Anda di halaman 1dari 11

KEBIJAKAN PEMBATASAN ACARA ADAT TAHUNAN DI MALUKU

Makalah Ditulis guna memenuhi salah satu tugas terstruktur mata kuliah kebijakan publik
Dosen: Astika Ummy Athahirah, S.STP, M.Si

SAMAD ALFARDI TAWAINELLA

NPP. 30.1405 (NO. ABSEN 22)

PROGRAM STUDI KEBIJAKAN PUBLIK


INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI JATINANGOR
2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . i

1. KATA PENGANTAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
2. PENDAHULUAN. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
3. PEMBAHASAN. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5
4. KESIMPULAN. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 6

DAFTAR PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ii

i
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadiarat Allah SWT, yang senantiasa


memberikan rahmat, hidayah, nikmat kesehatan dan nikmat kekuatan, sehingga saya
selaku madya praja program studi kebijakan publik dapat menyelesaikan tugas makalah ini
yang berjudul “KEBIJAKAN PEMBATASAN ACARA ADAT TAHUNAN DI
MALUKU” dengan baik dan tepat pada waktunya.
Saya menyadari dalam proses penyelesaian makalah ini masih banyak kekurangan,
mengingat keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang saya miliki, namun berkat
bimbingan serta saran dari berbagai pihak akhirnya makalah ini dapat diselesaikan untuk
memenuhi salah satu tugas terstruktur dalam Program Studi kebijakan publik. Oleh karena
itu, saya menyampaikan rasa terima kasih yang setinggi-tingginya kepada Dosen:Astika
Ummy Athahirah, S.STP, M.Si KK l Luna selaku tenaga pendidik madya praja pada
semester 4 fakultas politik pemerintahan.

1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pandemi Covid-19 telah merubah tatanan peradaban kehidupan sosial


manusia. Perubahan tersebut terlihat pada perubahan pola perilaku manusia itu
sendiri, ketika mereka melakukan suatu aktivitas yang tidak biasanya mereka
lakukan tetapi sudah menjadi hal yang biasa dilakukakan, maka hal tersebut akan
menjadi suatu kebiasaan yang baru dalam kehidupan mereka. Begitu juga, akibat
pandemi ini terjadi perubahan sosial yang tidak direncanakan dan tidak
dikehendaki oleh seluruh masyarakat karena menyebabkan disorganisasi disegala
bidang kehidupan manusia.

Disorganisasi pada masyarakat nantinya akan mengarah pada situasi sosial


yang tidak menentu. Sehingga dapat berpengaruh pada tatanan sosial di
masyarakat. Terlihat pada sikap dan perilaku masyarakat di saat pandemi sekarang
mereka cenderung berprasangka atau memiliki rasa takut dan juga diskriminasi.
Sehingga seseorang tidak dapat secara leluasa menjalankan perannya di
masyarakat karena gangguan dan masalah sosial yang ada selama masa pandemi
Covid-19.

Hampir seluruh pemerintahan di setiap negara yang terjangkit virus corona


(Covid-19) kewalahan dalam mengambil berbagai langkah maupun tindakan
untuk mencegah penyebarannya. Indonesia merupakan salah satu negara yang
memiliki kasus positif yang pasiennya kian hari meningkat, Indonesia mencapai

6.115 kasus baru, sehingga totalnya menjadi 1.81 juta kasus per 29 mei 2021

2
3
(health.detik.com). Dalam memutus mata rantai penularan Covid-19, Pemerintah
Indonesia telah mengambil langkah seperti menetapkan dan memberlakukan berbagai
bentuk kebijakan di setiap daerah, seperti : pembatasan dan penutupan aktivitas
ditempat-tempat keramaian (pasar, objek wisata, tempat ibadah, dan seterusnya),
penerapan protokol kesehatan, pembatasan akses keluar masuk masyarakat antar
wilayah, Work From Home (WFH), School From Home (SFH), dan seterusnya.

