Anda di halaman 1dari 27

PENGORGANISASIAN MASYARAKAT DALAM MELAKUKAN

TINDAKAN PREVENTIF PENCEGAHAN COVID-19 DI DESA

MAKALAH

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pengorganisasian


Sosial

Dosen Pengampu: Ahmad Hamdan, M.Pd.

Oleh:

Annisya Syahrani

182103024

JURUSAN PENDIDIKAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SILIWANGI
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Pengorganisasian Masyarakat Dalam Melakukan Tindakan Preventif
Pencegahan Covid-19 di Desa” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Pengorganisasian Sosial yang diampu oleh Bapak Ahmad Hamdan,
M.Pd.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak Ahmad Hamdan, M.Pd., selaku
dosen pengampu mata kuliah Pengorganisasian Sosial yang telah memberikan tugas
ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang
studi yang penulis tekuni.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari, makalah yang ditulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua
pembaca guna menjadi acuan agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi di masa
mendatang demi kesempurnaan makalah ini.

Ciamis, 13 April 2021

Annisya Syahrani

ii
RINGKASAN

Pada akhir tahun 2019 muncul virus baru yang pertama kali dilaporkan oleh
pihak kesehatan Kota Wuhan, Cina. Sama halnya dengan negara Cina, virus Covid-
19 pun mewabah hingga ke Indonesia. Hampir satu tahun Indonesia berjuang untuk
memberantas virus ini dan menekan angka pertambahan warga masyarakat yang
tertular virus Covid-19. Dari berbagai upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah
dan pihak-pihak lainnya dalam meminimalisir terpaparnya Covid-19, tentu ada satu
hal yang menjadi kunci utama dalam menggerakkan warga-warga pedesaan agar
mereka mau dan merasa dilibatkan dalam proses melaksanakan tindakan preventif
di masa Covid-19, yaitu dengan adanya tokoh masyarakat desa. Pada
pelaksanaannya tentu perlu adanya pengorganisasian kepada masyarakat agar
tujuan yang direncanakan dapat berjalan dengan sesuai demi menciptakan
masyarakat yang lebih berdaya. Dalam makalah ini akan dibahas bagaimana peran
masyarakat dalam melakukan tindakan preventif untuk pencegahan Covid-19
beserta pembagian tugas di dalam masyarakat itu sendiri.

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii


RINGKASAN ...................................................................................................... iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iv
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 3
C. Tujuan Makalah ........................................................................................ 4
D. Manfaat Makalah ...................................................................................... 4
BAB II KAJIAN TEORI .................................................................................... 5
A. Konsep Pengorganisasian Masyarakat ...................................................... 5
B. Konsep Covid-19 ...................................................................................... 8
C. Konsep Organisasi .................................................................................... 10
D. Konsep Pengembangan Masyarakat ......................................................... 11
E. Konsep Pemberdayaan Masyarakat .......................................................... 12
BAB III PEMBAHASAN ................................................................................... 16
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN............................................................. 20
A. Kesimpulan ............................................................................................... 20
B. Saran .......................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 21

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pada akhir tahun 2019 muncul virus baru yang pertama kali dilaporkan
oleh pihak kesehatan Kota Wuhan, Cina. Menurut Susilo et al., (2020) awalnya
penyakit ini dinamakan sementara sebagai 2019 novel corona virus (2019-
nCov), kemudian WHO mengumumkan nama baru untuk virus ini sebagai
Corona Virus Desease 2019 (Covid-19) pada bulan Februari 2020.
Susilo et al., (2020) juga berpendapat bahwa virus ini dapat ditularkan dari
manusia ke manusia (human to human) yang menyebar secara luas dari Kota
Wuhan di Cina. Sejak saat itu, wilayah sekitar Cina hingga beberapa daerah
teritorial lainnya ikut tertular wabah ini, sehingga pada bulan Maret 2020 WHO
menetapkan virus Covid-19 sebagai pandemi.
Sama halnya dengan negara Cina, virus Covid-19 pun mewabah hingga ke
Indonesia. Hampir satu tahun Indonesia berjuang untuk memberantas virus ini
dan menekan angka pertambahan warga masyarakat yang tertular virus Covid-
19.
Hingga tanggal 06 April 2021 kurang lebih 132 juta warga seluruh dunia
terinfeksi virus Covid-19. Sementara Indonesia ditetapkan 1,54 juta penduduk
yang terinfeksi virus Covid-19 dengan kasus aktif 114.566 jiwa dengan total
kematian yaitu 41.977 jiwa (kemkes.go.id).
Handayani et al., (2020) menyatakan bahwa pencegahan utama dalam
memberantas virus Covid-19 ini dengan membatasi mobilisasi orang-orang
hingga masa inkubasi. Selain itu penggunaan masker, mencuci tangan yang
baik dan benar, serta menjaga jarak juga terus digencarkan sebagai tindakan
pencegahan utama agar terhindar dari tertularnya virus Covid-19.
Upaya pemerintah dalam menekan penambahan warga yang terinfeksi
virus Covid-19 terus digalakkan. Semua upaya mulai dari penerapan PPKM di
wilayah kota-kota besar dengan zona merah seperti area Jabodetabek dan
sekitarnya, hingga penerapan PPKM Mikro di wilayah RT dan RW menjadi

