Anda di halaman 1dari 70

PROPOSAL PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN


PENERAPAN PROTOKOL KESEHATAN DALAM PENCEGAHAN
COVID-19 PADA PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI WILAYAH PASAR
SENGGOL KOTA PAREPARE

RIMA EKA JULIARTI

K012211019

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2022
DAFTAR ISI

HALAMAN

SAMPUL ..........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................ii
DAFTAR TABEL .............................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................7
C. Tujuan Penelitian.....................................................................................8
D. Manfaat Penelitian...................................................................................9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................11
A. Tinjauan Umum tentang Kepatuhan.......................................................11
B. Tinjauan Umum tentang Pedagang Kaki Lima.......................................22
C. Tinjauan Umum tentang Protokol Kesehatan.........................................26
D. Kerangka Teori........................................................................................35
E. Tabel Sintesa Penelitian..........................................................................36
BAB III KERANGKA KONSEP.....................................................................46
A. Dasar Pemikiran Variabel Penelitian......................................................46
B. Kerangka Konsep....................................................................................49
C. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif.............................................50
D. Hipotesis Penelitian.................................................................................59
DAFTAR PUSTAKA

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Tabel Sintesa Penelitian..............................................................45

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka Teori Penelitian...........................................................35


Gambar 2 Kerangka Konsep........................................................................49

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) merupakan penyakit menular

yang disebabkan oleh virus Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2

(SARS-CoV-2) yang menyerang sistem pernapasan. Pada 12 Maret 2020,

WHO telah resmi mengumumkan wabah COVID-19 sebagai pandemi global

(Susilo et al., 2020).

Menurut WHO (2020), penyebaran COVID-19 terjadi terutama antara

orang melalui rute droplet (percikan) dari saluran pernapasan. Penularan

droplet terjadi saat seseorang berada dalam kontak erat (dalam jarak 1 meter)

dengan orang yang terinfeksi dan terjadi pajanan droplet saluran pernapasan

yang kemungkinan terinfeksi, misalnya melalui batuk, bersin, atau kontak

sangat erat dengan orang tersebut sehingga agen infeksi masuk melalui titik-

titik seperti mulut, hidung, atau konjungtiva (mata).

Berdasarkan data dari Satuan Tugas Penanganan COVID-19 (2021),

jumlah kasus COVID-19 per 11 April 2022 di Indonesia yaitu sebanyak

6.033.052 kasus terkonfirmasi, 5.805.225 pasien sembuh, 155.631 orang

meninggal dunia dan 72.196 kasus aktif. Untuk Provinsi Sulawesi Selatan, saat

ini mencapai sebanyak 63.667 kasus terkonfirmasi, 60.664 pasien sembuh,

1.086 orang meninggal dunia, dan 1.917 kasus aktif. Adapun data berdasarkan

Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan (2021) per 11 April 2022 di Kota

1
Parepare yaitu sebanyak 3.166 kasus terkonfirmasi, 3.038 pasien sembuh, 90

orang meninggal dunia dan 38 kasus aktif.

Kasus COVID-19 di Indonesia terus mengalami peningkatan setiap

harinya. Peningkatan kasus tersebut menunjukkan kepatuhan masyarakat

terhadap protokol kesehatan belum optimal. Padahal, Instruksi Presiden

(Inpres) Nomor 6 tahun 2020 tentang Peningkatan Disiplin dan Penegakan

Hukum Protokol Kesehatan dalam Pencegahan dan Pengendalian COVID-19

telah diterbitkan. Inpres tersebut mengatur sanksi bagi pelanggar protokol

kesehatan. Sanksi sebagaimana dimaksud berupa teguran lisan atau tertulis,

kerja sosial, denda administratif, penghentian atau penutupan sementara

penyelenggaraan usaha.

Menurut Kepmenkes RI Nomor HK.01.07/MENKES/382/2020 tentang

Protokol Kesehatan Bagi Masyarakat di Tempat dan Fasilitas Umum dalam

Rangka Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus Disease 2019 (COVID-

19) menyatakan bahwa masyarakat memiliki peran penting dalam memutus

mata rantai penularan COVID-19 agar tidak menimbulkan sumber penularan

baru/cluster pada tempat-tempat dimana terjadinya pergerakan orang, interaksi

antar manusia dan berkumpulnya banyak orang. Peran masyarakat untuk dapat

memutus mata rantai penularan COVID-19 (risiko tertular dan menularkan)

harus dilakukan dengan menerapkan protokol kesehatan.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2022) terkait Survei Perilaku

Masyarakat pada Masa Pandemi COVID-19 periode 16-25 Februari 2022,

ditemukan bahwa kepatuhan responden di wilayah Jawa-Bali lebih tinggi

2
dibandingkan Luar Jawa-Bali dalam melaksanakan protokol kesehatan. Masih

cukup banyak responden di Luar Jawa-Bali yang belum patuh dalam

menghindari kerumunan (34%), menjaga jarak minimal 2 meter (36%), dan

mengurangi mobilitas (36%).

Selain itu, Tingkat kesadaran responden dalam menjaga sirkulasi udara,

menjaga etika batuk, meningkatkan imunitas, dan memenuhi asupan gizi

seimbang juga terlihat sudah cukup baik secara nasional, tetapi tingkat

kesadaran responden dalam menjaga diri dari COVID-19 di wilayah Luar

Jawa-Bali lebih rendah daripada responden di wilayah Jawa-Bali di berbagai

aspek tersebut (Badan Pusat Statistik, 2022).

Satuan Tugas Penanganan COVID-19 (2022) menemukan bahwa

Provinsi Sulawesi Selatan termasuk ke dalam kategori 13 provinsi dengan rata-

rata kepatuhan penggunaan masker <85% dengan persentase 66,0%. Selain itu,

Provinsi Sulawesi Selatan juga termasuk ke dalam kategori 14 provinsi dengan

rata-rata kepatuhan menjaga jarak <85% dengan persentase 76,6% per 30

Januari 2022.

Adapun data kepatuhan protokol kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan

tingkat kabupaten/kota menunjukkan bahwa Kota Parepare termasuk ke dalam

kategori 5 kabupaten/kota dengan tingkat kepatuhan protokol kesehatan

terendah. Berdasarkan data Satuan Tugas Penanganan COVID-19 (2022), Kota

Parepare memiliki persentase kepatuhan penggunaan masker <40% dan

persentase kepatuhan menjaga jarak <60%.

3
Pemerintah mengimbau masyarakat agar waspada saat mengunjungi

beberapa lokasi yang rawan terjadi penularan COVID-19. Lokasi tersebut

rawan menyebarkan virus karena banyaknya orang yang berkumpul dalam

waktu yang lama namun dengan kepatuhan protokol kesehatan yang rendah.

Tempat-tempat tersebut antara lain restoran/kedai, pasar, pemukiman dan

tempat ibadah (Satuan Tugas Penanganan COVID-19, 2022).

Berdasarkan data nasional dari Satuan Tugas Penanganan COVID-19

(2022) per 30 Januari 2022 terkait kepatuhan penggunaan masker masyarakat

berdasarkan lokasi kerumunan, ditemukan bahwa dari seluruh lokasi

kerumunan yang dipantau dalam 7 hari terakhir, restoran/kedai (30,2%), tempat

ibadah (20,5%), pasar (15,8%) dan terminal (14,8%) termasuk dalam kategori

kepatuhan memakai masker kurang dari 60%.

Adapun data terkait kepatuhan menjaga jarak dan menghindari

kerumunan, ditemukan bahwa tempat ibadah (23,3%), restoran/kedai (22,6%),

pasar (18,2%), terminal (16,8%), dan tempat olahraga publik (12,5%) termasuk

dalam kategori kepatuhan menjaga jarak dan menghindari kerumunan kurang

dari 60%.

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh PERSAKMI dan IKA

FKM Universitas Airlangga pada warga Surabaya di beberapa lokasi, lokasi

dengan persentase tertinggi warga yang tidak menggunakan masker yaitu pasar

tradisional, dengan persentase 50,64%. Pada survei tersebut, pasar tradisional

selalu menempati 3 besar prioritas ketidakpatuhan protokol kesehatan COVID-

19 (Persakmi Surabaya, 2020).

4
Dari beberapa lokasi rawan yang telah disebutkan, pasar merupakan

lokasi yang paling sering ditemukan adanya pelanggaran protokol kesehatan,

karena pasar merupakan salah satu tempat umum berkumpulnya orang dalam

hal ini bertemunya penjual dan pembeli lebih dari satu yang ditandai dengan

adanya transaksi secara langsung dan paling memungkinkan terjadinya

kerumunan (Meikawati, Pedvin Ratna dan Andanawarih, 2022).

Selain itu, jumlah kumulatif orang yang ditegur karena tidak mematuhi

protokol kesehatan seperti memakai masker, menjaga jarak, menghindari

kerumunan dan mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir berdasarkan

lokasi kerumunan, pasar berada pada posisi pertama dengan jumlah kumulatif

orang yang ditegur sebanyak 931.647 orang selama 7 hari terakhir pada periode

30 Januari 2022 (Satuan Tugas Penanganan COVID-19, 2022).

Area pasar menjadi lokasi yang paling memungkinkan terjadinya

kerumunan karena selain pedagang pasar dan pengunjung yang berada pada

area tersebut, sering kali juga ditemukan sekumpulan Pedagang Kaki Lima

(PKL) yang berjejeran di area pasar. Salah satu wilayah pasar di Kota Parepare

yang paling sering ditemukan adanya pedagang kaki lima mulai di pagi hari

hingga malam hari yaitu wilayah Pasar Senggol. Pasar Senggol merupakan

pasar malam yang mulai beroperasi pada sore hari, namun area pasar ini sudah

ramai pengunjung sejak pagi hari karena banyaknya pedagang kaki lima di

sekitar area tersebut yang mulai berjualan pada pagi hari dan sebagian besar

jenis dagangannya adalah makanan dan minuman.

5
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti beberapa waktu

lalu pada pedagang kaki lima di wilayah Pasar Senggol, sebagian besar

pedagang tidak patuh dalam penerapan protokol kesehatan seperti penggunaan

masker, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir dan memberi jarak

pada meja dan kursi pelanggan. Padahal, pemerintah telah mengeluarkan

Peraturan Walikota Parepare Nomor 31 Tahun 2020 tentang Penerapan

Disiplin dan Penegakan Hukum Protokol Kesehatan Sebagai Upaya

Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus Disease 2019 di Kota Parepare.

Faktor – faktor yang mempengaruhi kepatuhan tergantung pada banyak

faktor, termasuk pengetahuan, motivasi, persepsi, dan keyakinan terhadap

upaya pengontrolan dan pencegahan penyakit, variabel lingkungan, kualitas

intruksi kesehatan, dan kemampuan mengakses sumber yang ada (Sinuraya et

al., 2018).

Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Bellato (2020),

ditemukan bahwa adanya hubungan antara empati, suasana hati yang positif,

serta pengaruh sosial terhadap kepatuhan terhadap peraturan COVID-19 yang

berlaku.

Penelitian yang dilakukan oleh Marzuki, Muh Yusri Abadi, et al.

(2021) ditemukan bahwa pengetahuan dan sikap merupakan faktor yang

berpengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan penggunaan masker pada

pedagang pasar tradisional di Provinsi Sulawesi Selatan.

Penelitian yang dilakukan oleh Sari, Sholihah dan Atiqoh (2020)

ditemukan bahwa pengetahuan masyarakat berpengaruh terhadap kepatuhan

6
penggunaan masker, padahal ada berbagai macam faktor yang mempengaruhi

hal tersebut.

Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu, maka peneliti ingin

melakukan penelitian dengan variabel independen yang tidak hanya berfokus

pada pengetahuan, tetapi juga meliputi sikap, informasi tentang protokol

kesehatan dan motivasi.

Oleh karena itu, berdasarkan uraian permasalahan di atas maka peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian terkait faktor-faktor yang mempengaruhi

kepatuhan penerapan protokol kesehatan dalam pencegahan COVID-19 pada

Pedagang Kaki Lima (PKL) di wilayah Pasar Senggol Kota Parepare.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka

rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh pengetahuan terhadap kepatuhan penerapan protokol

kesehatan dalam pencegahan COVID-19 pada Pedagang Kaki Lima (PKL)

di wilayah Pasar Senggol Kota Parepare?

2. Bagaimana pengaruh sikap terhadap kepatuhan penerapan protokol

kesehatan dalam pencegahan COVID-19 pada Pedagang Kaki Lima (PKL)

di wilayah Pasar Senggol Kota Parepare?

3. Bagaimana pengaruh informasi tentang protokol kesehatan terhadap

penerapan protokol kesehatan dalam pencegahan COVID-19 pada Pedagang

Kaki Lima (PKL) di wilayah Pasar Senggol Kota Parepare?

