Anda di halaman 1dari 11

Nama : Eka Putri Nur Asyiam

NIM : 11170930000022

Kelas : SI-4A

Sejarah Akuntansi

Di dunia ini, tentu saja segala sesuatu itu memiliki sejarahnya masing-masing. Sejarah
sangatlah penting karena sejarah dapat dijadikan sebagai gambaran kehidupan-kehidupan manusia
di masa lampau, dapat menjadi pedoman dalam hidup, dan kita dapat mengetahui apa saja yang
telah terjadi pada masa yang lampau itu (TanayaYP, para. 2, 2011).

Berhubungan dengan Ilmu Pedagogi (ilmu dalam menjadi seorang guru), sejarah akuntansi
dapat berguna untuk memberikan pemahaman dan apresiasi yang lebih baik mengenai bidang
akuntansi dan evolusinya. Sejarah akuntansi melakukan peran yang instrumental dalam
memberikan pemahaman yang lebih baik atas permasalahan akuntansi yang terjadi. Berkaitan
dengan praktik yang ada, sejarah akuntansi dapat memberikan penilaian yang lebih baik atas
praktik yang berlaku dengan melakukan perbandingan terhadap metode yang digunakan di masa
lalu (Belkaoui, 2006).

Akuntansi dapat disebut sebagai profesi yang paling tua di dunia (Nurhayati & Wasilah,
2009, hlm. 51). Hal ini ditunjukkan dengan berbagai bukti sejarah yang ada di dunia. Sejarah dari
perkembangan akuntansi itu sendiri terbagi menjadi 2 (dua). Pertama, sejarah perkembangan
akuntansi di dunia, dan yang kedua adalah sejarah perkembangan akuntansi di Indonesia (Gade,
2005, hlm. 27).

A. Periode Mesir

Pada waktu itu pencatatan dilakukan oleh orang-orang pada zaman Mesir kuno di mana
mereka menggunakan metode pencatatan untuk membantu mereka dalam berdagang keluar daerah
negara mereka. Pencatatan dilakukan pada lembaran daun. Pada awal di mana manusia mulai
mengenal uang, metode pencatatan keuangan ini semakin banyak dikenal. Hal ini terbukti dengan
adanya data sejarah tentang materi pelajaran pencatatan atau pembukuan yang ditulis dalam bahasa
Arab. Singkatnya mereka menghitung laba atau rugi dengan cara menghitung barang yang dibawa
pada waktu berangkat berlayar dan barang yang dibawa pulang lagi pada saat selesai berlayar.
Maka dengan kata lain perhitungan rugi laba hanya dibuat pada akhir suatu pelayaran.

Pada periode Mesir, bukti sejarah menunjukkan gudang-gudang Mesir masa lalu dijadikan
sebagai tempat penyimpanan barang-barang berharga seperti emas, gandum, permata, tekstil,
bahkan hewan ternak yang menunjukkan adanya pencatatan atas transaksi-transaksi.

Hal ini dapat dibuktikan melalui kisah Yusuf ketika dia dijual oleh saudara-saudaranya dan
dibawa ke Tanah Mesir. Kemudian dia dipercayakan oleh tuannya untuk mengatur semua hal yang
ada di rumah itu kecuali makanannya. Dia bahkan sempat masuk ke dalam penjara oleh karena
dituduh melakukan perbuatan yang tidak baik terhadap isteri tuannya. Tetapi meskipun demikian,
dia mampu mengembalikan kepercayaan tuannya dan ditunjuk untuk memimpin Mesir selama 7
tahun masa kelimpahan untuk mengatur dan mencatat persediaan serta mendata seluruh anggota
keluarga yang ada di Mesir (Kel. 39-41). Berdasarkan kisah tersebut, dapat diketahui bahwa sistem
pencatatan sudah ada sejak dulu kala.