1
2

upaya pemerintah agar tidak ada pertambahan yang signifikan dalam tertular
Covid-19 ini.
Berbagai sektor seperti pendidikan, ekonomi, sosial, budaya, dan agama
pun turut serta menggalakkan program mereka agar warga Indonesia bisa taat
dengan protokol kesehatan sehingga kasus Covid-19 di Indonesia bisa turun.
Mulai dari penerapan pembelajaran daring di bidang pendidikan, penerapan
WFH bagi pekerja kantor, dan penerapan protokol kesehatan yang ketat bagi
pekerja di bidang jasa, serta penerapan social distancing dengan mewajibkan
5M di lingkungan sosial budaya dan agama. Hal-hal inilah yang menjadi usaha
pemerintah serta seluruh warga negara Indonesia untuk turut berkontribusi
dalam memberantas virus Covid-19 bersama-sama.
Sasongko et al., (2020) berpendapat bahwa untuk meminimalisir terpapar
virus Covid-19 di desa, dapat dilakukan beberapa hal yaitu dengan membentuk
Desa Tanggap Covid-19. Diharapkan dengan adanya Desa Tanggap Covid-19
ini warga desa dapat memahami dan mengerti bahaya dari virus ini dan lebih
memperhatikan kesehatan lingkungan sekitar.
Dari upaya-upaya yang dilakukan pemerintah, tentu tidak lepas dari
kontribusi setiap warga negara Indonesia, khususnya warga-warga di
lingkungan sekitar kita. Maka dari itu, pentingnya bekerja sama dan saling
tolong menolong dalam memberikan pengertian dan pemahaman kepada
warga-warga terutama di daerah pedesaan yang masih kurang memahami dan
mengerti tentang tindakan preventif dan apa itu Covid-19.
Dari berbagai upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah dan pihak-
pihak lainnya dalam meminimalisir terpaparnya Covid-19, tentu ada satu hal
yang menjadi kunci utama dalam menggerakkan warga-warga pedesaan agar
mereka mau dan merasa dilibatkan dalam proses melaksanakan tindakan
preventif di masa Covid-19, yaitu dengan adanya tokoh masyarakat desa.
Menurut Rosidin et al., (2020) pemerintah dalam hal ini mengajak para
tokoh masyarakat di desa dikarenakan tokoh masyarakat memiliki kekuatan
sosial dan kedudukan yang dianggap penting oleh warga desa sehingga
kemungkinan didengar oleh warga lebih besar dan mampu menggerakkan dan
3

mempengaruhi warga desa untuk turut ikut serta dalam melakukan kegiatan
sosial yang bertujuan untuk menanggulangi pandemi.
Pada pelaksanaannya tentu perlu adanya pengorganisasian kepada
masyarakat agar tujuan yang direncanakan dapat berjalan dengan sesuai demi
menciptakan masyarakat yang lebih berdaya. Karena dengan adanya kontribusi
warga dalam melaksanakan aksi preventif yang di motori oleh tokoh
masyarakat, dapat menciptakan warga yang berdaya serta menciptakan
masyarakat yang lebih terkoordinir.
Pemberdayaan masyarakat selama pandemi menurut (Kemenkes RI, 2020)
dalam buku pedomannya, menyatakan bahwa selama pandemi Covid-19 perlu
juga pemberdayaan masyarakat sebagai salah satu bentuk pencegahan Covid-
19 dengan cara menggali potensi yang dimiliki setiap warga masyarakat agar
berdaya dan mampu berperan serta mencegah penularan virus Covid-19.
Dengan demikian sangat dibutuhkan pembagian tugas dalam
pengorganisasian masyarakat agar terciptanya tujuan yang telah direncanakan
sekaligus masyarakat yang berdaya dalam lingkungan desa agar masyarakat
dapat memahami dan mampu menjadi pribadi yang mandiri.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan Pengorganisasian Masyarakat?
2. Bagaimana peran tokoh masyarakat dalam pengorganisasian masyarakat di
desa dalam tindakan preventif Covid-19?
3. Bagaimana pengorganisasian masyarakat dalam melaksanakan tindakan
preventif pencegahan Covid-19 di desa?
4. Apa saja tahap-tahap pemberdayaan masyarakat dalam pencegahan Covid-
19 di desa?
4

C. Tujuan Penulisan Makalah


Tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pengorganisasian
masyarakat.
2. Untuk mengetahui pembagian peran masyarakat dalam pengorganisasian
masyarakat di desa dalam tindakan preventif Covid-19.
3. Untuk mengetahui bagaimana pengorganisasian masyarakat dalam
melaksanakan tindakan preventif pencegahan Covid-19 di desa.
4. Untuk mengetahui tahap-tahap pemberdayaan masyarakat dalam
pencegahan Covid-19 di desa.

D. Manfaat Makalah
Adapun manfaat dari makalah ini, sebagai berikut:
1. Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan
ilmu sosial, khususnya mengenai proses atau konsep pengorganisasian di
masyarakat, terutama dalam pelaksanaan pemberdayaan masyarakat dalam
ranah Pendidikan Masyarakat.

2. Secara Praktis
Secara praktis, penelitian ini diharapkan membawa manfaat sebagai
berikut:
a. Bahan pertimbangan bagi para pengambil kebijakan di jajaran
pemerintah, baik itu pemerintah pusat dan pemerintah daerah, atau
tokoh masyarakat di desa.
b. Memberikan pemahaman yang dianggap tepat kepada masyarakat agar
memahami peran dan tanggung jawabnya dalam melaksanakan
tindakan preventif Covid-19 di lingkungannya.
c. Memberikan pemahaman kepada dunia pendidikan terutama
pendidikan masyarakat yang termasuk ke dalam lingkup pemberdayaan
masyarakat tentang pengorganisasian masyarakat desa di masa
pandemi Covid-19.
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Konsep Pengorganisasian Masyarakat