7
4. Bagaimana pengaruh motivasi terhadap kepatuhan penerapan protokol

kesehatan dalam pencegahan COVID-19 pada Pedagang Kaki Lima (PKL)

di wilayah Pasar Senggol Kota Parepare?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tujuan Umum Penelitian

Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan

penerapan protokol kesehatan dalam pencegahan COVID-19 pada Pedagang

Kaki Lima (PKL) di wilayah Pasar Senggol Kota Parepare.

2. Tujuan Khusus Penelitian

a. Untuk mengetahui pengaruh pengetahuan terhadap kepatuhan penerapan

protokol kesehatan dalam pencegahan COVID-19 pada Pedagang Kaki

Lima (PKL) di wilayah Pasar Senggol Kota Parepare.

b. Untuk mengetahui pengaruh sikap terhadap kepatuhan penerapan

protokol kesehatan dalam pencegahan COVID-19 pada Pedagang Kaki

Lima (PKL) di wilayah Pasar Senggol Kota Parepare.

c. Untuk mengetahui pengaruh informasi tentang protokol kesehatan

terhadap kepatuhan penerapan protokol kesehatan dalam pencegahan

COVID-19 pada Pedagang Kaki Lima (PKL) di wilayah Pasar Senggol

Kota Parepare.

d. Untuk mengetahui pengaruh motivasi terhadap kepatuhan penerapan

protokol kesehatan dalam pencegahan COVID-19 pada Pedagang Kaki

Lima (PKL) di wilayah Pasar Senggol Kota Parepare.

8
D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain adalah:

1. Manfaat Ilmiah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan referensi

atau bacaan guna menambah pengetahuan bagi peneliti berikutnya, serta

dapat menjadi tindaklanjut untuk peneliti lain.

2. Manfaat Bagi Lokasi Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi rekomendasi bagi wilayah

Pasar Senggol Kota Parepare dalam penegakan protokol kesehatan berupa

penggunaan masker, penyediaan tempat mencuci tangan dengan sabun dan

air mengalir, penertiban kerumunan dan lain-lain sehingga dapat dijadikan

dasar bagi tindakan preventif untuk pencegahan penularan COVID-19 di

wilayah tersebut.

3. Manfaat Bagi Peneliti

Melalui penelitian ini, peneliti diharapkan dapat meningkatkan

keterampilan, kemampuan dan pemahaman dalam bidang karya tulis ilmiah,

serta menambah wawasan mengenai faktor yang mempengaruhi kepatuhan

penerapan protokol kesehatan dalam pencegahan COVID-19 pada Pedagang

Kaki Lima (PKL) di wilayah Pasar Senggol Kota Parepare.

4. Manfaat Bagi Responden

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi responden

akan pentingnya penegakan protokol kesehatan terutama dalam menyajikan

9
makanan atau minuman untuk pembeli serta dalam melakukan transaksi jual

beli yang berisiko menjadi sumber penularan COVID-19.

10
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Kepatuhan

1. Definisi Kepatuhan

Kepatuhan adalah fenomena yang mirip dengan penyesuaian diri.

Perbedaannya terletak pada segi pengaruh legitimasi (kebalikan dengan

paksaan atau tekanan sosial), dan selalu terdapat suatu individu, yakni

pemegang otoritas (Malikah, 2017). Kepatuhan didefinisikan sebagai sikap

disiplin atau perilaku taat terhadap suatu perintah maupun aturan yang

ditetapkan dengan penuh kesadaran. Kepatuhan sebagai perilaku positif

dinilai sebagai sebuah pilihan. Artinya individu memilih untuk melakukan,

mematuhi, merespon secara kritis terhadap aturan, hukum, norma sosial,

permintaan maupun keinginan dari seseorang yang memegang otoritas

ataupun peran penting (Rahmawati, 2015).

Menurut Blass (1999), kepatuhan merupakan sikap tingkah laku

individu yang dapat dilihat dengan aspek mempercayai (belief), menerima

(accept) dan melakukan (act) sesuatu atas permintaan atau perintah orang

lain. Mempercayai dan menerima merupakan dimensi kepatuhan yang

berhubungan dengan sikap individu, sedangkan melakukan atau bertindak

termasuk dimensi kepatuhan yang berhubungan dengan aspek tingkah laku

seseorang.

Adapun menurut Baron dan Byrne (2005) menjelaskan bahwa

kepatuhan (obedience) merupakan salah satu jenis dari pengaruh sosial,

11
yaitu ketika seseorang menaati dan mematuhi permintaan orang lain untuk

melakukan tingkah laku tertentu karena adanya unsur power. Power ini

diartikan sebagai suatu kekuatan atau kekuasaan yang memiliki pengaruh

terhadap seseorang atau lingkungan tertentu. Pengaruh sosial ini dapat

memberikan dampak positif atau negatif terhadap perilaku individu tersebut.

Hasibuan (2009) menjelaskan bahwa kepatuhan merupakan kesadaran

atau kesediaan seseorang menaati suatu peraturan dan norma-norma sosial

yang berlaku. Kepatuhan yang baik mencerminkan besarnya rasa tanggung

jawab seseorang terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Hal ini

cenderung gairah kerja, semangat kerja, dan terwujudnya tujuan masyarakat,

maka setiap orang harus berusaha agar mempunyai kepatuhan yang baik.

Pendapat lain mengatakan bahwa kepatuhan adalah suatu kondisi yang

tercipta dan berbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang

menunjukkan nilai - nilai kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan ketertiban.

Sikap atau perbuatan yang dilakukan bukan lagi atau sama sekali tidak

dirasakan sebagai beban, bahkan sebaliknya akan membebani bilamana

tidak dapat berbuat sebagaimana lazimnya (Widhiastutiningsih, Ediati dan

Almujadi, 2015).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, peneliti dapat menyimpulkan

bahwa kepatuhan adalah gambaran perilaku masyarakat dalam

mempercayai, menerima, melakukan, dan menaati suatu aturan atau

perintah.

12
2. Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan

Kepatuhan seseorang dipengaruhi oleh perilaku kesehatan, yang pada

dasarnya berdasarkan batasan perilaku dari Skinner (1938), bahwa perilaku

kesehatan adalah suatu respons seseorang terhadap stimulus atau objek yang

berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan,

dan minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat

diklasifikasikan menjadi 3 kelompok.

a. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintenance)

Perilaku pemeliharaan kesehatan adalah perilaku atau usaha-usaha

seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan

usaha untuk menyembuhkan bilamana sakit. Oleh sebab itu, perilaku

pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3 aspek yaitu :

1) Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit,

serta pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit.

2) Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan

sehat. Perlu dijelaskan di sini, bahwa kesehatan itu sangat dinamis dan

relatif, maka dari itu orang yang sehat pun perlu diupayakan supaya

mencapai tingkat kesehatan yang seoptimal mungkin.

3) Perilaku gizi (makanan) dan minuman. Makanan dan minuman dapat

memelihara serta meningkatkan kesehatan seseorang, tetapi

sebaliknya makanan dan minuman dapat menjadi penyebab

menurunnya kesehatan seseorang, bahkan dapat mendatangkan

13
penyakit. Hal ini sangat bergantung pada perilaku orang terhadap

makanan dan minuman tersebut.

b. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan

kesehatan, atau sering disebut perilaku pencarian pengobatan (health

seeking behavior).

c. Perilaku kesehatan lingkungan

Bagaimana seseorang merespons lingkungan, baik lingkungan fisik

maupun sosial budaya, dan sebagainya, sehingga lingkungan tersebut

tidak memengaruhi kesehatannya. Dengan perkataan lain, bagaimana

seseorang mengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu

kesehatannya sendiri, keluarga, atau masyarakatnya.

Kepatuhan penerapan protokol kesehatan dalam pencegahan COVID-19

merupakan salah satu contoh perilaku kesehatan yang dilakukan oleh

Pedagang Kaki Lima (PKL) di wilayah Pasar Senggol Kota Parepare.

Menurut teori Lawrence Green yang dikutip dalam Ningsih (2018), yang

mendasari timbulnya perilaku dapat dikelompokkan menjadi tiga faktor,

yaitu:

a. Faktor Predisposisi (Predisposing Factor)

Faktor predisposisi adalah faktor yang mempermudah terjadinya

perilaku seseorang. Faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap,

tindakan, masa kerja dan tingkat pendidikan.

1) Pengetahuan

14
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan

atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam

membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Pengetahuan

merupakan hasil dari pengamatan dan pengalaman individu terhadap

suatu hal baru yang dapat berguna bagi individu tersebut. Tingkat

pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif terdapat enam

tingkatan, yaitu (Notoatmodjo, 2007) :

a) Tahu (know) adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang telah

ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu.

b) Memahami (comprehension) adalah suatu kemampuan untuk

menjelaskan dan menginterpretasikan materi secara benar.

c) Aplikasi (application) adalah kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi sebenarnya.

d) Analisis (analysis) merupakan suatu kemampuan untuk

menjabarkan dan/atau memisahkan, kemudian mencari hubungan

antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah.

e) Sintesis (synthesis) adalah kemampuan untuk menyusun formulasi

baru dari formulasi-formulasi yang telah ada.

f) Evaluasi (evaluation) berkaitan dengan kemampuan dalam

melakukan penilaian terhadap suatu objek, yang didasarkan pada

kriteria tertentu.

15
2) Sikap

Sikap dapat dinilai dari segi baik dan buruk maupun positif dan

negatif. Sikap merupakan suatu perasaan yang konstan dan ditujukan

kepada suatu objek, baik orang, tindakan, atau gagasan. Sikap

merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang

terhadap satu stimulus atau objek, yang disertai adanya perasaan

tertentu, dan memberikan dasar orang tersebut untuk membuat respon

atau berperilaku dengan cara tertentu yang dipilihnya (Adriani dan

Kurwiyah, 2019).

Keadaan mental dan kesiapan yang diatur melalui pengalaman,

memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap respon individu

pada semua objek dan situasi yang berkaitan dengannya. Sikap secara

nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap

stimulus tertentu. Sikap terdiri dari tiga komponen yang utama yaitu

(Zuchdi, 1995):

a) Komponen kognitif, berisi kepercayaan, ide, dan konsep terhadap

suatu objek.

b) Komponen afektif, merupakan perasaan yang menyangkut aspek

emosional terhadap suatu objek.

c) Komponen konatif, merupakan aspek kecenderungan untuk

bertindak sesuai sikap yang dimiliki oleh seseorang.

Sikap tentang kepatuhan penerapan protokol kesehatan sangat

penting untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal. Pencapaian

16
sikap tidak baik menjadi baik atau bahkan sangat baik membutuhkan

beberapa tahapan pada pekerja. Sikap terdiri dari berbagai tingkatan

yaitu menerima, merespon, menghargai dan bertanggung jawab.

Semakin baik sikap seseorang maka semakin patuh dalam penerapan

protokol kesehatan. Begitupun sebaliknya, semakin buruk sikap

seseorang semakin tidak patuh dalam penerapan protokol kesehatan

(Juliarti, 2021).

3) Tindakan

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan.

Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan

faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain

adalah fasilitas. Di samping faktor fasilitas juga diperlukan faktor

dukungan (support) dari pihak lain, misalnya: orang tua, saudara,

suami, istri, dan lain-lain, yang sangat penting untuk mendukung

tindakan yang akan dilakukan. Tingkatan tindakan (practice) yaitu:

a) Persepsi (Perception). Mengenal dan memilih berbagai obyek

sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan

tindakan tingkat pertama.

b) Respon terpimpin (Guide responce). Dapat melakukan sesuatu

sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh adalah

merupakan indikator tindakan tingkat kedua.

c) Mekanisme (Mechanism). Apabila seseorang telah dapat

melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau sesuatu itu

17
sudah merupakan kebiasaan maka ia sudah mencapai tindakan

tingkat ketiga.

d) Adaptasi (Adaptation). Adaptasi adalah suatu tindakan yang sudah

berkembang dengan baik, artinya tindakan itu sudah dimodifikasi

sendiri tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut

(Notoatmodjo, 2003 dalam Ningsih, 2018).

4) Masa Kerja

Pengalaman seseorang dalam bekerja dapat diperoleh berdasarkan

masa kerja, semakin lama bekerja maka pengalaman yang diperoleh

akan lebih banyak. Lama kerja menyangkut jumlah waktu yang telah

dilewati oleh tenaga kesehatan semenjak masuk pertama kali bekerja

di rumah sakit sampai saat ini. Semakin lama seseorang bekerja maka

mereka akan lebih berhati-hati dalam bekerja karena mereka sudah

paham akan risiko akibat dari bekerja jika kurang hati-hati (Yusnita,

2017).

5) Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang pernah

diikuti oleh seseorang. Pendidikan seseorang mempengaruhi cara

berfikir dalam menghadapi pekerjaan. Pada umumnya semakin tinggi

tingkat pendidikan formal yang pernah dicapai seseorang, maka

semakin banyak pula pengetahuan yang didapat dan dipelajari oleh

orang tersebut.

