Anda di halaman 1dari 29

EFEKTIVITAS KEBIJAKAN WORK FROM HOME

(WFH) BERDASARKAN SURAT EDARAN


GUBERNUR BALI NOMOR 09 TAHUN 2021 BAGI
APARATUR SIPIL NEGARA PEMERINTAH
KABUPATEN GIANYAR PADA MASA PANDEMI
COVID-19

PROPOSAL PENELITIAN

OLEH :

I PUTU SAKA ARIDITHYA SUARDANA


NPM. 1821122003

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS WARMADEWA
DENPASAR
2022
DAFTAR ISI

BAB I .................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
B. Perumusan Masalah .................................................................................. 5
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .............................................................. 5
D. Tinjauan Pustaka ...................................................................................... 7
E. Landasan Teori ....................................................................................... 10
F. Kerangka Berpikir .................................................................................. 18
G. Definisi Konsepsional ............................................................................ 20
H. Definisi Operasional............................................................................... 22
I. Metode Penelitian .................................................................................... 23
J. Perincian Data Yang Dibutuhkan ............................................................. 24
K. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 25
L. Teknik dan Prosedur Analisis Data ......................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 27

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penyebaran virus Covid-19 di Indonesia semakin menyebar luas keseluruh

pelosok negeri, tidak terkecuali daerah pelosok juga terjangkit virus ini. Kondisi ini

membuat stabilitas ekonomi terancam dan tidak sedikit negara-negara maju sudah

memasuki zona resesi ekonomi, Kegiatan ekonomi stagnan perputaran barang dan

orang dibatasi, hampir seluruh kegiatan yang berhubungan dengan orang banyak

dilakukan pembatasan, hal ini adalah salah satu usaha untuk menekan penyebaran

virus agar tidak meluas.

Adanya pandemi covid-19 ini tidak hanya berdampak pada sektor

perekonomian, pariwisata dan pendidikan melainkan juga berdampak besar pada

sektor pemerintahan. Yang dimana sektor pemerintahan yang bertugas untuk

memberikan pelayanan kepada masyarakat harus terhambat karena adanya pandemi

covid-19 ini yang menyebabkan adanya pembatasan antara pemerintah dan

masyarakat dalam bertatap muka dalam pemberian pelayanan. Hal ini sebagai

wujud menjaga jarak atau social distancing guna mencegah penularan virus covid-

19.

Selain daripada tersebut diatas, Pemerintah Indonesia pun dituntut untuk cepat

mengambil kebijakan sebagai langkah awal pencegahan dan penanganan virus ini.

Menurut Wijoyo (2021:17) menyebutkan bahwa beberapa upaya diantaranya

adalah menginstruksikan masyarakat untuk beribadah, belajar, dan bekerja di

rumah (Work From Home) sesuai dengan rekomendasi yang disampaikan World

1
Health Organization (WHO). 1 Hal itu mengakibatkan penerapan skema bekerja

dari rumah yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah maupun swasta

(Sambas:2020). 2 Tata kelola pemerintahan dipengaruhi perkembangan global,

sains, dan teknologi. Organisasi pemerintahan dituntut menyesuaikan diri

mengikuti perkembangan zaman (Ulumy, 2019). Birokrasi menurut harus dapat

menghasilkan kebijakan-kebijakan yang adaptif dan inovatif (dynamic governance)

dengan menerapkan prinsip merit (Rusliandy; et al., 2019).

Untuk menyikapi hal tersebut, Menteri Pendayagunaan dan Aparatur Negara

dan Reformasi Birokrasi (Menpan dan RB) menerbitkan Surat Edaran Nomor 19

Tahun 2020 tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Kedinasan Dengan Bekerja Di

Rumah/Tempat Tinggalnya (Work From Home/WFH) Bagi Aparatur Sipil Negara

(ASN) Sebagai Upaya Pencegahan Dan Meminimalisir Penyebaran COVID-19.

Kebijakan tersebut berlaku sejak tanggal 16 Maret 2020 sampai dengan tanggal 31

Maret 2020. Adanya Surat Edaran ini menjelaskan bahwa Aparatur Sipil Negara

(ASN) dapat melakukan pekerjaan di rumah dengan adanya dua tingkat pejabat

struktural paling tinggi yang tetap bekerja di kantor untuk mengurangi aktivitas

pertemuan banyak orang. Pengaturan sistem kerja aparatur sipil negara ini diatur

oleh Pejabat Pembina Kepegawaian (PPK) dengan memperhatikan banyaknya

pegawai yang bertugas di kantor Work From Office (WFO) atau yang bertugas

1
Wijoyo, Hadion, Dkk. 2021. Efektivitas Proses Pembelajaran Dimasa Pademi. Sumatera Barat:
CV Insan Cendekia Mandiri. Hal 17.
2
Ali Muhidin, Sambas dan Hendri Winata. Manajemen Kearsipan untuk Organisasi Publik, Bisnis,
Sosial, Politik, dan Kemasyarakatan. Bandung: CV Pustaka Setia, 2020.

2
dirumah Work From Home (WFH) dengan memperhatikan kriteria zonasi daerah

yang berbasis data dari Satuan Tugas Penanganan COVID-19.

Lebih lanjut pada tahun 2021 terbit pula Instruksi Menteri Dalam Negeri

Nomor 15 Tahun 2021 tentang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat

Darurat Corona Virus Disease 2019 Di Wilayah Jawa dan Bali untuk

menindaklanjuti arahan Presiden Republik Indonesia yang menginstruksikan agar

melaksanakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat

Corona Virus Disease (COVID-19) di wilayah Jawa dan Bali.

