Di susun oleh :
kelompok :8
Kelas : XI-MIPA A
Anggota :
1. Ardiansyah Teguh H. (08)
2. Leody Zelvon H. (20)
3. Shinta Nurul Fadhila (32)
Kelas : XI-MIPA A
Tempat : SMA NEGERI 2 TUBAN
MENGETAHUI
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat
menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul ‘DAMPAK PENERAPAN PPKM
TERHADAP MASYARAKAT DI KABUPATEN TUBAN’ ini sebatas
pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki. Dan juga kami sangat berterima
kasih pada Ibu Munawaroh selaku Guru pengajar mata pelajaran Bahasa
Indonesia yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap karya ilmiah ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai pengertian, penerapan, dan
dampak PPKM terhadap masyarakat. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa
di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami
harapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa sarana yang membangun.
Semoga karya ilmiah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya karya ilmiah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri
maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
1
DAFTAR ISI
PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI .......................................................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah ..................................................................................................................4
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................................................4
LAMPIRAN ............................................................................................................................... 15
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mewabahnya virus COVID-19 atau yang biasa disebut virus corona
beberapa bulan ini sedang marak diperbincangkan oleh masyarakat seluruh
dunia. Seolah virus corona sedang menjadi isu utama, dan selalu diangkat
beritanya setiap hari oleh awak media diseluruh dunia.
Perkembangan COVID-19 sendiri meyebabkan kelumpuhan sosial dan
ekonomi dibeberapa negara salah satunya Indonesia. Hal ini dikarenakan
proses penyebaran virus yang begitu cepat. Setelah melalui beberapa
pertemuan petinggi negara, akhirnya pada bulan Maret 2020, presiden Joko
Widodo secara resmi menetapkan wabah virus COVID-19 sebagai bencana
nasional. Penetapan ini dulakukan lewat penerbitan Keputusan Presiden
Nomor 12 Tahun 2020 tentang Penetapan Bencana Nonalam Penyebaran
Corona Virus Disease 2019. Pada poin kedua dalam keppres tentang wabah
virus COVID-19 dijelaskan bahwa penalanggulangan bencana nasional akan
dilaksanakan oleh Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 sesuai
melalui sinergi antar kemetrian / lembaga dan pemerintah daerah.
Dalam hal ini pemerintah juga perlu melibatkan masyarakat dalam
pencegahan dan penalanggulangan penyebaran virus COVID-19 melalui
berbagai cara dan upaya, salah satunya melalui penyuluhan kepada
masyarakat agar bisa ikut andil dalam upaya percepatan penanganan wabah
COVID-19. Adapun alternatif yang dapat dilakukan pemerintah dalam upaya
percepatan penangan COVID-19 adalah lockdown. Namun pemerintah enggan
menerapkan kebijakan ini karena lockdown merupakan upaya alternatif yang
terbilang ekstrim. Lockdown bukan hanya memangkas penyebaran virus,
namun juga dapat memblokir berjalannya semua bidang kehidupan.
Alih alih menerapkan upaya alternatif yang terbilang cukup ekstrim, hal
penting untuk dilakukan dalam pencegahan COVID-19 menurut pemerintah
adalah dengan menghindari kontak secara dekat atau langsung oleh sesama
(social distancing), menghindari kerumunan, serta mengurangi jumlah orang
ditempat-tempat atau fasilitas umum. Atas dasar itu yang diterapkan
pemerintah saat ini adalah dengan menerbitkan kebijakan PSBB (Pembatasan
Sosial Berskala Besar) di berbagai daerah yang memiliki potensi penyebaran
dan tingkat kasus COVID-19 tinggi seperti zona merah.
Perubahan situasi dan kondisi teknis dan social distancing yang terjadi
secara tiba tiba ini tentunya dapat membuat sebuah culture shock tersendiri,
3
baik dalam individu, keluarga atau komunitas yang lebih besar. Namun Pada
2021 ini, pemerintah tidak lagi menggunakan istilah Pembatasan Sosial
Berskala Besar (PSBB) tetapi menggantinya dengan Pemberlakuan
Pembatasan Aktivitas Masyarakat (PPKM).
PPKM tahun ini berbeda dengan PSBB pada tahun 2020 yang
melibatkan sejumlah kota kota besar diluar pulau jawa bali. PPKM hanya akan
dilaksanakan di sejumlah daerah yang berada di Pulau Jawa dan Bali. Namun
pada dasarnya dalam penerapan PSBB maupun PPKM pastinya juga memberi
dampak negatif bagi sebagian orang, contohnya adalah pengusaha mikro dan
menengah.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kondisi Kabupaten Tuban saat menjalani PPKM?
2. Bagaimana dampak penerapan PPKM bagi Masyarakat di Kabupaten
Tuban?
3. Bagaimana respon pemerintah terkait dengan dampak penerapan
PPKM di Kabupaten Tuban?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dampak PSBB terhadap masyarakat di Kabupaten
Tuban
2. Untuk mengetahui kondisi kota Tuban saat program PPKM dijalankan
3. Untuk mengetahui respon pemerintah terhadap masyarakat yang
terdampak PSBB
4
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengertian PPKM
PPKM adalah penerapan pembatasan kegiatan masyarakat yang
diberlakukan di sebagian wilayah Jawa dan Bali. PPKM gantikan istilah PSBB
(pembatasan sosial berskala besar) Jawa Bali diberlakukan pada 11-25 Januari
2021.