18
b. Faktor Pemungkin (Enabling Factor)

Faktor pemungkin adalah faktor yang memungkinkan atau yang

memfasilitasi perilaku atau tindakan. Faktor ini mencakup ketersediaan

sarana dan prasarana atau fasilitas, yang pada akhirnya mendukung atau

memungkinkan terwujudnya perilaku. Faktor ini disebut juga faktor

pendukung (Darmawan, 2015).

1) Ketersediaan Sarana

Teori Green menyatakan bahwa hasil belajar seseorang adalah

terjadinya perubahan perilaku. Perubahan perilaku didasari adanya

perubahan atau penambahan pengetahuan sikap dan keterampilannya

(Notoatmodjo, 2007). Namun demikian, perubahan pengetahuan dan

sikap ini belum merupakan jaminan terjadinya perubahan perilaku

sebab perilaku tersebut kadang-kadang memerlukan dukungan

material dan penyediaan sarana (enabling factors) (Aji dan Devy,

2006).

2) Informasi Tentang Protokol Kesehatan

Informasi bisa menjadi fungsi penting dalam membantu

mengurangi rasa cemas pada seseorang. Semakin banyak memiliki

informasi dapat mempengaruhi atau menambah pengetahuan terhadap

seseorang dan dengan pengetahuan tersebut bisa menimbulkan

kesadaran yang akhirnya seseorang itu akan berperilaku sesuai dengan

pengetahuan yang dimilikinya (Notoatmodjo, 2007).

19
Salah satu sumber utama dari pembentukan sikap adalah

informasi kognitif terkait dengan target sikap. Sikap individu

terbentuk berdasar pada informasi mengenai tindakan yang telah

dilakukan sebelumnya terkait dengan target sikap. Pemberian

informasi ini dapat dilakukan secara tertulis melalui brosur, spanduk,

dan surat kabar, maupun secara lisan melalui seminar atau pelatihan

dengan tujuan mengubah sikap tenaga kesehatan melalui proses

kognitif. Melalui pelatihan dapat diberikan informasi yang dibutuhkan

tenaga kesehatan terkait dengan kesehatan dan keselamatan kerja

(Vembriati dan Wimbarti, 2015).

c. Faktor Penguat (Reinforcing Factor)

Faktor penguat adalah faktor yang mendorong atau memperkuat

terjadinya perilaku. Faktor ini meliputi faktor pengawasan dan motivasi.

Termasuk juga disini undang-undang, peraturan-peraturan baik dari pusat

maupun dari pemerintah daerah terkait dengan kesehatan (Notoatmodjo,

2007).

1) Pengawasan

Pengawasan termasuk segala usaha penegakan peraturan yang

harus dipatuhi dan salah satu cara guna meningkatkan keselamatan

kerja. Tujuan utama pengawasan untuk mencari umpan balik yang

selanjutnya dapat dilakukan perbaikan. Pengawasan dapat dilakukan

melalui kunjungan langsung atau observasi terhadap obyek yang

diamati, melalui analisis terhadap laporan yang masuk, melalui

20
kumpulan data atau informasi yang khusus ditujukan terhadap obyek

pengawasan (Ningsih, 2018).

2) Kebijakan

Kebijakan adalah arah yang ditentukan untuk dipatuhi dalam

proses kerja dan organisasi perusahaan. Kebijakan yang ditetapkan

manajemen menuntut partisipasi dan kerjasama semua pihak. Setiap

peserta diberikan pengarahan dan perilaku yang akan membantu

mencapai sasaran dan hasil. Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun

1992 tentang Kesehatan, Pasal 23 dinyatakan bahwa upaya Kesehatan

dan Keselamatan Kerja (K3) harus diselenggarakan di semua tempat

kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai risiko bahaya

kesehatan, mudah terjangkit penyakit (Permenkes RI, 2016).

3) Motivasi

Motivasi berasal dari kata latin “moreve” yang berarti dorongan

dalam diri manusia untuk bertindak atau berperilaku yang tidak

terlepas dari kebutuhan, yaitu suatu potensi dalam diri manusia yang

perlu ditanggapi atau direspon (Heryenzus dan Laia, 2018). Motivasi

adalah suatu tenaga atau faktor dari dalam diri yang menimbulkan,

mengarahkan, dan mengorganisasikan tingkah lakunya (Jatmiko,

Swasto dan Eko, 2015).

21
B. Tinjauan Umum Tentang Pedagang Kaki Lima

1. Definisi Pedagang

Pedagang adalah orang atau badan yang melakukan aktivitas jual beli

barang atau jasa di pasar (Latif, Engka dan Sumual, 2018). Pedagang dalam

aktivitas perdagangan, adalah orang atau institusi yang memperjual belikan

produk atau barang, kepada konsumen baik secara langsung ataupun tidak

langsung (Yudha, 2017).

Pedagang juga didefinisikan sebagai orang yang melakukan

perdagangan, memperjual belikan barang yang tidak diproduksi sendiri,

untuk memperoleh suatu keuntungan. Tujuan keuntungan tersebutlah, yang

merupakan hasil akhir yang ingin dicapai seorang pedagang. Keuntungan

yang melimpah tentu akan menjadikan pedagang berbangga hati akan hasil

yang diperolehnya. Hal tersebut dikarenakan, dengan keuntungan yang

banyak, pedagang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya secara lebih dari

cukup (Muzaiyin, 2018).

2. Definisi Pedagang Kaki Lima

Pedagang kaki lima merupakan salah satu bentuk usaha sektor informal

di perkotaan. Jumlahnya sangat besar dan seringkali lebih mendominasi

dibanding jenis usaha sektor informal lainnya. Menurut Nugroho (2003,

dalam Saputra, 2018) bahwa Pedagang Kaki Lima atau disingkat PKL

adalah istilah untuk menyebut penjaja dagangan yang melakukan kegiatan

komersial di atas Daerah Milik Jalan (DMJ) yang diperuntukkan untuk

pejalan laki.

22
Menurut Keban (2008) pedagang kaki lima adalah mereka yang

melakukan kegiatan usaha dagang perorangan atau kelompok yang dalam

menjalankan usahanya menggunakan tempat-tempat fasilitas umum, seperti

terotoar, pinggir-pinggir jalan umum, dan lain sebagainya. Pedagang yang

menjalankan kegiatan usahanya dalam jangka tertentu dengan menggunakan

sarana atau perlangkapan yang mudah dipindahkan, dibongkar pasang dan

mempergunakan lahan fasilitas umum.

Berdasarkan Peraturan Walikota Parepare Nomor 31 Tahun 2020,

Pedagang Kaki Lima adalah seseorang yang melakukan kegiatan usaha

perdagangan dan jasa yang menempati tempat-tempat prasarana kota dan

fasilitas umum baik yang mendapat izin dari pemerintah daerah maupun

yang tidak mendapat izin pemerintah daerah antara lain badan jalan, trotoar,

saluran air ,jalur hijau, taman,bawah jembatan, jembatan penyeberangan.

3. Klasifikasi Pedagang

Menurut Damsar (1997, dalam Yudha 2017), bahwa dalam ekonomi,

pedagang dibedakan menurut jalur distribusi yang dilakukan dapat

dibedakan menjadi:

a. Pedagang distributor (tunggal), yaitu pedagang yang memegang hak

distribusi satu produk dari perusahaan tertentu.

b. Pedagang partai (besar), yaitu pedagang yang membeli produk dalam

jumlah besar yang dimaksudkan untuk dijual kepada pedagang lainnya

seperti grosir.

23
c. Pedagang eceran, yaitu pedagang yang menjual produk langsung kepada

konsumen.

Sedangkan dari pandangan sosiologi ekonomi, pedagang dibedakan

berdasarkan penggunaan dan pengolahan pendapatan yang didapatkan dari

hasil perdagangan dan hubungannya dengan ekonomi keluarga. Berdasarkan

penggunaan dan pengelolaan pendapatan yang diperoleh dari hasil

perdagangan, pedagang dapat dikelompokan menjadi (Mawadah, 2019):

a. Pedagang profesional yaitu pedagang yang menggunakan aktivitas

perdagangan merupakan pendapatan/sumber utama dana satu-satunya

bagi ekonomi keluarga.

b. Pedagang semi-profesional yaitu pedagang yang mengakui aktivitas

perdagangan untuk memperoleh uang tetapi pendapatan dari hasil

perdagangan merupakan sumber tambahan bagi ekonomi keluarga.

c. Pedagang subsitensi yaitu pedagang yang menjual produk atau barang

dari hasil aktivitas atas subsitensi untuk memenuhi ekonomi keluarga.

Pada daerah pertanian, pedagang ini adalah seorang petani yang menjual

produk pertanian ke pasar desa atau kecamatan.

d. Pedagang semu adalah orang yang melakukan kegiatan perdagangan

karena hobi atau untuk mendapatkan suasana baru atau untuk mengisi

waktu luang. Pedagang jenis ini tidak di harapkan kegiatan perdagangan

sebagai sarana untuk memperoleh pendapatan, malahan mungkin saja

sebaliknya ia akan memperoleh kerugian dalam berdagang.

24
4. Ciri-Ciri dan Karakteristik Pedagang Kaki Lima

Adapun ciri-ciri dari pedagang kaki lima adalah sebagai berikut

(Bastiana et al., 2019):

a. Pedagang kaki lima pada umumnya mempunyai modal kecil dan tidak

mempunyai usaha menetap, berdagang di emperan/depan toko, di

pinggiran jalan, trotoar, di atas got, di taman, bantaran kali dan di areal

parkiran dan tempat-tempat ramai.

b. Jam berdagang tidak tentu, ada pagi, ada siang, sore dan malam hari

bahkan ada yang dari pagi sampai sore hari dengan berbagai macam jenis

dagangan.

c. Jenis dagangan beraneka ragam, ada jajanan (makanan proses), tanaman

hias/ikan hias, pakaian jadi, sepatu, tas, kerajinan, buah-buahan dan lain-

lain.

d. Tempatnya dalam bentuk bangunan ada yang tertutup, terbuka,

menggunakan payung, gelaran, gerobak, pikulan, meja dan sebagainya,

konstruksi bangunan darurat, semi permanen dan tanpa bangunan.

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun

2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, PKL masuk dalam

kelompok usaha mikro. Usaha mikro sesuai pasal 6 ayat 1 mempunyai

pengertian usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha

perorangan yang memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50.000.000,- (lima puluh

juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

25
b. memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 300.000.000,- (tiga

ratus juta rupiah).

C. Tinjauan Umum Tentang Protokol Kesehatan

1. Prinsip Umum Protokol Kesehatan

Masyarakat memiliki peran penting dalam memutus mata rantai

penularan COVID-19 agar tidak menimbulkan sumber penularan

baru/cluster pada tempat-tempat dimana terjadinya pergerakan orang,

interaksi antar manusia dan berkumpulnya banyak orang. Masyarakat harus

dapat beraktivitas kembali dalam situasi pandemi COVID-19 dengan

beradaptasi pada kebiasaan baru yang lebih sehat, lebih bersih, dan lebih

taat, yang dilaksanakan oleh seluruh komponen yang ada di masyarakat

serta memberdayakan semua sumber daya yang ada. Peran masyarakat

untuk dapat memutus mata rantai penularan COVID-19 (risiko tertular dan

menularkan) harus dilakukan dengan menerapkan protokol kesehatan.

Protokol kesehatan secara umum harus memuat (Kepmenkes RI, 2020):

a. Perlindungan Kesehatan Individu

Penularan COVID-19 terjadi melalui droplet yang dapat menginfeksi

manusia dengan masuknya droplet yang mengandung virus SARS-CoV-

2 ke dalam tubuh melalui hidung, mulut, dan mata. Prinsip pencegahan

penularan COVID-19 pada individu dilakukan dengan menghindari

masuknya virus melalui ketiga pintu masuk tersebut dengan beberapa

tindakan, seperti:

26
1) Menggunakan alat pelindung diri berupa masker yang menutupi

hidung dan mulut hingga dagu, jika harus keluar rumah atau

berinteraksi dengan orang lain yang tidak diketahui status

kesehatannya (yang mungkin dapat menularkan COVID-19). Apabila

menggunakan masker kain, sebaiknya gunakan masker kain 3 lapis.

2) Membersihkan tangan secara teratur dengan cuci tangan pakai sabun

dengan air mengalir atau menggunakan cairan antiseptik berbasis

alkohol/handsanitizer. Selalu menghindari menyentuh mata, hidung,

dan mulut dengan tangan yang tidak bersih (yang mungkin

terkontaminasi droplet yang mengandung virus).

3) Menjaga jarak minimal 1 meter dengan orang lain untuk menghindari

terkena droplet dari orang yang bicara, batuk, atau bersin, serta

menghindari kerumunan, keramaian, dan berdesakan. Jika tidak

memungkinkan melakukan jaga jarak maka dapat dilakukan berbagai

rekayasa administrasi dan teknis lainnya. Rekayasa administrasi dapat

berupa pembatasan jumlah orang, pengaturan jadwal, dan sebagainya.