Menyikapi dan meneruskan Surat Edaran (SE) dari Menpan dan RB dan

Intruksi Menteri Dalam Negeri serta dengan semakin tingginya angka penularan

covid-19 di Indonesia khususnya di Provinsi Bali yang dimana berdasarkan data

statistik JHU CSSE COVID-19 Data. Pada November 2021 angka kasus baru

covid-19 mencapai 800, dengan rata-rata per 7 hari sebanyak 624. Sehingga

membuat Gubernur Bali I Wayan Koster membuat suatu kebijakan dengan

mengeluarkan Surat Edaran (SE) Gubernur Bali Nomor 09 Tahun 2021 tentang

Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat Corona Virus

Disease 2019 Dalam Tatanan Kehidupan Era Baru Di Provinsi Bali. Dalam SE

tersebut tepatnya pada angka 1 (satu) huruf b dan c yang dimana dalam huruf b

disebutkan, pelaksanaan kegiatan pada sektor non esensial diberlakukan 100%

(seratus persen) Work From Home (WFH). Lalu pada huruf c disebutkan, pada

point kedua bahwasanya pelaksanaan kegiatan pada sektor esensial pada sektor

pemerintahan yang memberikan pelayanan publik yang tidak bisa ditunda

pelaksanaannya diberlakukan 25% (dua puluh lima persen) maksmimal staf WFO

dengan protokol kesehatan secara ketat.

3
Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkup Pemerintah Kabupaten Gianyar yang

meliputi, kantor bupati, kantor DPRD, dinas-dinas, Pol PP dan lain sebagainya yang

merupakan sektor esensial dalam pemberian pelayanan publik yang dalam

pelaksanannya telah mengikuti arahan pemerintah sesuai dengan SE Gubernur Bali

Nomor 09 Tahun 2021. Dengan jumlah ASN yang melakukan WFO maksimal

sebanyak 25% dari total keseluruhan ASN di instansi terkait.

Namun disisi lain dengan adanya kebijakan Work From Home (WFH)

dikhawatirkan akan menimbulkan ketidakintergritasan pegawai atau ASN. Seperti

yang diberitakan dalam Bali Post News, yang dimana diberitakan mengenai

Sejumlah ASN yang berpergian saat WFH di Pemkab Bangli, Provinsi Bali, yang

dimana Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Bangli memperoleh informasi

mengenai adanya beberapa oknum ASN yang bepergian pada saat dilaksanakannya

WFH. Lebih lanjut di luar Bali kasus serupa lainnya terjadi di Sumedang.

Berdasarkan informasi berita online dari laman ini sumedang yang diakses pada 3

september 2021, yang mana kesimpulan dari berita tersebut mengatakan bahwa

Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kabupaten Sumedang masih menemukan

19 orang ASN dan 5 orang non-ASN (Honorer) yang berkeluyuran pada jam kerja

saat pelaksanaan WFH.

Sehingga berdasarkan fenomena tersebut melatarbelakangi ketertarikan

penulis untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan penelitian mengenai

efektivitas Work From Home (WFH) pada Aparatur Sipil Negara (ASN) di

Kabupaten Gianyar. Untuk itu penulis mengajukan judul, “EFEKTIVITAS

KEBIJAKAN WORK FROM HOME (WFH) BERDASARKAN SURAT

EDARAN GUBERNUR BALI NOMOR 9 TAHUN 2021 BAGI APARATUR

4
SIPIL NEGARA PEMERINTAH KABUPATEN GIANYAR PADA MASA

PANDEMI COVID-19”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka langkan pertama

yang penulis lakukan yaitu mengetahui pokok pertama permasalahan dan

merumuskan permasalahan tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan

gambaran dan arah penyelesaian dalam mengatasi masalah sebagaimana yang

dijelaskan dalam latar belakang masalah tersebut.

Penulis merumuskan permasalahan dalam penelitian ini dengan mengambil

dua rumusan masalah sebagai berikut :

1) Bagaimanakah Efektivitas Work From Home (WFH) pada Masa Pandemi

Covid-19 bagi ASN di Pemkab Gianyar?

2) Faktor apa yang mempengaruhi pelaksanaan Work From Home (WFH) pada

Masa Pandemi Covid-19 bagi ASN di Pemkab Gianyar?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1) Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui Efektivitas Work From Home (WFH) pada Masa

Pandemi Covid-19 bagi ASN di Pemkab Gianyar.

b. Untuk mengetahui Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan Work

From Home (WFH) pada Masa Pandemi Covid-19 bagi ASN di Pemkab

Gianyar.

5
2) Kegunaan Penelitian

a. Bagi Mahasiswa

Dengan adanya peneilitian ini diharpakan mahasiswa mampu

mengembangkan ilmu pengetahuan yang diterima di bangku kuliah dan

sebagai bahan penyusun skripsi di Program Studi Ilmu Pemerintahan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

b. Bagi Fakultas dan Universitas

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi, bahan bacaan

dan menjadi pedoman bagi mahasiswa yang memiliki ketertarikan terhadap

judul penelitian ini yakni Efektivitas Kebijakan Work From Home (WFH)

Berdasarkan Surat Edaran Gubernur Bali Nomor 09 Tahun 2021 bagi ASN

di Pemkab Gianyar pada masa pandemi Covid-19.

c. Bagi Instansi Tempat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan agar dapat digunakan sebagai bahan evaluasi

terhadap efektivitas kebijakan WFH yang diberlakukan bagi ASN di Pemkab

Gianyar.

d. Kegunaan Teoritis

Diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan yang lebih

mendalam bagi penulis tentang Implementasi dan efektivitas kebijakan

WFH bagi ASN di masa pandemi.

e. Kegunaan Praktis

6
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikn informasi pemikiran

dan menambah kepustakaan hukum khususnya dalam bidang ilmu

Pemerintahan tentang kebijakan WFH yang dikeluarkan oleh

Pemerintah Provinsi Bali bagi ASN.

