Anda di halaman 1dari 18

DAMPAK PENERAPAN PPKM TEHADAP

MASYARAKAT DI KABUPATEN TUBAN

Di susun oleh :

kelompok :8
Kelas : XI-MIPA A
Anggota :
1. Ardiansyah Teguh H. (08)
2. Leody Zelvon H. (20)
3. Shinta Nurul Fadhila (32)

SMA NEGERI 2 TUBAN


Jl. DR. Wahidin Sudirohusodo No.867, Sidorejo, Kec. Tuban ,
Kabupaten Tuban, Jawa Timur 62315
e-mail : sman2tuban@gmail.com Telp : 0356-321094
PENGESAHAN

Karya tulis ilmiah yang berjudul “DAMPAK PENERAPAN PPKM TEHADAP


MASYARAKAT DI KABUPATEN TUBAN”
Telah disahkan pada tanggal 15 Februari 2021
Nama :
1. Ardiansyah Teguh Herlambang
NIS: 10373

2. Leody Zelvon Herliansa


NIS: 10468

3. Shinta Nurul Fadhila


NIS: 10577

Kelas : XI-MIPA A
Tempat : SMA NEGERI 2 TUBAN

MENGETAHUI

Wali kelas Pembimbing

Rina Irawati S,Pd Munawaroh S,Pd


NIP. 196904162007012024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat
menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul ‘DAMPAK PENERAPAN PPKM
TERHADAP MASYARAKAT DI KABUPATEN TUBAN’ ini sebatas
pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki. Dan juga kami sangat berterima
kasih pada Ibu Munawaroh selaku Guru pengajar mata pelajaran Bahasa
Indonesia yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap karya ilmiah ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai pengertian, penerapan, dan
dampak PPKM terhadap masyarakat. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa
di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami
harapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa sarana yang membangun.

Semoga karya ilmiah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya karya ilmiah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri
maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

1
DAFTAR ISI

PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI .......................................................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah ..................................................................................................................4
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................................................4

BAB II TERORI PUSTAKA

A. Pengertian PPKM ...................................................................................................................5


B. Penerapan PPKM ...................................................................................................................5
C. Dasar hukum PPKM ..............................................................................................................6
D. Dampak penerapan PPKM .................................................................................................7

BAB III METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian …................................................................................................................8


B. Teknik pengumpulan
a. Literatur .......................................................................................................................8
b. Survey ............................................................................................................................8

BAB IV PEMBAHASAN ........................................................................................................ 10

BAB V PENUTUP .................................................................................................................... 12

BAB VI JADWAL PELAKSANAAN .................................................................................... 13

BAB VII KAJIAN PUSTAKA ................................................................................................. 14

LAMPIRAN ............................................................................................................................... 15

