Anda di halaman 1dari 9

Sejarah Akuntansi

Di dunia ini, tentu saja segala sesuatu itu memiliki sejarahnya masing-masing. Sejarah sangatlah penting
karena sejarah dapat dijadikan sebagai gambaran kehidupan-kehidupan manusia di masa lampau, dapat
menjadi pedoman dalam hidup, dan kita dapat mengetahui apa saja yang telah terjadi pada masa yang
lampau itu (TanayaYP, para. 2, 2011). Berhubungan dengan Ilmu Pedagogi (ilmu dalam menjadi seorang
guru), sejarah akuntansi dapat berguna untuk memberikan pemahaman dan apresiasi yang lebih baik
mengenai bidang akuntansi dan evolusinya. Sejarah akuntansi melakukan peran yang instrumental dalam
memberikan pemahaman yang lebih baik atas permasalahan akuntansi yang terjadi. Berkaitan dengan
praktik yang ada, sejarah akuntansi dapat memberikan penilaian yang lebih baik atas praktik
yang berlaku dengan melakukan perbandingan terhadap metode yang digunakan di masa lalu (Belkaoui,
2006). Akuntansi dapat disebut sebagai profesi yang paling tua di dunia (Nurhayati & Wasilah, 2009,
hlm. 51). Hal ini ditunjukkan dengan berbagai bukti sejarah yang ada di dunia. Sejarah dari
perkembangan akuntansi itu sendiri terbagi menjadi 2 (dua). Pertama, sejarah perkembangan akuntansi di
dunia, dan yang kedua adalah sejarah perkembangan akuntansi di Indonesia (Gade, 2005, hlm. 27).
Periode Mesir
Pada waktu itu pencatatan dilakukan oleh orang-orang pada zaman Mesir kuno di mana mereka
menggunakan metode pencatatan untuk membantu mereka dalam berdagang keluar daerah negara
mereka. Pencatatan dilakukan pada lembaran daun. Pada awal di mana manusia mulai mengenal uang,
metode pencatatan keuangan ini semakin banyak dikenal. Hal ini terbukti dengan adanya data sejarah
tentang materi pelajaran pencatatan atau pembukuan yang ditulis dalam bahasa Arab. Singkatnya mereka
menghitung laba atau rugi dengan cara menghitung barang yang dibawa pada waktu berangkat
berlayar dan barang yang dibawa pulang lagi pada saat selesai berlayar. Maka dengan kata lain
perhitungan rugi laba hanya dibuat pada akhir suatu pelayaran. Pada periode Mesir, bukti sejarah
menunjukkan gudang-gudang Mesir masa lalu dijadikan sebagai tempat penyimpanan barang-
barang berharga seperti emas, gandum, permata, tekstil, bahkan hewan ternak yang menunjukkan
adanya pencatatan atas transaksi-transaksi. Hal ini dapat dibuktikan melalui kisah Yusuf ketika
dia dijual oleh saudara-saudaranya dan dibawa ke Tanah Mesir. Kemudian dia dipercayakan oleh
tuannya untuk mengatur semua hal yang ada di rumah itu kecuali makanannya. Dia bahkan
sempat masuk ke dalam penjara oleh karena dituduh melakukan perbuatan yang tidak baik
terhadap isteri tuannya. Tetapi meskipun demikian, dia mampu mengembalikan kepercayaan
tuannya dan ditunjuk untuk memimpin Mesir selama 7 tahun masa kelimpahan untuk mengatur
dan mencatat persediaan serta mendata seluruh anggota keluarga yang ada di Mesir (Kel. 39-41).
Berdasarkan kisah tersebut, dapat diketahui bahwa sistem pencatatan sudah ada sejak dulu kala.
Periode Babilonia
Menurut Ikhsan & Suprasto (2008) ilmuan melakukan pembongkaran ribuan tablet tanah liat
Babilonia. Didapati hasil dari penelitian tersebut menunjukkan suatu kesaksian yang besar
tentang sistem pembukuan mereka. Dalam sistem akuntansinya, catatan-catatan umum
kebanyakan ditemukan berupa penerimaan tablet-tablet. Tablet-tablet tersebut berisi catatan-
catatan akan informasi:
1.Berapa jumlah uang dan barang yang diterima
2. Nama orang yang memberikannya
3. Nama orang yang menerimanya
4.Tanggal kejadiannya
Ada juga tablet pengeluaran yang dicatat atas arus keluar dari perusahaan. Tablet pengeluaran
tersebut terdiri dari daftar sejumlah uang dan kekayaan yang dibelanjakan sebagai hasil dari
pengguna internal, pembelian, kerugian dan lainlainnya. Tablet pengeluaran kadangkala dilayani
sebagai suatu catatan tentang biaya. Laba dan produksi juga dicatat. Tablet laba biasanya
meliputi:
1.Apa laba yang diterima
2.Siapa yang menerima
3.Alasan-alasan untuk menerima
4. Tanggal penerimaan.