2. Untuk memenuhi persyaratan guna mencapai gelar Sarjana Ilmu

Pemerintahan.

D. Tinjauan Pustaka

Menurut Sugiyono (2016:87), Tinjauan pustaka adalah peninjauan kembali

mengenai pustaka-pustaka yang terkait dengan penelitian yang akan dilakukan.

Tinjauan Pustaka dilakukan dengan cara membuat analisa kritis hubungan antara

artikel-artikel jurnal dari karya peneliti sebelumnya, dan hubungan dengan riset si

peneliti itu sendiri. 3

a. Muhammad Agam Amrinulloh (2021) dengan judul “Efektivitas Work From

Home Aparatur Sipil Negara Pada Masa Pandemi Covid-19 Di Dinas

Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Sumedang”,

Program Studi Manajemen Sumber Daya Manusia Sektor Publik Institut

Pemerintahan Dalam Negeri Tahun 2021. Tujuan dalam penelitian ini yaitu,

Untuk mengetahui efektivitas Work From Home Aparatur Sipil Negara pada

masa pandemi COVID-19 di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu

Satu Pintu (DPMPTSP) Kabupaten Sumedang Provinsi Jawa Barat, Untuk

mengetahui faktor penghambat efektivitas Work From Home Aparatur Sipil

3
Sugiyono. 2016. Memahani Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta, Hal.
87.

7
Negara pada masa pandemi COVID-19 di Dinas Penanaman Modal dan

Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kabupaten Sumedang Provinsi

Jawa Barat dan Untuk mengetahui upaya dalam mengatasi faktor penghambat

efektivitas Work From Home Aparatur Sipil Negara pada masa pandemi

COVID-19 di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu

(DPMPTSP) Kabupaten Sumedang Provinsi Jawa Barat. Metode penelitian

yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif

dengan pendekatan induktif serta dalam penelitian ini peneliti menghimpun

data dengan melakukan teknik yang meliputi wawancara (interview), observasi

(observation), dan dokumentasi (taking notes). Sedangkan teknik analisis data

yang digunakan yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian saya yakni, Muhammad Agam

Amirulloh melalukan penelitian yaitu mengenai Efektivitas Work From Home

Aparatur Sipil Negara Pada Masa Pandemi Covid-19 Di Dinas Penanaman

Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Sumedang sedangkan

penelitian penulis mengenai Efektivitas Kebijakan Work From Home (WFH)

Berdasarkan Surat Edaran Gubernur Bali Nomor 9 Tahun 2021 Bagi ASN

Pemkab Gianyar Pada Masa Pandemi Covid-19. Sehingga berdasarkan hal

tersebut diketahui bahwasanya perbedaan antara keduanya yakni, dalam

penelitian penulis menggunakan dasar hukum yaitu SE Gubernur Bali dan

dalam penelitian ini tidak menggunakan dasar hukum dan dalam penelitian

penulis ditujukan di Pemkab Gianyar sedangkan dalam penelitian ini dilakukan

di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Satu Pintu Kabupaten Sumedang.

8
b. Dewi Kurnia Puspa Ningrum Sugiharto (2021) dengan judul “Strategi

Pengaruh Work From Home Terhadap Kualitas Kerja Pegawai Melalui

Moderasi Motivasi Kerja Pada Saat Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan

Masyarakat (PPKM) Berbasis Mikro Untuk Pengendalian Penyebaran

COVID-19 Di Kabupaten Klaten” metode yang digunakan dalam penelitian

tersebut adalah kuantitatif (penyebaran kuisioner). Hasil penelitian

menunjukan bahwa Work From Home (WFH) mempengaruhi kualitas kerja

pegawai. Namun motivasi kerja yang dilakukan dengan cara memoderasi

pengaruh pelaksanaan Work From Home (WFH) terhadap kualitas kerja

pegawai sehingga tidak berpengaruh.

Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian penulis adalah dalam

penelitian ini subyek penelitiannya adalah Pegawai secara umum sedangkan

dalam penelitian penulis subyeknya adalah ASN dan perihal metode penelitian

dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif sedangkan

metode penelitian yang penulis gunakan adalah metode kualitatif.

c. Destri Kurniawan (2021) dengan judul penelitian “Pengaruh Work From Home

(WFH) Terhadap Kinerja Pegawai Pada Dinas Pertanian Kabupaten

Enrekang”, Adapun tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui pengaruh

Work From Home terhadap kinerja pegawai pada Dinas Pertanian Kabupaten

Enrekang. Metode Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

adalah kuantitatif.

Perbedaan penelitian ini dan penelitian penulis adalah subyek dalam

penelitian ini adalah pegawai yang dalam hal ini baik ASN maupun pegawai

9
honorer atau kontrak sedangkan dalam penelitian penulis subyeknya hanya

ASN. Beserta obyek penelitiannya dalam penelitian ini dilakukan di Dinas

Pertanian Kabupaten Enrekang sedangkan dalam penelitian penulis

cakupannya lebih luas yakni mencakup pemerintahan kabupaten Gianyar.

Dalam hal metode penelitian ini menggunakan metode kuantitatif sedangkan

penulis menggunakan metode kualitatif.