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mewabahnya virus COVID-19 atau yang biasa disebut virus corona
beberapa bulan ini sedang marak diperbincangkan oleh masyarakat seluruh
dunia. Seolah virus corona sedang menjadi isu utama, dan selalu diangkat
beritanya setiap hari oleh awak media diseluruh dunia.
Perkembangan COVID-19 sendiri meyebabkan kelumpuhan sosial dan
ekonomi dibeberapa negara salah satunya Indonesia. Hal ini dikarenakan
proses penyebaran virus yang begitu cepat. Setelah melalui beberapa
pertemuan petinggi negara, akhirnya pada bulan Maret 2020, presiden Joko
Widodo secara resmi menetapkan wabah virus COVID-19 sebagai bencana
nasional. Penetapan ini dulakukan lewat penerbitan Keputusan Presiden
Nomor 12 Tahun 2020 tentang Penetapan Bencana Nonalam Penyebaran
Corona Virus Disease 2019. Pada poin kedua dalam keppres tentang wabah
virus COVID-19 dijelaskan bahwa penalanggulangan bencana nasional akan
dilaksanakan oleh Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 sesuai
melalui sinergi antar kemetrian / lembaga dan pemerintah daerah.
Dalam hal ini pemerintah juga perlu melibatkan masyarakat dalam
pencegahan dan penalanggulangan penyebaran virus COVID-19 melalui
berbagai cara dan upaya, salah satunya melalui penyuluhan kepada
masyarakat agar bisa ikut andil dalam upaya percepatan penanganan wabah
COVID-19. Adapun alternatif yang dapat dilakukan pemerintah dalam upaya
percepatan penangan COVID-19 adalah lockdown. Namun pemerintah enggan
menerapkan kebijakan ini karena lockdown merupakan upaya alternatif yang
terbilang ekstrim. Lockdown bukan hanya memangkas penyebaran virus,
namun juga dapat memblokir berjalannya semua bidang kehidupan.
Alih alih menerapkan upaya alternatif yang terbilang cukup ekstrim, hal
penting untuk dilakukan dalam pencegahan COVID-19 menurut pemerintah
adalah dengan menghindari kontak secara dekat atau langsung oleh sesama
(social distancing), menghindari kerumunan, serta mengurangi jumlah orang
ditempat-tempat atau fasilitas umum. Atas dasar itu yang diterapkan
pemerintah saat ini adalah dengan menerbitkan kebijakan PSBB (Pembatasan
Sosial Berskala Besar) di berbagai daerah yang memiliki potensi penyebaran
dan tingkat kasus COVID-19 tinggi seperti zona merah.
Perubahan situasi dan kondisi teknis dan social distancing yang terjadi
secara tiba tiba ini tentunya dapat membuat sebuah culture shock tersendiri,

3
baik dalam individu, keluarga atau komunitas yang lebih besar. Namun Pada
2021 ini, pemerintah tidak lagi menggunakan istilah Pembatasan Sosial
Berskala Besar (PSBB) tetapi menggantinya dengan Pemberlakuan
Pembatasan Aktivitas Masyarakat (PPKM).

PPKM tahun ini berbeda dengan PSBB pada tahun 2020 yang
melibatkan sejumlah kota kota besar diluar pulau jawa bali. PPKM hanya akan
dilaksanakan di sejumlah daerah yang berada di Pulau Jawa dan Bali. Namun
pada dasarnya dalam penerapan PSBB maupun PPKM pastinya juga memberi
dampak negatif bagi sebagian orang, contohnya adalah pengusaha mikro dan
menengah.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kondisi Kabupaten Tuban saat menjalani PPKM?
2. Bagaimana dampak penerapan PPKM bagi Masyarakat di Kabupaten
Tuban?
3. Bagaimana respon pemerintah terkait dengan dampak penerapan
PPKM di Kabupaten Tuban?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dampak PSBB terhadap masyarakat di Kabupaten
Tuban
2. Untuk mengetahui kondisi kota Tuban saat program PPKM dijalankan
3. Untuk mengetahui respon pemerintah terhadap masyarakat yang
terdampak PSBB

4
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Pengertian PPKM
PPKM adalah penerapan pembatasan kegiatan masyarakat yang
diberlakukan di sebagian wilayah Jawa dan Bali. PPKM gantikan istilah PSBB
(pembatasan sosial berskala besar) Jawa Bali diberlakukan pada 11-25 Januari
2021.
Menteri Koordinator Perekonomian sekaligus Ketua Komite Penanganan
COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) menyebutkan PPKM
sebagai kebijakan baru pemerintah dalam pengendalian pandemi corona di
Indonesia kebijakan ini diambil dengan melihat perkembangan kasus
corona. Istilah ini berbeda dengan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
Kegiatan tertentu tetap bisa berjalan, seperti kegiatan sektor esensial, baik
pangan, energi, perhotelan.