Sedangkan rekayasa teknis antara lain dapat berupa pembuatan partisi,

pengaturan jalur masuk dan keluar, dan lain sebagainya.

4) Meningkatkan daya tahan tubuh dengan menerapkan Perilaku Hidup

Bersih dan Sehat (PHBS) seperti mengonsumsi gizi seimbang,

aktivitas fisik minimal 30 menit sehari dan istirahat yang cukup

(minimal 7 jam), serta menghindari faktor risiko penyakit. Orang yang

memiliki komorbiditas/penyakit penyerta/kondisi rentan seperti

27
diabetes, hipertensi, gangguan paru, gangguan jantung, gangguan

ginjal, kondisi immunocompromised/penyakit autoimun, kehamilan,

lanjut usia, anak-anak, dan lain lain, harus lebih berhati-hati dalam

beraktifitas di tempat dan fasilitas umum.

b. Perlindungan Kesehatan Masyarakat

Perlindungan kesehatan masyarakat merupakan upaya yang harus

dilakukan oleh semua komponen yang ada di masyarakat guna mencegah

dan mengendalikan penularan COVID-19. Potensi penularan COVID-19

di tempat dan fasilitas umum disebabkan adanya pergerakan, kerumunan,

atau interaksi orang yang dapat menimbulkan kontak fisik. Dalam

perlindungan kesehatan masyarakat peran pengelola, penyelenggara, atau

penanggung jawab tempat dan fasilitas umum sangat penting untuk

menerapkan sebagai berikut (Kepmenkes RI, 2020):

1) Unsur pencegahan (prevent)

a) Kegiatan promosi kesehatan (promote) dilakukan melalui

sosialisasi, edukasi, dan penggunaan berbagai media informasi

untuk memberikan pengertian dan pemahaman bagi semua orang,

serta keteladanan dari pimpinan, tokoh masyarakat, dan melalui

media mainstream.

b) Kegiatan perlindungan (protect) antara lain dilakukan melalui

penyediaan sarana cuci tangan pakai sabun yang mudah diakses

dan memenuhi standar atau penyediaan handsanitizer, upaya

penapisan kesehatan orang yang akan masuk ke tempat dan fasilitas

28
umum, pengaturan jaga jarak, disinfeksi terhadap permukaan,

ruangan, dan peralatan secara berkala, serta penegakkan

kedisplinan pada perilaku masyarakat yang berisiko dalam

penularan dan tertularnya COVID-19 seperti berkerumun, tidak

menggunakan masker, merokok di tempat dan fasilitas umum dan

lain sebagainya.

2) Unsur penemuan kasus (detect)

a) Fasilitasi dalam deteksi dini untuk mengantisipasi penyebaran

COVID-19, yang dapat dilakukan melalui berkoordinasi dengan

dinas kesehatan setempat atau fasilitas pelayanan kesehatan.

b) Melakukan pemantauan kondisi kesehatan (gejala demam, batuk,

pilek, nyeri tenggorokan, dan/atau sesak nafas) terhadap semua

orang yang ada di tempat dan fasilitas umum.

3) Unsur penanganan secara cepat dan efektif (respond)

Melakukan penanganan untuk mencegah terjadinya penyebaran

yang lebih luas, antara lain berkoordinasi dengan dinas kesehatan

setempat atau fasilitas pelayanan kesehatan untuk melakukan

pelacakan kontak erat, pemeriksaan rapid test atau Real Time

Polymerase Chain Reaction (RT-PCR), serta penanganan lain sesuai

kebutuhan. Terhadap penanganan bagi yang sakit atau meninggal di

tempat dan fasilitas umum merujuk pada standar yang berlaku sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

29
2. Protokol Kesehatan di Pasar dan Sejenisnya

Pasar merupakan suatu area dimana tempat bertemunya pembeli dan

penjual, baik secara langsung maupun tidak langsung, dengan proses jual

beli berbagai jenis barang konsumsi melalui tawar menawar. Banyaknya

kerumunan dan pergerakan orang merupakan kondisi yang harus menjadi

perhatian dalam penerapan prinsip jaga jarak minimal 1 meter di pasar.

Penerapan upaya pencegahan dan pengendalian COVID-19 di pasar sangat

membutuhkan peran kepemimpinan pengelola pasar serta keterlibatan lintas

sektor dan aparat dalam penertiban kedisplinan masyarakat pasar

(Kepmenkes RI, 2020).

a. Bagi Pihak Pengelola

1) Memperhatikan informasi terkini serta himbauan dan instruksi

pemerintah pusat dan pemerintah daerah terkait COVID-19 di

wilayahnya.

2) Mengatur pedagang yang dapat beroperasi mengikuti ketentuan

pemerintah daerah setempat.

3) Membentuk Tim/Pokja Pencegahan COVID-19 di Pasar untuk

membantu pengelola dalam penanganan COVID-19 dan masalah

kesehatan lainnya.

4) Menerapkan jaga jarak di area pasar dengan berbagai cara, seperti

pengaturan jarak antar lapak pedagang, memberikan tanda khusus jaga

jarak yang ditempatkan di lantai pasar, dan lain sebagainya.

30
5) Menyediakan fasilitas cuci tangan pakai sabun yang memadai dan

mudah diakses oleh pedagang dan pengunjung.

6) Melakukan pembersihan dan disinfeksi secara berkala (paling sedikit

tiga kali sehari) pada area atau sarana yang digunakan bersama seperti

pegangan tangga, tombol lift, pintu toilet dan fasilitas umum lainnya.

7) Mengoptimalkan sirkulasi udara dan sinar matahari masuk area pasar.

Jika terdapat AC lakukan pembersihan filter secara berkala.

8) Menyediakan ruangan khusus/pos kesehatan untuk penanganan

pertama apabila ada warga pasar yang mengalami gangguan kesehatan

di pasar.

9) Melakukan sosialisasi dan edukasi kepada pekerja yang ada di Pasar

(karyawan pengelola pasar, pedagang, petugas keamanan, tukang

parkir, kuli angkut dan lain-lain) tentang pencegahan penularan

COVID-19 yang dapat dilakukan dengan surat pemberitahuan,

pemasangan spanduk, poster, banner, whatsapp/sms blast, radioland

dan lain sebagainya. Adapun materi yang diberikan meliputi

pengetahuan tentang COVID-19 dan cara penularannya, wajib

penggunaan masker, cuci tangan pakai sabun dengan air mengalir,

jaga jarak dan etika batuk.

10) Memasang media informasi di lokasi-lokasi strategis untuk

mengingatkan pengunjung agar selalu mengikuti ketentuan jaga jarak

minimal 1 meter, menjaga kebersihan tangan, dan kedisiplinan

penggunaan masker di seluruh lokasi pasar.

31
11) Pemberitahuan informasi tentang larangan masuk ke area pasar bagi

pekerja dan pengunjung yang memiliki gejala demam, batuk, pilek,

nyeri tenggorokan, dan/atau sesak nafas.

12) Dalam hal pasar dilengkapi dengan alat mobilisasi vertikal, lakukan

pengaturan sebagai berikut:

a) Penggunaan lift: membatasi jumlah orang yang masuk dalam lift,

membuat penanda pada lantai lift dimana penumpang lift harus

berdiri dan posisi saling membelakangi.

b) Penggunaan tangga: jika hanya terdapat 1 jalur tangga, bagi lajur

untuk naik dan untuk turun, usahakan agar tidak ada orang yang

berpapasan ketika naik dan turun tangga. Jika terdapat 2 jalur

tangga, pisahkan jalur tangga untuk naik dan jalur tangga untuk

turun.

13) Jika diperlukan, secara berkala dapat dilakukan pemeriksaan rapid test

kepada para pedagang pasar dan pekerja lainnya berkoordinasi dengan

dinas kesehatan setempat atau fasilitas pelayanan kesehatan.

b. Bagi Pedagang dan Pekerja Lainnya

1) Memastikan diri dalam kondisi sehat sebelum berangkat ke pasar. Jika

mengalami gejala seperti demam, batuk, pilek, nyeri tenggorokan,

dan/atau sesak nafas, tetap di rumah dan periksakan diri ke fasilitas

pelayanan kesehatan apabila berlanjut.

2) Saat perjalanan dan selama bekerja selalu menggunakan masker,

menjaga jarak dengan orang lain, dan hindari menyentuh area wajah.

32
Jika terpaksa akan menyentuh area wajah pastikan tangan bersih

dengan cuci tangan pakai sabun dengan air mengalir atau

menggunakan handsanitizer.

3) Melakukan pembersihan area dagang masing-masing sebelum dan

sesudah berdagang (termasuk meja dagang, pintu/railing door kios,

etalase dan peralatan dagang lainnya).

4) Melakukan upaya untuk meminimalkan kontak dengan pelanggan,

misalnya menggunakan pembatas/partisi (misal flexy glass/plastik),

menyediakan wadah khusus serah terima uang, dan lain lain.

5) Pedagang, petugas keamanan, tukang parkir, dan kuli angkut harus

selalu berpartisipasi aktif mengingatkan pengunjung dan sesama rekan

kerjanya untuk menggunakan masker dan menjaga jarak minimal 1

meter.

6) Jika kondisi padat dan penerapan jaga jarak sulit diterapkan, maka

penggunaan pelindung wajah (faceshield) bersama masker sangat

direkomendasikan sebagai perlindungan tambahan.

7) Saat tiba di rumah, segera mandi dan berganti pakaian sebelum kontak

dengan anggota keluarga di rumah, serta membersihkan handphone,

kacamata, tas, dan barang lainnya dengan cairan disinfektan.

8) Meningkatkan daya tahan tubuh dengan menerapkan PHBS seperti

mengonsumsi gizi seimbang, aktivitas fisik minimal 30 menit sehari

dan istirahat yang cukup dengan tidur minimal 7 jam, serta

menghindari faktor risiko penyakit.

33
c. Bagi Pengunjung

1) Memastikan diri dalam kondisi sehat sebelum keluar rumah, jika

mengalami gejala seperti demam, batuk, pilek, nyeri tenggorokan,

dan/atau sesak nafas, tetap di rumah dan periksakan diri ke fasilitas

pelayanan kesehatan apabila berlanjut.

2) Selalu menggunakan masker saat perjalanan dan selama berada di

pasar.

3) Menjaga kebersihan tangan dengan sering mencuci tangan pakai

sabun dengan air mengalir atau menggunakan handsanitizer.

4) Hindari menyentuh area wajah seperti mata, hidung, dan mulut.

5) Tetap memperhatikan jaga jarak minimal 1 meter dengan orang lain.

6) Jika kondisi padat dan sulit menerapkan jaga jarak agar tidak

memaksakan diri masuk ke dalam pasar, namun apabila terpaksa

tambahan penggunaan pelindung wajah (faceshield) bersama masker

sangat direkomendasikan sebagai perlindungan tambahan.

3. Penertiban dan Pengawasan dalam Penerapan Protokol Kesehatan

Secara berkala atau jika dibutuhkan, aparat pengamanan melakukan

penertiban dan pengawasan penerapan protokol kesehatan di tempat dan

fasilitas umum. Penertiban dan pengawasan tersebut dilaksanakan secara

berkoordinasi atau dengan mengikutsertakan kementerian, lembaga atau

pemerintah daerah sesuai tugas dan fungsinya masing-masing.