Sementara itu, untuk tabel produksi, tabel produksi terdiri dari daftar sederhana mengenai apa
yang dibuat dan kepada siapa dijual. Sebuah catatan tentang obligasi telah dijaga dan terdiri dari
informasi berikut:
1.Jumlah dan dasar dari komoditas atau uang yang dipinjamkan
2. Tingkat bunga, jika ada
3. Nama debitur
4. Nama kreditur
5.Waktu pembayaran
6.Spesifikasi mengenai metode pembayaran
7.Saksi
8.Tanggal

Periode China
Pemerintah China menggunakan akuntansi untuk mengevaluasi efisiensi program dan pegai
pelaksana program tersebut. Pada masa Dinasti Chao (1122-256 SM) diketahui sebagai
pencapaian akuntansi yang baik.

Periode Yunani
Pemerintah membagi secara adil barang kepada rakyatnya. Permulaan akuntansi mengawasi
keseimbangan, uang masuk, pengeluaran-pengeluaran dan berakhir pada keseimbangan.
Pandangan terhadap akuntansi dalam sektor swasta ditawarkan dengan penemuan di Mesir atas
” zenon papyri,” yang merupakan dokumen dari abad ketiga sebelum masehi. Waktu Mesir
sebagai provinsi Yunani, dibawah kepemimipinan Alexander Agung, dokumen itu menghasilkan
bukti bahwa adanya akuntansi Yunani abad ke-4 sebelum masehi. Zenon adalah administrator.
Setiap departemen bagian diatur oleh seorang supervisor yang meminjamkan akun sehari-hari
dari aktivitas dibawah yurisdiksi. Pengamatan terhadap dokumen-dokumen tertulis berisikan
transaksi, banyak di antara mereka meminjam uang dan aktiva lainnya yang diterima oleh kepala
departemen. Catatan menunjukkan bahwa akun ini terdiri dari daftar kas dan aktiva lainnya,
seperti makanan, minyak, baju dan arus masuk serta arus keluar. Item-item yang sama dan total
pengeluaran mereka kemudian dikelompokkan bersama di dalam sebuah paragraf.

Periode Romawi
Banyak catatan pembukuan dibuat menggunakan tablet lilin yang sangat mudah rusak. Periode
ini, hanya ada sedikit bukti sejarah dari akuntansi. Catatan-catatan telah diselamatkan, bersama
dengan kesimpulan-kesimpulan yang berkaitan dengan literatur, mengindikasikan bahwa
beberapa pemilik menjaga dua susunan pembukuan. Hal ini memberitahu bahwa orang Romawi
suka organisasi dan administrasi. Ada sebuah memo atau buku harian yang dicatat atas
penerimaan dan pengeluaran, dan sebuah kode “ a code accepti et expensi”, sama dengan buku
kas yang dimasukkan setiap bulannya dalam buku harian tersebut (Ikhsan & Suprasto, 2008).
Pada artikel yang ditulis oleh Herbert (dalam Harahap, 1997) menjelaskan perkembangan
akuntansi sebagai berikut:

Tahun 1775:
pada tahun ini mulai diperkenalkan pembukuan baik yang single entry maupun
double-entry
.
Tahun 1800:
masyarakat menjadikan neraca sebagai laporan yang utama digunakan dalam perusahaan.
Tahun 1825:
mulai dikenalkan pemeriksaaan keuangan ( financial auditing).
Tahun 1850:
laporan laba/rugi menggantikan posisi neraca sebagai laporan yang dianggap lebih penting.
Tahun 1900:
tepatnya di negara Amerika Serikat mulai diperkenalkan sertifikasi profesi yang dilakukan
melalui ujian yang dilaksanakan secara nasional.
Tahun 1925:
banyak perkembangan yang terjadi tahun ini, antara lain:
Mulai diperkenalkan teknik-teknik analisis biaya, akuntansi untuk perpajakan, akuntansi
pemerintahan, serta pengawasan dana pemerintah;
Laporan keuangan mulai diseragamkan;
Norma pemeriksaaan akuntan juga mulai dirumuskan; dan
Sistem akuntansi yang manual beralih ke sistem EDP dengan mulai dikenalkannya “
punch card record ”.