Menteri Koordinator Perekonomian sekaligus Ketua Komite Penanganan
COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) menyebutkan PPKM
sebagai kebijakan baru pemerintah dalam pengendalian pandemi corona di
Indonesia kebijakan ini diambil dengan melihat perkembangan kasus
corona. Istilah ini berbeda dengan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
Kegiatan tertentu tetap bisa berjalan, seperti kegiatan sektor esensial, baik
pangan, energi, perhotelan.
B. Penerapan PPKM
Adapun kegiatan dibatasi saat PSBB Jawa-Bali yang kemudian diganti
dengan PPKM pada 11 Januari hingga 25 Januari adalah sebagai berikut.
1. Membatasi tempat kerja dengan work from home (WFH) 75 persen, dengan
tetap melakukan protokol kesehatan secara ketat.
2. Kegiatan belajar mengajar dilakukan secara daring.
3. Sektor esensial yang berkaitan dengan kebutuhan pokok masyarakat etap
beroperasi 100 persen. Namun, dengan pengaturan jam operasional,
kapasitas, dan menjaga protokol kesehatan secara ketat.
4. Melakukan pembatasan terhadap jam buka di pusat perbelanjaan sampai
pukul 19.00. Untuk makan dan minum di tempat maksimal diisi 25 persen
dari kapasitas restoran. Kendati begitu, pemesanan makanan melalui take
away atau delivery tetap diizinkan.
5
5. Mengizinkan kegiatan konstruksi beroperasi 100 persen dengan penerapan
protokol kesehatan yang lebih ketat.
6. Mengizinkan tempat ibadah dibuka dengan kapasitas sebesar 50 persen
dan wajibmenerapkan protokol kesehatan yang lebih ketat.
7. Fasilitas umum dan kegiatan sosial budaya dihentikan sementara.
8. Kapasitas dan jam operasional moda transportasi juga diatur.
Jika PSBB sudah diatur secara jelas pada Peraturan Pemerintah yang juga
turunan dari UU Kekarantinaan Kesehatan, tak demikian dengan PPKM.
Berdasarkan pengamatan pada UU Kekarantinaan Kesehatan, PSBB ditegaskan
dalam Pasal 1 poin 11. Di sana dijelaskan bahwa, 'Pembatasan Sosial Berskala
Besar adalah pembatasan kegiatan tertentu penduduk dalam suatu wilayah yang
diduga terinfeksi penyakit dan/atau terkontaminasi sedemikian rupa untuk
mencegah kemungkinan penyebaran penyakit atau kontaminasi.' UU tersebut pun
mengatur apa saja yang harus dilakukan meliputi kegiatan PSBB.
6
Pada undang-undang itu kemudian menegaskan di Pasal 60 bahwa,
"Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria dan pelaksanaan Karantina Rumah,
Karantina Wilayah, Karantina Rumah Sakit, dan Pembatasan Sosial Berskala Besar
diatur dengan Peraturan Pemerintah.
7
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain penelitian
Penelitian adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengembangjan pengetahuan
da menyelesaikan masalah . Dalah penelitian terdapat beberapa metode penelitian.
Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti untuk mendapatkan data
dan informasi mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
Dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti menggunakan desain penelitian
studi kasus (case study). Desain penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengeksplorasi
isu yang spesifik dan kontekstual secara mendalam. Lingkup desain penelitian studi
kasus sangat terbatas dan hasilnya hampir selalu tidak bisa diaplikasikan pada konteks
atau tempat yang lain.
2. Survey
Survei adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan
pertanyaan terstruktur yang sama pada setiap orang, kemudian semua
jawaban yang diperoleh peneliti dicatat, diolah, dan dianalisis. Survei
juga merupakan metode menjaring data penduduk dalam beberapa
peristiwa demografi atau ekonomi dengan tidak menghitung seluruh
responden yang ada di suatu negara, melainkan dengan cara penarikan
sampel (contoh daerah) sebagai kawasan yang
bisa mewakili karakteristik negara tersebut. Pertanyaan terstruktur
disebut kuesioner. Kuesioner berisi pertanyaan-pertanyaan yang akan
8
diberikan kepada responden untuk mengukur variabel-variabel,
berhubungan diantara variabel yang ada, serta dapat berupa
pengalaman dan pendapat dari responden. Metode survei biasanya
digunakan untuk mendapatkan data dari tempat tertentu yang alamiah,
namun peneliti melakukan perlakuan dalam pengumpulan data
(kuesioner, test, wawancara, dan sebagainya), perlakuan yang diberikan
tidak sama pada eksperimen.
Langkah-langkah Penelitian Survei Menurut Babbie, 1982 bahwa ada
tiga langkah penting yang menentukan keberhasilan penelitian survei,
yaitu:
mengembangkan atau membuat angket,
memilih sampel, dan
mengumpulkan data dengan wawancara atau angket.
