Anda di halaman 1dari 6

BAB 5

Akuntansi di Indonesia
Akuntansi Indonesia mengalami pasang surut perkembangan. A da berbagai faktor yang
mempengaruhi perkembangan akuntansi di Indonesia. Faktor tersebut antara lain lingkungan
politik dan ekonomi serta organisasi profesi.
Seperti diketahui Indonesia telah mengalami perubahan dalam lingkungan politik yang ditandai
pergantian kepemimpinan yang memiliki karakter berbeda. Perbedaan karakter kepemimpinzn
ini akhirnya akan mempengaruhi model ekonomi negara serta mempengaruhi praktik akuntansi.
Bab ini mencoba membahas perkemkbangan praktik akuntansi di Indonesia. Pembahasan
pertama dimulai dengan menggambarkan sejarah perkembangan akuntansi di Indonesia. Pada
bagia berikutnya akan dibahas kerangka institusional dan legilatif yang mempengaruhi praktik
akuntansi. Pembahasan berikuynya beturut-turut berisi tentang pelaporan keuangan dan
persyaratan pengungkapan, kualitas pelaporan keuangan dan transparansi, perkembangan
organisasi profesi, struktur IAI dan standar akuntansi di Indonesia.
1. SEJARAH PERKEMBANGAN AKUNTANSI DI INDONESIA
Praktik akuntansi di Indonesia dapat ditelusur pada era penjajahan Belanda sekitar 17 (ABD
2003) atau sekitar tahun 1642 (soemarso 1995). Jejak yang jelaas berkatitan dengan praktik
akuntansi di Indonesia dapat di temui pada tahun 1747, yaitu praktik pembukuan yang
dilaksanakan Amphioen Sociteyt yang berkedudukan di Jakarta (Soemarso 1995). Pada era ini
Belanda mengenalkan sistem pembukuan berpasangan (double-entry bookkeeping) sebagaimana
yang dikembangkan oleh Luca Pacioli.perusahaan VOC milik Belanda yang merupakan organisasi
komersial utama selama masa penjajahan memainkan peranan penting dalam prkatik bisnis di
Indonesia selama era ini (Diga dan Yunus 1997)
Kegiatan ekonomi pada masa penjajahan meningkat cepat selama tahun 1800an dan awal tahun
1900an. Hal ini ditandai dengan dihapusknnya tanam paksa sehingga pengusaha Balnda banyak
yang menanamkan modalnyadi Indonesia. Peningkatan kegiatan ekonomi mendorong munculnya
permintaan akan tenaga akuntan dan guru buku yang terlatih. Akibatnya, fungsi auditing muli
dikenalkan di Indonesi pada tahn 1970 (Soemarso 1995). Peluang terhadap kebutuhan audit ini
akhirnya diambil oleh akuntan Belanda dan Inggris yang masuk ke Indonesia untuk membantu
kegiatan administrasi di perusahaan tekstil dan perusahaan manufaktur (Yunus 1990). Internal
auditor yang pertama kali data di Indonesia adalah J.W Labrijn yang sudah berda di Indonesia,
pada tahun 1896 dan orang pertama yang melaksanakan pekerjaan audit (menyusun dan
mengontrol pembukuan perusahaan) adalah Van Schagen yang dikirim ke Indonesia pada tahun
1907 (Soemarso 1995).
Pengiriman Van Schagen merupakan titik tolak berdirinya jawatan Akuntan Negar- Government
Accountant diesnst yang terbentuk pada tahun 1915 (Soemarso 1995). Akuntan publik yang
pertama adalah Fase & Hogeweg yang mendirikan kantor di Indonesia pada tahun 1918.
Pendirian kantor ini diikuti kantor akuntan yang lain yaitu kantor akuntan H.Y.Voerens pada
tahun 1920 dan pendirian Jawatan Akuntan Oajak-Belasting Accountant Dienst (Soemarso 1995).
Pada era penjajahan, tidak ada orang Indonesia yang bekerja sebagai aakuntan publik. Orang
Indonesia pertama yang beekerja di bidang akuntansi adalah JD Massie, yang diangkt sebagai
pemegang buku pada Jawatan Akuntan Pajak pada tanggal 21 September 1929 (Soemarso 1995).