1. Definisi Pengorganisasian
Pengorganisasian menurut Budiman (2016) adalah salah satu
kegiatan yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan organisasi dengan
memberikan kontribusi yang signifikan bagi organisasi dan memberikan
kemampuan dan keterampilan yang dimilikinya dan sesuai dengan
kapasitas yang dimiliki oleh setiap anggota.
Menurut Hasibuan (dalam Budiman, 2016) pengorganisasian adalah
suatu proses pengelompokkan berbagai macam aktivitas yang diperlukan
dalam mencapai tujuan organisasi dengan menetapkan orang-orang yang
relevan dan memiliki kemampuan sesuai dengan apa yang dikuasai untuk
melaksanakan aktivitas-aktivitas di dalam organisasi.
Pengorganisasian (organizing) merupakan proses penyusunan
struktur organisasi yang disesuaikan dengan tujuan dari organisasi yang
telah direncanakan bersama dan sumber daya yang melingkupinya
(Sunaryanti, 2014).
Rohman (2017:77) berpendapat bahwa pengorganisasian
merupakan proses penyesuaian berbagai aspek yang ada di dalam suatu
organisasi untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan agar berjalan
lancar.
Siagian (dalam Manda, 2016) menyatakan bahwa pengorganisasian
adalah keseluruhan pengelompok orang-orang yang memiliki tanggung
jawab dan kemampuan yang sesuai dengan tujuan suatu organisasi.
Sedangkan Tampubolon (2018) mendefinisikan pengorganisasian
sebagai langkah dalam menetapkan, menggolongkan, dan mengatur
kegiatan yang dilakukan di dalam organisasi dalam mencapai tujuan.
Dengan ini, pengorganisasian dapat diartikan sebagai suatu proses
mengkoodinasikan atau mengatur elemen-elemen yang ada di dalam suatu
organisasi agar dapat berjalan dengan baik sesuai dengan masing-masing

5
6

kemampuan dan tugasnya dalam mencapai tujuan organisasi yang telah


ditentukan.

2. Proses Pengorganisasian
Menurut Stoner (dalam Sunaryanti, 2014) langkah-langkah dalam
proses pengorganisasian terdiri dari lima langkah, yaitu:
a. Merincikan seluruh pekerjaan yang harus dilaksanakan.
b. Membagi pekerjaan kepada anggota kelompok sesuai tugasnya.
c. Melaksanakan pekerjaan dengan dikombinasikan agar lebih efisien.
d. Melakukan mekanisme untuk mengkoordinir pekerjaan para anggota.
e. Memantau efektivitas organisasi dan mengambil langkah-langkah
untuk meningkatkan atau mempertahankan keefektivitasan.

Sedangkan menurut T Hani Handoko (dalam Sunaryanti, 2014)


langkah dalam proses pengorganisasian ditunjukkan dalam tiga prosedur,
yaitu:
a. Memerincikan seluruh kegiatan yang akan dilaksanakan.
b. Membagi pekerjaan ke beberapa orang anggota dengan adil dan logis.
Dalam hal ini tidak ada yang memiliki pekerjaan terlalu berat atau
ringan, dan disesuaikan dengan kemampuan serta potensi yang dimiliki
oleh setiap anggota di dalam suatu organisasi.
c. Mengadakan sekaligus mengembangkan sistem koordinasi untuk
mengawasi pekerjaan anggota organisasi agar berjalan lancar dan
harmonis.

3. Definisi Masyarakat
Setiadi (dalam Tejokusumo, 2014) menyatakan bahwa masyarakat
merupakan manusia yang senang berinteraksi di dalam suatu kelompok
dengan manusia lainnya.
Menurut Akhmaddhian & Fathanudien (2015) masyarakat adalah
manusia yang saling bergantung satu sama lain. Sedangkan menurut Paul
B. Horton dan C. Hunt (dalam Akhmaddhian & Fathanudien, 2015)
masyarakat adalah kumpulan manusia yang mandiri, dan senang hidup
7

bersama dalam waktu yang lama, serta menjalankan kegiatan di dalam


suatu lingkungan atau kelompok tertentu.
Masyarakat menurut Wahyu (2017:53) adalah pengertian dari
individu yang dalam bahasa Latin berarti tidak berbagi, dengan kata lain
manusia adalah makhluk yang terbatas atau perseorangan.
Masyarakat adalah komunitas atau sekelompok orang yang saling
terikat dengan berkomunikasi dan bersosialisasi sesuai dengan kebutuhan
(Murdiyanto, 2008:65).
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa masyarakat
merupakan makhluk sosial yang memiliki kecenderungan hidup bersama
dan saling berkomunikasi dan berinteraksi yang berkaitan dengan
kebutuhan dan kepentingan.
Menurut Soerjono Soekanto (dalam Tejokusumo, 2014) masyarakat
dapat dikatakan sebagai makhluk hidup yang memiliki ciri-ciri kehidupan,
sebagai berikut:
a. Senang bersama-sama, minimal terdiri dua orang individu.
b. Bergaul dan bersosialisasi dengan waktu relatif lama.
c. Sadar bahwa mereka hidup dalam kesatuan.
d. Merupakan sebuah sistem yang saling terkait satu sama lain dan
membentuk sebuah budaya atau kebiasaan baru yang berbeda tiap
individu atau kelompoknya.

4. Definisi Pengorganisasian Masyarakat


Pengorganisasian masyarakat menurut Rahmi et al. (2019) adalah
suatu proses dari pengembangan masyarakat. Pendapat lainnya
menyebutkan bahwa pengorganisasian masyarakat merupakan proses
memberikan dorongan kepada warga masyarakat untuk saling bekerjasama
dan berinteraksi berdasarkan kepentingan bersama (Suharto dalam Rahmi
et al., 2019).
Totok dan Purwoko (dalam Rahmi et al., 2019) mengemukakan
bahwa pengorganisasian masyarakat merupakan media yang dibutuhkan
8

dalam melakukan perubahan dan memecahkan masalah yang tidak dapat


dilaksanakan secara individu.
Rahmi et al. (2019) menyimpulkan bahwa pengorganisasian
masyarakat merupakan suatu proses untuk menjalin kerjasama diantara
warga dengan mendorong pelaksanaan program berdasarkan kepentingan
bersama.
Dari definisi tersebut, dapat diartikan bahwa pengorganisasian
masyarakat merupakan kegiatan mobilisasi dalam melaksanakan kegiatan
bersama-sama untuk mencapai tujuan bersama.

