Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PEMBATASAN SOSIAL BERSKALA BESAR (PSBB) DI KABUPATEN


SUKABUMI SEBAGAI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PUBLIK
DITENGAH PANDEMI COVID-19
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Kebijakan Publik yang
diampu oleh:

Dr. Hidayat Atori., M.Si

Disusun Oleh :
Dewi Wulandari
NIM 1830711059
Administrasi Publik 4B

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK


FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KABUPATEN SUKABUMI
SUKABUMI
2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah hirabbil ‘aalamiin, puji syukur kita panjatkan kehadirat


Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan karuniaNya kepada kita, sehingga
penyusun mampu menyelesaikan makalah yang berjudul Pembatasan Sosial
Berskala Besar (PSBB) di Kabupaten Sukabumi Sebagai Implementasi Kebijakan
Publik ditengah Pandemi Covid-19, sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Penyusun ingin menyampaikan terima kasih kepada seluruh pihak yang
telah membantu dalam proses pembuatan makalah ini, terutama kepada Bapa Dr.
Hidayat Atori., M.Si selaku dosen pembimbing, sehingga penyusun mampu
menyelesaikan tugas makalah Mata Kuliah Kebijakan Publik.
Penyusun meminta maaf kepada beberapa pihak apabila dalam pembuatan
makalah ini kurang maksimal, karena penyusun masih dalam proses
pembelajaran. Dengan tangan terbuka penyusun menunggu kritik maupun saran
yang sifatnya membangun dari seluruh pihak, sehingga kedepannya penyusun bisa
membuat makalah yang lebih baik.

Sukabumi, 29 Juni 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................2

BAB II KAJIAN PUSTAKA


2.1 Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB)
2.1.1 Definisi PSBB....................................................................................3
2.1.2 Aturan Pelaksanaan PSBB .............................................................3
2.2 Implementasi Kebijakan Publik
2.2.1 Definisi Implementasi.......................................................................6
2.2.2 Definisi Kebijakan Publik................................................................6
2.2.3 Definisi Implementasi Kebijakan Publik........................................7
2.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Implementasi Kebijakan....8

BAB III PEMBAHASAN


3.1 PSBB di Kabupaten Sukabumi sebagai Implementasi Kebijakan
Publik ditengah Pandemi Covid-19........................................................10
3.2 Partisipasi Publik Terhadap Pelaksanaan PSBB di Kabupaten
Sukabumi..................................................................................................

BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan...............................................................................................15
4.2 Saran.........................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pandemi wabah Covid-19 menjadi problem bagi hampir seluruh negara di
dunia. Indonesia merupakan salah satu negara yang terpapar covid-19. Pemerintah
Indonesia pada 31 Maret 2020 menetapkan kondisi Kedaruratan Kesehatan
Masyarakat terkait Covid-19, akibat angka kasus positif terus bertambah. Dalam
merespons situasi tersebut, berbagai kebijakan dan regulasi dikeluarkan oleh
pemerintah untuk mempercepat penanganan covid-19. Adapun kebijakan yang
dikeluarkan oleh pemerintah, merupakan salah satu bentuk dari implementasi atau
Kebijakan yang dikeluarkan pemerintah yaitu pemberlakuan Pembatasan Sosial
Berskala Besar (PSBB) di seluruh daerah yang ada di Indonesia. Salah satu daerah
yang memberlakukan PSBB yaitu Kabupaten Sukabumi. Kabupaten Sukabumi
merupakan daerah dengan jumlah kasus positif corona yang lumayan tinggi,
sehingga memberlakukan PSBB secara parsial di 14 Kecamatan yang ada di
Kabupaten Sukabumi. Dalam penerapan PSBB, semua pihak dituntut untuk
bekerja sama dan ikut andil, sehingga pelaksanaan PSBB di Kabupaten Sukabumi
dapat berjalan secara optimal. Namun, apakah PSBB tersebut berjalan secara
optimal? Serta bagaimana partisipasi publik dalam menghadapi PSBB di
Kabupaten Sukabumi?
Dari uraian diatas maka penyusun tertarik untuk membuat makalah yang
berjudul “Pembatasan Sosial Berskala Besar di Kabupaten Sukabumi Sebagai
Implementasi Kebijakan Publik ditengah Pandemi Covid-19”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarakan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan
dibahas yaitu :
1. Bagaimana PSBB di Kabupaten Sukabumi sebagai implementasi dari
kebijakan publik ditengah pandemi covid-19?
2. Bagaimana partisipasi publik terhadap pelaksanaan PSBB di Kabupaten
Sukabumi?
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penulisan makalah
ini yaitu:
1. Untuk mengetahui PSBB di Kabupaten Sukabumi sebagai implementasi
dari kebijakan publik di tengah pandemi covid-19
2. Untuk mengetahui partisipasi publik terhadap pelaksanaan PSBB di
Kabupaten Sukabumi