Kesempatan bagi akuntan lokal (Indonesia) mulai muncul pada tahun 1942-1945, dengan
mundurnya Belanda dari Indonesia.sampai tahun 1947 hanya ada satu orang yang berbangsa
Indonesia yaitu Prof.Dr. Abutari (Soemarso 1995). Praktik akuntansi model Belanda maih
digunakan selamaera setelah kemrdekaan (1950an). Pendidikan dan pelatihan akuntansi masih
didominasi oleh sistem akuntansi model Belanda. Nasionalisasi atas perusahaan yang dimilki
Belanda dan pindahnya orang-orang Belanda dari Indonesia pada tahun 1958 menyebabkan
kelangkaan akuntan dan tenaga ahlil (Dirga dan Yunus 1997).
Atas dasar nasionalisasidan kelangkaan akuntan. Indonesia pada akhirnya berpaling ke praktik
akuntansi model Amerika. Namun demikian, pada era ini praktik akuntansi model Amerika
mampu berbaur dengan akuntansi model Belanda, terutama yang terjadi di lembaga pemerintah.
Makin meningkatnya jumlah institusi pendidikan tinggiyang menawarkan pendidikan akuntansi
seperti pembukaan jurusan akuntansi diUniversitas Indonesia 1952, Institut Ilmu Keuangan
(Sekolah Tinggi Akuntansi Negara STAN) 1990, Universitas Padjajaran 1961. UniversitasSuatera
Utara 1962, Universitas Airlangga 1962 dan Universitas Gadjah mada 1964 (Soeemarso 1995)
telah mendorong pergantian praktik akuntansi model Belanda dengan model Amerika pada
tahun 1960 (ADB 2003). Selanjutnya, pada tahun 1970 semua lembaga harus mengadopsi sistem
akuntansi model Amerika (Diga dan Yunus 1997).
Pada pertengahantahun 1980an, sekleompok tehnokrat muncul dan memiliki kepedulian
terhadap reforasi ekonomi dan akuntansi. Kelompok tersebut berusahauntukmenciptakan
ekonomi yang lebih kompetitif dan berorientasi pada pasar dengan dukungan praktik akuntansi
yang baik. Kebijakan kelompok tersebut memperoleh dukunganyang kuat dari investor asing dan
lembaga-lembaga internasional (Rosser 1999). Sebelum perbaikan pasar modal dan pengenalan
reformasi akuntansi tahun 1980an dan awal 1990an, dalam praktik banyak ditemui perusahaan
yang memilki tiga jenis pembukuan. Satu untuk menunjukkan gambaran sebenarna dari
perusahaan dan untuk dasar pengambilan keputusan; satu untuk menunjukkan hasil yang positif
dengan maksud agar dapat digunakan untuk mengajukan pinjaman/kredit dari bank domestik
dan asing; dan satu lagi yang menunjukkan hasil negatif (rugi) untuk tujuan pajak (Kwik 1994).
Pada awal tahun 1990an, tekanan untuk memperbaiki kualitas pelaporan keuangan muncul
seiring degan terjadinya berbagai skandal pelaporan keuanga yang dapat mempengaruhi
kepercayaan da perilakuinvestor. Skandal pertama adalah kasus Bank Duta (bank swasta yang
dimiliki oleh tiga yayasan yang dikendalikan presiden suharto) Bank Duta go public pada tahun
1990 tetapi gagal mengungkapkan kerugian yang jumlah besar (ADB 2003). Bank Duta juga tidak
menginformasi semua informasi kepada Bapepam, auditornya tau underwriternya tentang
masalah tersebut. Celakanya,auditor Bank Duta mengeluarkan opini wajar tanpa pengecualian.
Kasusini diikuti oleh kasus Plaza Indonesia Reality (pertengahan 1992) dan Barito Pacific Timber
(1993). Rosser (1999) mengatakan bahwa bagi pemerintah Indonesia kualitas pelaporan
keuangan harus diperbaiki jika memang pemerintah menginginkan adanya transformasipasar
modal darimodel “casino” menjadi model dan memobilisasi aliran investasi jangka panjang.
Berbagai skandaltersebut telahmendorong pemerintah dan badan berwenang
untukmengeluarkan kebijakan regulasi yang ketat berkaitan dengan pelaporan keuangan.