PPKM adalah pembatasan berskala mikro. Penerapan di masing-masing


daerah akan ditentukan oleh pemerintah daerah. Mekanisme PPKM dan PSBB
berbeda. Jika PSBB inisiatif awal berupa pengajuan pembatasan ada di pemerintah
daerah, dalam pembatasan PPKM ada di tangan pemerintah pusat. Pemerintah
pusat menetapkan kriteria awal terhadap daerah-daerah untuk dilakukan
pembatasan. Daerah yang masuk dalam kriteria harus menerapkan pembatasan
kegiatan masyarakat.

B. Penerapan PPKM
Adapun kegiatan dibatasi saat PSBB Jawa-Bali yang kemudian diganti
dengan PPKM pada 11 Januari hingga 25 Januari adalah sebagai berikut.

1. Membatasi tempat kerja dengan work from home (WFH) 75 persen, dengan
tetap melakukan protokol kesehatan secara ketat.
2. Kegiatan belajar mengajar dilakukan secara daring.
3. Sektor esensial yang berkaitan dengan kebutuhan pokok masyarakat etap
beroperasi 100 persen. Namun, dengan pengaturan jam operasional,
kapasitas, dan menjaga protokol kesehatan secara ketat.
4. Melakukan pembatasan terhadap jam buka di pusat perbelanjaan sampai
pukul 19.00. Untuk makan dan minum di tempat maksimal diisi 25 persen
dari kapasitas restoran. Kendati begitu, pemesanan makanan melalui take
away atau delivery tetap diizinkan.

5
5. Mengizinkan kegiatan konstruksi beroperasi 100 persen dengan penerapan
protokol kesehatan yang lebih ketat.
6. Mengizinkan tempat ibadah dibuka dengan kapasitas sebesar 50 persen
dan wajibmenerapkan protokol kesehatan yang lebih ketat.
7. Fasilitas umum dan kegiatan sosial budaya dihentikan sementara.
8. Kapasitas dan jam operasional moda transportasi juga diatur.

Kriteria tersebut meliputi:


Daerah dengan tingkat kematian di atas rata-rata tingkat kematian nasional
ataupun 3 persen.
Daerah dengan tingkat kesembuhan di bawah rata-rata tingkat
kesembuhan nasional yaitu sebesar 82 persen.
Daerah dengan tingkat kasus aktif di bawah rata-rata tingkat kasus aktif
nasional yaitu sebesar 14 persen.
Daerah dengan tingkat keterisian rumah sakit atau bed occupancy rate
(BOR) untuk ICU dan isolasi di atas 70 persen.

Berbagai upaya dilakukan Pemkab Tuban untuk mencegah, dan


menanggulangi penyebaran Covid-19. Satu di antaranya dengan menerbikan Surat
Edaran (SE) Bupati Tuban tentang Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan
Masyarakat (PPKM), mulai 26 Januari-8 Februari 2020. penerapan PPKM di
Kabupaten Tuban sejalan dengan Keputusan Gubernur Jatim tentang
Perpanjangan PPKM untuk 17 kabupaten/kota di Jawa Timur. Meskipun Tuban
tidak termasuk Zona Merah, PPKM ditetapkan mengacu pada pertambahan kasus
melebihi standar nasional, dan fasilitas pada rumah sakit rujukan melebihi 70
persen.
Penerapan PPKM memuat sejumlah titik tekan, di antaranya pembatasan
kapasitas individu dalam satu ruangan maksimal 25 persen. Kegiatan pendidikan
mulai dari TK-SMA dilakukan secara daring. Serta operasional wisata yang hanya
boleh menerima 30 persen pengunjung, dan rumah makan yang boleh menerima
25 persen pengunjung. Pemkab Tuban telah menetapkan sejumlah kebijakan
kaitannya dengan bantuan sosial, jaring pengaman sosial maupun kebijakan
pemulihan ekonomi lainnya.