E. Landasan Teori

1. Efektivitas

Efektivitas berasal dari kata dasar efektif, menurut kamus besar Bahasa

Indonesia (KBBI) arti kata efektif adalah ada efeknya, manjur atau mujarab,

dapat membawa hasil, berhasil guna dan mulai berlaku. 4 Efektivitas selalu

terkait dengan hubungan antara hasil yang diharapkan dengan hasil yang

sesungguhnya dicapai. Efektivitas dapat dilihat dari berbagai sudut pandang

(view point) dan dapat dinilai dengan berbagai cara dan mempunyai kaitan

yang erat dengan efisiensi.

Seperti yang dikemukakan oleh Arthur G. Gedeian dkk dalam bukunya

Organization Theory and Design yang mendefinisikan efektivitas, sebagai

berikut: “That is, the greater the extent it which an organization’s goals are met

or surpassed, the greater its effectiveness” (Semakin besar pencapaian tujuan-

tujuan organisasi semakin besar efektivitas) 5 (Gedeian dkk,1991:61).

4
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
5
Arthur G. Gedeian dkk. 1991. Organization Theory and Design. Jakarta: Universitas Terbuka

10
Pengertian efektivitas menurut Hadayaningrat dalam buku Azas-azas

Organisasi Manajemen adalah sebagai berikut: “Efektivitas adalah pengukuran

dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan yang telah ditentukan sebelumnya” 6

(Handayaningrat, 1995:16). Pendapat Hadayaningrat mengartikan efektivitas

bisa diartikan sebagai suatu pengukuran akan tercapainya tujuan yang telah

direncanakan sebelumnya secara matang.

Sementara itu efektivitas memiliki pengertian keefektifan adalah keadaan

berpengaruh, kemanjuran, keberhasilan dan hal mulai berlaku. Menurut

pendapat Mahmudi (2005:92) mendefinisikan efektivitas, sebagai berikut:

“Efektivitas merupakan hubungan antara output dengan tujuan, semakin besar

kontribusi (sumbangan) output terhadap pencapaian tujuan, maka semakin

efektif organisasi, program atau kegiatan”. 7

2. Kebijakan

Kebijakan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah rangkaian konsep

dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu

pekerjaan dalam mencapai tujuan atau sasaran. Secara etimologis, menurut

Dunn menjelaskan bahwa istilah kebijakan (policy) berasal dari bahsa Yunani,

Sansekerta dan Latin. Dalam bahasa Yunani dan kebijakan disebut dengan

polis yang berarti “ negara-kota” dan sansakerta disebut dengan pur yang

6
Handayaningrat, Drs.Soewarno. 1995. Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen. Jakarta
: PT.Toko Gunung Agung. Hal 16.
7
Mahmudi. 2005. Transformasi Pelayanan Publik. Yogyakarta: UPP AMP. YKPN. Hal 92.

11
berarti “kota” serta dalam bahasa Latin disebut dengan politia yang berarti

negara. (Dunn, 2007: 51).

Carl Friedrich berpendapat dalam Indiahono menyatakan bahwa

“kebijakan merupakan suatu arah tindakan yang diusulkan oleh seseorang,

kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu yang memberikan

hambatan-hambatan dan kesempatan-kesempatan terhadap kebijakan yang di

usulkan untuk menggunakan dan mengatasi dalam rangka mencapai suatu

tujuan, atau merealisasikan suatu sasaran atau suatu maksud tertentu. 8 “

(Indiahono, 2009: 18).

Sementara itu Jones mendefinisikan kebijakan yaitu: “Perilaku yang tetap

dan berulang dalam hubungan dengan usaha yang ada didalam dan melalui

pemerintah untuk memecahkan masalah umum. Definisi ini memberi makna

bahwa kebijakan itu bersifat dinamis. Ini akan dibicarakan secara khusus dalam

bagian lain, dalam hubungan dengan sifat dari kebijakan”(Abidin, 2008: 25).

Berdasarkan penjelasan beberapa definisi terkait kebijakan di atas, maka

dapat disimpulkan bahwa kebijakan merupakan upaya atau tindakan untuk

mempengaruhi sistem pencapaian tujuan yang diinginkan. Upaya dan tindakan

tersebut bersifat strategis yaitu berjangka panjang dan menyeluruh.

3. Work From Home

Menurut Amador (2016) Work From Home merupakan bekerja dari

rumah yang nyaman memiliki hubungan yang positif terhadap produktivitas

8
Indiahono, Dwiyanto. 2009. Kebijakan Publik Berbasis Dynamic Policy Analysis. Yogyakarta:
Gava Media. Hal 18.

12
dibandingkan dengan bekerja ditempat.9 Sementara menurut Crosbie &

Moore (2004), work from home berarti pekerjaan berbayar yang dilakukan

terutama dari rumah (minimal 20 jam per minggu). 10

Work from home adalah suatu istilah bekerja dari jarak jauh, lebih

tepatnya bekerja dari rumah. Jadi pekerja tidak perlu datang ke kantor tatap

muka dengan para pekerja lainnya. Work from home ini sudah tidak asing bagi

para pekerja freelancer, namun mereka lebih sering menyebutnya dengan kerja

remote atau remote working. Work from home dan remote

working sebenarnya tidak ada bedanya hanya istilah saja, yang membedakan

hanyalah peraturan perusahaan mereka bekerja. Ada yang menerapkan

working hours normal 8 pagi sampai 4 sore atau jam kerja bebas asal pekerjaan

beres dan komunikasi selalu fast respon.

Bekerja dari rumah (Work From Home) adalah sebuah konsep kerja di

mana karyawan dapat melakukan pekerjaannya dari rumah. Bekerja dari rumah

juga memberikan jam kerja yang fleksibel bagi karyawan. Di tengah gempuran

wabah virus corona yang telah ditetapkan sebagai pandemi, maka bekerja dari

rumah (Work From Home) dapat menjadi 'jalan ninja' untuk mencegah

percepat penularan penyakit tersebut sekaligus tetap menjalankan bisnis

(www.wartaekonomi.co.id, 2 diakses pada tanggal 27 Juli 2020).

