Anda di halaman 1dari 34

PERUBAHAN POLA INTERAKSI MASYARAKAT KEBON TALO JAYA

AMPENAN UTARA DALAM MENGHADAPI PANDEMI COVID-19

Oleh

Muh Azmi Abror


NIM. 170602056

JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA


FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM
MATARAM
2021
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Proposal oleh: Muh Azmi Abror, NIM: 170602056 dengan judul Perubahan
Pola intraksi Masyrakat Kebon Talo Jaya Ampenan Uara dalam
Menghadapi Pandemi, lingkungan kebon talo jaya kecamatan ampenan
utara kota mataram. Telah memenuhi syarat dan di setujui untuk diuji.

Di setujui pada tanggal:__________________

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Dr. H. M. Zaki, M. Pd Nursyamsu M. Ud


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Puji dan syukur kehaditar Allah SWT, yang telat memberikan rahmat serta
petunjuk-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi yang
berjudul “Perubahan Pola interaksi Masyarakat Kebon Talo Jaya Ampenan Utara
dalam Menghadapi Pandemi.” Shalawat serta salam semoga selalu tercurah
kepada pahlawan revolusi Islam, Nabi besar Muhammad Saw.
Adapun Proposal Skripsi ini dapat diselesaikan dengan bantuan berbagai
pihak. Melalui kesempatan ini Penulis tidak lupa menyampaikan rasa terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah banyak membantu selama
penyusunan proposal skripsi ini terutama kepada yang terhormat :
1. Bapak Dr. H. M. Zaki, M. Pd selaku pembimbing I yang mengarahkan Penulis
untuk menyesuaikan penyusunan proposal skripsi ini dengan konsep yang
jelas.
2. Bapak Nursyamsu M. Ud selaku pembimbing II yang mengarahkan Penulis
dalam penyusunan proposal skripsi.
3. Orang tua dan keluarga yang selalu memberikan arahan serta masukan kepada
saya. Serta semuanya yang terus memberikan motivasi dan dukungannya.
Penulis menyadari proposal skripsi ini terdapat banyak kekurangan. Untuk
itu, Penulis sangat mengharapkan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan Proposal Skripsi ini.
Akhirnya Penulis berharap semoga proposal skripsi ini dapat bermanfaat
bagi Penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Aamiin Yaa Rabbal
Alamiin.

Mataram, 2020
    Penulis

  Muh Azmi Abror


DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................. ii
KATA PENGANTAR......................................................................................... iii
DAFTAR ISI........................................................................................................ v
A. JUDUL .......................................................................................................... 1
B. Latar Belakang.............................................................................................. 1
C. Rumusan Masalah......................................................................................... 4
D. Tujuan dan Manfaat..................................................................................... 5
E. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian........................................................ 6
F. Telaah Pustaka............................................................................................... 7
G. Kerangka Teori ............................................................................................. 13
H. Metode Penelitian ....................................................................................... 23
I. Sistematika Pembahasan.............................................................................. 38
J. Rencana Jadwal Kegiatan Penelitian.......................................................... 40
K. DAFTAR PUSTAKA...................................................................................
A. JUDUL: PERUBAHAN POLA INTERAKSI MASYRAKAT KEBON
TALO JAYA AMPENAN UTARA DALAM MENGHADAPI
PANDEMI
(Studi kasus lingkungan Kebon Talo Jaya Kota Mataram)
B. LATAR BELAKANG

Intraksi merupakan kebutuhan dari setiap manusia, karena manusia


adalah golongan makhluk sosisal yang membutuhkan orang lain. Dengan
cara intraksi manusia bisa berkembang dan menambah wawasan secara
luas. Secara etimologis, interaksi terdiri dari dua kata, yakni action (aksi)
dan inter (antara).1 Jadi, Interaksi adalah suatu rangkaian tingkah laku
yang terjadi antara dua orang atau lebih dari dua atau beberapa orang yang
saling mengadakan respons secar timbal balik. Oleh karena itu, interaksi
dapat pula diartikan sebagai saling mempengaruhi perilaku masing-
masing. Hal ini bisa terjadi antara individu dan individu lain, antara
individu dan kelompok, atau antara kelompok dan kelompok lain.1

Dalam interaksi juga terdapat simbol, di mana simbol diartikan


sebagai sesuatu yang nilai atau maknanya diberikan kepadannya oleh
mereka yang menggunakannya. Namun ada beberapa waktu intaksi secara
langsung tidak dapat di lakukan karena adanya peraturan atau himbauan
dari pemerintah. Sebut saja pada masa pandemi COVID-19 himbauan agar
masyarakat dapat menjaga jarak dan protocol Kesehatan (prokes) di
karenakan virus ini mudah sekali menular.

Interaksi sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial,


tanpa interaksi sosial tidak ada kehidupan bersama. Bertemunya orang
perorangan secara langsung belaka tidak akan menghasilkan pergaulan
hidup dalam suatu kelompok sosial. Pergaulan hidup semacam itu baru
akan terjadi apabila orang-orang perorangan atau kelompok-kelompok
manusia bekerja sama, saling berbicara, dan seterusnya untuk mencapai

1
Ensiklopedi Nasional Indonesia, Jilid. VII (Jakarta: PT Cipta Adi Pustaka, 1989), 192
suatu tujuan bersama, mengadakan persaingan, pertikaian dan lain
sebagainya.2

Pandemic Pandemi adalah epidemi yang terjadi pada skala yang


melintasi batas internasional, biasanya memengaruhi sejumlah besar
orang.3 Suatu penyakit atau kondisi bukanlah pandemi hanya karena
tersebar luas atau membunuh banyak orang, penyakit atau kondisi tersebut
juga harus menular. Misalnya, kanker bertanggung jawab atas banyak
kematian tetapi tidak dianggap sebagai pandemi karena penyakit ini tidak
menular.

Pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) telah mengubah


tatanan dunia dalam waktu singkat. Barangkali juga tidak ada yang pernah
membayangkan bahwa pandemi ini akan menyebabkan derita
kemanusiaan yang begitu mendalam. Bahkan dalam waktu yang tidak
lama, pandemi ini telah menyebar secara cepat dalam skala luas dan
menimbulkan banyak korban jiwa.

Mencermati penyebaran dan penularan COVID-19 di Indonesia


yang semakin memprihatinkan, Pemerintah melalui Keputusan Presiden
Nomor 11 Tahun 2020 telah menetapkan Kedaruratan Kesehatan
Masyarakat COVID-19 di Indonesia yang mewajibkan dilakukan upaya
penanggulangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Selain itu, Presiden juga telah menetapkan Keputusan Presiden Nomor 12
Tahun 2020 tentang Penetapan Bencana Nonalam, bahwa Penyebaran
COVID-19 adalah Bencana Nasional. Penanggulangan pandemi COVID-
19 ini membutuhkan peran serta dari semua pihak, baik Pemerintah Pusat,
Pemerintah daerah, maupun pihak swasta dan seluruh elemen
masyarakat di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.4

2
Soejono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada 1990), 60-61.
3
Miquel Porta (2008). Miquel Porta, ed. Dictionary of Epidemiology. Oxford University Press.
hlm. 179
4
KEPPRES No.11 tahun 2020, penetapan kedaruratan kesehatan masyarkat COVID-19
Secara sosiologis, pandemi Covid-19 telah menyebabkan
perubahan sosial yang tidak direncanakan. Artinya, perubahan sosial yang
terjadi secara sporadis dan tidak dikehendaki kehadirannya oleh
masyarakat. Akibatnya, ketidaksiapan masyarakat dalam menghadapi
pandemi ini pada gilirannya telah menyebabkan disorganisasi sosial di
segala aspek kehidupan masyarakat.

Lebih jauh, kondisi masyarakat yang belum siap menerima


perubahan akibat pandemi Covid-19 tentu dapat menggoyahkan nilai dan
norma sosial yang telah berkembang dan dianut oleh masyarakat selama
ini.Meskipun demikian, masyarakat pada dasarnya memang akan selalu
mengalami perubahan. Masyarakat tidak bisa dibayangkan sebagai
keadaan yang tetap, melainkan sebagai proses yang senantiasa berubah
dengan derajat kecepatan, intensitas, irama, dan tempo yang berbeda5

Dalam konteks merebaknya pandemi Covid-19, perlu diketahui


bahwa apakah perubahan yang terjadi dalam masyarakat bersifat total
sehingga menghasilkan sistem sosial baru ? atau yang terjadi hanyalah
proses negosiasi ulang di dalam sistem sosial sehingga akan tercipta titik
keseimbangan yang baru ?

Harus diakui bahwa dampak pandemi Covid-19 telah memaksa


komunitas masyarakat harus adaptif terhadap berbagai bentuk perubahan
sosial yang di akibat kannya. Berbagai persoalan yang ada telah
menghadirkan desakan transformasi sosial di masyarakat. Bahkan, bukan
tidak mungkin peradaban dan tatanan kemanusiaan akan mengalami
pergeseran ke arah dan bentuk yang jauh berbeda dari kondisi sebelumnya.
Lebih lanjut, wajah dunia pasca pandemi bisa saja tidak akan pernah
kembali pada situasi seperti awalnya.

Seorang pemikir dan ahli sejarah, Yuval Noah Harari dalam tulisan
artikelnya berjudul “The World After Coronavirus” yang dimuat Financial

5
Sztompka, 08:2019
Times, menyatakan bahwa “Badai pasti berlalu, manusia mampu bertahan,
namun dunia yang kita tempati akan sangat berbeda dengan dunia
sebelumnya”.6

Dengan demikian, segala bentuk aktivitas masyarakat yang


dilakukan di masa pra-pandemi, kini harus dipaksa untuk disesuaikan
dengan standar protokol kesehatan. Tentu ini bukan persoalan yang
sederhana. Sebab pandemi Covid-19 telah menginfeksi seluruh aspek
tatanan kehidupan masyarakat yang selama ini telah diinternalisasi secara
terlembaga melalui rutinitas yang terpola dan berulang.

Kedepan, masyarakat justru akan dihadapkan pada situasi


perubahan yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Sejumlah tata
nilai dan norma lama harus ditata ulang dan direproduksi kembali untuk
menghasilkan sistem sosial yang baru. Munculnya tata aturan yang baru
tersebut kemudian salah satunya ditandai dengan adanya himbauan dari
pemerintah untuk belajar, bekerja, dan beribadah di rumah sejak awal
kemunculan virus ini di Indonesia. Begitu pula dengan pola kebiasaan
masyarakat yang guyub, senang berkumpul dan bersalaman, kini dituntut
untuk terbiasa melakukan pembatasan sosial.

Selanjutnya, perubahan sosial di tengah pandemi Covid-19 juga


telah melahirkan kebiasaan-kebiasaan baru berupa terjadinya perubahan
perilaku sosial masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan. Berdasarkan
hasil survei sosial demografi dampak Covid-19 yang dilakukan oleh
Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2020 diketahui bahwa sekitar 72%
responden yang selalu atau teratur menjaga jarak fisik dalam seminggu
terakhir, sebanyak 80,20% responden menyatakan mereka sering/selalu
mencuci tangan dengan sabun dan menggunakan masker, 82,52%
responden selalu menghindari transportasi umum (termasuk transportasi
online), dan sebanyak 42% responden mengaku mengalami peningkatan
aktivitas belanja online selama Covid-19.
6
Yuval Noah Harari, The World After Coronavirus,20march2020
Dalam perkembangannya, merespons situasi krisis akibat Covid-
19, pemerintah kemudian menerapkan kebijakan yang disebut sebagai
kenormalan baru (new normal). Tentu, berbagai kebijakan yang dihasilkan
akan berimplikasi secara langsung terhadap segala bentuk perubahan
sosial yang terjadi di masyarakat.