2
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB)


2.1.1 Definisi PSBB
Berdasarkan PP Nomor 21 Tahun 2020 Pasal 1, dijelaskan bahwa
Pembatasan Sosial Berskala Besar merupakan pembatasan kegiatan tertentu dalam
suatu wilayah yang diduga terinfeksi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19).
Menurut wikipedia, pembatasan sosial berskala Besar adalah istilah kekarantinaan
kesehatan di Indonesia yang didefinisikan sebagai "Pembatasan kegiatan tertentu
penduduk dalam suatu wilayah yang diduga terinfeksi penyakit dan/atau
terkontaminasi sedemikian rupa untuk mencegah kemungkinan penyebaran
penyakit atau kontaminasi. Jadi, PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar)
adalah pembatasan kegiatan penduduk dalam suatu wilayah yang terinfeksi virus
corona dalam rangka mencegah penyebaran virus corona yang semakin meluas.
Tertulis pula di dalam aturan PMK Nomor 9 Tahun 2020 pasal 2, bahwa
untuk dapat ditetapkan sebagai PSBB, maka suatu wilayah
provinsi/kabupaten/kota harus memenuhi dua kriteria. Pertama, yaitu jumlah
kasus atau kematian akibat penyakit meningkat dan menyebar secara signifikan
secara cepat ke beberapa wilayah. Kriteria kedua adalah bahwa wilayah yang
terdapat penyakit juga memiliki kaitan epidemiologis dengan kejadian serupa
yang terdapat di wilayah atau negara lain. Dari kedua kriteria itulah pada nantinya
Menkes dapat menentukan apakah wilayah atau daerah tersebut layak untuk
diterapkan PSBB atau tidak.
2.1.2 Aturan Pelaksanaan PSBB
Pelaksanaan PSBB berlaku selama 14 hari. Ketentuan tersebut mengacu
pada Permenkes Nomor 9 Tahun 2020. PSBB ditetapkan selama 14 hari karena
merujuk pada masa inkubasi terpanjang dari virus corona, yakni selama dua
minggu. Akan tetapi, masa PSBB ini juga bisa diperpanjang jika kasus virus
corona di wilayah tertentu masih terus mengalami peningkatan. Adapun aturan

3
pelaksanaan PSBB berdasarkan PMK No. 9 Tahun 2020 Tentang Pedoman
Penetapan PSBB yaitu :