9
Amador, J. M. (2016). Remote and On-Site Knowledge Worker Productivity and Engagement: A
Comparative Study of The Effect of Virtual Intensity and Work Location Preference. Case Western
Reverse University.
10
Crosbie, T & Moore, J (2004), “Work-life Balance and Working from Home”, Teesside
University

13
4. Aparatur Sipil Negara

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 yang dimaksud

dengan Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disingkat ASN adalah profesi

bagi Profesi Pegawai Negeri Spil dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian

Kerja yang bekerja pada Instansi Pemerintah. Pegawai Aparatur Sipil Negara

(atau disingkat jadi Pegawai ASN) adalah Pegawai Negeri Sipil dan Pegawai

Pemerintah dengan Perjanjian Kerja yang diangkat oleh Pejabat Pemerintah

atau diserahi tugas Negara lainnya dan digaji berdasarkan peraturan

perundang-undangan.

Pengertian Aparatur Sipil Negara yang dulunya disebut dengan Pegawai

Negeri Sipil di kemukakan oleh beberapa ahli. Yakni menurut pendapat A.W.

Widjaja, Pegawai adalah merupakan tenaga kerja manusia jasmaniah maupun

rohaniah (mental dan pikiran) yang senantiasa dibutuhkan dan oleh karena itu

menjadi salah satu modal pokok dalam usaha kerja sama untuk mencapai

tujuan tertentu (organisasi). Selanjutnya berpendapat juga bahwa Pegawai

adalah orang-orang yang dikerjakan dalam suatu badan tertentu, baik lembaga-

lembaga pemerintah maupun dalam badan-badan usaha.11

Sedangkan menurut Musanaef, pegawai adalah orang-orang yang

melakukan pekerjaan dengan mendapat imbalan jasa berupa gaji dan tunjangan

dari pemerintah atau badan swasta. Selanjutnya musanef menjelaskan definisi

pegawai sebagai pekerja atau worker adalah mereka yang langsung digerakkan

oleh seorang manager untuk bertindak sebagai pelaksana yang akan

11
AW Widjaja. Administrasi Kepegawaian:Suatu Pengantar.Jakarta. Rajawali. 1986.

14
menyelenggarakanpekerjaan sehingga menghasilkan karya-karya yang

diharapkan dalam usaha pencapaian tujuan organisasi yang telah ditetapkan. 12

5. Surat Edaran

Menurut Sotyaningrum (2008: 156), “Surat edaran sering diartikan

sebagai surat dengan alamat tujuan bersifat kolektif beredar dari tangan ke

tangan lainnya dengan cara satu dikirimkan untuk semua yang dituju.”

Lebih lanjut Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik

Indonesia Nomor 42 Tahun 2006, “Surat edaran merupakan surat yang berisi

penjelasan atau petunjuk tentang cara pelaksanaan suatu peraturan perundang-

undangan dan/atau perintah.”

Ketika suatu peraturan yang dibuat pemerintah pusat belum ada Surat

Edarannya maka peraturan tersebut belum dapat dilaksanakan. Di lingkungan

instansi pemerintah, Surat Edaran merupakan petunjuk pelaksanaan (juklak)

dan petunjuk teknis (juknis). Berdasarkan pendapat dari dua sumber tersebut

dapat disimpulkan pengertian surat edaran. Surat edaran adalah surat yang

berisi penjelasan atau petunjuk tentang pelaksanaan suatu peraturan

perundang-undangan dan/atau perintah yang digunakan untuk menyampaikan

hal tertentu kepada pihak dalam bentuk yang sama dengan alamat tujuan

bersifat kolektif beredar dari tangan ke tangan lainnya.

6. Gubernur

12
Musanef. 2008. Manajemen Kepegawaian Indonesia. Jilid II, Jakarta: PT Gunung Agung.

15
Kata gubernur berasal dari bahasa Portugis governador, bahasa Spanyol

gobernador, atau bahasa Belanda gouverneur. Yang mana semua berakar dari

bahasa Latin gubernare. Bentuk Belanda ini mirip dengan bentuk bahasa

Prancis dan arti harfiahnya adalah pemimpin, penguasa, atau yang memerintah.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) arti kata Gubernur adalah,

kepala pemerintah tingkat provinsi dan kepala pemerintahan daerah tingkat I.

Gubernur adalah seorang kepala jabatan politik dan administrasi yang

mengacu kepada kepala eksekutif dari suatu wilayah setingkat di bawah negara

seperti provinsi atau negara bagian, berpangkat di bawah kepala negara, dan

dalam beberapa hal merupakan perwakilan resmi kepala negara seperti

gubernur jenderal.

Dalam PP Nomor 33 Tahun 2018 Gubernur sebagai wakil Pemerintah

Pusat memiliki tugas dan wewenang Menurut PP ini, gubernur sebagai wakil

Pemerintah Pusat mempunyai tugas yakni :

a. Mengoordinasikan pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan tugas

pembantuan di daerah kabupaten/kota;

b. Melakukan monitoring, evaluasi, dan supervisi terhadap

penyelenggaraan pemerintah daerah kabupaten/kota yang ada di

wilayahnya;

c. Memberdayakan dan memfasilitasi daerah kabupaten/kota di

wilayahnya;

d. Melakukan evaluasi terhadap rancangan peraturan daerah

kabupaten/kota tentang rencana pembangunan jangka panjang daerah,

16
anggaran pendapatan dan belanja daerah, perubahan anggaran

pendapatan dan belanja daerah, pertanggungjawaban pelaksanaan

anggaran pendapatan dan belanja daerah, tata ruang daerah, pajak

daerah, dan retribusi daerah;

e. Melakukan pengawasan terhadap peraturan daerah kabupaten/kota,

dan;

f. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan ketentuan peraturan dan

perundang-undangan.