C. Dasar Hukum PPKM

Jika PSBB sudah diatur secara jelas pada Peraturan Pemerintah yang juga
turunan dari UU Kekarantinaan Kesehatan, tak demikian dengan PPKM.
Berdasarkan pengamatan pada UU Kekarantinaan Kesehatan, PSBB ditegaskan
dalam Pasal 1 poin 11. Di sana dijelaskan bahwa, 'Pembatasan Sosial Berskala
Besar adalah pembatasan kegiatan tertentu penduduk dalam suatu wilayah yang
diduga terinfeksi penyakit dan/atau terkontaminasi sedemikian rupa untuk
mencegah kemungkinan penyebaran penyakit atau kontaminasi.' UU tersebut pun
mengatur apa saja yang harus dilakukan meliputi kegiatan PSBB.

6
Pada undang-undang itu kemudian menegaskan di Pasal 60 bahwa,
"Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria dan pelaksanaan Karantina Rumah,
Karantina Wilayah, Karantina Rumah Sakit, dan Pembatasan Sosial Berskala Besar
diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Sementara itu, PPKM tak tercantum dalam undang-undang tersebut secara


tersurat. PPKM sejauh ini ada pada Instruksi Mendagri pada diktum kesatu,
"Mengatur pemberlakuan pembatasan kegatan masyarakat yang berppotensi
menimbulkan penularan virus Covid-19." Kemudian, pada diktum kedua
mengatur hal-hal yang harus diterapkan pemerintah daerah saat pemberlakukan
pembatasan kegiatan masyarakat. Diktum ketiga mengatur kriteria bagi daerah
yang harus menerapkan PPKM, serta diktum keempat pelaksanaannya di Pulau
Jawa dan Bali.

D. Dampak Penerapan PPKM


Pelaksanaan Pembatasan Pemberlakuan Kegiatan Masyarakat (PPKM)
yang kini diterapkan Pemkab Tuban, membuat petugas gabungan TNI, Polri,
Satpol PP dan Dishub gencar turun ke lapangan. Dandim 0811 Tuban, Letkol Inf
Viliala Romadhon mengatakan, pihaknya tak bosan mengingatkan agar
masyarakat tetap memakai masker dan menerapkan protokol kesehatan (prokes).
Pada penerapan PPKM di Tuban, warung ataupun cafe dibatasi buka hingga pukul
21.00 WIB dengan tujuan pengunjung agar segera pulang. Dampak akibat
penerapan PPKM ini bagi masyarakat terutama yang memiliki usaha makanan
menjadi sepi pembeli dan cafe-cafe yang biasanya ramai di saat jam 9 malam
keatas sekarang harus tutup karena penerapan PPKM yang membatasi jam buka
sampai pukul 21.00 WIB.
Di masa Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), banyak
daerah yang memberikan sanksi kepada pelanggar protokol kesehatan (prokes)
dengan berbagai cara. Di antaranya sanksi denda, kerja sosial, sanksi peringatan,
diberikan masker bantuan, hukuman push up, membaca teks Pancasila dengan
benar, dan akhir-akhir ini Petugas Satpol PP menyita KTP warga yang melanggar
prokes.
Namun sanksi terakhir yang disebut di atas dinilai kurang tepat. Dengan
menyita KTP pelanggar prokes, kurang lebih hendak mengatakan bahwa target
yang ingin dicapai adalah turunnya angka kejadian COVID-19 secara signifikan.
Penjatuhan hukuman bagi pelanggar prokes dianggap perlu dilakukan agar yang
bersangkutan jera dan tidak mengulangi pelanggaran prokes di kemudian hari.
Dan mereka yang potensial menjadi pelanggar prokes juga akan berupaya
menahan diri untuk tidak melakukan pelanggaran serupa karena takut KTP nya
disita.