C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana masyarakat menyesuaikan diri dengan keadaaan pada masa
pandemi?
2. Bagaimana cara masyarakat agar beradaptasi dengan peraturan
pemeintah yang mengharuskan pembatasan interaksi secara langsung?
D. Tujuan dan Manfaat
1. Tujuan
a. Agar peneliti mengetahui apa saja perubahan yang terjadi di setiap
kegiatan yang di lakukan secara bersama
b. Mengedukasi masyarakat tentang pentingnya beradaptasi dengan
peraturan yang telah di tetapkan
c. Peneliti bisa meriset perbandingan interaksi ketika pandemi dan
setelah pandemi ( Covid-19)
2. Manfaat
a. Peneliti dapat mengetahui dampak yang terjadi ketika masyrakat di
hadapkan dengan kebiasaan yang baru.
b. Menjadi acuan agar peneliti selanjutnya dapat mengkaji lebih luas
tentang interaksi yang terjadi ketika di hadapkan dengan suatu
wabah.
E. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian
1. Ruang lingkup
Fokus peneliti pada proposal skripsi ini, membahas tentang apa saja
model perubahan interaksi yang terjadi di lingkunga kebon talo jaya
Ampenan Utara kota Mataram ketika adanya pandemi COVID-19 dan
setelah berlalunya pandemi. Adapun pembahasan lanjutan yakni
tentang bagimana agar masyarakat lebih memperhatikan upaya
pemerintah untuk menanggulangi permasalahan yang ada.

2. Setting Penelitian
Adapun yang menjaadi setting penelitian di lingkungan kebon talo
jaya Ampenan Utara kota Mataram.

F. Telaah Pustaka
Telaah pustaka bertujuan sebagai pembuktian bahwa penelitian
yang dilakukan belum pernah diteliti oleh orang lain dan benar-benar
baru dan untuk menghindari duplikasi dari penelitian yang pernah ada.
Suatu karya ilmiah dipandang baik dan benar apabila hasil penelitian
dan kajian tersebut relevan dengan dengan apa yang terjadi pada suatu
tempat yang penulis teliti.Berdasarkan penelusuran penulis terhadap
penelitian yang terkait dengan penelitian penulis antara lain sebagai
berikut.
1. Skripsi yang di tulis oleh Albinus Silalahi mahasiswa universitas
medan dengan judul, PERUBAHAN POLA HIDUP PADA
SITUASI COVID-19 ADAPTASI PADA POLA HIDUP
NORMAL BARU Disampaikan pada Acara Diskusi Ikatan
Alumni Jurusan Kimia Unimed, 29 Mei 2020oleh Prof. Dr.
Albinus Silalahi, MS (Guru Besar Biokimia Unimed). Dalam
kesimpulannya silalahi mengatakan bahwa “Pasca pemberlakuan
PSBB dengan kondisi pandemi COVID-19 yang masih
berlangsung, diperlukan upaya mitigasi dan kesiapan tempat kerja
seoptimal mungkin agar masyarakat pekerja dapat beradaptasi
melalui perubahan pola hidup pada situasi COVID-19 (New
Normal)”.
2. Skripsi yang di tulis oleh Zul Daima Ulfa mahasiswa universitas
Palangka Raya dengan judul Dampak Pandemi Covid-19 terhadap
Perilaku Belajar, Interaksi Sosial dan Kesehatan bagi Mahasiswa
FKIP Universitas Palangka Raya. Dalam tulisannya dapat saya
simpulkan penurunan drastis akademik yang di alami mahasiswa
Universitas Palangka Raya ketika melakukan pembelajaran onlie.
Di karena mahasiswa sudah terbiasas demngan metode
pembelajran dengan tatap muka (intraksi secra langsung).
3. Jurnal yang di upload oleh Aidil Haris dan Asrinda Amalia
mahasiswa universitas Muhammadiyah Riau dengan judul
MAKNA DAN SIMBOL DALAM PROSES INTERAKSI
SOSIAL (Sebuah Tinjauan Komunikasi). Disini penulis
menyimpulkan bahwa Dimana Bumi Dipijak, Disitu Langit
Dijunjung. Pepatah tersebut merupakan penguatan tentang konsep
diri manusia yang menunjukkan betapa pentingnya proses
interaksi bagi manusia dimana saja ia berada. Jadi intraksi itu
sangan sekali di butuhkan untuk berkomunikasi dan sebagai alat
untuk memberikan informasi yang akurat.

G. Kerangka Teori
1. Konsep interaksi social
a. Pengertian Interaksi Sosial
Interaksi sosial adalah hubungan antara individu satu
dengan individu lain, individu satu dapat mempengaruhi individu
yang lain atau sebaliknya, sehingga terdapat hubungan yang saling
timbal balik. Hubungan tersebut dapat terjadi antara individu
dengan individu, individu dengan kelompok atau kelompok dengan
kelompok.7
Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik yang saling
mempengaruhi antara individu dengan individu lain, individu
dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok lain.8

7
Walgito (2007)
8
Menurut Sarwono dan Meinarno (2009)
Secara lebih mendalam menyatakan interaksi sosial adalah
proses individu satu dapat menyesuaikan diri secara autoplastis
kepada individu yang lain, dimana dirinya dipengaruhi oleh diri
yang lain. Individu yang satu dapat juga menyesuaikan diri secara
aloplastis dengan individu lain, dimana individu yang lain itulah
yang dipengaruhi oleh dirinya yang pertama.9
Berdasarkan beberapa uraian di atas dapat diambil
kesimpulan bahwa interaksi sosial adalah hubungan timbal balik
yang saling mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki perilaku
yang berlangsung antara individu dengan individu, individu dengan
kelompok, atau kelompok dengan kelompok.

b. Aspek-aspek interaksi social


Interaksi sosial dapat berlangsung apabila memiliki
beberapa aspek berikut : a) adanya suatu dimensi waktu yang
meliputi masa lampau, kini dan akan datang, yang menentukan
sifat dan aksi yang sedang berlangsung; b) adanya jumlah perilaku
lebih dari seseorang; c) adanya tujuan tertentu, tujuan ini harus
sama dengan yang dipikirkan oleh pengamat.10
Soekanto mengemukakan aspek interaksi sosial yaitu :
1) Aspek kontak sosial, merupakan peristiwa terjadinya

hubungan sosial antara individu satu dengan lain. Kontak

yang terjadi tidak hanya fisik tapi juga secara simbolik

seperti senyum, jabat tangan. Kontak sosial dapat positif

atau negatif. Kontak sosial negatif mengarah pada suatu

pertentangan sedangkan kontak sosial positif mengarah

pada kerja sama.