Tahun 1950 s/d 1975:


Pada tahun ini banyak yang dapat dicatat dalam perkembangan akuntansi, yaitu sebagai berikut.
1. Pada periode ini akunansi sudah menggunakan computer untuk pengolahan data.
2. Sudah dilakukan Perumusan Prinsip Akuntansi (GAAP).
3. Analisis Cost Revenue semakin dikenal.
4. Jasa-jasa perpajakan seperti kunsultan pajak dan perencanaan pajak mulai ditawarkan
profesi akuntan.
5. Management accounting sebagai bidang akuntan yang khusus untuk kepentingan
manajemen mulai dikenal dan berkembang cepat.
6. Muncul jasa-jasa manajemen seperti sistem perencanaan dan pengawasan
7. Perencanaan manajemen serta management auditing mulai diperkenalkan.

Tahun 1975:
mulai periode ini akuntansi semakin berkembang dan meliputi bidang-bidang lainnya,
perkembangan itu antara lain:
1. Timbulnya management science yang mencakup analisis proses manajemen dan usaha-
usaha menemukan dan menyempurnakan kekurangan-kekurangannya;
2. Sistem informasi semakin canggih yang mencakup perkembangan model-model
organisasi, perencanaan organisasi, teori pengambilan keputusan, dan analisis cost
benefit ;
3. Metode permintaan yang menggunakan computer dalam teori cybernetics;
4. Total system review yang merupakan metode pemeriksaan efektif mulai dikenal; dan
5. Social accounting manjadi isu yang membahas pencatatan setiap transaksi perusahaan
yang mempengaruhi lingkungan masyarakat.

Sejarah Akuntansi Saat Ini


Kondisi yang sangat penting yang dapat mendorong perkembangan akuntansi adalah
pertumbuhan perdagangan yang berpusat di sekitar kota Italia pada abad pertengahan. Seiring
perdagangan yang terus berkembang, maka kekayaan bertumpuk di kota-kota di Italia dan
perdagangan yang sifatnya individual diganti dengan perdagangan melalui agen. Disamping itu,
persekutuan sangat penting bagi perkembangan akuntansi itu sendiri karena membawa pada
satu pengakuan bahwa persekutuan merupakan satu kesatuan yang terpisah dari pemiliknya.
Dan juga hubungan agen penting karena memerlukan pertanggungjawaban. Hal ini dimulai pada
tahun 1494 pada saat Luca Pacioli (Lukas dari Borgos) yaitu seorang ahli matematika enerbitkan
buku ilmu yang berjudul “Suma de Arithmatica, Geometrica, Proportioni et Proportionalita”.
Dalam buku tersebut ada sub judul “ Tratactus de Computies et Screptoria” yang berisikan
tentang cara-cara oembukuan menurut catatan berpasangan (double book keeping). (Purnawati,
hlm. 1). Dan kemudian buku tersebut dikemb angkan lagi dengan judul “ La Scoula Perfecta de
Mercanti ” yang diterbitkan oleh Paganini. (Priyatno, hlm. 10).
Oleh karena itu, dia mendapat julukan dengan Father of Modern Accounting atau Bapak
Akuntansi Modern (Alexander, 2002, hlm. 8). Sebenarnya Luca Pacioli bukanlah orang yang
menemukan double entry book keeping system, mengingat system tersebut telah dilakukan sejak
adanya perdagangan antara Venice dan Genoa pada awal ke-13 M setelah terbukanya
perdagangan Timur Tengah dan Mediterania. Menurut Vernoa Kam (1990), akuntansi
diperkenalkan pada zaman Feodalisme Barat. Namun setelah dilakukan penelitian lebih lanjut
ditemukan bahwa akuntansi telah ditemukan sejak abad ke-9 M. (Nurhayanti, hlm. 52).
Pembukuan secara berpasangan atau sekarang dikenal dengan double entry system yaitu debit
kredit yang merupakan dasar ilmu akuntansi. Kata debit kredit berasal dari bahasa latin di mana
debit berasal dari debere yang artinya percaya dan credere yang artinya berutang.