B. Konsep Covid-19
1. Definisi Covid-19
Virus Corona adalah virus yang menyerang sistem pernapasan
dengan nama lain Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2
(SARS-CoV-2), yang saat ini lebih dikenal dengan sebutan COVID-19
(Ausrianti et al., 2020).
Menurut Yunus dan Rezky (dalam Wahidah et al., 2020)
Coronavirus merupakan sekumpulan virus yang berasal dari subfamili
Orthocronavirinae dalam keluarga Coronaviridae dan ordo Nidovirales.
Sari (2020) berpendapat bahwa Covid-19 merupakan penyakit yang
menyerang pernapasan yang disebabkan oleh varian virus corona baru. Dan
menyebabkan angka kematian tertinggi setelah virus-virus sejenis lainnya
seperti SARS dan MERS.

2. Proses Penularan Covid-19


Handayani et al. (2020) menyatakan bahwa kemungkinan Covid-19
merupakan zoonosis, namun data menunjukkan bahwa penyebaran bisa
melalui manusia ke manusia (human to human) dengan berasal dari
percikan droplet atau kontak langsung dengan virus yang berasal dari
droplet.
Yi-Chi Wu (dalam Quyumi & Alimansur, 2020) mengemukakan
bahwa penularan virus Covid-19 bisa terjadi melalui percikan air liur
9

(droplet) pasien yang terinfeksi virus corona, ketika pasien sedang batuk
atau berbicara.
Umumnya, penularan virus Covid-19 ini paling banyak berasal dari
droplet atau percikan air liur yang berasal dari batuk dan bersin pasien atau
individu yang terinfeksi virus Covid-19 (Yanti et al., 2020), yang kemudian
tidak sengaja terhirup atau terkena area-area di wajah seperti hidung, mulut,
atau mata.
Pendapat yang sama juga diutarakan oleh Susilo et al. (2020) bahwa
saat ini penyebaran covid-19 berasal dari manusia ke manusia yang
menular dari pasien covid-19 melalui droplet yang dikeluarkan tanpa
sengaja saat batuk dan bersin.

3. Tindakan Preventif Covid-19


Menurut Asyary & Veruswati (dalam Quyumi & Alimansur, 2020)
upaya untuk tindakan preventif yang perlu dilakukan selama pandemi
Covid-19 yaitu dengan menerapkan social distancing, menggunakan
masker, rajin mencuci tangan, dan membersihkan diri setelah beraktivitas
di luar rumah.
Handayani et al. (2020) menyatakan bahwa pencegahan covid-19
bisa dengan meningkatkan daya tahan tubuh atau imunitas, sering mencuci
tangan, menggunakan masker, menghindari kerumunan, dan rajin
berolahraga serta istirahat yang cukup.
Adapun menurut Zulfikar (2020), paling tidak ada enam tindakan
preventif menurut hadis untuk menekan angka pertumbuhan penyebaran
Covid-19, yaitu dengan berdiam diri di rumah, menjaga jarak,
memperbanyak sedekah, menjaga imunitas tubuh, selalu memelihara
wudhu, dan memohon perlindungan kepada Allah.
10

C. Konsep Organisasi
1. Definisi Organisasi
Menurut Rohman (2017:75) organisasi adalah sebuah upaya atau
media untuk mencapai sasaran yang dituju. Robbins dan Judge (dalam
Wijaya, 2017:1) menyatakan bahwa organisasi adalah unit sosial yang
terdiri dari dua orang atau lebih yang saling berkoordinasi dalam mencapai
tujuan dari organisasi tersebut.
Sedangkan Hermana & Barlian (2004) berpendapat bahwa
organisasi merupakan wadah untuk melakukan tugas bagi orang-orang
yang memiliki tujuan yang sama yang telah ditetapkan bersama.
Organisasi menurut Rahmi et al. (2019) merupakan sebuah wahana
yang dapat digunakan untuk mengutarakan pendapat, ide, gagasan untuk
mewujudkan tujuan organisasi yang telah direncanakan dengan matang.
Organisasi merupakan wadah yang berisi kumpulan orang-orang
yang berinteraksi untuk mengembangkan potensi dan kemampuannya
(Budiman, 2016) dengan menunjukkan keahlian yang dikuasai atau
dimiliki. Dalam hal ini, organisasi sebagai tempat pengembangan diri bagi
para anggotanya.
Lalu organisasi menurut Hasiholan (2012) merupakan sarana untuk
mencapai tujuan organisasi melalui fungsi-fungsi manajemen yang
dilakukan oleh ketua atau pimpinan di dalam organisasi tersebut.
Pendapat lain menurut Boone dan Kratz (dalam Hasiholan, 2012)
organisasi adalah proses yang di dalamnya terdapat orang-orang yang
saling berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama.
Priyono (2007:38) menyatakan bahwa organisasi adalah proses
penggabungan tugas yang dilakukan oleh individu-individu di dalam
organisasi sesuai dengan bakat-bakat atau kemampuan yang diperlukan
untuk mencapai tujuan organisasi dengan baik.
11

2. Unsur-unsur Organisasi
Menurut Priyono (2007) organisasi memiliki unsur-unsur yang
menyatakan bahwa organisasi tidak dapat dilakukan secara perorangan,
yaitu:
a. Terdiri dari dua orang atau lebih.
b. Ada maksud untuk saling bekerjasama.
c. Adanya pengaturan hubungan antar anggota.
d. Ada tujuan yang dicapai.