B. Periode Babilonia

Menurut Ikhsan & Suprasto (2008) ilmuan melakukan pembongkaran ribuan tablet tanah liat
Babilonia. Didapati hasil dari penelitian tersebut menunjukkan suatu kesaksian yang besar tentang
sistem pembukuan mereka. Dalam sistem akuntansinya, catatan-catatan umum kebanyakan
ditemukan berupa penerimaan tablet-tablet. Tablet-tablet tersebut berisi catatan-catatan akan
informasi:

1. Berapa jumlah uang dan barang yang diterima


2. Nama orang yang memberikannya
3. Nama orang yang menerimanya
4. Tanggal kejadiannya

Ada juga tablet pengeluaran yang dicatat atas arus keluar dari perusahaan. Tablet pengeluaran
tersebut terdiri dari daftar sejumlah uang dan kekayaan yang dibelanjakan sebagai hasil dari
pengguna internal, pembelian, kerugian dan lainlainnya. Tablet pengeluaran kadangkala dilayani
sebagai suatu catatan tentang biaya. Laba dan produksi juga dicatat. Tablet laba biasanya meliputi:
1. Apa laba yang diterima
2. Siapa yang menerima
3. Alasan-alasan untuk menerima
4. Tanggal penerimaan.

Sementara itu, untuk tabel produksi, tabel produksi terdiri dari daftar sederhana mengenai apa yang
dibuat dan kepada siapa dijual. Sebuah catatan tentang obligasi telah dijaga dan terdiri dari
informasi berikut:

1. Jumlah dan dasar dari komoditas atau uang yang dipinjamkan


2. Tingkat bunga, jika ada
3. Nama debitur
4. Nama kreditur
5. Waktu pembayaran
6. Spesifikasi mengenai metode pembayaran
7. Saksi
8. Tanggal

C. Periode China

Pemerintah China menggunakan akuntansi untuk mengevaluasi efisiensi program dan


pegai pelaksana program tersebut. Pada masa Dinasti Chao (1122-256 SM) diketahui sebagai
pencapaian akuntansi yang baik (Sueb & Wardini, 2014, hlm. 1.3)

D. Periode Yunani

Pemerintah membagi secara adil barang kepada rakyatnya. Permulaan akuntansi


mengawasi keseimbangan, uang masuk, pengeluaran-pengeluaran dan berakhir pada
keseimbangan. Pandangan terhadap akuntansi dalam sektor swasta ditawarkan dengan penemuan
di Mesir atas ”zenon papyri,” yang merupakan dokumen dari abad ketiga sebelum masehi. Waktu
Mesir sebagai provinsi Yunani, dibawah kepemimipinan Alexander Agung, dokumen itu
menghasilkan bukti bahwa adanya akuntansi Yunani abad ke-4 sebelum masehi. Zenon adalah
administrator. Setiap departemen bagian diatur oleh seorang supervisor yang meminjamkan akun
sehari-hari dari aktivitas dibawah yurisdiksi. Pengamatan terhadap dokumen-dokumen tertulis
berisikan transaksi, banyak di antara mereka meminjam uang dan aktiva lainnya yang diterima
oleh kepala departemen.

Catatan menunjukkan bahwa akun ini terdiri dari daftar kas dan aktiva lainnya, seperti
makanan, minyak, baju dan arus masuk serta arus keluar. Item-item yang sama dan total
pengeluaran mereka kemudian dikelompokkan bersama di dalam sebuah paragraf.

E. Periode Romawi

Banyak catatan pembukuan dibuat menggunakan tablet lilin yang sangat mudah rusak.
Periode ini, hanya ada sedikit bukti sejarah dari akuntansi. Catatan-catatan telah diselamatkan,
bersama dengan kesimpulan-kesimpulan yang berkaitan dengan literatur, mengindikasikan bahwa
beberapa pemilik menjaga dua susunan pembukuan. Hal ini memberitahu bahwa orang Romawi
suka organisasi dan administrasi. Ada sebuah memo atau buku harian yang dicatat atas penerimaan
dan pengeluaran, dan sebuah kode “a code accepti et expensi”, sama dengan buku kas yang
dimasukkan setiap bulannya dalam buku harian tersebut (Ikhsan & Suprasto, 2008).

Pada artikel yang ditulis oleh Herbert (dalam Harahap, 1997) menjelaskan perkembangan
akuntansi sebagai berikut:

Tahun 1775: pada tahun ini mulai diperkenalkan pembukuan baik yang single entry maupun
double-entry.

Tahun 1800: masyarakat menjadikan neraca sebagai laporan yang utama digunakan dalam
perusahaan.

Tahun 1825: mulai dikenalkan pemeriksaaan keuangan (financial auditing).

Tahun 1850: laporan laba/rugi menggantikan posisi neraca sebagai laporan yang dianggap lebih
penting.

Tahun 1900: tepatnya di negara Amerika Serikat mulai diperkenalkan sertifikasi profesi yang
dilakukan melalui ujian yang dilaksanakan secara nasional.