1. Peliburan sekolah
 proses belajar di sekolah di hentikan diganti belajar dirumah dgn media yg
efektif.
 dikecualikan bagi lembaga pendidikan, pelatihan, penelitian yg berkaitan
dgn pelayanan kesehatan.
2. Peliburan tempat kerja
 pembatasan bekerja di tempat kerja diganti dgn bekerja di rumah/tempat
tinggal.
 dikecualikan bagi : tni polri, kebutuhan pangan, bbm, pelayanan
kesehatan, perekonomian, keuangan, komunikasi, industri, ekspor impor,
distribusi, logistik & kebutuhan dasar lainnya.
 kecuali tni polri, kantor lain harus bekerja dgn jumlah minimum karyawan.
3. Pembatasan kegiatan keagamaan
 giat keagamaan dilaksanakan dirumah & dihadiri oleh keluarga terbatas
dgn jaga jarak.
 semua tempat ibadah harus ditutup utk umum.
 dikecualikan dgn perdoman pada peraturan uu & fatwa / pandangan
lembaga keagamaan yg diakui pemerintah.
 pemakaman orang meninggal bukan karena covid-19 maksimal dihadiri
oleh 20 orang
4. Pembatasan giat di tempat/fasilitas umum
 dilaksanakan dengan pembatasan jumlah orang dan pengaturan jarak
orang.
 dikecualikan untuk :
a. supermarket, minimarket, pasar, toko atau tempat penjualan obat &
peralatan medis, kebutuhan pangan & pokok, barang penting, bbm,
gas dan energi.

4
b. fasilitas pelayanan kesehatan.
c. fasilitas umum untuk kebutuhan dasar penduduk termasuk kegiatan
olahraga.

5. Pembuatan giat sosbud


Dilaksanakan dgn bentuk pelarangan kerumunan orang & berpedoman
pada pandangan lembaga adat resmi yg diakui pemerintah dan peraturan UU.
6. Pembatasan moda transportasi
Dikecualikan bagi :
 transportasi umum/pribadi dgn pembatasan jumlah & jarak antar
penumpang.
 transportasi untuk barang penting dan esensial.
 transportasi layanan kebakaran, hukum, ketertiban & darurat.
 stasiun, bandara, pelabuhan utk pergerakan kargo, bantuan & evakuasi &
organisasi operasional tetap berjalan
7. Pembatasan giat lainnya khusus aspek pertahanan keamanan
 dilaksanakan dgn pembatasan kerumunan orang.
 dikecualikan bagi kegiatan operasi militer/kepolisian dalam rangka
(polri) :
a. operasi terpusat dan kewilayahan.
b. giat mendukung gugus tugas covid-19.
c. giat rutin kepolisian
Adapun pembinaan dan pengawasan PSBB dilakukan oleh menteri, gugus
tugas, kepala daerah, sesuai kewenangan masing-masing. Pelaksanaannya berupa
advokasi & sosialisasi, asistensi teknis, pemantauan dan evaluasi. Instansi
berwenang melakukan penegakan hukum sesuai peraturan UU.

5
2.2 Implementasi Kebijakan Publik
2.2.1 Definisi Implementasi
Implementasi adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana
yang sudah disusun secara matang dan terperinci. Implementasi biasanya
dilakukan setelah perencanaan sudah dianggap sempurna. Menurut Nurdin
Usman, implementasi adalah bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan atau adanya
mekanisme suatu sistem, implementasi bukan sekedar aktivitas, tapi suatu
kegiatan yang terencana dan untuk mencapai tujuan kegiatan. Sedangkan menurut
Guntur Setiawan, implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling
menyesuaikan proses interaksi antara tujuan dan tindakan untuk mencapainya
serta memerlukan jaringan pelaksana,birokrasi yang efektif. Dari pengertian-
pengertian diatas memperlihatkan bahwa kata implementasi bermuara pada
mekanisme suatu sistem. Berdasarkan pendapat para ahli diatas maka dapat
disimpulkan implementasi adalah suatu kegiatan yang terencana, bukan hanya
suatu aktifitas dan dilakukan secara sungguh-sungguh berdasarkan acuan norma-
norma tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan.
2.2.2 Definisi Kebijakan Publik
Menurut James E. Anderson (1979), kebijakan publik adalah kebijakan-
kebijakan yang dikembangkan oleh badan-badan dan pejabat pemerintah.
Sedangkan menurut Saefullah (2005), kebijakan publik adalah kebijakan yang
dibuat oleh pemerintah khususnya, dan lembaga-lembaga publik umumnya, untuk
memenuhi kepentingan publik. Menurut Nugroho, ada dua karakteristik dari
kebijakan publik, yaitu:
a. Kebijakan publik merupakan sesuatu yang mudah untuk dipahami, karena
maknanya adalah hal-hal yang dikerjakan untuk mencapai tujuan nasional
b. Kebijakan publik merupakan sesuatu yang mudah diukur, karena ukurannya
jelas yakni sejauh mana kemajuan pencapaian cita-cita sudah ditempuh.
Berdasarkan pendapat berbagai ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa
kebijakan publik adalah serangkaian tindakan yang dilakukan atau tidak dilakukan
oleh pemerintah yang berorientasi pada tujuan tertentu guna memecahkan
masalah-masalah publik atau demi kepentingan publik. Kebijakan untuk