Berdasarkan hal-hal yang tersebut di atas dapat diketahui yang dimaksud

dengan Gubernur adalah pemimpin sebagai wakil pemerintah pusat yang

memimpin suatu wilayah kabupaten.

7. Pandemi Covid-19

Pandemi menurut KBBI dimaknai sebagai wabah yang berjangkit

serempak dimana-mana meliputi daerah geografi yang luas. Wabah penyakit

yang masuk dalam kategori pandemi adalah penyakit menular dan memiliki

garis infeksi berkelanjutan. Maka, jika ada kasus terjadi dibeberapa negara

lainnya selain negara asal, akan tetap digolongkan sebagai pandemi.

Sedangkan yang dimaksud dengan Covid-19 (Coronavirus Disease 2019)

adalah penyakit yang disebabkan oleh jenis coronavirus baru yaitu sars-Cov-2,

yang dilaporkan pertama kali di Wuhan Tiongkok pada tanggal 31 Desember

2019.

17
Sehingga berdasarkan kedua pengertian tersebut di atas dapat diketahui

bahwasanya, Pandemi Covid-19 bisa diartikan sebagai wabah yang menyebar

secara luas dan serempak yang disebabkan oleh jenis Corona Virus yang

menyerang tubuh manusia.

Lebih lanjut Menurut situs Itjen Kemdikbud, pengertian pandemi COVID-

19 adalah wabah yang terjadi secara serempak di mana-mana, meliputi daerah

geografis yang luas. Pandemi merupakan penyakit menular (epidemi) yang

menyebar hampir di seluruh negara atau benua dan biasanya mengenai banyak

orang.

Sehingga berdasarkan berbagai pengertian tersebut di atas dapat

disimpulkan Pandemi Covid-19 adalah wabah serempak berkepanjangan yang

menyerang seluruh dunia dengan penyakit yang dinamakan Covid-19

F. Kerangka Berpikir

Menurut Suriasumantri, dalam Sugiyono (2017) dalam bukunya yang berjudul

Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, mendefinisikan bahwa

kerangka berpikir adalah sebagai berikut, “Kerangka pemikiran ini

merupakan penjelasan sementara terhadap gejala-gejala yang menjadi objek

permasalahan”. 13

Kerangka berpikir berguna membangun suatu hipotesis sehingga dapat disebut

sebagai dasar penyusun hipotesis. Menurut Purnomo, dkk (1998), kerangka

13
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta,
(2017).

18
pemikiran menjelaskan gejala yang menjadi objek permasalahan yang dibahas serta

disusun berdasarkan tinjauan pustaka dan hasil penelitian yang relevan. Kerangka

berpikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Work From Home (WFH) Atas Dasar Surat Edaran


Gubernur Bali Nomor 09 Tahun 2021 Bagi Aparatur Sipil
Negara Pemerintahan Kabupaten Gianyar

Efektivitas Work From Home Bagi


Aparatur Sipil Negara (ASN)

 Aparatur Sipil Negara (ASN) Lebih Menguasai IT


 Aparatur Sipil Negara (ASN) Terhindar Dari Covid-19
 Aparatur Sipil Negara (ASN) Lebih Banyak Pekerjaan Yang
Bisa Diselesaikan
 Aparatur Sipil Negara (ASN) Lebih Banyak Melayani
Masyarakat Melalui Pelayanan Publik Online

Work From Home (WFH) dianggap sebagai


aturan kerja yang alternatif saat pandemi

Gambaran 1.1

Kerangka Berpikir

19
G. Definisi Konsepsional

Menurut Singarimbun dan Sofian (2008: 43), definisi konseptual atau definisi

konsepsional adalah pemaknaan dari konsep yang digunakan, sehingga

memudahkan peneliti untuk mengoperasikan konsep tersebut di lapangan.

Definisi konsepsional ini diperlukan untuk pengukuran variabel yang abstrak

atau yang tidak mudah terhubung dengan fakta, seperti motivasi, sikap, dan

sebagainya. Dengan demikian maksud dari definisi konsepsional yaitu tidak lain

adalah untuk memberikan batasan bahwa yang di maksud dengan istilah, maupun

variabel di dalam penelitian adalah seperti yang di konsepkan dalam penelitian dan

bukan menurut pengertian yang lain, namun semua konsep harus berdasarkan

kerangka teori yang telah di uraikan. Berdasarkan pengertian tersebut maka definisi

konseptual yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1) Efektivitas

Efektivitas artinya hubungan antara output dan tujuan atau dapat juga

dikatakan merupakan ukuran seberapa jauh tingkat output, kebijakan dan

prosedur dari organisasi. Efektivitas juga berhubungan dengan derajat

keberhasilan suatu operasi pada sektor public sehingga suatu kegiatan

dikatakan efektif jika kegiatan tersebut mempunyai pengaruh besar terhadap

kemampuan menyediakan pelayanan masyarakat yang merupakan sasaran

yang telah ditentukan.