9
BAB IV
PEMBAHASAN
10
Beberapa peryataan dari 27,8% masyarakat yang merasakan dampak
negatif :
Tidak leluasa berinteraksi dengan teman.
Tidak melaksanakan KBM di sekolah, sehingga saat belajar sendiri
menjadi tidak maksimal.
Perekonomian sedikit terganggu.
susah mencari makanan waktu malam hari atau kebutuhan di
minimarket karena tutup lebih awal.
3. Peran pemerintah
Pemerintah berupaya keras untuk menekan penyebaran COVID-19
dengan berbagai upaya salah satunya adalah penerapan PPKM. Penerapan
PPKM ini bertujuan agar kedepanya penyebaran virus bisa berkurang,
dengan ini pemerintah menghimbau masyarakatnya untuk melakukan
pembatasan kegiatan yang tentunya berdampak ke ekonomi masyarakat di
Kabupaten Tuban.
Pemerintah kabupaten Tuban juga bertanggung jawab memberikan
bantuan kepada masyarakat tetapi belum semua masyarakat di Kabupaten
Tuban menerima bantuan tersebut karena berbagai hal. Dari 54 orang yang
mengisi survey ada 68,5% masyarakat yang sudah mendapat bantuan dan
31,5% diantaranya belum.
11
BAB V
PENUTUP
1. Kesimpulan
Menurut hasil survey kelompok kami yang telah melibatkan beberapa pihak dengan
latar belakang beda dan mendapat hasil yang akurat, pengaruh Penerapan Pembatasan
Kegiatan Masyarat (PPKM) di Kabupaten Tuban ternyata berbeda beda tiap
individunya. Entah karena pengaruh daerah, sosial, atau lingkungan tempat tinggal.
Dari hasil survey ternyata, 13% dari 54 orang menilai bahwa PPKM dirasa tidak tepat
diterapkan pada era pandemi ini. 27,8% dari 54 orang merasa mendapat dampak negatif
dari PPKM ini. 31,5% dari 54 orang mengaku bahwa pemerintah belum, melakukan
upaya penalanggulangan kepada masyarakat yang terdampak seperti memberikan
sumbangan, sembako, dll. Pada survey kali ini kami juga menanyakan bagaimana
kondisi daerah mereka saat menjalakan PPKM, dan hasilnya 77,8% beranggapan
bahwa daerah mereka terlihat biasa saja, 14,8% beranggapan bahwa derahnya ramai,
sedangkan hanya 7,4% yang beranggapan bahwa daerahnya terasa sepi. Hal ini sangat
disayangkan, karena tidak meratanya penerapat PPKM yang dilakukan pemerintah.
2. Saran
Setelah melakukan survey pada masayarat Kabupaten Tuban dan menyusun makalah
ini, kami memiliki saran untuk pemerintah untuk diperluasnya PPKM di Kabupaten
Tuban guna membantu mengurangi angka kenaikan penyebaran COVID-19. Bukan
hanya dalam kota, seharunya pemerintah juga harus dengan semangat menerapkan
PPKM secara menyeluruh di semua daerah di Kabupaten Tuban. Untuk hal seperti ini
seharusnya tidak boleh luput dari pandangan pemerintah, menyadari bahwa COVID-19
dapat menyerang siapa saja dan dimana saja, baik di kota maupun di pelosok Kabupaten
Tuban. Sebelum menerapkan PPKM, pemerintah baiknya juga melakukan penyuluhan
dan penanggulangan kepada masyarakat secara menyeluruh, terutama pada daerah
daerah pelosok yang sulit terjangkau.
12
BAB VI
JADWAL PELAKSANAAN
13
BAB VII
KAJIAN PUSTAKA
Heri S. 2021. Meski Tidak Termasuk Zona Merah Covid-19, Tuban Terapkan PPKM.
https://tubankab.go.id/entry/meski-tidak-termasuk-zona-merah-covid-19-tuban-
terapkan-ppkm (diakses 17 Januari 2021)
M. Sudarsono. 2021. PPKM di Kabupaten Tuban, Satgas Covid-19 Rutin Lakukan Operasi
Yustisi Protokol Kesehatan. https://surabaya.tribunnews.com/2021/02/01/ppkm-di-
kabupaten-tuban-satgas-covid-19-rutin-lakukan-operasi-y (diakses 17 Januari 2021)
Asiah, Amanah Nur. 2021. Sanksi Penyitaan KTP Pelanggar Prokes Dinilai Tidak Tepat.
https://kumparan.com/beritaanaksurabaya/sanksi-penyitaan-ktp-pelanggar-prokes-
dinilai-tidak-tepat-1v4vi3OFYsy (diakses 17 Januari 2021)
Nurdiana, Titis. 2021. Pemerintah pakai istilah baru PPKM dalam pembatasan kegiatan .
https://nasional.kontan.co.id/news/bukan-psbb-pemerintah-pakai-istilah-baru-ppkm-
dalam-pembatasan-kegiatan-ini-bedanya (diakses 17 Januari 2021)
14
LAMPIRAN
15
16