Karangan buku dari Lucas Pacioli telah banyak menginspirasi para ahli untuk mengembangkan
akuntansi dan merupakan cikal bakal sejarah bidang akuntansi. Setelah itu
akuntansi berkembang dengan pesat di daerah Eropa disebut dengan sistem tata buku
kontinental. Pada awalnya tata buku ini adalah tata buku tunggal. Namun karena kebutuhan
yang ada semakin kompleks dan seiring berjalannya waktu lahirlah buku berpasangan yang
tidak hanya berkembang di Eropa namun menyebar sampai ke Amerika. Sistem Amerika
tersebut dikatakan sebagai sistem Anglo Saxon yang pada zaman ini disebut accounting
atau akuntansi. (Pujiyanti, 2015, hlm.9). Banyak orang yang mengartikan akuntansi adalah
hanya sebatas pembukuan namun sebenarnya akuntansi itu lebih luas dari pembukuan.
Pembukuan merupakan bagian dari akuntansi. Akuntansi memiliki banyak bidang diantaranya
pembukuan, audit/pemeriksaan, analisis laporan keuangan, sistem akuntansi, penelitian untuk
mengetahui luas serta macam-macam transaksi keuangan, perencanaan sistem akuntansi yang
akan digunakan pada sebuah perusahaan berdasarkan hasil survey, dan masih banyak lagi
bidang kajian. Beberapa negara di Eropa Barat memisahkan pembukuan dari pelajaran
akuntansi. Negara Belanda, sampai sekarang, masih memberikan pelajaran pembukuan
saja pada berbagai perguruan, dan untuk pelajaran akuntansi secara luas hanya diberikan di
fakultas ekonomi jurusan akuntansi. Sedangkan di Amerika Serikat, dikarenakan pembukuan
merupakan bagian dari akuntansi, maka yang dipergunakan pada perguruan-perguruan di sana
adalah pelajaran akuntansi dalam arti yang luas. Tetapi, Pacioli tidak pernah menyatakan bahwa
dia yang menemukan sistem pencatatan double entry (Lee, Bishop, & Parker, 2013). Dia
menggunakan sistem ini untuk disebarluaskan keluar dari Italia yaitu ke negara Eropa lainnya
bahkan keseluruh dunia (melalui para pedagang dari Venice) sehingga banyak yang mengenal
pencatatan ini dengan pembukuan ala orang Venice atau pembukuan ala orang Italia (Galassi,
1996, hlm. 445). Akuntansi kemudian berkembang lagi dengan munculnya akuntansi biaya dan
sistem penyusutan (depresiasi) pada abad ke 19, ketika terjadi revolusi industri di benua Eropa
pada saat itu (Purwanti & Nugraheni, 2001, hlm. 2). Akuntansi pada akhirnya berkembang
seiring dengan berkembangnya zaman dan peradaban manusia, dan akuntansi di zaman modern
saat ini berkembang dengan baik di Eropa dan semakin makin pesat di negara Amerika Serikat
(Kartikahadi, Sinaga, Syamsul, Siregar, & Wahyuni, 2016, hlm. 2). Ketika memasuki abad ke-20
kerumitan di dunia akuntansi mulai muncul secara bersamaan sehingga akuntansi diakui menjadi
ilmu akademik yang tersendiri (Shatu, 2016, hlm. 10) ini untuk disebarluaskan keluar dari Italia
yaitu ke negara Eropa lainnya bahkan keseluruh dunia (melalui para pedagang dari Venice)
sehingga banyak yang mengenal pencatatan ini dengan pembukuan ala orang Venice atau
pembukuan ala orang Italia (Galassi, 1996, hlm. 445). Akuntansi kemudian berkembang lagi
dengan munculnya akuntansi biaya dan sistem penyusutan (depresiasi) pada abad ke 19, ketika
terjadi revolusi industri di benua Eropa pada saat itu (Purwanti & Nugraheni, 2001, hlm. 2).
Akuntansi pada akhirnya berkembang seiring dengan berkembangnya zaman dan peradaban
manusia, dan akuntansi di zaman modern saat ini berkembang dengan baik di Eropa dan semakin
makin pesat di negara Amerika Serikat (Kartikahadi, Sinaga, Syamsul, Siregar, & Wahyuni,