6
melakukan sesuatu biasanya tertuang dalam ketentuan-ketentuan atau peraturan
perundang- undangan yang dibuat pemerintah sehingga memiliki sifat yang
mengikat dan memaksa.
2.2.2 Definisi Implementasi Kebijakan Publik
Menurut Van Metter dan Van Horn dalam Agustino (2008: 195),
implementasi kebijakan adalah tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh
individu-individu/ pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau
swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan
dalam keputusan kebijakan. Sedangkan menurut Mazmanian dan Sabatier dalam
Agustino (2008: 196), implementasi kebijakan adalah pelaksanaan keputusan
kebijakan dasar, biasanya dalam bentuk undang-undang, namun dapat pula
berbentuk perintah-perintah atau keputusan-keputusan eksekutif yang penting atau
keputusan badan peradilan. Lazimnya, keputusan tersebut mengidentifikasikan
masalah-masalah yang ingin diatasi, menyebutkan secara tegas tujuan dan sasaran
yang ingin dicapai, dan berbagai cara untuk menstrukturkan atau mengatur proses
implementasinya.
Implementasi kebijakan pada prinsipnya adalah cara agar sebuah kebijakan
dapat mencapai tujuannya. Untuk mengimplementasikan kebijakan publik, ada
dua pilihan langkah yang ada, yaitu langsung mengimplementasikan dalam bentuk
program atau melalui formulasi kebijakan derivat atau turunan dari kebijakan
publik tersebut. Rangkaian implementasi kebijakan dapat diamati dengan jelas
yaitu dimulai dari program, ke proyek dan ke kegiatan. Model tersebut
mengadaptasi mekanisme yang lazim dalam manajemen, khususnya manajemen
sektor publik. Kebijakan diturunkan berupa program program yang kemudian
diturunkan menjadi proyek-proyek, dan akhirnya berwujud pada kegiatan-
kegiatan, baik yang dilakukan oleh pemerintah, masyarakat maupun kerjasama
pemerintah dengan masyarakat.
Dari penjelasan-penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa implementasi
kebijakan tidak akan dimulai sebelum tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran
ditetapkan atau diidentifikasi oleh keputusan-keputusan kebijakan. Jadi
implementasi merupakan suatu proses kegiatan yang dilakukan oleh berbagai