9
Gerungan (2006)
10
Louis (Toneka, 2000)
2) Aspek komunikasi. Komunikasi adalah menyampaikan

informasi, ide, konsepsi, pengetahuan dan perbuatan

kepada sesamanya secara timbal balik sebagai penyampai

atau komunikator maupun penerima atau komunikan.

Tujuan utama komunikasi adalah menciptakan pengertian

bersama dengan maksud untuk mempengaruhi pikiran atau

tingkah laku seseorang menuju ke arah positif.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek

interaksi sosial yang digunakan sebagai skala interaksi sosial yaitu

kontak sosial dan komunikasi, dengan alasan kedua aspek sudah

mencakup unsur-unsur dalam interaksi sosial serta dianggap dapat

mewakili teori-teori yang lain.

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi sosial


Interaksi sosial secara umum dapat dipengaruhi oleh
perkembangan konsep diri dalam seseorang, terkhusus lagi dalam
hal individu memandang positif atau negatif terhadap dirinya,
sehingga ada yang menjadi pemalu atau sebaliknya dan akibatnya
kepada masalah hubungan interaksi sosialnya. Ada beberapa faktor
yang dapat mempengaruhi interaksi sosial yaitu :
1) Jenis kelamin. Kecenderungan laki-laki untuk berinteraksi

dengan teman sebaya/sejawat lebih besar daripada perempuan.

2) Kepribadian ekstrovert. Orang-orang ekstrovert lebih

komformitas daripada introvert.

3) Besar kelompok. Pengaruh kelompok menjadi makin besar bila

besarnya kelompok semakin bertambah.


4) Keinginan untuk mempunyai status. Adanya dorongan untuk

memiliki status inilah yang menyebabkan seseorang

berinteraksi dengan sejawatnya, individu akan menemukan

kekuatan dalam mempertahankan dirinya di dalam perebutan

tempat atau status terlebih di dalam suatu pekerjaan.

5) Interaksi orang tua. Suasana rumah yang tidak menyenangkan

dan tekanan dari orang tua menjadi dorongan individu dalam

berinteraksi dengan teman sejawatnya.

6) Pendidikan. Pendidikan yang tinggi adalah salah satu faktor

dalam mendorong individu untuk interaksi, karena orang yang

berpendidikan tinggi mempunyai wawasan pengetahuan yang

luas, yang mendukung dalam pergaulannya.11

Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya interaksi

sosial yaitu :

1) Imitasi, mempunyai peran yang penting dalam proses interaksi.

Salah satu segi positif dari imitasi adalah dapat mendorong

seseorang untuk mematuhi kaidah dan nilai-nilai yang berlaku.

Tetapi imitasi juga dapat menyebabkan hal-hal negatif,

misalnya yang ditirunya adalah tindakan-tindakan yang

menyimpang dan mematikan daya kreasi seseorang.

2) Sugesti, hal ini terjadi apabila individu memberikan suatu

pandangan atau sikap yang berasal dari dirinya yang kemudian

11
Monks dkk (2002)
diterima pihak lain. Berlangsungnya sugesti bisa terjadi pada

pihak penerima yang sedang dalam keadaan labil emosinya

sehingga menghambat daya pikirnya secara rasional. Biasanya

orang yang memberi sugesti orang yang berwibawa atau

mungkin yang sifatnya otoriter.

3) Identifikasi, sifatnya lebih mendalam karena kepribadian

individu dapat terbentuk atas dasar proses identifikasi. Proses

ini dapat berlangsung dengan sendirinya ataupun disengaja

sebab individu memerlukan tipe-tipe ideal tertentu di dalam

proses kehidupannya.

4) Simpati, merupakan suatu proses dimana individu merasa

tertarik pada pihak lain. Didalam proses ini perasaan individu

memegang peranan penting walaupun dorongan utama pada

simpati adalah keinginan untuk kerjasama.12

Berdasarkan pernyataan di atas maka dapat diambil

kesimpulan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi

sosial yaitu intensitas bertemu dengan orang lain, jenis kelamin,

kepribadian ekstrovert, besar kelompok, keinginan untuk

memperoleh status, interaksi dengan orang tua, pendidikan, imitasi,

sugesti, identifikasi dan simpati.

d. Bentuk-bentuk interaksi sosial


Interaksi sosial yang terjadi antara orang perorangan atau
orang dengan kelompok mempunyai hubungan timbal balik dan
12
Gerungan (2006)
dapat tercipta oleh adanya kontak sosial dan komunikasi yang
menimbulkan berbagai bentuk interaksi sosial. Sarwono dan
Meinarno (2009) mengemukakan bentuk-bentuk interaksi sosial itu
meliputi :
1) Kerjasama, adalah suatu kegiatan yang dilakukan bersama-

sama untuk mencapai suatu tujuan dan ada unsur saling

membantu satu sama lain.

2) Persaingan, yaitu suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang

dengan tujuan untuk meniru atau melebihi apa yang dilakukan

atau dimiliki oleh orang lain.

3) Konflik, merupakan suatu ketegangan yang terjadi antara dua

orang atau lebih karena ada perbedaan cara pemecahan suatu

masalah.

4) Akomodasi, suatu usaha yang dilakukan seseorang untuk

mengurangi ketegangan, perbedaan, dan meredakan

pertentangan dengan melakukan kompromi sehingga terjadi

suatu kesepakatan dengan pihak lain yang bersangkutan.