34
D. Kerangka Teori

Berdasarkan uraian dalam landasan teori, maka disusunlah kerangka teori

berdasarkan teori Lawrence Green (1980) dalam Ningsih (2018), yaitu:

Faktor Predisposisi
a. Pengetahuan
b. Sikap
c. Masa kerja
d. Tindakan
e. Pendidikan

Faktor Pemungkin
E.
a. Ketersediaan Faktor Penguat
F. Faktor yang a. Kebijakan
Sarana
mempengaruhi b. Motivasi
b. Informasi
G. tentang kepatuhan c. Pengawasan
Protokol
H.
Kesehatan

Gambar 1. Kerangka Teori Penelitian Berdasarkan Teori Lawrence Green


Sumber: Teori Lawrence Green (1980) dalam Ningsih (2018)

35
E. Tabel Sintesa Penelitian

Nama
Metode
No. Judul Penelitian Peneliti / Variabel Penelitian Hasil Penelitian
Penelitian
Tahun
1. Hubungan Antara Sari, Survei deskriptif Variabel Terdapat hubungan antara pengetahuan
Pengetahuan Sholihah dan metode kuantitatif independen: masyarakat dengan kepatuhan
Masyarakat dengan Atiqoh / dengan Pengetahuan menggunakan masker sebagai upaya
Kepatuhan 2020 pendekatan cross masyarakat. pencegahan penyakit COVID-19.
Penggunaan Masker sectional study Dibuktikan dengan uji Chi-Square
Sebagai Upaya Variabel dependen: menggunakan fisher exact yang
Pencegahan Penyakit Kepatuhan memberikan nilai p=0,004 (<0,05) dan
COVID-19 di menggunakan X2 Hitung = 15,331 > X2 Tabel 3,841.
Ngronggah. masker

2. Hubungan Wulandari et Penelitian Variabel Jenis kelamin memiliki hubungan yang


Karakteristik Individu al., / 2020 observasional independen : Umur, signifikan dengan pengetahuan tentang
dengan Pengetahuan analitik dengan jenis kelamin, pencegahan COVID-19. Sedangkan
tentang Pencegahan pendekatan cross pendidikan, status umur, pendidikan, status pekerjaan dan
Coronavirus Disease sectional pekerjaan, posisi posisi dalam keluarga tidak memiliki
2019 pada dalam keluarga. hubungan dengan pengetahuan tentang
Masyarakat di pencegahan COVID-19.
Kalimantan Selatan. Variabel dependen:
Pengetahuan
tentang pencegahan
COVID-19

3. Pengetahuan, Sikap Utami, Mose Analisis deskriptif Variabel penelitian Hasil penelitian ini menunjukkan
dan Keterampilan dan Martini / ini adalah bahwa 83% responden memiliki

36
Masyarakat dalam 2020 pengetahuan, sikap, pengetahuan yang baik mengenai
Pencegahan COVID - dan perilaku. pencegahan COVID-19, 70,7%
19 di Provinsi DKI responden memiliki sikap yang baik
Jakarta. mengenai pencegahan COVID-19 dan
70,3% responden memiliki
keterampilan yang baik mengenai
pencegahan COVID-19.
4. Efektivitas Kepatuhan Abadi et Penelitian Variabel Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Protokol Kesehatan al., / 2020 kuantitatif dengan independen: terdapat 88 responden (90.7%) yang
COVID-19 pada desain cross pencapaian tujuan baik dan 9 responden (9.3%) yang
Pekerja Sektor sectional dan hasil, kepuasan kurang baik dalam efektivitas
Informal di Kota kelompok sasaran, kepatuhan protokol kesehatan COVID-
Makassar sistem 19. Adapun hasil uji statistik
pemeliharaan, menunjukkan bahwa pencapaian tujuan
tindakan, fasilitas, dan hasil (p=0.004), kepuasan
motivasi. kelompok sasaran (p=0.357), sistem
pemeliharaan (p=0.236), tindakan
Variabel dependen: (p=0.068), fasilitas (p=0.288), dan
efektivitas motivasi (p=0.744). Berdasarkan hasil
kepatuhan protokol penelitian, dapat disimpulkan bahwa
kesehatan hanya variabel pencapaian tujuan dan
hasil yang memiliki hubungan
signifikan dengan efektivitas kepatuhan
protokol kesehatan COVID-19,
sedangkan variabel-variabel lainnya
tidak terdapat hubungan.

37
5. Faktor-Faktor yang Afrianti dan Penelitian ini Variabel Hasil penelitian didapatkan bahwa
Mempengaruhi Rahmiati / bersifat analitik independen: usia, terdapat lima faktor yang memiliki
Kepatuhan 2021 menggunakan pengetahuan, sikap, hubungan bermakna dengan kepatuhan
Masyarakat Terhadap metode survey motivasi, jenis masyarakat terhadap protokol kesehatan
Protokol Kesehatan dengan kelamin, yaitu usia (p 0.001), pendidikan (p
COVID-19 pendekatan pendidikan, status, 0,035), pengetahuan (p 0.015), sikap (p
crossectional pekerjaan. 0.006), dan motivasi (p 0.001) dan hasil
analisa multivariate didapatkan nilap p=
Variabel dependen: 0,001 (<0.05) sehingga diketahui bahwa
kepatuhan variabel tersebut memberikan pengaruh
masyarakat terhadap nyata terhadap kepatuhan masyarakat
protokol kesehatan terhadap protokol kesehatan.
COVID-19.
6. Analisis Kepatuhan Marzuki et Jenis penelitian Variabel Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Penggunaan Masker al., / 2021 ini adalah analitik independen: terdapat 38 pedagang (40,4%) yang
Dalam Pencegahan observasional pengetahuan, sikap, patuh dan 56 pedagang (59,6%) yang
Covid-19 pada dengan desain informasi tentang tidak patuh dalam penggunaan masker.
Pedagang Pasar Kota cross sectional masker, motivasi. dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh
Parepare antara pengetahuan, sikap, informasi
Variabel dependen: tentang masker dan motivasi sebagai
kepatuhan variabel independen terhadap kepatuhan
penggunaan masker. penggunaan masker pada pedagang di
Pasar Lakessi Kota Parepare sebagai
variabel dependen.
7. Faktor-Faktor yang Tetartor et Jenis penelitian Variabel Hasil penelitian ini menunjukkan
Berhubungan dengan al., / 2021 ini adalah independen: bahwa Ada Hubungan pendidikan,
Kepatuhan Pedagang penelitian pendidikan, pengetahuan, sikap terhadap kepatuhan
dalam Pelaksanaan deskriptif dengan pengetahuan, sikap, pedagang terhadap pelaksanaan

38
Protokol Kesehatan pendekatan lingkungan sosial, protokol kesehatan COVID-19 di Pasar
COVID-19 di Pasar kualitatif dengan sumber informasi. Petisah Kota Medan Sumatera Utara.
Petisah Kota Medan rancangan cross Variabel dependen: Selain itu, tidak ada hubungan
Sumatera Utara sectional pelaksanaan lingkungan sosial dan sumber informasi
protokol kesehatan. terhadap pelaksanaan protokol
Kesehatan COVID-19 di Pasar Petisah
Kota Medan Sumatera Utara.
8. Implementation of Rampo, Penelitian ini Variabel pada Hasil penelitian menunjukkan informan
The Health Protocol Limbu dan merupakan penelitian ini adalah berpengetahuan baik karena mengetahui
COVID-19 Ndun, / 2022 penelitian pengetahuan, sikap, tentang pengertian, penularan dan
Prevention to Sellers deskriptif dengan ketersediaan pencegahan COVID-19, serta
in Kasih Market, pendekatan fasilitas PHBS, dan mengetahui penerapan protokol
Kupang City kualitatif pengimplementasian kesehatan. Informan juga memiliki
protokol kesehatan. sikap positif terhadap COVID-19 dan
sikap untuk menggunakan masker dan
mencuci tangan, namun memiliki sifat
negatif terhadap penerapan jaga jarak.
Sarana PHBS di pasar Kasih Kota
Kupang sudah memadai.
9. To Wear or Not to Rieger / Penelitian Variabel yang Hasil penelitian ini menunjukkan
Wear? Factors 2020 deskriptif digunakan yaitu bahwa faktor demografi tidak
Influencing Wearing korelatif faktor demografi menunjukkan hasil yang signifikan
Face Masks in antara lain usia, terhadap penggunaan masker. Adapun
Germany during the jenis kelamin, dan faktor yang paling signifikan adalah
COVID-19 Pandemic status pendidikan. kekhawatiran tentang krisis saat ini,
Selain itu digunakan yaitu lebih banyak kekhawatiran
variabel mengarah ke lebih banyak orang yang
kekhawatiran memakai masker. Faktor signifikan

39
terhadap situasi saat lainnya adalah keengganan tersendiri
ini, keengganan untuk tidak memakai masker, persepsi
tersendiri untuk penilaian orang lain, perlindungan diri,
tidak menggunakan dan perlindungan orang lain.
masker, persepsi
penilaian orang lain,
perlindungan diri,
dan perlindungan
orang lain.
10. Adherence to Social Dzisi dan Penelitian Variabel yang Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Distancing and Dei / 2020 observasional digunakan yaitu mayoritas (98%) bus mematuhi
Wearing of Masks (Roadside kepatuhan pedoman social distancing yang
Within Public observer surveys) penggunaan masker ditetapkan oleh kementerian
Transportation dan social perhubungan, namun kebijakan
during The Covid-19 distancing dalam penggunaan masker tidak banyak
Pandemic kendaraan umum. dipatuhi di sebagian besar kendaraan.
Sekitar 12,6% kendaraan memiliki
kurang dari 3 penumpang tanpa
masker, sedangkan 21,3% bus yang
memiliki kurang dari 3 penumpang
dengan masker.
11. Psychological Bellato / Penelitian studi Variabel bebas : Penelitian ini menunjukkan bahwa
Factors Underlying 2020 literature Empati, suasana hati adanya hubungan antara empati,
Adherence to COVID- (literature review) yang positif, dan suasana hati yang positif, serta
19 Regulations: A pengaruh sosial. pengaruh sosial terhadap kepatuhan
Commentary on How Variabel terikat : terhadap peraturan COVID-19 yang
to Promote Kepatuhan terhadap berlaku.
Compliance through peraturan terkait

40
Mass Media and COVID-19.
Limit the Risk of A
Second Wave
12. Who is Wearing a Haischer et Penelitian Variabel bebas : Penelitian ini menunjukkan bahwa
Mask? Gender, Age, al., / 2020 observasional Jenis kelamin, usia, responden laki-laki, responden dengan
and Location-related analitik dengan dan lokasi/tempat usia yang lebih muda, dan responden
Differences during pendekatan cross tinggal. yang tinggal di lokasi pertokoan di area
the COVID-19 sectional Variabel terikat : pedesaan diketahui memiliki angka
Pandemic Perilaku penggunaan masker yang lebih rendah
penggunaan masker dibandingkan dengan kelompok
selama pandemi responden lainnya.
COVID-19.
13. Hand Hygiene, Mask- Chen et al., / Penelitian Variabel bebas : Hasil penelitian ini menunjukkan
Wearing Behaviors 2020 deskriptif Jenis kelamin, kelas, bahwa jenis kelamin, kelas, riwayat
and Its Associated kuantitatif dengan riwayat keluar, keluar, pekerjaan ayah, latar belakang
Factors during the pendekatan cross pekerjaan orang tua, pendidikan ibu, dan waktu pengisian
COVID-19 sectional pendidikan orang survei secara signifikan berhubungan
Epidemic:A Cross- tua, tempat tinggal, dengan kebersihan tangan di kalangan
Sectional Study dan waktu pengisian siswa sekolah dasar. Sedangkan kelas,
among Primary survey. latar belakang pendidikan ibu, dan
School Students in Variabel terikat : tempat tinggal berhubungan dengan
Wuhan, China Kebersihan tangan penggunaan masker di kalangan siswa
dan penggunaan sekolah dasar.
masker.
14. Obedience Analysis of Marzuki, Jenis penelitian Variabel Hasil uji statistik variabel penelitian
Mask Use in Muh Yusri ini adalah analitik independen: menunjukkan bahwa pengetahuan (nilai
Prevention of Abadi, et al., observasional pengetahuan dan = 0,460) dan sikap (nilai = 0,650). Oleh
COVID-19 in dengan desain karena itu, dapat disimpulkan bahwa

41
Traditional Market / 2021 cross sectiona sikap. ada pengaruh antara pengetahuan dan
Traders in South sikap terhadap kepatuhan memakai
Sulawesi Province (A Variabel dependen: masker oleh pedagang di Pasar
Case Study in Daya kepatuhan Tradisional Sulawesi Selatan.
Market, Makassar penggunaan masker.
and Lakessi Market,
Parepare)
15. An Assessment of Yuan et al., / Penelitian Variabel Pembinaan publik secara signifikan
Social Distancing 2021 menggunakan independen: mempengaruhi persepsi risiko individu,
Obedience Behavior metode kuantitatif pembinaan publik, sedangkan persepsi risiko memberikan
during the COVID-19 dengan model persepsi risiko, dampak positif pada perilaku
Post-Epidemic Period Structural sanksi regulasi. kepatuhan social distancing. Selain itu,
in China: Equation persepsi risiko berperan sebagai
A Cross-Sectional Modeling (SEM) Variabel dependen: mediasi dalam hubungan antara
Survey dan analisis perilaku kepatuhan bimbingan publik dan perilaku
Hierarchical terhadap social kepatuhan social distancing. Selain itu,
Linear Regression distancing. hukuman regulasi secara positif
(HLR) memprediksi perilaku kepatuhan social
distancing dan bahkan dapat memiliki
efek yang lebih besar dengan
meningkatkan persepsi risiko.
16. Factors Affecting Prasetyo et Penelitian Variabel SEM menunjukkan bahwa pemahaman
Perceived al., (2020) menggunakan independen : tentang COVID-19 memiliki efek
Effectiveness of metode kuantitatif Kerentanan, langsung yang signifikan terhadap
COVID-19 dengan model keparahan, sikap, persepsi kerentanan dan tingkat
Prevention Measures Structural perspektif pribadi, keparahan yaitu pemahaman tentang
among Filipinos Equation kontrol perilaku, COVID-19 ditemukan memiliki
during Enhanced Modeling (SEM) niat, perilaku pengaruh tidak langsung yang