2016, hlm. 2). Ketika memasuki abad ke-20 kerumitan di dunia akuntansi mulai muncul secara
bersamaan sehingga akuntansi diakui menjadi ilmu akademik yang tersendiri (Shatu, 2016, hlm.
10).
Bagan Ringkasan Sejarah Akuntansi Sejarah Perkembangan Akuntansi Indonesia Akuntansi di
Indonesia sebenarnya sudah masuk ke Indonesia sejak zaman kerajaan di masa yang lalu, seperti
kerajaan Majapahit, kerajaan Sriwijaya, dan kerajaan Mataram dapat disebut menjadi ‘pintu
masuk’ bagi akuntansi untuk berkembang di Indonesia (Waluyo, 2008, hlm. 19). Sejak tahun
1642, akuntansi sudah mulai diterapkan di Indonesia (Purwanti & Nugraheni, 2001, hlm. 2).
Tetapi sayangnya, tidak ada bukti yang menguatkan hal tersebut. Sehingga awal dari penerapan
akuntansi modern di Indonesia dimulai ketika masa kolonial Belanda (Murwanto, Khanna, &
Zijl, 2011, hlm. 141). Menurut Abdoelkadir & Yunus (1994) dalam Burns & Needles (1994)
menyatakan bahwa tepatnya pada tahun 1842 ketika gubernur Belanda dari Hindia-Belanda
mengeluarkan peraturan tentang penerimaan kas, piutang, anggaran untuk garnisun, dan
pengiriman kapal di Jakarta (dulu bernama Batavia) dicatat dengan menggunakan jurnal.
Dimana jurnal ini adalah buku untuk mencatat transaksi sebelum ‘ditransfer’ ke jurnal.
Mereka juga menjelaskan cara penggunaan dari ledger
(buku besar). Menurut Sukoharsono (1995, hlm. 7) dalam akuntansi, bagaimanapun, Belanda,
sampai taraf tertentu, berhasil mengubah proses tradisional pengembangan akuntansi ke dalam
dominasi dominasi kolonial akuntansi, di mana semua istilah dan tindakan menjadi sasaran
tujuan kolonialisme Belanda. Belanda datang ke Indonesia pada akhir abad ke-16 untuk
berdagang dan kemudian membentuk organisasi maskapai yang bernama VOC (Vereenigde
Oost Indische Compagnie). Pada tahun 1602 terjadi peleburan 14 maskapai dan tahun 1619
membuka cabang di Batavia dan kota lain di Indonesia. VOC berakhir pada tahun 1799 dan
setelah itu kekuasaan diambil alih oleh Kerajaan Belanda. Sejak itulah muncul perusahaan
Belanda di Indonesia. Catatan pembukuan menekankan pada mekanisme debit dan kredit
berdasarkan praktik dagang untuk kepentingan perusahaan Belanda saja. Tetapi sejak Belanda
menyerah kepada Jepang pada tanggal 9 Maret 1942 (Hatta, 2010, hlm. 5), menurut Murwanto,
Khanna, & Zijl (2011, hlm. 151), Jepang (saat itu diatur oleh Zaibatsu) pada akhirnya merubah
segala bentuk sistem akuntansi Belanda, seperti sistem administrasi dan kekuatan ekonominya
dilucuti, serta orang-orang Eropa yang saat itu memegang sektor penting untuk dialihkan kepada
kepentingan peperangan. Orang-orang Jepang ditempatkan di posisi manajemen tingkat atas dan
orang-orang Indonesia di posisi menengah dan bawah tanpa mengubah sistem pengetahuan
akuntansi waktu era kolonial Belanda. Di Indonesia, akuntansi mulai diterapkan pada era
penjajahan Belanda sejak sekitar abad ke 17 atau tahun 1642, tetapi jejak yang jelas baru ditemui
pada pembukuan yang dilaksanakan Amphioen Society yang berdiri di Jakarta sejak tahun 1747.
Tetapi perkembangan akuntansi yang mencolok baru muncul setelah undang-undang mengenai
tanam paksa dihapuskan dalam tahun 1870. Dengan dihapuskannya tanam paksa, kaum
pengusaha swasta Belanda banyak bermunculan di Indonesia untuk menanamkan modalnya.
Dunia usaha berkembang, demikian pula kebutuhan akan akuntansi. Agar tidak memicu
perhatian, pemerintah Belanda tidak mencampuri sistem pembukuan yang mereka gunakan.
Sehingga muncullah sistem pembukuan pada bidang bidang usaha kecil seperti pembukuan