7
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain penelitian
Penelitian adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengembangjan pengetahuan
da menyelesaikan masalah . Dalah penelitian terdapat beberapa metode penelitian.
Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti untuk mendapatkan data
dan informasi mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
Dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti menggunakan desain penelitian
studi kasus (case study). Desain penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengeksplorasi
isu yang spesifik dan kontekstual secara mendalam. Lingkup desain penelitian studi
kasus sangat terbatas dan hasilnya hampir selalu tidak bisa diaplikasikan pada konteks
atau tempat yang lain.

B. Teknik Pengumpulan Data


1. Literatur
Literatur dapat diartikan sebagai sumber ataupun acuan yang digunakan
dalam berbagai macam aktivitas di dunia pendidikan ataupun aktivitas
lainnya. Literatur juga dapat diartikan sebagai rujukan yang digunakan
untuk mendapatkan informasi tertentu. Literatur dapat berupa buku ataupun
berbagai macam tulisan lainnya. Dalam penelitian kali ini, peneliti akan
menggunakan metode literatur koleksi umum menggunakan koran dan
internet. Peneliti akan membaca beberapa tulisan tentang PSBB dan
UMKM, lalu menganalisisnya dengan seksama.

2. Survey
Survei adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan
pertanyaan terstruktur yang sama pada setiap orang, kemudian semua
jawaban yang diperoleh peneliti dicatat, diolah, dan dianalisis. Survei
juga merupakan metode menjaring data penduduk dalam beberapa
peristiwa demografi atau ekonomi dengan tidak menghitung seluruh
responden yang ada di suatu negara, melainkan dengan cara penarikan
sampel (contoh daerah) sebagai kawasan yang
bisa mewakili karakteristik negara tersebut. Pertanyaan terstruktur
disebut kuesioner. Kuesioner berisi pertanyaan-pertanyaan yang akan

8
diberikan kepada responden untuk mengukur variabel-variabel,
berhubungan diantara variabel yang ada, serta dapat berupa
pengalaman dan pendapat dari responden. Metode survei biasanya
digunakan untuk mendapatkan data dari tempat tertentu yang alamiah,
namun peneliti melakukan perlakuan dalam pengumpulan data
(kuesioner, test, wawancara, dan sebagainya), perlakuan yang diberikan
tidak sama pada eksperimen.
Langkah-langkah Penelitian Survei Menurut Babbie, 1982 bahwa ada
tiga langkah penting yang menentukan keberhasilan penelitian survei,
yaitu:
mengembangkan atau membuat angket,
memilih sampel, dan
mengumpulkan data dengan wawancara atau angket.

9
BAB IV
PEMBAHASAN

Tujuan diterapkanya PPKM adalah untuk menekan angka penyebaran


virus COVID-19. Mengingat kasus positif di Kabupaten Tuban terus meningkat tak
heran pemerintah sedang gencar-gencarnya menerapkan jam malam dan selalu
diadakan patroli oleh aparat untuk menindak masyarakat yang masih melanggar
jam malam.
PPKM yang diterapkan di Kabupaten Tuban cukup membuat perhatian
untuk masyarakat mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Survey berikut
diambil sample beberapa masyarakat yang ada di setiap kecamatan di Kabupaten
Tuban. Berikut adalah data yang sudah masuk dan akan dipaparkan disini.

1. Penerapan PPKM di Kabupaten Tuban


Dari 54 orang yang berpendapat, 87% masyarakat menilai bahwa
penerapan PPKM di Kabupaten Tuban dinilai tepat di era sekarang
mengingat kasus positif yang masih tinggi dan 13% masyarakat menilai
bahwa penerapan PPKM di kabupaten tidak tepat dengan berbagai alasan
mulai dari perputaran ekonomi yang terhambat, kagiatan belajar daring
yang kurang efektif, dan lain-lain

2. Dampak penerapan PPKM


Dampak dari penerapan PPKM di Kabupaten Tuban pasti ada, mulai
dari kalangan menengah ke bawah maupun menengah ke atas pasti
merasakan dampaknya. Dari data yang kami terima 94,4% memberikan
dampak bagi mereka dan hanya 5,6% dari mereka tidak merasakan dampak
dari penerapan PPKM. Dari 94,4% masyarakat yang terdampak ada 2
dampak yang diterima yaitu dampak positif dan dampak negatif.