42
Community sebenarnya, perilaku signifikan terhadap persepsi efektivitas.
Quarantine in Luzon, yang disesuaikan,
Philippines: efektivitas.
Integrating
Protection Motivation Variabel dependen:
Theory and extended Pemahaman terkait
Theory of Planned COVID-19.
Behavior
17. The Effect of Retnaningsih Penelitian ini Variabel Hasil penelitian ini menemukan bahwa
Knowledge and et al., (2020) merupakan independen : empat variabel berpengaruh signifikan
Attitude toward penelitian Karakteristik terhadap praktik pencegahan penularan
Coronavirus Disease- kuantitatif dengan responden (lokasi COVID-19. Variabel tersebut antara
19 Transmission pendekatan cross tempat tinggal, lain pekerjaan (rasio odds [OR]: 1,128;
Prevention Practice sectional pekerjaan, tingkat p < 0,01), jenis kelamin (OR: 1,309; p <
in South Sumatera pendidikan, jenis 0,05), pengetahuan (OR: 1,782; p <
Province, Indonesia kelamin, dan umur), 0,01), dan sikap (OR: 2,059; p < 0,01)
pengetahuan tentang
COVID-19, dan
sikap terhadap
COVID-19.
Variabel dependen:
adalah praktik
pencegahan
penularan COVID-
19.
18. Factors Associated Ditekemena Penelitian ini Variabel Data dari 3.268 peserta dianalisis.
with Adherence to et al., / 2021 merupakan independen: masker wajah tidak digunakan oleh

43
COVID-19 penelitian Pendidikan, tinggal 54,7% peserta, ketidakpatuhan terhadap
Prevention Measures kuantitatif dengan bersama pasangan, physical distancing dilaporkan
in The Democratic pendekatan cross jenis kelamin, sebanyak 41,7% peserta, dan 15,3%
Republic of The sectional pekerjaan, status peserta tidak melakukan cuci tangan
Congo (DRC): perkawinan. secara teratur. Lima variabel yang
Results of an Online berhubungan dengan kepatuhan yang
Survey Variabel dependen: buruk: tingkat pendidikan yang lebih
kepatuhan dalam rendah, tinggal bersama orang lain di
pencegahan rumah, tidak bekerja/pelajar, tinggal
COVID-19. dengan pasangan dan bukan merupakan
petugas kesehatan.
19. Adherence to COVID- Abeya et al., Penelitian ini Variabel Tingkat kepatuhan secara keseluruhan
19 preventive / 2021 merupakan independen: Usia, terhadap tindakan pencegahan COVID-
measures and penelitian yang tingkat pendidikan, 19 tergolong rendah. Usia, tingkat
associated factors in menggunakan pekerjaan, pendidikan, pekerjaan, dan pengetahuan
Oromia regional state pendekatan cross pengetahuan, merupakan faktor yang berhubungan
of Ethiopia sectional berbasis konteks politik, dengan tingkat kepatuhan terhadap
komunitas. pengangguran, mata tindakan pencegahan COVID-19.
pencaharian, dan Konteks politik, pengangguran, mata
peristiwa sosial. pencaharian, dan peristiwa sosial dapat
Variabel dependen: dikatakan sebagai alasan rendahnya
kepatuhan terhadap kepatuhan terhadap tindakan
tindakan pencegahan COVID-19.
pencegahan
COVID-19.
20. Factors Associated Hills dan Penelitian Variabel Ketidakpatuhan terhadap semua aturan
with Non-Adherence Eraso / 2021 kuantitatif dengan independen: faktor social distancing memiliki hubungan
to Social Distancing pendekatan cross demografi, tempat yang lebih kuat dengan kerentanan

44
Rules During The sectional dan tinggal, faktor terhadap COVID-19, sedangkan
COVID-19 menggunakan kesehatan, faktor ketidakpatuhan yang disengaja
Pandemic: A Logistic analisis logistic politik, psikologi memiliki hubungan yang lebih kuat
Regression Analysis regression. dan sosial. dengan niat dan faktor psikologis anti-
sosial. Direkomendasikan bahwa orang
Variabel dependen: yang tinggal di lingkungan berisiko
Perilaku tinggi, seperti mereka yang tinggal di
ketidakpatuhan rumah dengan banyak orang, harus
terhadap social didukung secara khusus ketika diminta
distancing. untuk tinggal di rumah, dan pesan
kesehatan masyarakat harus
menekankan tanggung jawab bersama
dan kesadaran publik.
Tabel 1. Tabel Sintesa Penelitian

45
BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran Variabel Penelitian

Protokol kesehatan di setiap sektor harus dilaksanakan di era Adaptasi

Kebiasaan Baru (AKB) seperti sekarang ini terutama di area publik seperti

pasar (Kemenkes RI, 2020). Wilayah pasar merupakan tempat yang paling

sering ditemukan adanya pelanggaran protokol kesehatan.

Menurut Kepmenkes RI Nomor HK.01.07/MENKES/382/2020 tentang

Protokol Kesehatan Bagi Masyarakat di Tempat dan Fasilitas Umum dalam

Rangka Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus Disease 2019 (COVID-

19) menyatakan bahwa masyarakat memiliki peran penting dalam memutus

mata rantai penularan COVID-19 agar tidak menimbulkan sumber penularan

baru/cluster pada tempat-tempat dimana terjadinya pergerakan orang, interaksi

antar manusia dan berkumpulnya banyak orang. Peran masyarakat untuk dapat

memutus mata rantai penularan COVID-19 (risiko tertular dan menularkan)

harus dilakukan dengan menerapkan protokol kesehatan (Kepmenkes RI,

2020).

Adapun variabel dependen penelitian ini yaitu kepatuhan penerapan

protokol kesehatan dan variabel independen antara lain pengetahuan, sikap,

informasi tentang protokol kesehatan, dan motivasi dengan dasar pemikiran

yaitu:

46
1. Kepatuhan Penerapan Protokol Kesehatan

Peran masyarakat untuk dapat memutus mata rantai penularan

COVID-19 (risiko tertular dan menularkan) harus dilakukan dengan

menerapkan protokol kesehatan. Faktor – faktor yang mempengaruhi

kepatuhan tergantung pada banyak faktor, termasuk pengetahuan, motivasi,

persepsi, dan keyakinan terhadap upaya pengontrolan dan pencegahan

penyakit, variabel lingkungan, kualitas intruksi kesehatan, dan kemampuan

mengakses sumber yang ada (Sinuraya et al., 2018).

2. Pengetahuan

Pengetahuan tentang penyakit COVID-19 merupakan hal yang

sangat penting agar tidak menimbulkan peningkatan jumlah kasus penyakit

COVID-19. Oleh karena itu, pengetahuan masyarakat tentang pencegahan

COVID-19 dengan kepatuhan penerapan protokol kesehatan memiliki

peranan penting dalam mengantisipasi kejadian berulang (Sari, Sholihah dan

Atiqoh, 2020). Pengetahuan memiliki kaitan yang erat dengan keputusan

yang akan diambilnya, karena dengan pengetahuan seseorang memiliki

landasan untuk menentukan pilihan (Prihantana dan Wahyuningsih, 2016).

3. Sikap

Sikap adalah suatu reaksi atau respon seseorang terhadap stimulus

atau objek. Sikap tentang kepatuhan penerapan protokol kesehatan sangat

penting untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal. Pencapaian sikap

tidak baik menjadi baik atau bahkan sangat baik membutuhkan beberapa

tahapan pada pekerja. Sikap terdiri dari berbagi tingkatan yaitu menerima,

47
merespon, menghargai dan bertanggung jawab. Semakin baik sikap

seseorang maka semakin patuh dalam penerapan protokol kesehatan,

begitupun sebaliknya semakin buruk sikap seseorang semakin tidak patuh

dalam penerapan protokol kesehatan (Juliarti, 2021)

4. Informasi Tentang Protokol Kesehatan

Semakin banyak memiliki informasi dapat mempengaruhi atau

menambah pengetahuan terhadap seseorang dan dengan pengetahuan

tersebut bisa menimbulkan kesadaran yang akhirnya seseorang itu akan

berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya. Pemberian

informasi dapat dilakukan dengan penyuluhan. Oleh karena itu, penyuluhan

protokol kesehatan pada pedagang kaki lima sangat penting peranannya

untuk meningkatkan penegakan protokol kesehatan saat berjualan. Media

yang dilakukan untuk penyuluhan dapat berupa leaflet, poster dan lain-lain.

5. Motivasi

Kepatuhan membutuhkan motivasi, motivasi dan kepatuhan

merupakan hal yang berbanding lurus dalam arti semakin tinggi motivasi

yang ada di dalam diri maka akan semakin tinggi pula tingkat kepatuhannya

(Kasim, Mulyadi dan Kallo, 2017).

48
B. Kerangka Konsep

Berdasarkan konsep pemikiran yang dikemukakan di atas, maka kerangka

konsep dalam penelitian ini secara sistematika dapat digambarkan sebagai

berikut:

Faktor Predisposisi:
V
a. Pengetahuan
b. Sikap

Faktor Pemungkin: Kepatuhan


a. Informasi tentang Penerapan Protokol
Masker Kesehatan PKL

Faktor Penguat:
a. Motivasi

Gambar 2. Kerangka Konsep

Keterangan :

: Variabel Dependen (Terikat)

: Variabel Independen (Bebas)

: Variabel yang diteliti

49
C. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

Definisi operasional dan kriteria objektif dari setiap variabel penelitian

adalah sebagai berikut:

1. Kepatuhan Penerapan Protokol Kesehatan

a. Definisi Operasional

Kepatuhan didefinisikan sebagai sikap disiplin atau perilaku taat

terhadap suatu perintah maupun aturan yang ditetapkan, dengan penuh

kesadaran. Kepatuhan dalam penelitian ini adalah istilah yang digunakan

untuk menggambarkan perilaku masyarakat dalam penerapan protokol

kesehatan (Sari, Sholihah dan Atiqoh, 2020). Perilaku penerapan

protokol kesehatan yang dimaksud adalah kedisiplinan penggunaan

masker, perilaku mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir,

penerapan social/physical distancing dan penggunaan hand sanitizer.

Dalam penelitian ini, kepatuhan penerapan protokol kesehatan pada

pedagang akan dikelompokkan menjadi 2, yaitu patuh dan tidak patuh.

b. Kriteria Objektif

Variabel ini menggunakan skala Likert sesuai jumlah pernyataan

dengan menggunakan 5 kategori yang diberi skor, yaitu:

Pernyataan positif : Selalu =5

Sering =4

Kadang-kadang =3

Jarang =2

Tidak pernah =1

50
Pernyataan negatif : Selalu =1

Sering =2

Kadang-kadang =3

Jarang =4

Tidak pernah =5

Dimana,

Skor tertinggi = Jumlah pernyataan x bobot tertinggi

=7x5

= 35 (100%)

Skor terendah = Jumlah pernyataan x bobot terendah

=7x1

= 7 (20%)

Range = Skor tertinggi – Skor terendah

= 100% - 20%

= 80%

Interval (I) = Range / Kategori

= 80% / 2

= 40%

Maka, skor standar = 100% - 40%

= 60%

Berdasarkan perhitungan di atas, maka kriteria objektif pada variabel

kepatuhan penerapan protokol kesehatan adalah:

51
1) Patuh : Jika responden memperoleh skor ≥ 60%

2) Tidak Patuh : Jika responden memperoleh skor < 60%

2. Pengetahuan

a. Definisi Operasional

Pengetahuan merupakan hasil dari “tahu”, dan terjadi setelah

seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Pengetahuan merupakan hasil dari pengamatan dan pengalaman individu

terhadap suatu hal baru yang dapat berguna bagi individu tersebut.