Tahun 1925: banyak perkembangan yang terjadi tahun ini, antara lain:

 Mulai diperkenalkan teknik-teknik analisis biaya, akuntansi untuk perpajakan, akuntansi


pemerintahan, serta pengawasan dana pemerintah;
 Laporan keuangan mulai diseragamkan;
 Norma pemeriksaaan akuntan juga mulai dirumuskan; dan
 Sistem akuntansi yang manual beralih ke sistem EDP dengan mulai dikenalkannya “punch
card record”.

Tahun 1950 s/d 1975: Pada tahun ini banyak yang dapat dicatat dalam perkembangan akuntansi,
yaitu sebagai berikut.

 Pada periode ini akunansi sudah menggunakan computer untuk pengolahan data.
 Sudah dilakukan Perumusan Prinsip Akuntansi (GAAP).
 Analisis Cost Revenue semakin dikenal.
 Jasa-jasa perpajakan seperti kunsultan pajak dan perencanaan pajak mulai ditawarkan
profesi akuntan.
 Management accounting sebagai bidang akuntan yang khusus untuk kepentingan
manajemen mulai dikenal dan berkembang cepat.
 Muncul jasa-jasa manajemen seperti sistem perencanaan dan pengawasan.
 Perencanaan manajemen serta management auditing mulai diperkenalkan.

Tahun 1975: mulai periode ini akuntansi semakin berkembang dan meliputi bidang-bidang
lainnya, perkembangan itu antara lain:

 Timbulnya management science yang mencakup analisis proses manajemen dan usaha-
usaha menemukan dan menyempurnakan kekurangan-kekurangannya;
 Sistem informasi semakin canggih yang mencakup perkembangan model-model
organisasi, perencanaan organisasi, teori pengambilan keputusan, dan analisis cost benefit;
 Metode permintaan yang menggunakan computer dalam teori cybernetics;
 Total system review yang merupakan metode pemeriksaan efektif mulai dikenal; dan
 Social accounting manjadi isu yang membahas pencatatan setiap transaksi perusahaan
yang mempengaruhi lingkungan masyarakat.

Sejarah Akuntansi Saat Ini

Kondisi yang sangat penting yang dapat mendorong perkembangan akuntansi adalah
pertumbuhan perdagangan yang berpusat di sekitar kota Italia pada abad pertengahan. Seiring
perdagangan yang terus berkembang, maka kekayaan bertumpuk di kota-kota di Italia dan
perdagangan yang sifatnya individual diganti dengan perdagangan melalui agen. Disamping itu,
persekutuan sangat penting bagi perkembangan akuntansi itu sendiri karena membawa pada satu
pengakuan bahwa persekutuan merupakan satu kesatuan yang terpisah dari pemiliknya. Dan juga
hubungan agen penting karena memerlukan pertanggungjawaban.

Hal ini dimulai pada tahun 1494 pada saat Luca Pacioli (Lukas dari Borgos) yaitu seorang
ahli matematika menerbitkan buku ilmu yang berjudul “Suma de Arithmatica, Geometrica,
Proportioni et Proportionalita”. Dalam buku tersebut ada sub judul “Tratactus de Computies et
Screptoria” yang berisikan tentang cara-cara oembukuan menurut catatan berpasangan (double
book keeping). (Purnawati, hlm. 1). Dan kemudian buku tersebut dikembangkan lagi dengan judul
“La Scoula Perfecta de Mercanti” yang diterbitkan oleh Paganini. (Priyatno, hlm. 10). Oleh karena
itu, dia mendapat julukan dengan Father of Modern Accounting atau Bapak Akuntansi Modern
(Alexander, 2002, hlm. 8).
Sebenarnya Luca Pacioli bukanlah orang
yang menemukan double entry book keeping
system, mengingat system tersebut telah dilakukan
sejak adanya perdagangan antara Venice dan
Genoa pada awal ke-13 M setelah terbukanya
perdagangan Timur Tengah dan Mediterania.
Menurut Vernoa Kam (1990), akuntansi
diperkenalkan pada zaman Feodalisme Barat.
Namun setelah dilakukan penelitian lebih lanjut
ditemukan bahwa akuntansi telah ditemukan sejak
abad ke-9 M. (Nurhayanti, hlm. 52).