D. Konsep Pengembangan Masyarakat


1. Definisi Pengembangan Masyarakat
Pengembangan masyarakat menurut Zubaedi (2013:5) adalah upaya
pengembangan kondisi di masyarakat secara aktif dan berkelanjutan
dengan saling menghargai satu sama lain. Dengan kata lain, proses
pengembangan masyarakat disini bertujuan untuk mengembangkan
masyarakat agar lebih aktif dan mandiri secara berkelanjutan di
lingkungannya tanpa merugikan satu sama lainnya.
Pengertian lainnya dari pengembangan masyarakat yaitu sebuah
komitmen dimana masyarakat bawah diberdayakan agar mereka memiliki
pilihan untuk kehidupannya di masa depan (Zubaedi, 2013:6). Menurut
pengertian ini, dengan dilaksanakannya pengembangan kepada masyarakat
terutama dari lapisan bawah, diharapkan mampu mengubah kehidupan
mereka di masa yang akan datang.
Menurut Edi Suharto (dalam Zubaedi, 2013:6) pengembangan
masyarakat ini sangat berhubungan dengan upaya pemenuhan kebutuhan
bagi orang-orang yang tertindas. Orang-orang tertindas disini berarti yang
mengalami kemiskinan atau diskriminasi sosial.

2. Prinsip-prinsip Pengembangan Masyarakat


Menurut Zubaedi (2013:30) secara garis besar, ada empat prinsip
dalam pengembangan masyarakat, yaitu:
a. Menolak terhadap pandangan yang tidak memihak pada kepentingan.
12

b. Mengubah dan terlibat dalam konflik. Pengembangan masyarakat


bersifat mengubah struktur yang bersifat diskriminatif dan menindas di
masyarakat. Untuk memenuhi tujuan ini, pengembangan masyarakat
membangkitkan, menghadirkan informasi yang tidak menyenangkan
dan kadang-kadang mengganggu.
c. Membebaskan, membuka masyarakat, dan menciptakan demokrasi
partisipatori. Artinya yaitu penentangan terhadap berbagai bentuk-
bentuk ketidak bebasan seperti penindasan, perbudakan, dll.
d. Kemampuan terhadap akses program pelayanan masyarakat.

E. Konsep Pemberdayaan Masyarakat


1. Definisi Pemberdayaan
Menurut Prijono (dalam Yunus et al., 2017:3) pemberdayaan
merupakan proses penguatan masyarakat agar mereka lebih berdaya.
Sedangkan menurut Yunus et al. (2017:3) pemberdayaan merupakan proses
dan tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan merupakan kegiatan yang
dilakukan untuk memperkuat masyarakat atau kelompok agar memiliki
kekuatan (power). Sedangkan sebagai tujuan, pemberdayaan adalah proses
untuk membuat perubahan di masyarakat untuk menghidupi kebutuhan
hidupnya.
Pemberdayaan menurut Arbi Sanit (dalam Yunus et al., 2017:4)
adalah upaya mengubah potensi masyarakat menjadi sebuah kekuatan
untuk melindungi dan berjuang dalam segala aspek kehidupan. Hamid
(2018: 9) mengemukakan bahwa pemberdayaan memiliki arti memberikan
kekuatan atau daya kepada kelompok lemah agar mereka memiliki
kekuatan untuk mandiri dan menghidupi kebutuhan hidupnya.
Mardikanto dan Soebianto (dalam Hamid, 2018:10) mengemukakan
pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memberikan kekuatan
agar masyarakat di lapisan bawah terutama yang mengalami kemiskinan
mampu bersaing dan optimal dalam melakukan kegiatan sehari-hari.
Lalu menurut Najiyati et al. (2005:52) pemberdayaan merupakan
pendekatan yang terfokus untuk mengatasi permasalahan-permasalahan
13

seperti kemiskinan, ketidakberdayaan, diskriminasi, ketidakadilan yang


tertuju pada masyarakat lemah atau lapisan bawah. Menurut Gajanayake
(dalam Bahri, 2019:9) pemberdayaan adalah upaya untuk membantu orang
dalam membebaskan dirinya dari ketidakberdayaan.

2. Definisi Pemberdayaan Masyarakat


Najiyati et al. (2005:52) mengartikan pemberdayaan masyarakat
sebagai usaha mengembangkan, memandirikan, dan menswadayakan
masyarakat lapisan bawah di berbagai bidang agar mereka terbiasa dan
mampu bertanggung jawab terhadap sesuatu yang dipilihnya.
Pemberdayaan masyarakat menurut Yunus et al. (2017:6)
merupakan proses untuk memfasilitasi masyarakat agar mampu secara
mandiri menempatkan dirinya menjadi pelaku utama dalam memanfaatkan
lingkungan strategisnya.
Sutikno (dalam Bahri, 2019:10) mengungkapkan bahwa
pemberdayaan masyarakat adalah proses untuk menjadi lebih bermartabat
dan mampu secara mandiri di lingkungannya sehingga terbebas dari
belenggu ketidakberdayaan, kemiskinan, dan ketidakadilan.
Menurut Gunawan (dalam Hamid, 2018:10) pemberdayaan
masyarakat didefinisikan sebagai tindakan sosial untuk mengorganisasikan
diri tiap individu dalam melakukan perencanaan dan tindakan untuk
memecahkan suatu masalah sosial sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki. Pendapat lainnya menurut Laksono & Rohmah (2019)
pemberdayaan masyarakat merupakan sebuah konsep untuk meningkatkan
kesejahteraan dalam pembangunan.
Dari definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa
pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan atau
memperbaiki kehidupan masyarakat yang memiliki kemauan dan
keinginan untuk berproses menuju lebih baik lagi sehingga kehidupan di
masa yang akan mendatang dapat lebih berkualitas.
14

3. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat


Tujuan pemberdayaan masyarakat menurut Mardikanto dan
Poerwoko (dalam Hamid, 2018:13), adalah sebagai berikut:
a. Perbaikan pendidikan, pemberdayaan masyarakat dalam
memperbaiki pendidikan tidak hanya seputar perbaikan materi, metode,
dan yang menyangkut hal-hal fasilitas. Namun harus mencakup
bagaimana perbaikan dalam pendidikan non formal sebagai jalur
pendidikan yang fleksibel mampu mengakomodasi proses
pembelajaran dan pendidikan sehingga setiap individu yang
diberdayakan mampu memiliki tekad kuat dan keinginan untuk selalu
belajar.
b. Perbaikan aksesibilitas, seiring tumbuhnya semangat belajar
sepanjang hayat, mampu memudahkan akses dalam mendapat
informasi, akses terhadap penyedia jasa, serta akses terhadap keuangan.
c. Perbaikan tindakan, melalui perbaikan pendidikan dan kemudahan
akses dalam berbagai informasi, diharapkan masyarakat mampu
bertindak menjadi lebih baik lagi dalam kehidupan sehari-harinya.
d. Perbaikan kelembagaan, dengan adanya perbaikan kegiatan/tindakan
yang dilakukan, diharapkan dapat memperbaiki kelembagaan
masyarakat. Seperti contoh dalam pengembangan jaring kemitraan
sehingga masyarakat dapat posisi tawar yang kuat.
e. Perbaikan usaha, dari adanya perbaikan-perbaikan, baik itu perbaikan
pendidikan (semangat belajar), perbaikan aksesibilitas, kegiatan, dan
perbaikan kelembagaan, diharapkan akan dapat memperbaiki
usaha/bisnis yang dijalankan.
f. Perbaikan pendapatan, perbaikan bisnis yang dijalankan, diharapkan
akan dapat memperbaiki pendapatan yang diperolehnya, termasuk
pendapatan keluarga dan masyarakatnya.
g. Perbaikan lingkungan, perbaikan pendapatan dapat memperbaiki
lingkungan (fisik dan sosial) yang biasanya disebabkan oleh faktor
kemiskinan atau keterbatasan pendapatan.
15

h. Perbaikan kehidupan, tingkat pendapatan yang memadai dan


lingkungan yang sehat, diharapkan dapat memperbaiki situasi
kehidupan setiap keluarga serta masyarakat.
i. Perbaikan masyarakat, situasi kehidupan yang lebih baik, dan
didukung dengan lingkungan (fisik dan sosial) yang lebih baik,
diharapkan dapat mewujudkan kehidupan masyarakat yang juga lebih
baik.
BAB III
PEMBAHASAN

Dalam pengorganisasian di masyarakat seperti yang dijelaskan pada teori-


teori sebelumnya, disini terpacu kepada pengorganisasian dengan tujuan untuk
memberdayakan masyarakat dalam melakukan tindakan preventif bersama-sama
untuk mencegah penularan Covid-19. Selain itu, dalam melaksanakan
pengorganisasian tentu perlu adanya organisasi yaitu masyarakat itu sendiri yang
merupakan unit terkecil yang melakukan tindakan preventif di lingkungannya.
Seperti yang diketahui bahwa pencegahan Covid-19 sudah direalisasikan
baik itu oleh pemerintah atau pihak-pihak terkait agar pandemi Covid-19 segera
berakhir. Mulai dari penerapan PSBB, PPKM, social distancing, mewajibkan 3M,
dan sebagainya.
Maka dari itu penulis melakukan kajian mendalam tentang
pengorganisasian masyarakat dalam melakukan tindakan preventif untuk
pencegahan virus covid-19 di desa.

A. Pembagian Tugas dalam Pengorganisasian Masyarakat


Pelaksanaan pengorganisasian di masyarakat dalam melakukan tindakan
preventif pencegahan Covid-19 dimulai dengan melakukan pembagian tugas-
tugas seperti yang dijelaskan dalam definisi dan proses pengorganisasian
sebelumnya, yaitu:
1. Ketua RT/RW/Kepala Desa
a. Menyampaikan informasi tentang Covid-19 kepada warga;
b. Melakukan edukasi kepada warga untuk isolasi mandiri dirumah ketika
merasakan badan kurang sehat sebagai upaya pencegahan Covid-19,
serta memberikan pemahaman untuk tidak memberi stigma buruk bagi
ODP, PDP, atau masyarakat yang positif Covid-19;
c. Memfasilitasi dan mendorong keaktifan perangkat RT/RW/Desa,
Tokoh agama/Tokoh masyarakat, Kader, Bhabinkamtibmas, relawan
desa lawan COVID-19 dan kelompok potensial warga lainnya dalam
pencegahan penularan Covid-19.

16
17

d. Mendorong partisipasi warga untuk selalu mematuhi protokol


kesehatan, tidak berkerumun, dan menjaga kebersihan diri serta
lingkungan sekitar;
e. Memastikan warga di wilayahnya mematuhi aturan yang telah
disepakati bersama;
f. Melakukan pemantauan mobilitas warga yang berasal dari daerah
terkena COVID-19;
g. Dan melaporkan kepada Lurah/Kades terkait hal-hal yang dianggap
berpotensi meningkatkan penularan COVID-19.

2. Tokoh Agama/Tokoh Masyarakat


a. Menyampaikan informasi pencegahan COVID-19 kepada warga
melalui pendekatan budaya/agama;
b. Mengajak warga berpartisipasi dalam upaya pencegahan COVID-19;
c. Tokoh agama memasukkan materi COVID-19 dalam ceramah/tausiah
yang diberikan;
d. Dan membantu Ketua RT/RW/Kepala Dusun dalam mengedukasi
warga agar tidak memberi stigma buruk kepada ODP, PDP atau positif
COVID-19.

3. Bhabinkamtibmas
a. Menyampaikan informasi pencegahan COVID-19 kepada warga;
b. Membantu penegakan disiplin masyarakat dalam melakukan
Social/physical distancing;
c. Melakukan siskamling atau pemantauan lingkungan secara rutin dan
terjadwal;
d. Membantu melakukan pengamanan wilayah jika ditemukan ada kasus
positif di lingkungan.