Pengetahuan yang dimaksud adalah pengetahuan tentang apa yang

dimaksud dengan protokol kesehatan, apa saja yang termasuk dalam

protokol kesehatan, bagaimana penggunaan masker yang benar,

pemilihan masker yang tepat, bagaimana cara mencuci tangan yang baik

dan benar, apa yang dimaksud social/physical distancing, apa manfaat

hand sanitizer dan lain-lain. Dalam penelitian ini, pengetahuan pedagang

tentang protokol kesehatan di tengah masa pandemi COVID-19 akan

diukur, apakah pengetahuan pedagang termasuk kategori cukup atau

kategori kurang.

b. Kriteria Objektif

Variabel ini diukur menggunakan skala Guttman dengan perolehan

skor 1 apabila responden menjawab dengan benar, dan skor 0 apabila

responden menjawab salah, dimana:

Skor tertinggi = Jumlah pernyataan x bobot tertinggi

= 10 x 1

52
= 10 (100%)

Skor terendah = Jumlah pernyataan x bobot terendah

= 10 x 0

= 0 (0%)

Range = Skor tertinggi – Skor terendah

= 100% - 0%

= 100%

Interval (I) = Range / Kategori

= 100% / 2

= 50%

Maka, skor standar = 100% - 50%

= 50%

Berdasarkan perhitungan di atas, maka kriteria objektif pada variabel

pengetahuan adalah:

1) Cukup : Jika responden memperoleh skor ≥ 50%

2) Kurang : Jika responden memperoleh skor ˂ 50%

3. Sikap

a. Definisi Operasional

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari

seseorang terhadap satu stimulus atau objek, yang disertai adanya

perasaan tertentu, dan memberikan dasar orang tersebut untuk membuat

respon atau berperilaku dengan cara tertentu yang dipilihnya (Adriani

dan Kurwiyah, 2019). Sikap yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu

53
bagaimana pedagang menyikapi kebijakan pemerintah yang mengimbau

masyarakat untuk senantiasa menerapkan protokol kesehatan. Misalnya,

saat pedagang menganggap penerapan protokol kesehatan di tengah masa

pandemi COVID-19 adalah hal yang sangat penting, sehingga ia turut

memperingati orang-orang disekitarnya terkait hal tersebut. Dalam

penelitian ini, sikap pedagang dalam penerapan protokol kesehatan

dikelompokkan menjadi 2, yaitu baik dan kurang baik.

b. Kriteria Objektif

Variabel ini menggunakan skala Likert sesuai jumlah pernyataan

dengan menggunakan 5 kategori yang diberi skor, yaitu:

Pernyataan positif : Sangat setuju =5

Setuju =4

Ragu-ragu =3

Tidak setuju =2

Sangat tidak setuju = 1

Pernyataan negatif : Sangat setuju =1

Setuju =2

Ragu-ragu =3

Tidak setuju =4

Sangat tidak setuju = 5

Dimana,

Skor tertinggi = Jumlah pernyataan x bobot tertinggi

=8x5

54
= 40 (100%)

Skor terendah = Jumlah pernyataan x bobot terendah

=8x1

= 8 (20%)

Range = Skor tertinggi – Skor terendah

= 100% - 20%

= 80%

Interval (I) = Range / Kategori

= 80% / 2

= 40%

Maka, skor standar = 100% - 40%

= 60%

Berdasarkan perhitungan di atas, maka kriteria objektif pada variabel

sikap adalah:

1) Baik : Jika responden memperoleh skor ≥ 60%

2) Kurang Baik : Jika responden memperoleh skor < 60%

4. Informasi Tentang Protokol Kesehatan

a. Definisi Operasional

Menurut George R. Terry, pengertian informasi adalah suatu data

penting yang memberikan pengetahuan yang berguna bagi penerimanya.

Semakin banyak memiliki informasi dapat mempengaruhi atau

menambah pengetahuan terhadap seseorang dan dengan pengetahuan

55
tersebut bisa menimbulkan kesadaran yang akhirnya seseorang itu akan

berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.

Dalam penelitian ini, informasi tentang protokol kesehatan yang

dimaksud adalah pernah atau tidaknya pedagang memperoleh informasi

mengenai pentingnya penegakan protokol kesehatan di masa pandemi

COVID-19 baik melalui penyuluhan atau pelatihan, maupun melalui

media seperti radio, televisi, surat kabar, internet, dan lain-lain. Selain

itu, dapat pula diketahui apakah setelah mendapatkan informasi,

pedagang dapat memahami informasi tersebut dan menerapkannya dalam

kehidupan sehari-hari atau sebaliknya. Sehingga, dapat diketahui apakah

pedagang telah memperoleh informasi yang cukup atau masih

kekurangan informasi.

b. Kriteria Objektif

Variabel ini diukur menggunakan skala Guttman dengan perolehan

skor 1 apabila responden menjawab Ya, dan skor 0 apabila responden

menjawab Tidak, dimana:

Skor tertinggi = Jumlah pernyataan x bobot tertinggi

=6x1

= 6 (100%)

Skor terendah = Jumlah pernyataan x bobot terendah

=6x0

= 0 (0%)

Range = Skor tertinggi – Skor terendah

56
= 100% - 0%

= 100%

Interval (I) = Range / Kategori

= 100% / 2

= 50%

Maka, skor standar = 100% - 50%

= 50%

Berdasarkan perhitungan di atas, maka kriteria objektif pada variabel

informasi tentang protokol kesehatan adalah:

1) Informasi yang Cukup : Jika responden memperoleh skor ≥ 50%

2) Informasi yang Kurang : Jika responden memperoleh skor ˂ 50%

5. Motivasi

a. Definisi Operasional

Motivasi berasal dari kata latin “moreve” yang berarti dorongan

dalam diri manusia untuk bertindak atau berperilaku yang tidak terlepas

dari kebutuhan, yaitu suatu potensi dalam diri manusia yang perlu

ditanggapi atau direspon. Dalam penelitian ini, motivasi yang dimaksud

adalah hal-hal yang mendorong atau mendukung pedagang untuk

menerapkan protokol kesehatan terutama saat berjualan. Misalnya,

pedagang tetap patuh terhadap protokol kesehatan karena ia ingin

melindungi diri dan orang lain dari penyebaran virus, dan sebagainya.

Motivasi dalam penelitian ini dibagi menjadi 2 kategori, yaitu baik dan

kurang baik.

57
b. Kriteria Objektif

Variabel ini menggunakan skala Likert sesuai jumlah pernyataan

dengan menggunakan 5 kategori yang diberi skor, yaitu:

Pernyataan positif : Sangat setuju =5

Setuju =4

Ragu-ragu =3

Tidak setuju =2

Sangat tidak setuju = 1

Pernyataan negatif : Sangat setuju =1

Setuju =2

Ragu-ragu =3

Tidak setuju =4

Sangat tidak setuju = 5

Dimana,

Skor tertinggi = Jumlah pernyataan x bobot tertinggi

=5x5

= 25 (100%)

Skor terendah = Jumlah pernyataan x bobot terendah

=5x1

= 5 (20%)

Range = Skor tertinggi – Skor terendah

= 100% - 20%

= 80%

58
Interval (I) = Range / Kategori

= 80% / 2

= 40%

Maka, skor standar = 100% - 40%

= 60%

Berdasarkan perhitungan di atas, maka kriteria objektif pada variabel

motivasi adalah:

1) Baik : Jika responden memperoleh skor ≥ 60%

2) Kurang Baik : Jika responden memperoleh skor < 60%

D. Hipotesis Penelitian

1. Hipotesis Null (H0)

a. Tidak ada pengaruh pengetahuan terhadap kepatuhan penerapan protokol

kesehatan dalam pencegahan COVID-19 pada Pedagang Kaki Lima

(PKL) di Wilayah Pasar Senggol Kota Parepare.

b. Tidak ada pengaruh sikap terhadap kepatuhan penerapan protokol

kesehatan dalam pencegahan COVID-19 pada Pedagang Kaki Lima

(PKL) di Wilayah Pasar Senggol Kota Parepare.

c. Tidak ada pengaruh informasi tentang protokol kesehatan terhadap

kepatuhan penerapan protokol kesehatan dalam pencegahan COVID-19

pada Pedagang Kaki Lima (PKL) di Wilayah Pasar Senggol Kota

Parepare.

59
d. Tidak ada pengaruh motivasi terhadap kepatuhan penerapan protokol

kesehatan dalam pencegahan COVID-19 pada Pedagang Kaki Lima

(PKL) di Wilayah Pasar Senggol Kota Parepare.

2. Hipotesis Alternatif (Ha)

a. Ada pengaruh pengetahuan terhadap kepatuhan penerapan protokol

kesehatan dalam pencegahan COVID-19 pada Pedagang Kaki Lima

(PKL) di Wilayah Pasar Senggol Kota Parepare.

b. Ada pengaruh sikap terhadap kepatuhan penerapan protokol kesehatan

dalam pencegahan COVID-19 pada Pedagang Kaki Lima (PKL) di

Wilayah Pasar Senggol Kota Parepare.

c. Ada pengaruh informasi tentang protokol kesehatan terhadap kepatuhan

penerapan protokol kesehatan dalam pencegahan COVID-19 pada

Pedagang Kaki Lima (PKL) di Wilayah Pasar Senggol Kota Parepare.

d. Ada pengaruh motivasi terhadap kepatuhan penerapan protokol

kesehatan dalam pencegahan COVID-19 pada Pedagang Kaki Lima

(PKL) di Wilayah Pasar Senggol Kota Parepare.