Pertama, pada September 1994, pemerintah melalui IAI mengadopsi seperangkat Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK). Kedua, Pemerintah bekerja sama dengan Bank Dunia (World Bank)
melaksanakan Proyek Pengembangan Akuntansi yang ditujukan untuk mengembangkan regulai
akuntansi dan melatih profesi akuntansi. Ketiga, pada tahun 1995, pemrintah membuat beragai
aturan berkaitan dengan akuntansi dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas. Keempat, Pada
tahun 1995 pemerintah memasukkan aspek akuntansi pelaporan keuangan kedalam Undang-
Undang Pasar Modal (Rosser 1999).
Jatuhnya nilai rupiah pada tahun 1997-1998 makin meningkatkan tekanan pada pemerintah
untuk memperbaiki kualitas pelaporan keuangan. Sampai awal1998, kebangkrutan konglomarat,
collapsenya sistem perbankan, meningkatnya infansi dan pengangguran memaksa pemerintah
bekerja sama dengan IMF dan melakukan negoisasi atas berbagai paket penyelamat yang
ditawarkan IMF. Pada waktu ini, kesalahan secara tidak langsung diarahkan pada buruknya
praktik akuntansi dan rendahnya kualitas keterbukaan informasi (transparwncy). Riskasan
perkembangan praktik akuntansi dapat dilihat pada tabel 5.1.
Tabel 5.1
Faktor Lingkungan dan Praktik Akuntansi
PERKEMBANGAN POLITIK PERKEMBANGAN EKONOMI PERKEMBANGAN AKUNTANSI
DAN SOSIAL
ERA KOLONIAL BELANDA Perusahaan Hindia Belanda Belanda mengenalkan akuntansi di
(1959-1945): (VOC) menguasai perdagangan Indonesia. Regulasi akuntansi yang
 Belanda menguasasi di Indonesia. Keterlibatan dan pertama dikeluarkan tahun 1642
Jawa dan kepulauan aktifitas Pribumi di perdagangan oleg Gubernur Jendral Hindia
lain dibatasi dengan ketat. Belanda. Regulasi tersebut
 Islam menjadi agama Etnis China diberi hak khusus di mengatur administrasi Kas dan
mayoritas bidang perdagangan dan Piutang (Abdoelkadir 1982)
transportasi air
ERA SOEKARNO Dominasi perdagangan oleh Akademisi lulusan Amerika
(1945-1966): Belanda dan Cina mendorong mengisi kekosongan posisi
Indonesia memperoleh munculnya ketidakadilan di akuntan dan sistem akuntansi dan
kemerdekaan. Kepemimpinan masyarakat. Akhirnya, Indonesia auditing Amerika dikenalkan di
presiden Soekarno dekat memilih pendekatan sosialis Indonesia. Baik akuntansi model
dengan Pemerintah Cina dalampembangunan yang Belanda maupun Amerika
(RCC). Tahun 1965 terjadi ditandai dengan dominasi peran digunakan secara bersama.
usaha kudeta oleh komunis negara. Ikatan Akuntansi Indonesia
yang berhasil digagalkan dan Tahun 1958, semu perusahaan didirikan tahun 1957 untuk
mendorong peran militer milik perusahaan milik Belanda memberi pedoman dan untuk
dinasionalisasi dan warga mengkoordinasi aktivitas akuntan
negara Belanda keluar dari
Indonesia
ERA SUHARTO Dibawah kepemimpinan
Terjadi transfer pengetahuan dan
(1966-1998): Suharto, pembangunan
keahlian akuntansi secara
Suharto menjadi presiden ekonomi didasarkan pada
langsung dari Kantor pusat
tahun 1966 dengan pendekatan kapitalis. Investasi
perusahaan asing kepada
pendekatan kebijakan asing didorong dan tahun 1967karyawan Indonesia dan secara
ekonomi dan politik yang dikeluarkan Undang-Undang
tidak langsung mempengaruhi
konservatif Penanaman Modal Asing yang aktivitas bisnis.
menghasilkan munculnya
Tahun 1973, IAI mengadopsi
perusahaan asing. seperangkat prinsip akuntansi dan
Tahun 1997-1998 Krisis
standar auditing serta professional
Keuangan Asia menimpa
code of consfut Prinsip-prinsip
Indonesia dan banyak
akuntansi didasarkan pada
perusahaan yang bangkrut. pedoman akuntansi yang
dipublikasikan AICPA tahun 1965
Standar akuntansi internasional
diadopsi tahun 1995
ERA SETELEAH SUHARTO Indonesia berjuang dari Regulasi diperketat untuk
(SETELAH 1998): kesulitan ekonomi dan stabilitas memperbaiki pengungkapan
Suharto dipaksa sosial informasi.
mengundurkan diri pada
tahun 1998
Sumber : Siddik dan Jensen (1984) yang dimodifikasi oleh ADB(2003)
2. KERANGKA INSTITUTIONAL DANLEGISLATIF
Secara yuridis,kerangka regulasi bisnis di Indonesia merefleksikan dua pengaruh(ADB 2003).
