kepanikan. Kepanikan dari tetangga dengan stigma itu pun tidak membantu apaapa
untuk kesembuhan si korban.
Jadi, bukan hanya wabah sebagai risiko yang menjadi kekhawatiran, krisis humanisme
di balik risiko itu pun semestinya menjadi titik Fokus untuk kita waspadai dan tentunya kita
lawan untuk mengembalikan kesadaran masyarakat kita dalam upaya kebersamaan dan
keadilan.Karena perasaa npanik serta meghalalkan segala cara demi sifat keogoisanya kita bisa
membahayakan seluruh masyarakat kita entah itu keluarga dekat,tetangga atau orang lain
disekitar kita, panik boleh saja namun jangan membunuh sifat kemanusiaan dan sosialisasi kita
terhadap sesama manusia.
Perubahan sosial mengacu pada perubahan pada pola hubungan antar individu,
kelompok, organisasi, kultur, dan masyarakat pada waktu tertentu.Pada konteks individu,
perubahan sosial karena pandemi COVID-19 berkaitan dengan peran baru individu dalam
kehidupan sehari-hari. Contohnya, peran ibu dan ayah di rumah selama masa pandemi COVID-
19 kini bergeser untuk menjadi guru pendamping bagi anak-anak selama proses belajar daring.
Demikian juga peran polisi lalu lintas yang awalnya hanya mengawasi dan mengatur lalu lintas,
kini juga bertugas untuk menindak orang-orang yang tidak taat protokol kesehatan selama
berkendara. Pada konteks kelompok, perubahan sosial berkaitan dengan struktur sosial yang
bertransformasi sedemikian rupa untuk menyesuaikan dengan keadaan. Karena pandemi
COVID-19, pemerintah menyusun sistem vaksinasi nasional yang dimulai sejak ditemukannya
vaksin COVID-19. Vaksinasi dilakukan dengan prioritas tenaga kesehatan, petugas pelayanan
publik, kepolisian, tentara, aparat hukum, dan seterusnya. Perubahan sosial karena COVID-19
berpengaruh pada banyak aspek kehidupan, mulai dari struktur dan fungsi sosial masyarakat,
nilai dan norma, pola perilaku, kebiasaan, dan sebagainya.
Perubahan sosial akibat COVID-19 ini dapat dilihat dari lingkup paling kecil dalam
kehidupan sehari-hari hingga lingkup perubahan sosial besar yang mengubah struktur sosial
pada masyarakat Indonesia. Pertama, perubahan kecil adalah perubahan yang terjadi pada
12
struktur sosial, namun tidak membawa pengaruh langsung pada masyarakat luas.Kedua,
perubahan sosial besar yang mengubah unsur pokok dari struktur sosial, kadang kala
menimbulkan konflik sesaat, berulah kemudian mereda hingga perubahan itu diterima
masyarakat.
Dalam proses ini, peran manusia sanagatlah penting terhadap lingkungan alam semesta.
Peran ini dijelaskan dalam teori Antroposentrisme yang memandang manusia sebagai pusat
dari alam semesta. Manusia dan kepentingannya dianggap yang paling menentukan dalam
tatanan ekosistem dan dalam kebijakan yang diambil dalam kaitan dengan alam, baik secara
lansung maupun tidak langsung.
Kehadiran virus Corona ini menjadi sebuah ketakutan bagi masyarakat dunia saat ini.
Bagaimana tidak, virus ini dapat menular dengan begitu cepat. Hanya dengan sentuhan saja
virus ini dapat membuat seseorang terjangkit. Tidak ada negara yang tidak menaruh perhatian
atas begitu cepatnya penyebaran virus berbahaya ini.Sudah banyak negara yang terjangkit.
Perhari ini, tanggal 23 april 2020 Negara / kawasan yang terjangkit ada 213 dan data yang
terjangkit terkonfirmas ada 2.510.117 di seluruh dunia. Namun permasalahan ini tidak sampai
disitu. Virus ini tidak hanya memberikan dampak pada kesehatan masyarakat, tetapi juga
memberikan dampak pada ekonomi, sosial hingga politik. Pasalnya berbagai negara
memberlakukan lockdown. Sehingga seluruh aspekaspek kehidupan ikut terpengaruh.