Pembukuan secara berpasangan atau sekarang dikenal dengan double entry system yaitu
debit kredit yang merupakan dasar ilmu akuntansi. Kata debit kredit berasal dari bahasa latin di
mana debit berasal dari debere yang artinya percaya dan credere yang artinya berutang.
Karangan buku dari Lucas Pacioli telah banyak menginspirasi para ahli untuk
mengembangkan akuntansi dan merupakan cikal bakal sejarah bidang akuntansi.

Setelah itu akuntansi berkembang dengan


pesat di daerah Eropa disebut dengan sistem
tata buku kontinental. Pada awalnya tata
buku ini adalah tata buku tunggal. Namun
karena kebutuhan yang ada semakin
kompleks dan seiring berjalannya waktu
lahirlah buku berpasangan yang tidak hanya
berkembang di Eropa namun menyebar sampai ke Amerika. Sistem Amerika tersebut dikatakan
sebagai sistem Anglo Saxon yang pada zaman ini disebut accounting atau akuntansi. (Pujiyanti,
2015, hlm.9).

Banyak orang yang mengartikan akuntansi adalah hanya sebatas pembukuan namun
sebenarnya akuntansi itu lebih luas dari pembukuan. Pembukuan merupakan bagian dari akuntansi.
Akuntansi memiliki banyak bidang diantaranya pembukuan, audit/pemeriksaan, analisis laporan
keuangan, sistem akuntansi, penelitian untuk mengetahui luas serta macam-macam transaksi
keuangan, perencanaan sistem akuntansi yang akan digunakan pada sebuah perusahaan
berdasarkan hasil survey,

dan masih banyak lagi bidang kajian. Beberapa negara di Eropa Barat memisahkan
pembukuan dari pelajaran akuntansi. Negara Belanda, sampai sekarang, masih memberikan
pelajaran pembukuan saja pada berbagai perguruan, dan untuk pelajaran akuntansi secara luas
hanya diberikan di fakultas ekonomi jurusan akuntansi. Sedangkan di Amerika Serikat,
dikarenakan pembukuan merupakan bagian dari akuntansi, maka yang dipergunakan pada
perguruan-perguruan di sana adalah pelajaran akuntansi dalam arti yang luas.

Tetapi, Pacioli tidak pernah menyatakan bahwa dia yang menemukan sistem pencatatan
double entry (Lee, Bishop, & Parker, 2013). Dia menggunakan sistem ini untuk disebarluaskan
keluar dari Italia yaitu ke negara Eropa lainnya bahkan keseluruh dunia (melalui para pedagang
dari Venice) sehingga banyak yang mengenal pencatatan ini dengan pembukuan ala orang Venice
atau pembukuan ala orang Italia (Galassi, 1996, hlm. 445).

Akuntansi kemudian berkembang lagi dengan munculnya akuntansi biaya dan sistem
penyusutan (depresiasi) pada abad ke 19, ketika terjadi revolusi industri di benua Eropa pada saat
itu (Purwanti & Nugraheni, 2001, hlm. 2). Akuntansi pada akhirnya berkembang seiring dengan
berkembangnya zaman dan peradaban manusia, dan akuntansi di zaman modern saat ini
berkembang dengan baik di Eropa dan semakin makin pesat di negara Amerika Serikat
(Kartikahadi, Sinaga, Syamsul, Siregar, & Wahyuni, 2016, hlm. 2). Ketika memasuki abad ke-20
kerumitan di dunia akuntansi mulai muncul secara bersamaan sehingga akuntansi diakui menjadi
ilmu akademik yang tersendiri (Shatu, 2016, hlm. 10).

Bagan Ringkasan Sejarah Akuntansi

Sejarah Perkembangan Akuntansi Indonesia

Akuntansi di Indonesia sebenarnya sudah masuk ke Indonesia sejak zaman kerajaan di