Pertama, beberapa undang-undang masih didasarkan pada undang-undang era kolonial Belanda.
Kedua, bebrapa undang-undang dikeluarkan pada era setelah kemerdekaan. Pada era setelah
kemerdekaan, aturan yang mempengaruhi aktivitas bisnis komersial dibentuk melalui keputusan
presiden dan regulasi yang dikeluarkan oleh lembaga pemerintah. Atran tersebut adalah sebagai
berikut.
1. Comercial Code 1847
Di Indonesia undang-undang ini dinamakan “Kitab Undang-Undang Hukum Dagang” yang
isinya diambil dari “Commercial Codenya” Belanda (Welboek van Koophandel 1847) dengan
beberapa perubahan. Undang-undang tersebut mengatur kegiatan bisnis dan memiliki
aturan umum dimana catatan akuntansi yang cukup harus dibuat sehingga posisi keuangan
perusahaan dapat ditentukan. Namun demikian undang-undang ini tidak mengatur secara
spesifik pembukuan atau catatan yang bagaimana yang harus dibuat dan disimpan.
2. Undang-Undang Perseroan terbatas No 1 Tahun 1995
Undang-Undang ini efektif berlaku bulan maret 1996 dan mengatur berbagai persyaratan
penyusunan laporan keuangan. Di samping itu, ada aturan yang menyebutkan bahwa
direktur perusahaan harus menyampaikan laporan keuangan dalam rapat umum pemegang
saham (RUPS) paling lambat 5 bulan setelah tanggal laporan keuangan. Selain ity, direktur
perusahaan dan komisaris wajib menandatangani laporan tersebut.
UU No 1/1995 ini juga mengatur ketentuan bahwa laporan keuangan harus disusun dan
disajikan sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). Penyimpangan
terhadap PSAK harus diungkapkan dan alasan atas penyimpangan tersebut harus
diungkapkan. UU ini dengan jelas mengatur bahwa perusahaan yang memenuhi slah satu
ketentuan berikut ini wajib di audit:
a. Perusahaan yang pendanaanya berasal dari mobilisasi dana masyarakat (bank, asuransi
dan dana investasi)
b. Perusahaan yang mengeluarkan instrumen hutang
c. Perusahaan yang go public di pasar modal
Dalam Undang-Undang tersebut disebutkan bahwa RUPS memiliki hak untuk tidak
menyetujui laporan keuangan yang tidal sesuai dengan persyaratan audit. Selanjutnya
laporan keuangan yang telah diaudit dan disetujui pemegang sham harus dipublikasikan di
dua koran harian,
3. Peraturan Pemerintah No.64 Tahun 1999 tentang Laporan Keuangan Perusahaan.
Peraturan pemerintah ini merefleksikan perbaikan yang signifikan berkaitan dengan upaya
menciptakan praktik bisnis yang transparan. Aturan sebelumnya menyebutkan bahwa hanya
perusahaan yang terdaftar di pasar modal yang wajib menyampaikan laporan keuangan
auditan. Namun dalam PP No. 64/1999 ini disebutkan bahwa perusahaan berikut ini wajib
menyampaikan laporan keuangan auditan:
a. Perusahaan yang diatur dalam UU NO.1/1995
b. Perusahaan mengumpulkan dana dari masyarakat
c. Perusahaan yangmengeluarkan instrumen hutang
d. Perusahaan yang memiliki total aktiva bersih lebih dari Rp 25 milyar
Peraturan ininjuga memuat ketentuan sebagai berikut:
a. Laporan keuangan auditan terdiri dari Neraca, Laporan Laba Rugi, Laporan Arus Kas,
Laporan Perubahan Modal dan Catatan atas laporann keuangan (termasuk daftar hutang
dan penyertaan modal).
b. Indormasi lebih mudah diperoleh termasuk akses informasi melalui internet dan copy
laporan tersedia kantor pendaftaran perusahaan di wilayah lokal

Anda mungkin juga menyukai