4. Kader Kesehatan
a. Menyampaikan informasi pencegahan COVID-19 kepada warga
sekitar
18

b. Mendorong partisipasi warga untuk menjaga kebersihan diri,


kebersihan rumah dan lingkungannya;
c. Bekerjasama dengan Puskemas membahas jadwal dan kegiatan di
masyarakat seperti Posyandu atau lainnya.

5. Warga Masyarakat
a. Menjaga jarak fisik (physical distancing);
b. Saling mengingatkan sesama warga untuk menjaga kebersihan dan
keamanan lingkungan;
c. Membantu aparat RT/RW/Desa dalam melakukan upaya pencegahan
COVID-19;
d. Jika merasa sakit, segera melapor kepada Ketua RT/RW/Ke pala Desa
dan Petugas Puskesmas untuk mendapat pelaya- nan kesehatan sesuai
ketentuan.

B. Tahapan Pemberdayaan Masyarakat dalam Pencegahan Covid-19


Setelah melakukan pengorganisasian mulai dari pembagian tugas dan
mengkoordinir warga untuk melakukan tindakan preventif Covid-19, maka
selanjutnya yaitu tahapan pemberdayaan masyarakat dalam pencegahan Covid-
19, sebagai berikut:
1. Pendataan kesehatan warga di RT/RW/Desa; hal ini dilakukan untuk
mendata warga yang keluar atau masuk dari wilayah zona merah, dan
menginformasikan bila ada orang asing atau warga yang datang dari luar
daerah.
2. Cari kemungkinan faktor penyebab penularan Covid-19 dan potensi
wilayah.
3. Musyawarah masyarakat RT/RW/Desa dengan melakukan sosialisasi
program pemerintah untuk pencegahan Covid-19.
4. Menyusun rencana kegiatan di masyarakat.
5. Pelaksanaan kegiatan; yaitu melaksanakan kegiatan yang telah
direncanakan sebelumnya.
19

6. Keberlangsungan kegiatan; dilakukan bersama warga masyarakat dengan


aparat desa, RT, dan RW, untuk menjamin kesinambungan pemberdayaan
masyarakat.

C. Pengorganisasian Masyarakat Dalam Pemenuhan Logistik


Dalam pelaksanaan pengorganisasian untuk mencegah covid-19, termasuk
juga di dalamnya pemenuhan logistik bagi warga yang melakukan isolasi
mandiri, diantaranya yaitu dengan melakukan pembagian tugas.
Untuk hal ini, ketua RT/RW/Desa mengarahkan dan menugaskan
warganya/kader untuk membantu menyiapkan makanan dan kebutuhan lain
bagi warga yang melakukan isolasi mandiri.
Bagi yang terkendala biaya selama melakukan isolasi mandiri, aparat desa
atau warga setempat dapat melakukan penggalangan dana berupa iuran atau
dana sosial dari desa/RT/RW dlingkungan tersebut.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Pengorganisasian masyarakat adalah proses pengelompokkan individu-
individu di dalam suatu organisasi atau kelompok agar bekerja sesuai dengan
kemampuan dan kapasitas serta potensinya sehingga tujuan kelompok dapat
tercapai.
Dalam melakukan tindakan preventif untuk pencegahan covid-19 di desa
dimulai dengan pembagian tugas atau peran di dalam suatu organisasi, peran
masyarakat dalam melakukan tindakan preventif ini yaitu dengan selalu
menjaga kesehatan dan menerapkan protokol kesehatan, serta saling
mengingatkan antar warga untuk selalu mematuhi protokol kesehatan.
Setelah itu dilaksanakan tahapan atau proses pemberdayaan masyarakat
dalam mencegah Covid-19, yang berupa pendataan warga hingga pelaksanaan
kegiatan yang telah direncanakan. Yang kemudian dilanjutkan dengan tahap
pengorganisasian masyarakat dalam pemenuhan logistik seperti membantu
memenuhi kebutuhan makanan bagi warga yang menjalankan isolasi mandiri.

B. Saran
Pengorganisasian masyarakat nyatanya sangat penting terutama dalam
menghadapi virus Covid-19 ini, sehingga semua elemen dapat bergerak
bersama-sama untuk menekan angka pertambahan terinfeksi virus Covid-19.
Penulis harap aparat desa turut serta melibatkan warga-warganya dalam
melaksanakan kegiatan bersama-sama di lingkungan desa. Serta perlu adanya
pengembangan dan penulisan yang lebih baik lagi dari penelitian yang akan
datang.