masa yang lalu, seperti kerajaan Majapahit, kerajaan Sriwijaya, dan kerajaan Mataram dapat
disebut menjadi ‘pintu masuk’ bagi akuntansi untuk berkembang di Indonesia (Waluyo, 2008, hlm.
19). Sejak tahun 1642, akuntansi sudah mulai diterapkan di Indonesia (Purwanti & Nugraheni,
2001, hlm. 2).
Tetapi sayangnya, tidak ada bukti yang menguatkan hal tersebut. Sehingga awal dari
penerapan akuntansi modern di Indonesia dimulai ketika masa kolonial Belanda (Murwanto,
Khanna, & Zijl, 2011, hlm. 141). Menurut Abdoelkadir & Yunus (1994) dalam Burns & Needles
(1994) menyatakan bahwa tepatnya pada tahun 1842 ketika gubernur Belanda dari Hindia-Belanda
mengeluarkan peraturan tentang penerimaan kas, piutang, anggaran untuk garnisun, dan
pengiriman kapal di Jakarta (dulu bernama Batavia) dicatat dengan menggunakan jurnal. Dimana
jurnal ini adalah buku untuk mencatat transaksi sebelum ‘ditransfer’ ke jurnal. Mereka juga
menjelaskan cara penggunaan dari ledger (buku besar). Menurut Sukoharsono (1995, hlm. 7)
dalam akuntansi, bagaimanapun, Belanda, sampai taraf tertentu, berhasil mengubah proses
tradisional pengembangan akuntansi ke dalam dominasi dominasi kolonial akuntansi, di mana
semua istilah dan tindakan menjadi sasaran tujuan kolonialisme Belanda.
Belanda datang ke Indonesia pada akhir abad ke-16 untuk berdagang dan kemudian
membentuk organisasi maskapai yang bernama VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie).
Pada tahun 1602 terjadi peleburan 14 maskapai dan tahun 1619 membuka cabang di Batavia dan
kota lain di Indonesia. VOC berakhir pada tahun 1799 dan setelah itu kekuasaan diambil alih oleh
Kerajaan Belanda. Sejak itulah muncul perusahaan Belanda di Indonesia. Catatan pembukuan
menekankan pada mekanisme debit dan kredit berdasarkan praktik dagang untuk kepentingan
perusahaan Belanda saja.

Tetapi sejak Belanda menyerah kepada Jepang pada tanggal 9 Maret 1942 (Hatta, 2010,
hlm. 5), menurut Murwanto, Khanna, & Zijl (2011, hlm. 151), Jepang (saat itu diatur oleh
Zaibatsu) pada akhirnya merubah segala bentuk sistem akuntansi Belanda, seperti sistem
administrasi dan kekuatan ekonominya dilucuti, serta orang-orang Eropa yang saat itu memegang
sektor penting untuk dialihkan kepada kepentingan peperangan. Orang-orang Jepang ditempatkan
di posisi manajemen tingkat atas dan orang-orang Indonesia di posisi menengah dan bawah tanpa
mengubah sistem pengetahuan akuntansi waktu era kolonial Belanda.
Di Indonesia, akuntansi mulai diterapkan pada era penjajahan Belanda sejak sekitar abad
ke 17 atau tahun 1642, tetapi jejak yang jelas baru ditemui pada pembukuan yang dilaksanakan
Amphioen Society yang berdiri di Jakarta sejak tahun 1747. Tetapi perkembangan akuntansi yang
mencolok baru muncul setelah undang-undang mengenai tanam paksa dihapuskan dalam tahun
1870. Dengan dihapuskannya tanam paksa, kaum pengusaha swasta Belanda banyak bermunculan
di Indonesia untuk menanamkan modalnya. Dunia usaha berkembang, demikian pula kebutuhan
akan akuntansi.
Agar tidak memicu perhatian, pemerintah Belanda tidak mencampuri sistem pembukuan
yang mereka gunakan. Sehingga muncullah sistem pembukuan pada bidang bidang usaha kecil
seperti pembukuan Hokkian, Canton, Hakka, Tio-Tjoe. Di sisi lain fungsi pemeriksaan atau yang
dikenal auditing mulai dikenal bangsa Indonesia sejak tahun 1907 yang bermula pada saat
dikirimnya Van Schagen yang adalah anggota NIVA dengan tugasnya yaitu menyusun dan
mengontrol pembukuan perusahaan. Van Schagen adalah pencetus didirikannya jawatan akuntan
negara (GAD). Akuntan publik pertama adalah Frese & Hogeweg yang kantornya berdiri di
Indonesia pada tahun 1918 (Shatu, 2016, hlm. 12). Kemudian disusul dengan berdirinya kantor
akuntan H. Y. Voerens.