Segala bentuk kebijakan yang diberlakukan diatas secara umum dikenal dengan
istilah kebijakan publik. Adapun kebijakan publik adalah kebijakan yang
dikembangkan oleh badan-badan dan pejabat-pejabat pemerintah (Anderson, 1979:3).
Di samping itu, Winarno (2002:16) berpendapat bahwa kebijakan publik merupakan
arah tindakan yang mempunyai maksud dan ditetapkan oleh seorang atau sejumlah
aktor dalam mengatasi suatu masalah atau suatu persoalan. Dengan demikian,
munculnya kebijakan publik ini dilatarbelakangi oleh adanya problem di lingkungan
masyarakat, sehingga para aktor pemerintah mengambil suatu tindakan yang tujuannya
untuk memenuhi kebutuhan maupun kepentingan masyarakat. Dalam pelaksanaan
kebijakan maka suatu kegiatan harus terencana dan dilakukan secara sungguh-sungguh
berdasarkan acuan norma tertentu untuk mencapai tujuan tertentu.

Berkaitan dengan pandemi Covid-19, pemerintah harus memberikan


perlindungan kepada masyarakat dalam pencegahan maupun penanganan kasus Covid-
19. Dalam meminimalisir Covid-19, aktor pemerintah membuat regulasi interaksi
sosial yakni menetapkan dan memberlakukan Kebijakan Pembatasan Publik dimana
ketika suatu daerah menjadi episentrum penularan Covid-19. Pada penetapan
Kebijakan Pembatasan Publik, setiap wilayah harus memenuhi dua kriteria: Pertama,
jumlah kasus dan atau jumlah kematian akibat penyakit meningkat dan menyebar
secara signifikan dan cepat ke beberapa wilayah. Kedua, terdapat kaitan epidemiologis
dengan kejadian serupa di wilayah atau negara lain (nasional.kompas.com).

Melihat Peraturan Pemerintah RI Nomor 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan


Sosial Berskala Besar Dalam Rangka Percepatan Penanganan Covid- 19 pada pasal 4,
hal-hal yang dibatasi dan harus dipatuhi yaitu :

3
1) Pembatasan Sosial Berskala Besar paling sedikit meliputi:

a) Peliburan sekolah dan tempat kerja;

b) Pembatasan kegiatan keagamaan; dan/atau

c) Pembatasan kegiatan di tempat atau fasilitas umum.

2) Pembatasan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b
harus tetap mempertimbangkan kebutuhan pendidikan, produktivitas kerja, dan
ibadah penduduk.
3) Pembatasan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dilakukan
dengan memperhatikan pemenuhan kebutuhan dasar penduduk.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI Nomor 21 Tahun 2020 inilah setiap
daerah memiliki wewenang untuk menghentikan segala aktivitas yang dapat
meningkatkan presentasi terjangkit virus dan pembatasan segala kativitas masal yang
dalam hal ini merupakan acara adat tahunan provinsi maaluku. Dan oleh sebab uraian
diatas, penulis tertarik penelitian dan membuta paper dengan judul “KEBIJAKAN
PEMBATASAN ACARA ADAT TAHUNAN DI MALUKU”

B. Perumusan Masalah

Penelitian ini penting karena ini merupakan suatu fenomena yang telah terjadi
di masyarakat saat ini. Dalam pengamatan awal, peneliti menemukan bahwa terlihat
adanya konsekuensi yang dirasakan pada saat diselnggarakannya acara adat tahunan
dimana. Dimana aktivitas massal dan interaksi sosial masyarakat yang menyalahi
kebijakan pemerintah. Adapun konsekuensi yang peneliti lihat seperti semakin
penyebaran Covid-19 yang beritanya banyak beredar dan menjadi booming di
lingkungan masyarakat.

Dengan demikian, rumusan penelitian yang ingin peneliti pecahkan yaitu:

4
1. Bagaimana penyelenggaraan acara adat tahunan yabg dilaksanakan setelah
diberlakukannya kebijakan pembatasan public
2. berapa besar optomalisasi dari peberapab kebujakan tersebut di masyarakat

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan yang ingin di capai penulis dalam penelitian adalah sebagai berikut:
1. Tujuan Obyektif

Mendeskripsikan upaya kebijakan pembatasan public di Maluku dalam menanggapi


penyelenggaran acara adat tahunan
2. Tujuan Subyektif.

Menambah wawasan pengetahuan serta pemahaman penulis dan pembaca


terhadap hukum dan kebijakan pemerintah selama pandemic serta optimalisasi
penerapannya.