20
DAFTAR PUSTAKA

Akhmaddhian, S., & Fathanudien, A. (2015). Partisipasi Masyarakat dalam


Mewujudkan Kuningan sebagai Kabupaten Konservasi (Studi di Kabupaten
Kuningan). Jurnal Unifikasi, 2(1), 67–90.
Ausrianti, R., Andayani, R. P., Surya, D. O., & Suryani, U. (2020). Edukasi
Pencegahan Penularan Covid 19 serta Dukungan Kesehatan Jiwa dan
Psikososial pada Pengemudi Ojek Online. Jurnal Peduli Masyarakat, 2(2),
59–64. https://doi.org/10.37287/jpm.v2i2.101
Bahri, E. S. (2019). Pemberdayaan Masyarakat Berkelanjutan. Kediri: FAM
Publishing.
Budiman, A. (2016). Analisis Pengaruh Pengorganisasian Terhadap Kinerja
Pegawai Pada Dinas Pekerjaan Umum Kota Banjar. Jurnal Manajemen
Pendidikan, 2(1), 1–9.
Hamid, H. (2018). Manajemen Pemberdayaan Masyarakat. Makassar: De La
Macca.
Handayani, D., Hadi, D. R., Isbaniah, F., Burhan, E., & Agustin, H. (2020).
Penyakit Virus Corona 2019. Jurnal Respirologi Indonesia, 40(2), 119–129.
Hasiholan, L. B. (2012). Teori Organisasi Suatu Tinjauan Perspektif Sejarah. Jurnal
Universitas Pandanaran, 4(3), 57–71.
Hermana, D., & Barlian, U. C. (2004). Komunikasi Dalam Organisasi. Jurnal
Administrasi Pendidikan, 2(2).
Kemenkes RI. (2020). Pedoman Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pencegahan
COVID-19 di RT/RW/Desa (e-book). https://promkes.kemkes.go.id/buku-
pedoman-rt-rw-untuk-pencegahan-covid-19
Laksono, B. A., & Rohmah, N. (2019). Pemberdayaan Masyarakat Melalui
Lembaga Sosial dan Pendidikan. Jurnal Pendidikan Nonformal, 14(1), 1–11.
https://doi.org/10.17977/um041v14i1p1-11
Manda. (2016). Fungsi Pengorganisasian dan Evaluasi Peserta Didik. Journal of
Islamic Education Management, 1(1), 89–101.
Murdiyanto, E. (2008). Sosiologi Perdesaan (Pengantar untuk Memahami
Masyarakat Desa). Yogyakarta: Wimaya Press.
Najiyati, S., Asmana, A., & Suryadiputra, I. N. N. (2005). Pemberdayaan
Masyarakat di Lahan Gambut. Bogor: Wetlands International - Indonesia
Programme dan Wildlife Habitat Canada.
Priyono. (2007). Pengantar Manajemen. Surabaya: Zifatama.
Quyumi, E., & Alimansur, M. (2020). Upaya Pencegahan Dengan Kepatuhan
Dalam Pencegahan Penularan Covid-19 Pada Relawan Covid. Jph Recode,

21
22

4(1), 81–87.
Rahmi, M., Amrusi, & Musfiana. (2019). Pengorganisasian Masyarakat Melalui
Bank Sampah “Gema Bersatu” di Gampong Ateuk Pahlawan Kecamatan
Baiturrahman Banda Aceh. Jurnal Samudra Ekonomika, 3(1), 19–25.
Rohman, A. (2017). Dasar-Dasar Manajemen. Malang: Intelegensia Media.
Rosidin, U., Rahayuwati, L., & Herawati, E. (2020). Perilaku dan Peran Tokoh
Masyarakat dalam Pencegahan dan Penanggulangan Pandemi Covid -19 di
Desa Jayaraga, Kabupaten Garut. Jurnal Umbara, 5(1), 42–50.
https://doi.org/10.24198/umbara.v5i1.28187
Sari, M. K. (2020). Sosialisasi tentang Pencegahan Covid-19 di Kalangan Siswa
Sekolah Dasar di SD Minggiran 2 Kecamatan Papar Kabupaten Kediri. Jurnal
Karya Abdi, 4(1), 80–83.
Sasongko, D., Ulfah, M., Prihatiningsih, A., Lestari, M., Sodik, J., & Ardian, A.
(2020). Optimalisasi Peran Desa Dalam Pencegahan Penyebaran Covid-19 di
Dusun Prangko’an Kabupaten Magelang. Jurnal Pengabdian Kepada
Masyarakat, 4(2), 167–176.
Sunaryanti, S. . H. (2014). Pengorganisasian Sebagai Fungsi Manajemen. Jurnal
Keperawatan, 6(16), 56–59.
Susilo, A., Rumende, C. M., Pitoyo, C. W., Santoso, W. D., Yulianti, M.,
Herikurniawan, H., Sinto, R., Singh, G., Nainggolan, L., Nelwan, E. J., Chen,
L. K., Widhani, A., Wijaya, E., Wicaksana, B., Maksum, M., Annisa, F.,
Jasirwan, C. O. M., & Yunihastuti, E. (2020). Coronavirus Disease 2019:
Tinjauan Literatur Terkini. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia, 7(1), 45–67.
https://doi.org/10.7454/jpdi.v7i1.415
Tampubolon, P. (2018). Pengorganisasian dan Kepemimpinan (Kajian Terhadap
Fungsi-fungsi Manajemen Organisasi Dalam Upaya untuk Mencapai Tujuan
Organisasi). Jurnal Stindo Profesional, 4(3), 22–35.
Tejokusumo, B. (2014). Dinamika Masyarakat Sebagai Sumber Belajar Ilmu
Pengetahuan Sosial. Jurnal Geoedukasi, 3(1), 38–43.
Wahidah, I., Athallah, R., Hartono, N. F. S., Rafqie, M. C. A., & Septiadi, M. A.
(2020). Pandemik COVID-19: Analisis Perencanaan Pemerintah dan
Masyarakat dalam Berbagai Upaya Pencegahan. Jurnal Manajemen Dan
Organisasi, 11(3), 179–188. https://doi.org/10.29244/jmo.v11i3.31695
Wahyu, R. (2017). Ilmu Sosial Dasar. Bandung: Pustaka Setia.
Wijaya, C. (2017). Perilaku Organisasi. Medan: Lembaga Peduli Pengembangan
Pendidikan Indonesia.
Yanti, E., Fridalni, N., & Harmawati. (2020). Mencegah Penularan Virus Corona.
Journal Abdimas Saintika, 2(1), 33–39.
23

Yunus, S., Suadi, & Fadli. (2017). Model Pemberdayaan Masyarakat Terpadu.
Banda Aceh: Bandar Publishing.
Zubaedi. (2013). Pengembangan Masyarakat Wacana & Praktik. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
Zulfikar, E. (2020). Tindakan Preventif atas Penyebaran Covid-19 dalam Perspektif
Hadis. Jurnal Studi Ilmu Hadis, 5(1), 31–44.

Anda mungkin juga menyukai