Akomodasi ini memiliki berbagai bentuk, yaitu : (1) Coercion,

merupakan bentuk akomodasi yang prosesnya dilakukan secara

paksaan, terjadi bila individu yang satu lemah dibandingkan

dengan individu yang lain dalam suatu perselisihan; (2)

Compromise, yaitu pengurangan tuntutan dari pihak-pihak

yang terlibat pertentangan agar tercapai suatu penyelesaian; (3)

Arbitration, adalah suatu penyelesaian pertentangan dengan


menghadirkan individu lain yang lebih tinggi kedudukannya

untuk membantu menyelesaikan suatu perselisihan; (4)

Meditation, yaitu penengah yang berfungsi hanya sebagai

mediator, tapi tidak berwenang untuk memberi keputusan

penyelesaian; (5) Conciliation, yaitu suatu usaha

mempertumakan pihak yang berselisih agar tercapai

persetujuan bersama. Conciliation sifatnya lebih lunak bila

dibandingkan dengan Coercion; (6) Tolerantion, atau sering

pula dinamakan tolerantion – participation, yaitu suatu bentuk

akomodsi tanpa persetujuan formal, terkadang timbul secara

tidak sadar dan tanpa direncanakan; (7) Stalemate, merupakan

suatu akomodasi dimana pihak-pihak yang bertentangan karena

mempunyai kekuatan seimbang berhenti pada suatu titik

tertentu dalam melakukan pertentangan; dan (8) Adjudication,

yaitu penyelesaian sengketa di pengadilan. Bentuk-bentuk

interaksi tersebut akan timbul tergantung dari stimulus yang

diberikan pada seseorang dalam kehidupan sehari-hari.


2. Konsep covid 19
a. Pengertian covid 19
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) merupakan
penyakit menular yang disebabkan oleh Coronavirus jenis baru.
Penyakit ini diawali dengan munculnya kasus pneumonia yang
tidak diketahui etiologinya di Wuhan, China pada akhir Desember
2019 (Li et al, 2020). Virus ini berasal dari famili yang sama
dengan virus penyebab SARS dan MERS. Meskipun berasal dari
famili yang sama, namun SARS-CoV-2 lebih menular
dibandingkan dengan SARS-CoV dan MERS-CoV (CDC China,
2020).
b. Cara penularan covid 19
Coronavirus merupakan zoonosis (ditularkan antara hewan
dan manusia). Penelitian menyebutkan bahwa SARS
ditransmisikan dari kucing luwak (civet cats) ke manusia dan
MERS dari unta ke manusia. Adapun, hewan yang menjadi sumber
penularan COVID-19 ini masih belum diketahui.
Masa inkubasi COVID-19 rata-rata 5-6 hari, dengan range
antara 1 dan 14 hari namun dapat mencapai 14 hari. Risiko
penularan tertinggi diperoleh di hari-hari pertama penyakit
disebabkan oleh konsentrasi virus pada sekret yang tinggi. Orang
yang terinfeksi dapat langsung dapat menularkan sampai dengan
48 jam sebelum onset gejala (presimptomatik) dan sampai dengan
14 hari setelah onset gejala. Sebuah studi Du Z et. al, (2020)
melaporkan bahwa 12,6% menunjukkan penularan
presimptomatik. Penting untuk mengetahui periode presimptomatik
karena memungkinkan virus menyebar melalui droplet atau kontak
dengan benda yang terkontaminasi. Sebagai tambahan, bahwa
terdapat kasus konfirmasi yang tidak bergejala (asimptomatik),
meskipun risiko penularan sangat rendah akan tetapi masih ada
kemungkinan kecil untuk terjadi penularan.
Berdasarkan studi epidemiologi dan virologi saat ini
membuktikan bahwa COVID-19 utamanya ditularkan dari orang
yang bergejala (simptomatik) ke orang lain yang berada jarak dekat
melalui droplet. Droplet merupakan partikel berisi air dengan
diameter >5-10 µm. Penularan droplet terjadi ketika seseorang
berada pada jarak dekat (dalam 1 meter) dengan seseorang yang
memiliki gejala pernapasan (misalnya, batuk atau bersin) sehingga
droplet berisiko mengenai mukosa (mulut dan hidung) atau
konjungtiva (mata). Penularan juga dapat terjadi melalui benda dan
permukaan yang terkontaminasi droplet di sekitar orang yang
terinfeksi. Oleh karena itu, penularan virus COVID-19 dapat
terjadi melalui kontak langsung dengan orang yang terinfeksi dan
kontak tidak langsung dengan permukaan atau benda yang
digunakan pada orang yang terinfeksi (misalnya, stetoskop atau
termometer).
Dalam konteks COVID-19, transmisi melalui udara dapat
dimungkinkan dalam keadaan khusus dimana prosedur atau
perawatan suportif yang menghasilkan aerosol seperti intubasi
endotrakeal, bronkoskopi, suction terbuka, pemberian pengobatan
nebulisasi, ventilasi manual sebelum intubasi, mengubah pasien ke
posisi tengkurap, memutus koneksi ventilator, ventilasi tekanan
positif noninvasif, trakeostomi, dan resusitasi kardiopulmoner.
Masih diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai transmisi
melalui udara.13