7
aktor sehingga pada akhirnya akan mendapatkan suatu hasil yang sesuai dengan
tujuan-tujuan atau sasaran-sasaran kebijakan itu sendiri.
2.2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Implementasi Kebijakan
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Implementasi Kebijakan Menurut Van
Metter dan Van Horn dalam Agustino (2008: 142) yaitu :
1. Ukuran dan Tujuan Kebijakan Kinerja
Implementasi kebijakan dapat diukur tingkat keberhasilannya jika dan hanya
jika ukuran dan tujuan dari kebijakan memang realistis dengan budaya sosial
yang ada di level pelaksana kebijakan. Ketika ukuran kebijakan atau tujuan
kebijakan terlalu ideal untuk dilaksanakan pada level warga, maka agak sulit
merealisasikan kebijakan publik pada level yang dikatakan berhasil.
2. Sumber Daya
Keberhasilan proses implementasi kebijakan sangat tergantung dari
kemampuan memanfaatkan sumber daya yang tersedia. Manusia merupakan
sumber daya yang terpenting dalam menentukan suatu keberhasilan proses
implementasi.
3. Karakteristik Agen Pelaksana
Pusat perhatian pada agen pelaksana meliputi organisasi formal dan
organisasi informal yang akan terlibat dalam implementasi kebijakan publik.
Hal ini sangat penting karena kinerja implementasi kebijakan akan sangat
banyak dipengaruhi oleh ciri-ciri yang tepat serta cocok dengan para agen
pelaksananya. Selain itu cakupan atau luas wilayah 17 implementasi
kebijakan juga perlu diperhitungkan manakala hendak menentukan agen
pelaksana. Semakin luas cakupan implementasi kebijakan, maka seharusnya
semakin besar pula agen yang dilibatkan.
4. Sikap/Kecendrungan (disposition) Para Pelaksana
Sikap penerimaan atau penolakan dari pelaksana akan sangat banyak
mempengaruhi keberhasilan atau tidaknya kinerja implementasi kebijakan.
Hal ini sangat mungkin terjadi oleh karena kebijakan yang dilaksanakan
bukanlah hasil formulasi warga setempat yang mengenal betul persoalan dan
permasalahan yang mereka rasakan.

8
5. Komunikasi Antar Organisasi dan Aktivitas Pelaksana
Koordinasi merupakan mekanisme yang ampuh dalam implementasi
kebijakan publik. Semakin baik koordinasi komunikasi diantara pihakpihak
yang terlibat dalam suatu proses implementasi, maka asumsinya kesalahan-
kesalahan akan sangat kecil untuk terjadi dan begitu pula sebaliknya.
6. Lingkungan Ekonomi, Sosial, dan Politik
Hal terakhir yang juga perlu diperhatikan guna menilai kinerja implementasi
kebijakan adalah sejauh mana lingkungan eksternal turut mendorong
keberhasilan kebijakan publik yang telah ditetapkan. Karena itu lingkungan
ekonomi, sosial, dan politik yang kondusif juga perlu diperhatikan dalam
proses implementasi kebijakan.

9
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 PSBB di Kabupaten Sukabumi sebagai Implementasi Kebijakan Publik