Beberapa pernyataan dari 72,2% masyarakat yang merasakan dampak


positif:
Lebih banyak waktu dengan keluarga.
Meminimalisasi kontak dengan keramaian agar terhindar dari covid-
19.
Lebih banyak menghabiskan waktu dirumah, dapet banyak ide
kegiatan yang sebelumnya jarang dilakuin dirumah.
Karena melihat dari harga pokok lebih sltabil.

10
Beberapa peryataan dari 27,8% masyarakat yang merasakan dampak
negatif :
Tidak leluasa berinteraksi dengan teman.
Tidak melaksanakan KBM di sekolah, sehingga saat belajar sendiri
menjadi tidak maksimal.
Perekonomian sedikit terganggu.
susah mencari makanan waktu malam hari atau kebutuhan di
minimarket karena tutup lebih awal.

3. Peran pemerintah
Pemerintah berupaya keras untuk menekan penyebaran COVID-19
dengan berbagai upaya salah satunya adalah penerapan PPKM. Penerapan
PPKM ini bertujuan agar kedepanya penyebaran virus bisa berkurang,
dengan ini pemerintah menghimbau masyarakatnya untuk melakukan
pembatasan kegiatan yang tentunya berdampak ke ekonomi masyarakat di
Kabupaten Tuban.
Pemerintah kabupaten Tuban juga bertanggung jawab memberikan
bantuan kepada masyarakat tetapi belum semua masyarakat di Kabupaten
Tuban menerima bantuan tersebut karena berbagai hal. Dari 54 orang yang
mengisi survey ada 68,5% masyarakat yang sudah mendapat bantuan dan
31,5% diantaranya belum.

Macam-macam bantuan yang diterima masyarakat menurut survey :


Memberikan bantuan seperti sembako, uang tunai atau yang lainnya.
Pemberian sarana penyembuhan kepada warga terdampak di rumah
sakit terdekat.
kuota gratis salah satunya.
Pemerintah memberikan dana BLT (Bantuan Langsung Tunai) yaitu
program bantuan pemerintah berjenis pemberian uang tunai atau
beragam bantuan lainnya, baik bersyarat maupun tak bersyarat.

4. Kondisi setelah penerapan PPKM


Penerapan PPKM juga mempengaruhi kondisi berbagai daerah di
Kabupaten Tuban. Dari 54 orang orang yang mengisi survey ada 77,8%
kondisi sama sebelum penerapan PPKM atau biasa saja. 14,8% diantaranya
ramai setelah penerapan PPKM dan hanya 7,4% sepi karena penerapan
PPKM di kabupaten Tuban.

11
BAB V
PENUTUP

1. Kesimpulan
Menurut hasil survey kelompok kami yang telah melibatkan beberapa pihak dengan
latar belakang beda dan mendapat hasil yang akurat, pengaruh Penerapan Pembatasan
Kegiatan Masyarat (PPKM) di Kabupaten Tuban ternyata berbeda beda tiap
individunya. Entah karena pengaruh daerah, sosial, atau lingkungan tempat tinggal.
Dari hasil survey ternyata, 13% dari 54 orang menilai bahwa PPKM dirasa tidak tepat
diterapkan pada era pandemi ini. 27,8% dari 54 orang merasa mendapat dampak negatif
dari PPKM ini. 31,5% dari 54 orang mengaku bahwa pemerintah belum, melakukan
upaya penalanggulangan kepada masyarakat yang terdampak seperti memberikan
sumbangan, sembako, dll. Pada survey kali ini kami juga menanyakan bagaimana
kondisi daerah mereka saat menjalakan PPKM, dan hasilnya 77,8% beranggapan
bahwa daerah mereka terlihat biasa saja, 14,8% beranggapan bahwa derahnya ramai,
sedangkan hanya 7,4% yang beranggapan bahwa daerahnya terasa sepi. Hal ini sangat
disayangkan, karena tidak meratanya penerapat PPKM yang dilakukan pemerintah.