H. Metode penelitian
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah metode penelitian

kualitatif, metode ini digunakan untuk meneliti informan sebagai subjek

penelitian dalam lingkungan hidup kesehariannya. Dalam penggunaan


13
Pedoman,pencegahan dan pengendalian corna virus disease 2020 hlm 17-20
metode kualitatif ini peneliti diharuskan untuk berinteraksi secara dekat

dengan sumber informan, mengenal, mengamati serta mengikuti alur

kehidupan informan secara wajar, karena peneliti pada penelitian ini

adalah instrument kunci.14 Alasan peneliti menggunakan jenis penelitian

kualitatif, adalah karena pada penelitian kualitatif ini memiliki dasar

deskriptif dimana peneliti sebagai instrument kunci yang dapat

dipergunakan untuk memahami lebih mendalam serta bisa ikut serta

dalam kehidupan dan keseharian para informan yang akan diteliti guna

untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

Sedangkan pendekatan yang akan digunakan dalam penelitian ini

adalah pendekatan fenomologi. pendekatan fenomelogi adalah

pendekatan yang dimana peneliti mendeskripsikan suatu fenomena

tertentu tanpa mengandalkan praduga-praduga konseptual. Pendekatan

ini memfokuskan peneliti untuk menggali, memahami, serta menafsirkan

fenomena dengan objek yang akan diteliti. Pendekat fenomologis ini

bertujuan untuk memahami peristiwa dan interaksi antar manusia dalam

situasi tertentu dan tidak berasumsi mengetahui apa makna bagi objek

yang akan diteliti, karena cara tersebut dipandang dapat mempertinggi

subjektifitas. Yang artinya peneliti diharuskan untuk mempelajari sendiri

suatu kejadian yang ada ditempat penelitian.15

14
Muhammad Idrus, Metode Penelitian Sosial Pendekatan Kualitatif dan
Kuantitatif, (Jakarta: Erlangga, 2009), hlm.23-24.
15
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2015), hlm.15.
Dalam penelitian kualitatif, peneliti berperan sebagai instrument

kunci dan sekaligus sebagai pengumpul data sehingga kehadirannya di

lokasi tempat penelitian mutlak diperlukan. Kehadiran peneliti perlu

digambarkan secara jelas dalam laporan penelitian. Perlu juga dijelaskan

apakah kehadiran peneliti sebagai partisipan penuh, pengamat penuh,

atau pengamat partisipan. Demikian juga perlu dijelaskan apakah subyek

atau informan mengetahui kehadiran penelitian dalam statusnya sebagai

peneliti.16

a. Subjek Penelitian

Dalam penelitian, subjek diartikan sebagai individu, benda,

maupun organisme lainnya yang bisa dijadikan sebagai sumber

informasi yang dibutuhkan oleh seseorang peneliti. Istilah subjek

yang digunakan oleh peneliti yaitu responden yang dapat

memberikan informasi atau sesuatu yang dibutuhkan oleh seorang

peneliti. Dalam penelitian ini subjek penelitian dapat di bagi

menjadi dua yaitu:

1) porpusive sampling, merupakan teknik pengumpulan sampel

berdasarkan keahlian informan, dengan tujuan agar peneliti

mendapatkan informasi yang lebih akurat sesuai dengan data

yang diinginkan. Dalam menggunakan porpusive sampling,

16
Ibid, hlm.15.
peneliti biasanya memilih data yang dapat dijadikan sebagai

informan yang sudah ditentukan,17

2) snowball sampling, merupakan teknik pengumpulan sampel

sumber data yang mula-mula jumlahnya sedikit, lama kelamaan

menjadi banyak.18

Adapun subjek yang akan digunakan pada penelitian ini

adalah sampling purposive, karena sampling purposive memiliki

teknik dan ketentuan sesuai dengan kriteria yang ditentukan,

karena informan merupakan subjek yang sangat penting dalam

menggali informasi tentang hal-hal yang ingin diketahui sampai

datanya menjadi akurat.

2. Lokasi penelitian

Lokasi dari penelitian ini adalah di lingkungan Kebon Talo

Jaya Ampenan utara kota Mataram. Alasan peneliti memilih lokasi

di lingkungan kebon talo adalah karena peneliti sangat memahami

karakteristik masyarakat, dikarenakan sering berbaur dengan

masyarakat sekitar .

1. Sumber Data

17
Muri Yusuf, Metode Penlitian Kuantitattif, Kualitatif dan Penelitian
Gabungan, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2014 ), hlm.351.
18
Ibid, hlm.369.
Sumber data dalam penelitian ada dua yaitu sumber data

primer dan sekunder.

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer merupakan sumber data yang

langsung memberikan data kepada pengumpul data, dan

sumber data pada penelitian ini adalah masyarakat yang hidup

dilingkungan tempat penelitian.19

b. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder merupakan sumber data yang

tidak langsung memberikan informasi kepada peneliti.20

Sumber data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari

orang lain atau lewat dokumen, seperti makalah, majalah,

buku, jurnal dan internet.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah awal dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan

data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka penelitian

tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar yang sudah

ditetapkan.21 Adapun teknik pengumpulan data yang akan

digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Observasi

19
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D, hlm.308.
20
Ibid,309.
21
Ibid., hlm.309.
Observasi adalah pengamatan secara sistematis terhadap

objek penelitian dengan menggunakan seluruh alat indra untuk

mendapatkan data atau informasi yang benar dan lengkap.

Melalui observasi, peneliti dapat belajar tentang perilaku, dan

makna dari perilaku tersebut.22

1) Observasi Partisipan adalah suatu bentuk dimana peneliti

adalah bagian dari keadaan ilmiah tempat dilakukannya

observasi. Dalam observasi ini peneliti dapat menjadi

anggota dari sebuah kelompok sumber data dengan

beberapa cara, atau dapat pula peneliti bekerja sama dengan

sumber data agar dapat mengamati secara langsung dengan

ikut serta melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber

data.23 Dengan tujuan agar peneliti dapat merasakan suka

dan duka sumber data. Dengan observasi partisipan ini,

maka peneliti akan memperoleh data lebih lengkap, tajam,

sampai mengetahui pada tingkah makna dari setiap perilaku

yang tampak.24

2) Observasi Non Partisipan, Observasi ini merupakan suatu

bentuk observasi yang dimana peneliti mengamati tingkah

laku sember data dalam keadaan alamiah, tetapi tidak

melakukan partisipan terhadap kegiatan di lingungan

22
Ibid., hlm. 310.
23
James A.Black, Metode dan Masalah Penelitian Sosial, (Bandung: Refika
Aditama, 1999), hlm.289.
24
Muri Yusuf, Metode Penlitian Kuantitattif, Kualiatif dan Penelitian
Gabungan, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2014), hlm.384.
sumber data.25 Dengan kata lain peneliti tidak ikut langsung