PEMBAHASAN
Kodisi pandemic membuat berbagai kegiatan masyarakat terhambat dan terbatas di
hamper semua sector dan bidang tak terkecuali pada bidang seni dan budaya, dimana acara
adat tahunan yang biasa diselenggarakan secara besar-besaran kini dibatasi agar tingkat
penyebaran virus dapat berkurang. Karena hal ini dipercayai dapat menjadi kluster baru
penyebaran virus. Pemerintah mengambil sikap tegas untuk nelakukan pembatasan acara
menghilangkan acar tahunan tersebut, salah satunya Tradisi abdau dan karnaval budaya yang
setiap tahun digelar masyarakat Desa Tulehu, Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku
Tengah saat perayaan Hari Raya Idul Adha, ditiadakan pada tahun ini. Kepala Desa Tulehu
Urian Ohorella mengatakan, keputusan itu diambil dalam rapat adat yang berlangsung pada
Minggu (25/7/2020.
“Untuk tahun ini abdau ditiadakan, jadi besok itu tidak ada abdau, itu sudah ada
keputusannya melalui rapat adat yang melibatkan unsur pemerintah desa, tokoh adat, tokoh
agama, tokoh masyarakat serta pemuda Kamis (30/7/2020). Urian menjelaskan, kegiatan
abdau dan karnaval budaya itu telah menjadi tradisi turun menurun di Desa Tulehu.  Namun,
pemerintah desa terpaksa megambil keputusan tersebut untuk mencegah penyebaran virus

5
corona baru atau Covid-19. “Karena corona jadi kaul negeri saja yang digelar, hanya
penyembelihan hewan kurban saja, untuk abdau dan karnaval budaya yang mengumpulkan
banyak orang tidak dilakukan,” Urian berharap masyarakat
Desa Tulehu dan warga Maluku yang setiap tahun meyaksikan kegiatan itu
memakluminya. Sebab, keputusan itu diambil untuk kebaikan bersama. “Jadi kami berharap
kondisi ini dapat dimaklumi oleh kita semua, ini bukan kesengajaan kita tapi karena kondisi
corona ini,” ujarnya.
Seperti diketahui bahwa upaya pembatasan kegiatan dan pendisiplinan protokol
kesehatan agar masyarakat tidak terjakit danhal ini juga memerlukan partispasi masyarakat.
Adapaun jika, Bila tidak segera diintervensi, maka akan berdampak luas hingga ke wilayah
lainnya. Sebab tidak dapat dipungkiri, bahwa mobilitas penduduk atas dasar ekonomi juga
masih berlanjut.
Untuk itu Bila Pemda dan masyarakat tidak disiplin untuk berupaya menghindar dari
penularan Covid-19, maka kasus Covid-19 di Maluku pasti akan meningkat dan sulit untuk
dikendalikan. di daerah ini. Konsekuensinya adalah dampak sosial dan ekonomi yang
ditimbulkan akibat kebijakan tersebut.Masyarakat tentu akan sulit melakukan aktifitas
ekonomi, termasuk melaksanakan ibadah dan sosial budaya lainnya akibat berbagai
pembatasan yang diberlakukan.Belajar dari lonjakan kasus yang terjadi di pulau Jawa dan Bali,
justru harus menjadi pemicu bagi pemerintah daerah setempat dan seluruh komponen
masyarakat lainnya, untuk bersiap menghadapi kondisi terburuk yang mungkin terjadi.

KESIMPULAN

Konsep pembatasan public pada acara tahunan semata-mata merupakan salah-satu


kebijakan pemerintah untuk mengurangi tingkat presentasi terjangkit covid-19 dan Segala
bentuk kebijakan yang diberlakukan diatas secara umum diperuntukkan untuk masyarakat.
Untuk itu Bila Pemda dan masyarakat tidak disiplin untuk berupaya menghindar dari
penularan Covid-19, maka kasus Covid-19 di Maluku pasti akan meningkat dan sulit untuk
dikendalikan. di daerah ini. Konsekuensinya adalah dampak sosial dan ekonomi yang
ditimbulkan akibat kebijakan tersebut.Masyarakat tentu akan sulit melakukan aktifitas
ekonomi, termasuk melaksanakan ibadah dan sosial budaya lainnya akibat berbagai
pembatasan yang diberlakukan.

6
DAFTAR PUSTAKA

https://regional.kompas.com/read/2020/07/30/15565221/pandemi-covid-19-tradisi-abdau-dan-
karnaval-budaya-di-desa-tulehu-ditiadakan
Dr. Drs. Awan Y. Abdoellah,2016 Teori dan analisis kebijakan public
Peraturan Pemerintah RI Nomor 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar
Dalam Rangka Percepatan Penanganan Covid- 19

ii

Anda mungkin juga menyukai