ditengah Pandemi Covid-19
Pandemi Virus Covid-19 atau Corona hingga saat ini masih melanda
Indonesia, khususnya di Kabupaten Sukabumi. Pemerintah Kabupaten
Sukabumi menerapkan PSBB atau Pembatasan Sosial Berskala Besar, yang
merupakan implementasi dari kebijakan publik ditengah pandemic covid-19
dalam rangka memutus rantai penyebaran Virus Covid-19 yang semakin
bertambah setiap harinya. PSBB dilakukan sesuai dengan arahan dari
Pemerintah Provinsi Jawa Barat. PSBB di Kabupaten Sukabumi berlangsung
selama 14 hari sejak tanggal 6 Mei 2020. PSBB dilakukan secara parsial di 14
kecamatan yang berbatasan dengan wilayah Kabupaten Sukabumi dan wilayah
zona merah seperti Kabupaten Bogor, Kabupaten Cianjur dan Provinsi
Banten, serta wilayah sebaran lain yang memiliki peningkatan kasus Covid-
19. Adapun 14 kecamatan tersebut yaitu Kecamatan Sukabumi, Kadudampit,
Sukaraja, Cisaat, Sukalarang, Kebonpedes, Gunungguruh, Cicantayan,
Cibadak, Parungkuda, Cicurug, Cidahu, Cikembar, dan Palabuhanratu.
Dalam masa pemberlakuan PSBB Pemerintah Kabupaten Sukabumi
menghimbau masyarakat untuk tidak panik dengan penerapan PSBB di
Kabupaten Sukabumi, serta masyarakat perlu mematuhi peraturan PSBB yang
dikeluarkan oleh pemerintah. Selama PSBB beberapa fasilitas umum dibatasi
jam operasionalnya. Tak hanya itu, PSBB pun membuat sebagian masyarakat
merasa dirugikan, akibat terkena dampak dari pandemic covid-19. Dampak
dari pandemic covid-19 salah satunya yaitu sebagian masyarakat kehilangan
pekerjaan. PSBB mengharuskan beberapa pekerja terhenti akibat tempat kerja
yang ditutup atau berhenti beroperasi. Hal tersebut membuat masyarakat sulit
memenuhi kebutuhan ekonominya, akibat tidak memiliki penghasilan.
Pandemi covid-19 membuat angka kemiskinan meningkat, karena banyak
terindikasi miskin baru akibat dampak virus covid-19. Pemerintah Kabupaten
Sukabumi meminimalisir angka kemiskinan tersebut dengan memberikan
bantuan sosial berupa uang tunai dan sembako atau kebutuhan pangan kepada
masyarakat yang terkena dampak virus di Kabupaten Sukabumi. Bantuan
sosial yang diberikan berasal Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD)
Kabupaten Sukabumi, berupa uang tunai sebesar 600 ribu per KK (Kartu
Keluarga). Selain itu, pemerintah Provinsi Jawa Barat pun ikut memberikan
bantuan sosial di beberapa kota dan kabupaten yang ada di Jawa Barat,
termasuk Kabupaten Sukabumi berupa uang tunai sebesar 150 ribu dan
bantuan pangan sebesar 350 ribu.
Agar penerapan PSBB dapat berjalan secara optimal, Pemerintah
Kabupaten Sukabumi berkoordinasi dengan FORKOPIMDA atau Forum
Komunikasi Pimpinan Daerah yang diketuai oleh gubernur, bupati, dan
walikota serta anggota-anggotanya (DPRD, Kepolisian, TNI, Kejaksaan).
Semua unsur anggota FORKOPIMDA di Kabupaten Sukabumi, memiliki
tugasnya masing-masing secara terkoordinir yang tergabung ke dalam Satgas
(Satuan Tugas) Covid-19 yang diketuai oleh Bupati Sukabumi, yaitu Drs. H.
Marwan Hamami, MM.
Adapun penanganan pemerintah dalam mencegah penyebaran Virus
Covid-19 ini salah satunya dengan menyediakan tempat mencuci tangan
dibeberapa fasilitas umum di Kabupaten Sukabumi, membagikan masker
kepada masyarakat, melakukan rapid test dan penyemprotan disinfektan, serta
pemerintah melakukan sosialisasi serta edukasi kepada masyarakat mengenai
PSBB agar masyarakat paham serta dapat bekerja sama dalam pemberlakuan
PSBB tersebut. Selain itu, beberapa aparat penegak hukum seperti TNI dan
Polri ikut memantau serta mengawasi pelaksanaan PSBB dengan melakukan
check point dibeberapa titik yaitu di daerah perbatasan. Check point dilakukan
untuk memastikan masyarakat mematuhi peraturan PSBB seperti
menggunakan masker, mengikuti aturan transportasi, serta tidak adanya
masyarakat dari daerah lain yang masuk ke kabupaten sukabumi, kecuali
memiliki surat keterangan.
Pemerintah Kabupaten Sukabumi terus melakukan evaluasi dan
memonitoring pelaksanaan PSBB di Kabupaten Sukabumi. Hasil evaluasi