2) Kebijakan Work From Home

Menurut Fredrick yang dikutip oleh Sholih Muadi, kebijakan merupakan

serentetan tindakan atas usulan pribadi, kelompok ataupun pemerintah

20
dilingkungan tertentu dengan menunjukkan berbagai hambatan maupun

kesempatan bagi pelaksanaan usulan kebijakan tersebuut. Usulan kebijakan

yang diajukan dalam rangka untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan

pengertian kebijakan menurut Anderson yang dikutip oleh Sholeh Muadi

mengatakan bahwa, kebijakan yaitu seragkaian tindakan dengan tujuan

tertentu guna memecahkan masalah yang telah diikuti serta dilakukan oleh

seorang pelaku ataupun sekelompok pelaku. Kebijakan yang dimaksud

dalam penelitian ini adalah kebijakan Work From Home (WFH). Kebijakan

WFH merupakan kebijakan dari pemerintah yang bertujuan untuk

mengurangi penyebaran wabah virus Covid-19. Sistem kerja WFH yaitu

kayawan atau pegawai melaksanakan pekerjaannya dari luar kantor. Sistem

kerja WFH memiliki fleksibelitas yang tinggi, karena karyawan atau

pegawai tidak harus bekerja di kantor dan dapat menentukan waktu bekerja

sesuai yang diinginkan. Kebijakan WFH ini juga memiliki tujuan untuk

mendukung keseimbangan karyawan atau pegawai antara pekerjaan dan

kehidupannya ditengah pandemi Covid-19

3) Aparatur Sipil Negara

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 yang dimaksud dengan

Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disingkat ASN adalah profesi bagi

Profesi Pegawai Negeri Spil dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian

Kerja yang bekerja pada Instansi Pemerintah. Pegawai Aparatur Sipil Negara

(atau disingkat jadi Pegawai ASN) adalah Pegawai Negeri Sipil dan Pegawai

Pemerintah dengan Perjanjian Kerja yang diangkat oleh Pejabat Pemerintah

21
atau diserahi tugas Negara lainnya dan digaji berdasarkan peraturan

perundang-undangan.

4) Pandemi Covid-19

Pandemi menurut KBBI dimaknai sebagai wabah yang berjangkit serempak

dimana-mana meliputi daerah geografi yang luas. Wabah penyakit yang

masuk dalam kategori pandemi adalah penyakit menular dan memiliki garis

infeksi berkelanjutan. Maka, jika ada kasus terjadi dibeberapa negara lainnya

selain negara asal, akan tetap digolongkan sebagai pandemi. Sedangkan

yang dimaksud dengan Covid-19 (Coronavirus Disease 2019) adalah

penyakit yang disebabkan oleh jenis coronavirus baru yaitu sars-Cov-2, yang

dilaporkan pertama kali di Wuhan Tiongkok pada tanggal 31 Desember

2019. Sehingga berdasarkan kedua pengertian tersebut di atas dapat

diketahui bahwasanya, Pandemi Covid-19 bisa diartikan sebagai wabah

yang menyebar secara luas dan serempak yang disebabkan oleh jenis Corona

Virus yang menyerang tubuh manusia.

H. Definisi Operasional

Operasionalisasi adalah suatu proses dimana seorang peneliti mengindetikan

observasi empiris yang di pandang dapat merupakan indikator-indikator suatu

atribut yang terdapat didalam konsep. Dengan demikian pengoperasian konsep

konsep dalam penelitian ini akan di uraikan dalam definisi operasional. Berikut

disajikan indikator efektivitas Work From Home.

1. Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkup Pemerintahan Kabupaten Gianyar

lebih menguasai pelayanan berbasis IT.

22
2. Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkup Pemerintahan Kabupaten Gianyar

terhindar dari COVID-19 yang dimana tidak kontak fisik secara langsung

kepada masyarakat dan pegawai ASN yang lain.

3. Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkup Pemerintahan Kabupaten Gianyar

dengan kebijakan WFH banyak pekerjaan yang bisa diselesaikan

4. Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkup Pemerintahan Kabupaten Gianyar

mampu melayani masyarakat dengan mudah melalui Pelayanan Publik

Online.

5. Kebijakan Work From Home ini juga membantu para ASN di Pemkab

Gianyar Stay Connected (terhubung setiap saat) dengan teman kerja,

atasan atau bawahan, dan pengguna layanan, sehingga bekerja tetap

efektif, koordinasi dan komunikasi tetap lancar, serta diharapkan kinerja

dapat semakin optimal.

6. Para ASN di Pemkab Gianyar mampu melaksanakan kebijakan Work

From Home ini dengan baik, mampu menjaga kebersihan dan kesehatan

diri.

I. Metode Penelitian

Dalam melakukan penelitian ilmiah diharuskan untuk memiliki metode

penelitian agar setiap penyusunan dilakukan secara tersistematis dengan baik dan

sasarannya lebih tepat. Dalam hal ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif

yang dimana menurut Sugiyono (2019:18) metode penelitian kualitatif adalah

metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan

23
untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah

eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan

data dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat

induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari

generalisasi. 14

Alasan peneliti menggunakan pendekatan kualitatif ini yaitu, untuk

menggambarkan serta mendeskripsikan persepsi masyarakat terhadap “ Efektivitas

Kebijakan Work From Home (WFH) Berdasarkan Surat Edaran Gubernur

Bali Nomor 09 Tahun 2021 Bagi Aparatur Sipil Negara Pemerintah

Kabupaten Gianyar Pada Masa Pandemi Covid-19”.