2. Saran
Setelah melakukan survey pada masayarat Kabupaten Tuban dan menyusun makalah
ini, kami memiliki saran untuk pemerintah untuk diperluasnya PPKM di Kabupaten
Tuban guna membantu mengurangi angka kenaikan penyebaran COVID-19. Bukan
hanya dalam kota, seharunya pemerintah juga harus dengan semangat menerapkan
PPKM secara menyeluruh di semua daerah di Kabupaten Tuban. Untuk hal seperti ini
seharusnya tidak boleh luput dari pandangan pemerintah, menyadari bahwa COVID-19
dapat menyerang siapa saja dan dimana saja, baik di kota maupun di pelosok Kabupaten
Tuban. Sebelum menerapkan PPKM, pemerintah baiknya juga melakukan penyuluhan
dan penanggulangan kepada masyarakat secara menyeluruh, terutama pada daerah
daerah pelosok yang sulit terjangkau.

12
BAB VI
JADWAL PELAKSANAAN

Pelaksanaan penelitian ini dijadwalkan sebagai berikut:


NO. KEGIATAN TANGGAL
1. Pencarian ide atau gagasan 6 – 13 Januari 2021

2. Penyusuan proposal 14 – 20 Januari 2021

3. Pengecekkan dan perbaikan proposal 21 -31 Januari 2021

4. Pelaksanaan penelitian 1 – 7 Februari 2021

5. Penyusunan laporan 8 – 12 Februari 2021

6. Perbaikan dan penyempurnaan 13 – 16 Februari 2021

13
BAB VII
KAJIAN PUSTAKA

Detikcom. 2021. Apa Itu PPKM yang Gantikan PSBB Jawa-Bali?.


https://news.detik.com/berita/d-5324613/apa-itu-ppkm-yang-gantikan-psbb-jawa-
bali-ini-info-lengkapnya (diakses 17 Januari 2021)

Heri S. 2021. Meski Tidak Termasuk Zona Merah Covid-19, Tuban Terapkan PPKM.
https://tubankab.go.id/entry/meski-tidak-termasuk-zona-merah-covid-19-tuban-
terapkan-ppkm (diakses 17 Januari 2021)

M. Sudarsono. 2021. PPKM di Kabupaten Tuban, Satgas Covid-19 Rutin Lakukan Operasi
Yustisi Protokol Kesehatan. https://surabaya.tribunnews.com/2021/02/01/ppkm-di-
kabupaten-tuban-satgas-covid-19-rutin-lakukan-operasi-y (diakses 17 Januari 2021)

Asiah, Amanah Nur. 2021. Sanksi Penyitaan KTP Pelanggar Prokes Dinilai Tidak Tepat.
https://kumparan.com/beritaanaksurabaya/sanksi-penyitaan-ktp-pelanggar-prokes-
dinilai-tidak-tepat-1v4vi3OFYsy (diakses 17 Januari 2021)

Nurdiana, Titis. 2021. Pemerintah pakai istilah baru PPKM dalam pembatasan kegiatan .
https://nasional.kontan.co.id/news/bukan-psbb-pemerintah-pakai-istilah-baru-ppkm-
dalam-pembatasan-kegiatan-ini-bedanya (diakses 17 Januari 2021)

CNN Indonesia. 2021. Habis PSBB Terbitlah PPKM, Apa Bedanya?.


https://www.cnnindonesia.com/nasional/20210108070438-20-590992/habis-psbb-
terbitlah-ppkm-apa-bedanya/2 (diakses 18 Januari 2021)

14
LAMPIRAN

15
16

Anda mungkin juga menyukai