Negara seperti Spanyol, Perancis, Italy dan beberapa negara lainnya memberlakukan
lockdown sehingga semua aktivitas masyarakat mulai dari berkerja,
bersekolah,berbelanja,hingga aktivitas lain menjadi terhambat. Ini membawa konsekuensi
secara sosial di kehidupan masyarakat (kompas.com) Tetapi, disamping permasalahan-
permasalahan tersebut ada beberapa hal yang menjadi sebuah hikmah dan anugerah untuk kita
semua. Mengapa begitu? Karena bisa kita lihat sekarang, menjaga hidup sehat dan bersih
menjadi prioritas utama yang perlu kita tanamkan dalam lehidupan masyarakat luas. Tidak
hanya itu, diberlakukannya sosial distancing kita menjadi lebih banyak beraktivitas di rumah
sehingga membuat kita menjadi lebih banyak mengisi waktu bersama keluarga, masyarakat
diberbagai kalangan juga berlomba - lomba berdonasi membantu masyarakat yang
membutuhkan. Inilah solidaritas sosial kita bersama. Kemudian, berbagi berita tetang kondisi
bumi yang kian membaik akibat berkurangnya aktivitas manusia bisa kita dengar saat ini. Itu
13
semua menjadi sebuah hal yang perlu kita syukuri dan menjadikannya sebuah pembelajaran
yang besar. Inilah diantara hikmah atau pelajaran yang bisa kita petik dari msibah ini. Dari sana
kita bisa belajar bahwa Tuhan memberikan musibah ini bukan sekedar memberikan musibah
tetapi membuat kita menyadari akan pentingnya,menjaga diri sendiri dan orang lain, terlebih
menjaga lingkungan. Akhirnya, mari kita bersama-sama berdoa agar terhindar dari wabah ini.
Jangan lupa selalu mematuhi aturan yang ada agar musibah ini bisa berlalu dan membuat diri
kita semua kedepannya bisa beraktivitas normal lagi dan menjadi lebih baik lagi tentunya.
14
BAB III
KESIMPULAN
Masalah sosial itu sendiri merupakan suatu ketidaksesuaian antara unsur-unsur budaya
atau masyarakat yang membahayakan kehidupan kelompok sosial atau menghambat
terpenuhinya keinginan-keinginan pokok masyarakat kelompok sosial tersebut sehingga
menyebabkan kepincangan sosial.
Masalah sosial yang timbul dari kekurangan-kekurangan dalam diri manusia atau
kelompok sosial yang bersumber pada faktor-faktor ekonomis, biologi, biopsikologi, dan
kebudayaan. Semakin hari permasalahan sosial ekonomi yang ditimbulkan akibat Covid-19
semakin terlihat nyata bagi masyarakat. Beberapa masalah sosial ekonomi yang terjadi akibat
Covid-19 antara lain: kelangkapan barang, disorganisasi dan disfungsi sosial, tindakan
kriminal, melemahnya sektor pariwisata, peningkatan angka dan gerakan.
Jadi, bukan hanya wabah sebagai risiko yang menjadi kekhawatiran, krisis
humanisme di balik risiko itu pun semestinya menjadi titik Fokus untuk kita waspadai dan
tentunya kita lawan untuk mengembalikan kesadaran masyarakat kita dalam upaya
kebersamaan dan keadilan.Karena perasaa npanik serta meghalalkan segala cara demi sifat
keogoisanya kita bisa membahayakan seluruh masyarakat kita entah itu keluarga
dekat,tetangga atau orang lain disekitar kita, panik boleh saja namun jangan membunuh sifat
kemanusiaan dan sosialisasi kita terhadap sesama manusia.
15
DAFTAR PUSTAKA
Beck, J. S., & Beck, A. T. (2011). Cognitive behavior therapy. New York: Basics and beyond.
Guilford Publication.
Taylor, S. (2019). The Psychology of Pandemics: Preparing for the Next Global Outbreak of
Infectious Disease. England: Cambridge Scholar Publishing
Alter, S. K. (2006). Social enterprise models and their mission and money relationships. Social
Entrepreneurship: New Models of Sustainable Social Change, 205–232.
Darmawi, A. (2019). The Role of Government , Human Resources and Strategic Role of
Training For Life Skill Empowerment. 366(Icispe 2018), 1–4
Torrido, A. (2016). Peran Lembaga Keuangan Penyedia Dana Mikro Dalam Menyediakan
Kesempatan Kerja. Jurnal Sosiologi Reflektif, 9(1), 131–143
Yamali, F. R., & Putri, R. N. (2020). Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Ekonomi
Indonesia. Ekonomis: Journal of Economics and Business, 4(2), 384–388.
https://doi.org/10.33087/ekonomis.v4i2.179
Sitorus, S. H., & Hidayat, R. (2020). Berdaya di Era Pandemi: Peran Corporate Social
Responsibility dalam Penanggulangan COVID-19. Journal of Social Development
Studies, 1(2), 37–48. https:// doi.org/10.22146/jsds.473
16