11
tersebut membuat Pemerintah Kabupaten Sukabumi memperpanjang
pemberlakuan PSBB dilihat dari pelaksanaan PSBB tahap 1 yang mana
jumlah pasien yang terkena virus semakin bertambah, serta masih terdapat
masyarakat yang tidak menggunakan masker dan masih terdapat kerumunan.
PSBB tahap 2 berlangsung selama 9 hari dari tanggal 20 sampai 29 Mei 2020.
Bupati Sukabumi Marwan Hamami mengatakan bahwa keputusan tersebut
disesuaikan dengan kebijakan secara nasional serta menegaskan bahwa
pelaksanaan PSBB tahap 2 ini difokuskan pada upaya penegakan aturan yang
berlaku selama PSBB berlangsung, karena PSBB tahap 1 dinilai masih dalam
tahap sosialisasi. Untuk itu, diperlukan adanya kerjasama dari berbagai unsur
baik pemerintah, pihak swasta, dan juga masyarakat dalam pelaksanaan PSBB
di Kabupaten Sukabumi, agar penyebaran Virus Covid-19 terhenti.

12
3.2 Partisipasi Publik Terhadap Pelaksanaan PSBB di Kabupaten Sukabumi
Pemerintah baik pusat dan daerah telah menerapkan kebijakna-kebijakan
dan protokol kesehatan maksimum untuk menghentikan penularan virus
corona. Kebijakan tersebut dapat berlaku atau terealisasikan dengan adanya
dukungan publik. Pembatasan fisik dan sosial tidak mungkin berjalan dengan
baik, jika peran dan partisipasi publik tidak mendukung kebijakan yang ada.
Partisipasi publik di Kabupaten Sukabumi dalam menghadapi covid-19
merupakan salah satu dukungan penting untuk mempersempit gerak penularan
virus. Partisipasi publik yang paling penting selama pandemic virus covid-19
yaitu melawan penyebaran informasi berita bohong atau lebih dikenal dengan
berita hoax. Tidak hanya dalam skala nasional, informasi bohong pun meluas
di Kabupaten Sukabumi melalui media sosial ataupun melalui obrolan antar
masyarakat. Penyebaran berita hoax semakin meningkat saat pandemic covid-
19 ada, salah satunya yaitu penyebar berita hoax mengenai jumlah dan data
kasus pasien yang terjangkit corona.
Partisipasi masyarakat pun menjadi kunci utama pencegahan penularan
virus corona saat pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di
Kabupaten Sukabumi. Salah satu bentuk dari partisipasi masyarakat selama
PSBB berlangsung, yaitu dengan mengikuti dan mematuhi aturan-aturan
PSBB yang dikeluarkan oleh pemerintah seperti menggunakan masker ketika
keluar rumah, menjaga jarak sosial, menghindari kerumunan berskala besar,
membatasi interaksi fisik, serta senantiasa menerapkan pola hidup bersih.
Pembatasan sosial tidak akan berjalan baik, jika masyarakat masih belum
sadar dan bersikap acuh akan bahaya covid-19, sehingga tidak mengikuti
aturan pelaksanaan PSBB dengan benar. Masih terdapat sebagian masyarakat
yang menganggap pemberlakuan PSBB sama dengan kondisi biasa.
Pemerintah memfasilitasi masyarakat dengan menyediakan wastafel
portable dibeberapa tempat publik, agar masyarakat benar-benar menerapkan
protokol kesehatan, seperti mencuci tangan menggunakan sabun dan
handsanitizer. Selain itu, beberapa partai politik, organisasi masyarakat, serta
organisasi mahasiswa, ikut andil dalam pembagian handsanitizer, masker kain

13
dan disinfektan yang dibuat secara mandiri. Hal tersebut memperlihatkan
sikap serius mereka (publik) dalam menghadapi virus covid-19 secara
bersama-sama. Tidak sedikit warga Kabupaten Sukabumi yang berpartisipasi
secara mandiri dalam upaya pencegahan virus covid-19, salah satunya dengan
melakukan penyemprotan disinfektan secara mandiri yang dilakukan oleh
masyarakat.
Bentuk-bentuk dari partisipasi publik atau masyarakat selama PSBB di
Kabupaten Sukabumi merupakan bukti bahwa siapa saja benar-benar ingin
menjadi bagian penting dalam upaya pencegahan virus covid-19. Dengan
partisipasi yang utuh dari seluruh pihak, terutama masyarakat yang benar-
benar mengikuti dan mematuhi peraturan PSBB, maka dalam waktu dekat
insyaallah wabah covid-19 akan segera berhenti. Selain itu implementasi
kebijakan publik yaitu penerapan PSBB di Kabupaten Sukabumi berjalan
secara optimal.

