Akuntansi di dunia mulai diperkenalkan oleh Luca Pacioli melalui bukunya yang
berjudul “Summa de Arithmatica, Geometrica Proportioni et Proportionalita”.
Luca pacioli mulai memperkenalkan adanya sistem buku berpasangan yang saat
ini dikenal dengan istilah debet dan kredit.
Pada awalnya, sistem pembukuan yang dikenalkan oleh Luca Pacioli ditujukan
untuk membantu sistem pencatatan pedagang di Italia. Namun, sistem akuntansi
tersebut berkembang hingga dikenal oleh masyarakat luas, termasuk Indonesia.
Sistem pembukuan pertama kali muncul di Indonesia dimulai pada sekitar tahun
1642. Kemunculan akuntansi ini ditandai dengan adanya sistem pengenalan yang
sudah dilakukan oleh masyarakat tradisional. Pencatatan yang dilakukan ini
digunakan untuk memperhitungkan laba rugi perdagangan.
Masyarakat tradisional meniru cara yang dilakukan oleh pedagang luar negeri di
Indonesia pada saat melakukan pencatatan terhadap barang dagangannya. Negara
yang memperkenalkan sistem pencatatan pertama kali di Indonesia adalah
Belanda dan Portugis.
Pada mulanya, Indonesia menganut sistem kontinental, sebab pada saat itu sedang
berada dalam kendali pemerintah Belanda pada masa penjajahan. Pada sistem
kontinental ini menganggap bahwa proses pembukuan merupakan bagian dari
ilmu akuntansi.
Seiring dengan berkembangnya ilmu Akuntansi, banyak negara yang memilih
untuk menggunakan sistem anglo saxon. Hal tersebut dikarenakan anglo saxon
dianggap lebih mudah diterapkan karena lebih sederhana jika dibandingkan
dengan sistem yang lainnya.
Pada sistem akuntansi anglo saxon akan ada pencatatan berbagai transaksi yang
dialami dalam perdagangan. Hal ini dianggap memudahkan penggunanya, karena
dianggap tidak perlu melakukan pemisahan terhadap pembukuan dan sistem
akuntansi.
Terdapat juga tablet pencatatan pengeluaran yang dicatat sebagai arus keluar dari
perusahaan. Tablet pengeluaran itu sendiri terdiri dari daftar kekayaan dan uang
yang dibelanjakan sebagai penggunaan internal, kerugian, pembelian dan lainnya.
Tablet pengeluaran juga dilayani sebagai pencatatan tentang biaya, produksi, dan
laba.tablet laba ini meliputi: laba yang diterima, nama orang yang
memberikannya, alasan untuk menerima dan tangga penerimaanya.
Catatan transaksi merupakan akun dari daftar kas dan harta lainya seperti minyak,
makanan, pakaiam, dan arus kelaur masuk. Akun- akun yang sama dan jumlah
pengeluaran mereka kemudia dikelompokan ke dalam sebuah paragraf.
Akuntansi Periode Romawi
Pada masa ini hanya sedikit bukti yang menjelaskan sejarah akuntansi. Hal ini
dikarenakan banyaknya catatan pembukuan yang dibuat menggunakan tablet lilin
dan sangat mudah rusak. Catatan itu sendiri banyak disematkan dengan
kesimpulan-kesimpulan berkaitan dengan literatur. Pengidentifikasian bahwa
beberapa pemiliknya menjaga 2 susunan pembukuan. Hal ini membuktikan bahwa
masyarakat romawi suka berorganisasi dan administrasi. Terdapat sebuah buku
harian yang dicatat atas pemasukkan dan pengeluaran, dan sebuah code ‘A code
accepti et expensi’, sama dengan buku kas yang dimasukkan setiap bulannya
didalam buku harian itu.
Helbert menulis artikel yang menjelaskan perkembangan akuntansi sebagai
berikut;
Pada tahun 1775, mulai diperkenalkan pembukuan single entry dan double entry.
Pada tahun 1800, neraca dijadikan sebagai laporan utama dalam suatu perusahaan.
Pada tahun 1825, dikenal dengan akuntan pemeriksa keuangan atau financial
auditing.
Pada tahun 1850, neraca sebagai laporan penting digantikan oleh laporan laba
rugi.
Pada tahun 1925, mulai berkembangan akuntan publik, akuntan pajak, akuntan
pemerintah, dan norma pemeriksa akuntan.
Pada tahun 1950-1975, akuntansi menggunakan komputer, perumusan prinsip
akuntansi, analisis cost revenue semakin dikenal, konsultan pajak menjadi profesi
dan munculnya jasa manajemen.
Pada tahun 1975, timbulnya manajemen science, sistem informasi semakin
canggih, teori cybernetic, system review mulai dikenal dan sosial accounting yang
memengaruhi lingkungan masyarakat.