J. Perincian Data Yang Dibutuhkan

Dalam penelitian ini penulis membutuhkan dua jenis data yakni, data primer

dan data sekunder yang akan dijelaskan sebagai berikut :

1) Data Primer, Menurut Sugiyono (2016), Data primer adalah data yang

diperoleh secara langsung dari informan atau objek yang akan diteliti. Dalam

penelitian ini data primer diperoleh melalui wawancara kepada informan yang

terkait dengan bahasan peneliti yang dilengkapi dengan catatan tertulis atau

menggunakan media bantu rekam berupa handphone. Selain itu data primer

juga penulis dapatkan melalui berbagai peraturan perundang-undangan,

regulasi dan sebagainya, yang dalam hal ini adalah SE Gubernur Bali Nomor

09 Tahun 2021. Data primer ini digunakan untuk mendapatkan informasi

14
Sugiyono (2019). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alphabet.

24
mengenai Efektivitas Kebijakan Work From Home (WFH) Berdasarkan Surat

Edaran Gubernur Bali Nomor 09 Tahun 2021 Bagi Aparatur Sipil Negara

Pemerintah Kabupaten Gianyar Pada Masa Pandemi Covid-19.

2) Data Sekunder, Menurut Sugiyono (2018), Data sekunder yaitu sumber

data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya

lewat orang lain atau lewat dokumen. Dalam penelitian ini yang menjadi

sumber data sekunder adalah buku-buku penulisan ilmiah, buku-buku

mengenai ilmu pemerintahan, karya ilmiah, artikel ilmiah, bahan dari internet

dan lain sebagainya. 15

K. Teknik Pengumpulan Data

1) Observasi, Menurut Widoyoko (2014), observasi merupakan pengamatan

dan pencatatan secara sistematis terhadap unsur-unsur yang nampak dalam

suatu gejala pada objek penelitian. Observasi yang dilakukan oleh peneliti

adalah dengan mencatat dan mengamati mengenai pelaksanaan WFH di

Pemkab Gianyar. 16

2) Wawancara, Wawancara adalah suatu bentuk komunikasi verbal. Jadi,

semacam percakapan yang bertujuan memperoleh informasi. Wawancara

merupakan metode pengumpulan data dengan cara tanya jawab yang

dikerjakan dengan sistematik dan berlandaskan pada masalah, tujuan, dan

hipotesis penelitian. Pada penelitian ini, penulis menggunakan teknik

15
Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: Alfabeta.
16
Widoyoko, Eko Putro. (2014). Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar

25
wawancara secara terstruktur dengan menggunakan panduan wawancara.

Penulis melakukan wawancara dengan beberapa ASN di Pemkab Gianyar.

3) Dokumentasi, Dokumentasi merupakan data pendukung dari suatu

penelitian, berupa dokumen-dokumen atau gambar-gambar yang terkait

dengan penelitian. Tujuan dari dokumentasi adalah sebagai bukti dimana

peneliti sudah melakukan penelitan secara langsung serta dokumentasi ini

dapat dijadikan bahan lampiran dalam penulisan penelitian ini.

L. Teknik dan Prosedur Analisis Data

1. Reduksi data yaitu proses pemilihan, pemusatan, perhatian, dan transformasi

data kasar yang muncul dari catatan di lapangan. Melalui reduksi ini di coba

menemukan fenomena-fenomena yang menjadi pokok-pokok temuan dari

wawancara.

2. Penyajian Data yaitu keinginan menyajikan data atau informasi. Penyajian data

ini berfungsi untuk menyusun data atau informasi atau bentuk terpadu agar

dengan mudah dapat dilihat apa yang sedang terjadi atau yang ditemu dalam

penelitian.

3. Penarikan kesimpulan atau verifikasi yaitu kegiatan mengembangkan jaringan

hubungan dalam rangka perumusan hipotesis yang dirumuskan sebelumnya

mengenai ada tidaknya hubungan antara variabel-variabel. Dengan demikian

penelitian ini akan mengumpulkan data sebanyak mungkin mengenai

permasalahan yang diteliti lalu di uraikan, digambarkan, diinterperstasikan

secara rasional dan diambil kesimpulan dari penelitian yang telah di teliti.

26
DAFTAR PUSTAKA

Wijoyo, Hadion, Dkk. 2021. Efektivitas Proses Pembelajaran Dimasa


Pademi. Sumatera Barat: CV Insan Cendekia Mandiri. Hal 17.
Ali Muhidin, Sambas dan Hendri Winata. Manajemen Kearsipan untuk
Organisasi Publik, Bisnis, Sosial, Politik, dan Kemasyarakatan. Bandung: CV
Pustaka Setia, 2020.
Sugiyono. 2016. Memahani Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta, Hal. 87.
Arthur G. Gedeian dkk. 1991. Organization Theory and Design. Jakarta:
Universitas Terbuka
Handayaningrat, Drs.Soewarno. 1995. Pengantar Studi Ilmu
Administrasi dan Manajemen. Jakarta : PT.Toko Gunung Agung. Hal 16.
Mahmudi. 2005. Transformasi Pelayanan Publik. Yogyakarta: UPP
AMP. YKPN. Hal 92.
Indiahono, Dwiyanto. 2009. Kebijakan Publik Berbasis Dynamic Policy
Analysis. Yogyakarta: Gava Media. Hal 18.
Amador, J. M. (2016). Remote and On-Site Knowledge Worker
Productivity and Engagement: A Comparative Study of The Effect of Virtual
Intensity and Work Location Preference. Case Western Reverse University.
Crosbie, T & Moore, J (2004), “Work-life Balance and Working from
Home”, Teesside University
AW Widjaja. Administrasi Kepegawaian:Suatu Pengantar.Jakarta.
Rajawali. 1986.
Musanef. 2008. Manajemen Kepegawaian Indonesia. Jilid II, Jakarta: PT
Gunung Agung.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung : Alfabeta, (2017).
Sugiyono (2019). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung : Alphabet.
Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: Alfabeta.
Widoyoko, Eko Putro. (2014). Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar

27

Anda mungkin juga menyukai