pada kegiatan orang yang akan diteliti, dalam hal ini

peneliti hanya menjadi penonton saja tanpa harus terjun

langsung ke lapangan.26

Adapun observasi yang akan peneliti gunakan dalam

penelitian ini adalah observasi non partisipatif, untuk

mencari tahu kebutuhan peneliti ketika di lapangan. Disini

peneliti hanya mengamati kegiatan marhaban atau acara

tradisi keagamaan dalam membangun rumah panggung

pada masyarakat desa Sambori yang sedang sedang

berlangsung tanpa harus mengikuti atau berpartisipasi

dalam kegiatan marhaban, karena kegiatan marhaban ini

hanya dilakukan oleh kaum laki-laki saja, sedangkan kaum

perempuan hanya duduk dan mendengarkan. Setelah acara

marhaban selesai maka akan dilanjutkan dengan makan-

makan bersama serta pembagian jajan tradisional yang

dilakukan oleh kaum perempuan.

b. Wawancara

Wawancara adalah suatu interaksi antara pewawancara

dangan sumber informasi atau orang yang akan diwawancarai

melalui komunikasi langsung.27 Wawancara digunakan sebagai

25
James A.Black, Metode dan Masalah Penelitian Sosial,,.hlm.289.

Ibid.
26

Muri Yusuf, Metode Penlitian Kuantitattif, Kualitatif dan Penelitian


27

Gabungan, ( Jakarta: Prenadamedia Group, 2014 ), hlm.373.


teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi

pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti,

tetapi apabila juga peneliti ingin mengetahui hal-hal dari

responden yang lebih mendalam.28

a) Wawancara terstuktur, digunakan sebagai teknik

pengumpulan data, apabila peneliti sebagai pengumpul data

telah mengetahui dengan pasti tentang informasi yang akan

diperoleh dilapangan tempat penelitian. Oleh karena itu

peneliti telah menyiapkan instrument pertanyaan-

pertanyaan tertulis yang alternatif dan jawabannyapun

sudah disiapkan. Dengan wawancara ini setiap responden

diberi pertanyaan yang sama dan peneliti mencatat setiap

informasi yang sudah diperoleh.29

b) Wawancara tidak terstruktur, merupakan wawancara yang

bebas dimana peneliti tidak memiliki pedoman wawancara

yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk

pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang

digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan

yang akan ditanyakan.30

Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan

wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur,

28
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D, hlm.317.
29
Ibid, hlm.319.
30
Ibid., hlm.320.
dimana yang akan peneliti wawancarai antara lain, tokoh

adat, tokoh agama, masyarakat setempat, dan remaja yang

ikut serta dalam melengkapi skripsi peulis. Karena proses

pengumpulan datanya dilakukan secara sistematis dan

terarah. Sehingga poin-poin penting dari informan bisa

didapatkan secara tepat dan cepat guna untuk mempersingkat

waktu penelitian.

c. Dokumentasi

Dokumen adalah catatan atau karya tetang sesuatu yang

pernah terjadi dimasa lalu, yang bisa berbetuk teks tertulis,

artefacts, gambar maupun foto. Dokumen tertulis yaitu berupa

sejarah kehidupan, biografi, karya tulis, dan cerita. Di samping

itu adapula material budaya, atau hasil karya seni yang dapat

dijadikan sebagai sumber informasi dalam melakukan

penelitian.31 Maka dalam penelitian ini studi dokumentasi

sangatlah dibutuhkan dalam proses penelitian, karena dalam

teknik pengumpulan data perlu adanya dokumen-dokumen yang

relevan dengan kasus yang akan diteliti yang bertujuan untuk

memperkuat penelitian ilmiah. Sehingga data yang dibutuhkan

akan mudah didapatkan seperti, sumber-sumber tertulis berupa

dokumen tertulis, makalah penelitian terdahulu, maupun buku-

buku yang relevan dengan hasil yang akan diteliti.

31
Muri Yusuf, Metode Penlitian Kuantitattif, Kualitatif dan Penelitian
Gabungan,,,.hlm.384.
Adapun dukumentasi yang akan peneliti cari adalah :

profil lembaga desa (letak geografis desa, batas desa, wilayah

desa, struktur desa, keadaan masyarakat, profesi masyarakat,

mata pencarian, dan lain-lain), hasil dokumentasi kegiatan,

maupun data-data lainnya yang akan diperlukan dalam proses

penelitian.

3.Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara

sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, dan bahan-bahan

lain, sehingga data yang terkumpul mudah dipahami, dan temuannya

dapat di informasikan kepada orang lain. Ada dua proses analisis data

pada saat melakukan penelitian lapangan yaitu: 1) analisis sebelum di

lapangan dan 2) analisis selama di lapangan.32

Dalam penelitian ini, peneliti akan menganalisis data dan

informasi melalui aktivitas analisis dari Miles dan Huberman, yang

terdiri dari tiga proses yaitu:

a. Reduksi Data

Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang

pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dan membuang

hal-hal yang tidak dibutuhkan. Dengan demikian data yang telah

direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan akan

mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data yang

Afifudi, Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Pustaka Setia, 2012),


32

hlm.183.
diiperlukan. Sehingga dengan mereduksi data dengan cara

merangkum, mengambil data yang pokok dan penting, dan

membuat kategorisasi, maka peneliti tetap berada dalam data.33

Tujuan dari reduksi data adalah untuk menyederhanakan data

yang diperoleh selama melakukan penelitian, karena pada saat

melakukan penelitian pasti terdapat banyak penemuan-penemuan

baru yang tidak dikenal, dan belum memiiliki pola yang tidak ada

kaitannya dengan tema penelitian.

b. Penyajian Data

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah

men-displaykan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data

dapat digunakan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan

antara kategori flowchart dan sejenisnya. Dalam penelitian ini yang

paling banyak digunakan untuk menyajikan data adalah penelitian

kualitatif atau teks dengan kata sifat naratif.34

c. Penarikan Kesimpulan/ verification

Langkah ketiga dalam menganalisis data kualitatif adalah

penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang

dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak

ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap awal

pengumpulan data selanjutnya. Tetapi, apabila kesimpulan pada

tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat

33
Ibid, hlm.184.
34
Ibid.
penelitian kembali ke lapangan untuk proses pengumpulan data,

maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang

kredibel.35

Berdasarkan penjelasan di atas, maka peneliti akan

menyimpulkan temuan-temuan atau data-data yang berkaitan

dengan bagaimana bentuk pelaksanaan tradisi marhaban dalam

membangun rumah panggung pada masyarakat desa Sambori, dan

bagaimana upaya masyarakat desa Sambori melestarikan tradisi

marhaban dalam membangun rumah panggung.