60
DAFTAR PUSTAKA

Abadi, M. Y. et al. (2020) “Efektivitas Kepatuhan Protokol Kesehatan Covid-19


Pada Pekerja Sektor Informal Di Kota Makassar,” Jurnal Manajemen
Kesehatan Yayasan RS. Dr. Soetomo, 7(2), hal. 211–224. Tersedia pada:
https://jurnal.stikes-yrsds.ac.id/index.php/JMK/article/view/629.
Abeya, S. G. et al. (2021) “Adherence to COVID-19 preventive measures and
associated factors in Oromia regional state of Ethiopia,” PLoS ONE, 16(10
October 2021). doi: 10.1371/journal.pone.0257373.
Adriani, D. dan Kurwiyah, N. (2019) “Hubungan pengetahuan dan sikap terhadap
kepatuhan penggunaan masker pada pekerja ojek online di wilayah
Rawasari, Cempaka Putih, dan Johar Baru Jakarta Pusat DKI Jakarta tahun
2019,” Universitas Muhammadiyah Jakarta, 1(1), hal. 1–12. doi:
10.1017/CBO9781107415324.004.
Afrianti, N. dan Rahmiati, C. (2021) “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Kepatuhan Masyarakat Terhadap Protokol Kesehatan Covid-19,” Jurnal
Ilmiah STIKES Kendal, 11(1), hal. 113–124. Tersedia pada:
https://journal.stikeskendal.ac.id/index.php/PSKM/article/view/1045.
Aji, B. dan Devy, S. R. (2006) “Faktor predisposing, enabling dan reinforcing
pada pasien di pengobatan alternatif Radiesthesi Medik Metode Romo H.
Loogman di Purworejo Jawa Tengah,” Indonesian Journal of Public Health,
3(2), hal. 35–44. Tersedia pada:
https://media.neliti.com/media/publications/3863-ID-faktor-predisposing-
enabling-dan-reinforcing-pada-pasien-di-pengobatan-alternati.pdf.
Badan Pusat Statistik (2022) Perilaku Masyarakat pada Masa Pandemi COVID-
19: Hasil Survei Perilaku Masyarakat pada Masa Pandemi COVID-19
Periode 16-25 Februari 2022, BPS RI. Jakarta: BPS RI. Tersedia pada:
https://covid-19.bps.go.id/.
Baron, R. A. dan Byrne, D. (2005) Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga.
Bastiana et al. (2019) “Karakteristik Umum dan Tingkat Pendapatan Pedagang
Kaki Lima (PKL) Kota Makassar,” Seminar Nasional LP2M UNM, hal.
381–386.
Bellato, A. (2020) “Psychological factors underlying adherence to COVID-19
regulations: A commentary on how to promote compliance through mass
media and limit the risk of a second wave,” Social Sciences & Humanities
Open. Elsevier Ltd, 2(1), hal. 1–4. doi: 10.1016/j.ssaho.2020.100062.
Blass, T. (1999) “The milgram paradigm after 35 years: Some things we now
know about obedience to authority,” Journal of Applied Social Psychology,
29(5), hal. 955–978. doi: 10.1111/j.1559-1816.1999.tb00134.x.
Chen, X. et al. (2020) “Hand hygiene, mask-wearing behaviors and its associated
factors during the COVID-19 epidemic: A cross-sectional study among
primary school students in Wuhan, China,” International Journal of
Environmental Research and Public Health, 17(8), hal. 1–12. doi:
https://doi.org/10.3390/ijerph17082893.
Darmawan, A. A. K. N. (2015) “Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
kunjungan masyarakat terhadap pemanfaatan pelayanan posyandu di Desa
Pemecutan Kelod Kecamatan Denpasar Barat,” Jurnal Dunia Kesehatan,
5(2), hal. 29–39. Tersedia pada:
https://media.neliti.com/media/publications/76442-ID-faktor-faktor-yang-
mempengaruhi-perilaku.pdf.
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan (2021) Sulsel Tanggap COVID-19,
Dinas Kesehatan Prov. Sulsel. Tersedia pada:
https://covid19.sulselprov.go.id/data.
Ditekemena, J. D. et al. (2021) “Factors associated with adherence to COVID-19
prevention measures in the Democratic Republic of the Congo (DRC):
results of an online survey,” BMJ Open, 11, hal. 1–6. Tersedia pada:
https://bmjopen.bmj.com/content/11/1/e043356.
Dzisi, E. K. J. dan Dei, O. A. (2020) “Adherence to social distancing and wearing
of masks within public transportation during the COVID-19 pandemic,”
Transportation Research Interdisciplinary Perspectives, 7, hal. 1–6. doi:
10.1016/j.trip.2020.100191.
Haischer, M. H. et al. (2020) “Who is wearing a mask? Gender-, age-, and
location-related differences during the COVID-19 pandemic,” PLoS ONE,
15(10), hal. 1–12. doi: 10.1371/journal.pone.0240785.
Hasibuan, M. S. P. (2009) Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi
Aksara.
Heryenzus dan Laia, R. (2018) “Pengaruh kompensasi dan motivasi terhadap
kinerja karyawan dengan kepuasan karyawan sebagai variabel intervening
pada PT Bank Negara Indonesia Cabang Batam,” Jurnal Ilmiah Manajemen
Universitas Putera Batam, 6(2), hal. 12. doi: 10.33884/jimupb.v6i2.674.
Hills, S. dan Eraso, Y. (2021) “Factors associated with non-adherence to social
distancing rules during the COVID-19 pandemic: a logistic regression
analysis,” BMC Public Health. BMC Public Health, 21(1), hal. 1–25. doi:
10.1186/s12889-021-10379-7.
Jatmiko, E. D., Swasto, B. dan Eko, G. (2015) “Pengaruh motivasi kerja dan
komitmen organisasional terhadap kinerja karyawan,” Administrasi Bisnis,
21(1), hal. 1–8.
Juliarti, R. E. (2021) Faktor yang mempengaruhi kepatuhan penggunaan masker
sebagai upaya pencegahan penularan COVID-19 pada pedagang di Pasar
Lakessi Kota Parepare tahun 2021. Universitas Hasanuddin.
Kasim, Y., Mulyadi dan Kallo, V. (2017) “Hubungan motivasi & supervisi
dengan kepatuhan perawat dalam penggunaan alat pelindung diri (APD)
pada penanganan pasien gangguan Muskuloskeletal di IGD RSUP Prof. Dr.
R. D. Kandou Manado,” e-Journal Keperawatan, 5(1), hal. 1–10. doi:
10.1017/CBO9781107415324.004.
Keban, Y. T. (2008) Enam Dimensi Strategis Administrasi Publik ; Konsep, Teori
dan Isu. 2 ed. Yogyakarta: Penerbit Gava Media.
Kemenkes RI (2020) Beberapa pasar tradisional ini jadi contoh pelaksanaan
protokol kesehatan.
Kepmenkes RI (2020) KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA NOMOR HK.01.07/MENKES/382/2020 TENTANG
PROTOKOL KESEHATAN BAGI MASYARAKAT DI TEMPAT DAN
FASILITAS UMUM DALAM RANGKA PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN CORONA VIRUS DISEASE 2019 (COVID-19).
Latif, M. R., Engka, D. S. M. dan Sumual, J. I. (2018) “Pengaruh persepsi tentang
modal usaha, lokasi, dan jenis dagangan terhadap kesejahteraan pedagang di
Jalan Roda (Jarod) Manado,” Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi, 18(5), hal. 1–
10.
Malikah, S. S. (2017) Hubungan Antara Kontrol Diri dengan Kepatuhan
Terhadap Peraturan pada Santri Remaja, UIN Malang. Tersedia pada:
http://etheses.uin-malang.ac.id/11159/1/12410205.pdf.
Marzuki, D. S., Abadi, Muh. Yusri, et al. (2021) “Analisis Kepatuhan
Penggunaan Masker Dalam Pencegahan Covid-19 Pada Pedagang Pasar
Kota Parepare Obedience Analysis of Mask Use in Prevention of Covid-19
in Traders Parepare City,” jurnal Manejemen Kesehatan Yayasan RS
Dr.Soetomo, 7(2), hal. 197–210. Tersedia pada: https://jurnal.stikes-
yrsds.ac.id/index.php/JMK/article/view/629.
Marzuki, D. S., Abadi, Muh Yusri, et al. (2021) “Obedience Analysis of Mask
Use In Prevention of Covid-19 in Traditional Market Traders in South
Sulawesi Province (A Case Study in Daya Market, Makassar and Lakessi
Market, Parepare),” Review of International Geographical Education
Online, 11(6), hal. 913–919. doi: 10.48047/rigeo.11.06.108.
Mawadah, S. (2019) “Pedagang tradisional sebagai pelaku UMKM Mitra Usaha
BMT Walisongo dalam pembiayaan produktif,” Jurnal Bisnis dan
Manajemen Islam, 7(1), hal. 1–16.
Meikawati, A., Pedvin Ratna dan Andanawarih, P. (2022) “Kepatuhan Pedagang
Pasar Dalam Penerapan Protokol Kesehatan Pencegahan Covid-19 Di Kota
Pekalongan,” Siklus : Journal Research Midwifery Politeknik Tegal, 11(01),
hal. 83–90. doi: 10.30591/Siklus.V11i01.2873.
Muzaiyin, A. M. (2018) “Perilaku pedagang muslim dalam tinjauan etika bisnis
Islam (Kasus di Pasar Loak Jagalan Kediri),” Journal of Economic Syaria
Law, 2(1), hal. 70–94. doi: 10.30762/q.v2i1.1048.
Ningsih, H. (2018) Faktor yang berhubungan dengan penggunaan alat pelindung
diri pada perawat di instalasi rawat inap RSUD Kabupaten Mamuju
Sulawesi Barat tahun 2018, Universitas Hasanuddin. Universitas
Hasanuddin. doi: 10.1051/matecconf/201712107005.
Notoatmodjo, S. (2007) Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Jakarta: Rineka
Cipta. Jakarta: Rineka Cipta.
Peraturan Walikota Parepare Nomor 31 (2020) Penerapan Disiplin dan
Penegakan Hukum Protokol Kesehatan Sebagai Upaya Pencegahan dan
Pengendalian Corona Virus Disease 2019 di Kota Parepare, Walikota
Parepare Provinsi Sulawesi Selatan. Indonesia. Tersedia pada:
http://dx.doi.org/10.1016/j.jss.2014.12.010%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/
j.sbspro.2013.03.034%0Ahttps://www.iiste.org/Journals/index.php/JPID/
article/viewFile/19288/19711%0Ahttp://citeseerx.ist.psu.edu/viewdoc/
download?doi=10.1.1.678.6911&rep=rep1&type=pdf%0Ahtt.
Permenkes RI (2016) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
66 Tahun 2016 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit.
Persakmi Surabaya (2020) Survei Persakmi - IKA FKMUA : Kepatuhan Warga
Surabaya Pakai Masker Semakin Baik, Kumparan.com. Tersedia pada:
https://kumparan.com/persakmi/survei-persakmi-ika-fkmua-kepatuhan-
warga-surabaya-pakai-masker-semakin-baik-1tvuN2WwmWJ/full.
Prasetyo, Y. T. et al. (2020) “Factors affecting perceived effectiveness of
COVID-19 prevention measures among Filipinos during Enhanced
Community Quarantine in Luzon, Philippines: Integrating Protection
Motivation Theory and extended Theory of Planned Behavior,”
International Journal of Infectious Diseases, 99, hal. 312–323. Tersedia
pada:
https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1201971220306226.
Prihantana, A. S. dan Wahyuningsih, S. S. (2016) “Hubungan pengetahuan
dengan tingkat kepatuhan pengobatan pada pada pasien tuberkulosis di
RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen,” Farmasi Sains dan Praktis, II(1),
hal. 47. Tersedia pada:
http://journal.ummgl.ac.id/index.php/pharmacy/article/view/188.
Rahmawati, A. D. (2015) Kepatuhan Santri Terhadap Aturan di Pondok
Pesantren Modern, Program Magister Psikologi Sekolah Pascasarjana
UMS.
Rampo, R., Limbu, R. dan Ndun, H. J. N. (2022) “Implementation of The Health
Protocol Concerning Covid-19 Prevention to Sellers in Kasih Market ,
Kupang City,” Journal of Health and Behavioral Science, 4(1), hal. 163–
185. Tersedia pada:
https://ejurnal.undana.ac.id/index.php/CJPS/article/view/5291.
Retnaningsih, E. et al. (2020) “The Effect of Knowledge and Attitude toward
Coronavirus Disease-19 Transmission Prevention Practice in South
Sumatera Province, Indonesia,” Macedonian Journal of Medical Sciences,
8(T1), hal. 198–202. doi: 10.3889/oamjms.2020.5184.
Rieger, M. O. (2020) “To wear or not to wear? Factors influencing wearing face
masks in Germany during the COVID-19 pandemic,” Social Health and
Behavior, 3(2), hal. 50–54. doi: 10.4103/SHB.SHB.
Saputra, B. R. (2018) “Profil Pegadang Kaki Lima (PKL) yang Berjualan di
Badan Jalan (Studi di Jalan Teratai dan Jalan Seroja Kecamatan
Senapelan),” Jom FISIP, 1(2), hal. 1–15.
Sari, D. P., Sholihah, N. dan Atiqoh (2020) “Hubungan antara pengetahuan
masyarakat dengan kepatuhan penggunakan masker sebagai upaya
pencegahan penyakit COVID-19 di Ngronggah,” INFOKES Journal, 10(1),
hal. 52–5. Tersedia pada:
http://ojs.udb.ac.id/index.php/infokes/article/view/850.
Satuan Tugas Penanganan Covid-19 (2021) Peta Sebaran, Bnpb. Tersedia pada:
https://covid19.go.id/.
Satuan Tugas Penanganan COVID-19 (2022) Monitoring Kepatuhan Protokol
Kesehatan Tingkat Nasional - Update Data 30 Januari 2022, Satuan Tugas
Penanganan COVID-19. Tersedia pada: https://covid19.go.id/.
Sinuraya, R. K. et al. (2018) “Tingkat kepatuhan pengobatan pasien hipertensi di
fasilitas kesehatan tingkat pertama di Kota Bandung,” Indonesian Journal of
Clinical Pharmacy, 7(2), hal. 124–133. doi: 10.15416/ijcp.2018.7.2.124.
Skinner, B. . (1938) The Behavior of Organisms : An Experimental Analysis,
Psychological Record. New York: University of Minnesota. doi:
10.1007/BF03395248.
Susilo, A. et al. (2020) “Coronavirus disease 2019: Tinjauan literatur terkini,”
Jurnal Penyakit Dalam Indonesia, 7(1), hal. 45. doi: 10.7454/jpdi.v7i1.415.
Tetartor, R. P. et al. (2021) “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kepatuhan Pedagang Dalam Pelaksanaan Protokol Kesehatan Covid-19 Di
Pasar Petisah Kota Medan Sumatera Utara,” Jurnal Kesmas Dan Gizi (Jkg),
3(2), hal. 114–122. doi: 10.35451/jkg.v3i2.489.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun (2008) Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008. Indonesia. Tersedia pada:
https://ppid.unud.ac.id/img/admin/page_attc/a16a3dba809cb5346a0cbf2c00
73cd6d.pdf.
Utami, R. A., Mose, R. E. dan Martini, M. (2020) “Pengetahuan, Sikap dan
Keterampilan Masyarakat dalam Pencegahan COVID-19 di DKI Jakarta,”
Jurnal Kesehatan Holistic, 4(2), hal. 68–77. doi: 10.33377/jkh.v4i2.85.
Vembriati, N. dan Wimbarti, S. (2015) “Pengaruh pemberian informasi dan
diskusi terstruktur pada perubahan sikap karyawan terhadap penggunaan
alat pelindung diri,” Jurnal Psikologi Undip, 14(2), hal. 129–147. doi:
10.14710/jpu.14.2.129-147.
WHO (2020) Anjuran mengenai penggunaan masker dalam konteks COVID-19,
World Health Organization.
Widhiastutiningsih, S., Ediati, S. dan Almujadi (2015) “Tingkat pengetahuan
ortodontik dengan kepatuhan kontrol pasien ortodontik cekat di Klinik
Bright Dental Care Yogyakarta,” Artikel Publikasi : Poltekes Kemenkes
Yogyakarta, 2(1), hal. 20–24. Tersedia pada: https://e-
journal.poltekkesjogja.ac.id/index.php/JGM/article/download/122/84.
Wulandari, A. et al. (2020) “Hubungan Karakteristik Individu dengan
Pengetahuan tentang Pencegahan Coronavirus Disease 2019 pada
Masyarakat di Kalimantan Selatan,” Jurnal Kesehatan Masyarakat
Indonesia, 15(1), hal. 42. doi: 10.26714/jkmi.15.1.2020.42-46.
Yuan, J. et al. (2021) “An assessment of social distancing obedience behavior
during the covid-19 post-epidemic period in china: A cross-sectional
survey,” Sustainability (Switzerland), 13(14). doi: 10.3390/su13148091.
Yudha, M. . R. A. (2017) Analisis kondisi sosial ekonomi pedagang sebelum dan
sesudah relokasi. Universitas Bandar Lampung. Tersedia pada:
http://digilib.unila.ac.id/27472/3/SKRIPSI TANPA BAB
PEMBAHASAN.pdf.
Yusnita, A. R. (2017) Analisis faktor - faktor yang berhubungan dengan perilaku
penggunaan alat pelindung diri pada petugas kesehatan di ruang rawat
inap penyakit bedah RSUD Dr. H. Abdul Moelek Provinsi Lampung.
Tersedia pada: http://digilib.unila.ac.id/27201/3/skripsi%2520tanpa
%2520bab%2520pembahasan.pdf.
Zuchdi, D. (1995) “Pembentukan sikap,” Jurnal Cakrawala Pendidikan, 3(3), hal.
51–63. doi: 10.21831/cp.v3i3.9191.

Anda mungkin juga menyukai