14
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Implementasi kebijakan publik merupakan perealisasian dari kebijakan-
kebijakan yang telah disusun atau direncanakan sebelumnya untuk
memecahkan masalah-masalah publik dan memenuhi kepentingan publik.
Salah satu implementasi dari kebijakan publik ditengah pandemi covid-19
yaitu pemberlakuan PSBB. PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar)
merupakan pembatasan kegiatan tertentu dalam suatu wilayah yang diduga
terinfeksi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19). Pembatasan tersebut meliputi
peliburan sekolah dan tempat kerja, pembatasan kegiatan keagamaan,
pembatasan kegiatan ditempat atau fasilitas umum, pembatasan kegiatan sosial
budaya, pembatasan transportasi, dan pembatasan kegiatan lainnya khusus
terkait aspek pertahanan dan keamanan.
PSBB di Kabupaten Sukabumi dilakukan secara parsial di 14 kecamatan
dan berlangsung sejak tanggal 6 Mei 2020. PSBB menyebabkan dampak yang
signifikan bagi sebagian masyarakat, yaitu tingginya angka kemiskinan akibat
terhenti dari pekerjaan karena selama PSBB beberapa tempat kerja terhenti
dan ditutup oleh pemerintah.
Agar PSBB terlaksana secara optimal dibutuhkan partisipasi publik,
seperti:
 Pemerintah memfasilitasi masyarakat dalam pelaksanaan PSBB seperti
menyediakan wastafel portable, menyemprot disinfektan di area publik,
dan melakukan rapid test secara masif, serta memberikan bantuan sosial
kepada masyarakat yang terdampak covid-19.
 Partisipasi masyarakat dalam mematuhi peraturan selama PSBB
berlangsung
 Beberapa partai politik serta organisasi masyarakat dan mahasiswa pun
berpartisipasi dalam mencegah penularan virus, yaitu dengan membagikan
masker kain, handsinitizer, dan membei bantuan tunai kepada masyarakat.

15
4.2 Saran
Diharapkan seluruh unsur baik pemerintah, pihak swasta, maupun
masyarakat bisa bekerja sama dan turut andil dalam pelaksanaan PSBB di
Kabupaten Sukabumi. Selain itu, partisipasi publik perlu ditingkatkan
terutama partisipasi masyarakat, sehingga pelaksanaan PSBB di Kabupaten
Sukabumi dapat terlaksana secara efektif dan efisien.
Selanjutnya, diharapkan ada penelitian lebih lanjut mengenai makalah ini,
agar kedepannya menjadi lebih baik. Kepada peneliti selanjutnya, diharapkan
lebih teliti dalam proses penelitian dan akan lebih bagus jika disertakan
dengan data serta fakta yang akurat.

16
DAFTAR PUSTAKA

Akib, Haedar (2010). Implementasi Kebijakan: Apa, Mengapa, dan Bagaimana?.


Jurnal Administrasi Publik, Volume 1 No. 1

Amrynudin, Anin Dhita Kiky & Katharina, Riris (2020). Birokrasi dan Kebijakan
Percepatan Penanganan Covid-19. Info Singkat, Vol. XII, No. 9/I

https://tirto.id/arti-psbb-yang-dibuat-untuk-cegah-penyebaran-corona-di-
indonesia-eMXT

www.jabarprov.go.id

www.sukabumiupdate.com

17

Anda mungkin juga menyukai