4. Uji Keabsahan Data

Dalam pengujian kebsahan data ini, peneliti akan berusaha

memaparkan usaha-usaha yang dilakukan agar sesuai antara keabsahan

data dengan temuan. Uji keabsahan data dapat dilakukan dengan

perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam melakukan

penelitian, trianggulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus

negative, dan member chek.36

Berdasarkan uraian tentang uji keabsahan data di atas, maka

peneliti akan menggunakan teknik keabsahan data dengan teknik

trianggulasi.

a. Trianggulasi

Trianggulasi adalah pengecekan keabsahan data dari berbagai

sumber dengan berbagai cara dan memanfaatkan sesuatu yang lain di


35
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualittatif dan R&D…, hlm. 345.
36
Ibid., hlm.368.
luar data untuk memperluas pengecekan keabsahan data dan

membandingkan data yang diperoleh. Hal ini bertujuan untuk

mengecek kebsahan data dari hasil penelitian. Dengan cara

membandingkan dan memanfaatkan sesuatu yang lebih baik dari

sumber kunci informan.37Dalam mengecek data ini dapat dilakukan

dengan cara:

1) Membandingkan data dari hasil pengamatan dengan hasil

wawancara.

2) Membandingkan data dari hasil penyampaian di depan publik

dengan hasil penyampaian secara pribadi.

3) Membandingkan hasil wawancara dengan isu suatu dokumen yang

saling berkaitan.

I. Sistematika Pembahasan
Penelitian ini menggunkan pendekatan kualitatif yang deskriptif,

yang akan diigunakan dalam mendeskripsikan secara rasional dari masing-

masing bab yakni:

BAB I : pada bab 1 ini peneliti akan membahas tentang pendahuluan

yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan

manfaat penelitian, ruang lingkup dan setting penelitian, telah pustaka,

kerangka teori, metode penelitian dan sistematika pembahasan.

BAB II : bab 11 ini akan berisi tentang paparan data dan temuan yang

menggambarkan seluruh data temuan, yaitu data yang membahas

37
Ibid.,hlm.732.
bagaimana pola interaksi sosial pada masa pandemi covid 19 dan pasca

pandemic covid 19.

BAB III : pada bab ini penliti akan memaparkan tentang bab pembahasan,

maka dari itu peneliti tidak akan menulis ulang-ulang data yang telah

peneliti ungkap pada Bab II, penelitian pada bab ini akan mengungkapkan

hasil analisis terhadap proses temuan peneliti, sesuai dengan paparan pada

Babb II yaitu kerangka teori yang telah dibuat pada Bab I pendahuluan.

BAB IV : Bab ini adalah Bab terakhir terdiri dari kesimpulan dan saran.

Yang sesuai dengan masalah yang telah peneliti rumuskan pada Bab 1

sebagai rumusan masalah, sebisa mungkin peneliti tidak akan

menyimpulkan suatu yang menjadi fokus dalam penelitian. Bukan hanya

pada penelitian namun pada Bab ini peneliti juga akan menulis saran-

sarann untuk penelitian yang akan dilakukan dikemudian hari.


J. Rencana Jadwal Penelitian

BULAN KE-
NO KEGIATAN
1 2 3 4 5 6
Penyusunan
1  
proposal
2 Seminar proposal 
Memasuki  
3
lapangan
Tahap seleksi 
4
dan analisis
membuat draf
5 
laporan
Diskusi draf
6 laporan 

penyempurnaan
7 
laporan

8 Ujian skripsi 

Perbaikan hasil
9 
ujian

10 Wisudah 
K. Daftar Pusataka

Burns, R. B. 1993. Konsep Diri, teori, pengukuran, perkembangan dan perilaku.


Jakarta : PT. Arcan.

Gerungan, W.A. 1991. Psikologi Sosial. Bandung: PT. Tarsito

Miraningsih, W. 2013. Hubungan Antara Interaksi Sosial dan Konsep Diri


Dengan Perilaku Reproduksi Sehat Pada Siswa Kelas XI di Madrasah Aliyah
Negeri Purworejo. Skripsi (tidak diterbitkan). FIP BK Unnes Seamarang.Hadari,
Nawawi.1993, Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gajah Mada
University Press p

Harun, Rochojat dan Ardianto Elvinaro. 2001, Komunikasi Pembangunan


Perubahan Sosial (perspektif dominan kajian ulanh, dan teori kritis): Jakarta,
rajawali Pres.

Salim, agus. 2002, Perubahan Sosial: Sketsa Teori dan Refleksi Metodelogi Kasus
Indonesia, Yogyakarta: Tiara Wacama Yogya

Silalahi, Ulber. 2012, Metode penelitian sosial, Bandung: Alfabeta

Sugiyono. 2012, Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R&D, Bandung:


ALFABETA

Supriono, Primus. 2014, Seri Pendidikan Pengutangan resiko bencana Gunung


meletis, Yogyakarta:ANDI Yogyakarta

Sobur, Alex, 2009. Psikologi Umum. Pustaka Setia: Bandung.

Soekanto,Soerjono. 1990, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada

Anda mungkin juga menyukai