Awalnya tidak banyak orang Indonesia yang terjun dalam bidang akuntansi. Kalaupun ada,
pada zaman penjajahan Belanda mereka hanyalah merupakan tenaga-tenaga pembantu ataupun
pelaksana. Orang Indonesia pertama yang bekerja di bidang akuntansi adalah J. D. Massie yang
pada zaman itu diangkat sebagai pemegang buku untuk jawatan akuntan pajak. Pada zaman
pendudukan Jepang, Indonesia sangat kekurangan tenaga khususnya di bidang akuntansi. Jabatan
jabatan pimpinan di keuangan didominasi sebanyak 90% oleh bangsa Belanda. Melihat hal itu
seorang bernama Bapak Slamet mendirikan kursus-kursus untuk mengisi jabatan tadi yang
didominasi oleh orang-orang Indonesia (Pujiyanti, 2015, hlm. 10)

Studi atas sejarah akuntansi yang dilakukan oleh para ilmuwan akuntansi dengan
menggunakan pendekatan baru ini umumnya mengkritisi studi-studi sejarah akuntansi sebelumnya
yang dianggap menggunakan sudut pandang tradisional. Dalam sudut pandang tradisional ini
dikatakan bahwa akuntansi hanya dianggap sebagai peralatan teknis, yaitu sebagai teknik
mengumpulkan dan menyajikan data keuangan untuk kepentingan pengambilan keputusan.

Setelah Indonesia merdeka, pernah dirasakan sekali kekurangan akan tenaga akuntan ini.
Pada tahun 1947, hanya ada seorang akuntan berbangsa Indonesia, yaitu Prof. Dr. Abutari. Dalam
masa perang kemerdekaan (1945- 1950), kursus-kursus untuk mendidik tenaga di bidang akuntansi
di lanjutkan. Di Indonesia sendiri, pendidikan akuntan dimulai dengan dibukanya jurusan
akuntansi di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia dalam tahun 1952. Pendirian jurusan
akuntansi di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia ini kemudian di ikuti dengan pembukaan
jurusan yang sama di fakultas-fakultas ekonomi di Universitas Padjadjaran tahun 1961,
Universitas Sumatera Utara tahun 1962, Universitas Airlangga tahun 1962, dan Universitas Gajah
Mada tahun 1964. (Pujiyanti, 2015, hlm.10).
Istilah akuntan pun baru berlaku ketika UU No. 34 Tahun 1954. Kemudian 3 tahun
berikutnya dibentuklah sebuah ikatan yaitu Ikatan Akuntan Indonesia atau IAI (Murwanto,
Khanna, & Zijl, 2011, hlm. 151-153).

Namun pada periode waktu berikutnya, gelar akuntan tidak dapat diberikan dengan mudah
bagi siapapun. Berdasarkan UU No.34 tahun 1954 yang mengandung berbagai kontroversi yang
berisi diantaranya yang dapat menghasilkan gelar akuntan adalah perguruan tinggi negeri, dengan
kata lain perguruan tinggi swasta tidak berkenan memberikan gelar tersebut. Pada periode tahun
1980 – 2000, kesempatan dibuka bagi mereka lulusan perguruan tinggi swasta untuk dapat gelar
akuntan melalui ujian negara. Hingga pada akhir nya diawali pada tahun 2001, gelar akuntan kini
dapat diberikan oleh semua perguruan tinggi negeri maupun swasta melalui Fakultas Ekonomi (SK
Mendikbud No. 056/U/1999) (Putri, 2010).

Pada Desember tanggal 23 tahun 1957 didirikan organisasi profesi yang menghimpun para
akuntan dan diberi nama Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dengan pendiri lima orang akuntan
Indonesia.profesi akuntan mulai berkembang dengan pesat sejak tahun 1967 (Shatu, 2016, hlm.
12-13).
Jika ditarik kesimpulan secara keseluruhan dapat disimpulakn bahwa tujuan utama
akuntansi adalah menyajikan informasi ekonomi atau informasi keuangan yang tentu saja banyak
dibutuhkan oleh orang-orang yang berkepentingan terhadapnya. Seerta perkembangannya dapat
dirangkum dalam tabel sebagai berikut:

Tabel Perkembangan Standard Akuntansi Keuangan Di Indonesia


Zaman Kolonial Zaman Penjajahan Zaman Penjajahan Zaman Kemerdekaan
(1602-1799) Belanda (1800-1942) Jepang (1942-1945) (1945-Sekarang

Pencatatan Pencatatan debit dan Pencatatan debit dan Harmonisasi ke standar


Sederhana kredit kredit (tidak ada Akuntansi internasional
perubahan) (IFRS)

Sumber: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi, Vol. 1, No. 4, Juli 2012

Anda mungkin juga menyukai