Hokkian, Canton, Hakka, Tio-Tjoe. Di sisi lain fungsi pemeriksaan atau yang dikenal
auditing mulai dikenal bangsa Indonesia sejak tahun 1907 yang bermula pada saat dikirimnya
Van Schagen yang adalah anggota NIVA dengan tugasnya yaitu menyusun dan
mengontrol pembukuan perusahaan. Van Schagen adalah pencetus didirikannya jawatan
akuntan negara (GAD). Akuntan publik pertama adalah Frese & Hogeweg yang kantornya
berdiri di Indonesia pada tahun 1918 (Shatu, 2016, hlm. 12). Kemudian disusul dengan
berdirinya kantor akuntan H. Y. Voerens. Awalnya tidak banyak orang Indonesia yang terjun
dalam bidang akuntansi. Kalaupun ada, pada zaman penjajahan Belanda mereka hanyalah
merupakan tenaga-tenaga pembantu ataupun pelaksana. Orang Indonesia pertama yang bekerja
di bidang akuntansi adalah J. D. Massie yang pada zaman itu diangkat sebagai pemegang buku
untuk jawatan akuntan pajak. Pada zaman pendudukan Jepang, Indonesia sangat kekurangan
tenaga khususnya di bidang akuntansi. Jabatan jabatan pimpinan di keuangan didominasi
sebanyak 90% oleh bangsa Belanda. Melihat hal itu seorang bernama Bapak Slamet mendirikan
kursus-kursus untuk mengisi jabatan tadi yang didominasi oleh orang-orang Indonesia (Pujiyanti,
2015, hlm. 10) Studi atas sejarah akuntansi yang dilakukan oleh para ilmuwan akuntansi dengan
menggunakan pendekatan baru ini umumnya mengkritisi studi-studi sejarah akuntansi
sebelumnya yang dianggap menggunakan sudut pandang tradisional. Dalam sudut pandang
tradisional ini dikatakan bahwa akuntansi hanya dianggap sebagai peralatan teknis, yaitu sebagai
teknik mengumpulkan dan menyajikan data keuangan untuk kepentingan pengambilan
keputusan. Setelah Indonesia merdeka, pernah dirasakan sekali kekurangan akan tenaga akuntan
ini. Pada tahun 1947, hanya ada seorang akuntan berbangsa Indonesia, yaitu Prof. Dr. Abutari.
Dalam masa perang kemerdekaan (1945- 1950), kursus-kursus untuk mendidik tenaga di bidang
akuntansi di lanjutkan. Di Indonesia sendiri, pendidikan akuntan dimulai dengan dibukanya
jurusan akuntansi di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia dalam tahun 1952. Pendirian
jurusan akuntansi di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia ini kemudian di ikuti
dengan pembukaan jurusan yang sama di fakultas-fakultas ekonomi di Universitas Padjadjaran
tahun 1961, Universitas Sumatera Utara tahun 1962, Universitas Airlangga tahun 1962, dan
Universitas Gajah Mada tahun 1964. (Pujiyanti, 2015, hlm.10). Istilah akuntan pun baru berlaku
ketika UU No. 34 Tahun 1954. Kemudian 3 tahun berikutnya dibentuklah sebuah ikatan yaitu
Ikatan Akuntan Indonesia atau IAI (Murwanto, Khanna, & Zijl, 2011, hlm. 151-153). Namun
pada periode waktu berikutnya, gelar akuntan tidak dapat diberikan dengan mudah bagi
siapapun. Berdasarkan UU No.34 tahun 1954 yang mengandung berbagai kontroversi yang berisi
diantaranya yang dapat menghasilkan gelar akuntan adalah perguruan tinggi negeri, dengan kata
lain perguruan tinggi swasta tidak berkenan memberikan gelar tersebut. Pada periode tahun
1980 – 2000, kesempatan dibuka bagi mereka lulusan perguruan tinggi swasta untuk dapat gelar
akuntan melalui ujian negara. Hingga pada akhir nya diawali pada tahun 2001, gelar akuntan kini
dapat diberikan oleh semua perguruan tinggi negeri maupun swasta melalui Fakultas Ekonomi
(SK Mendikbud No. 056/U/1999) (Putri, 2010). Pada Desember tanggal 23 tahun 1957 didirikan
organisasi profesi yang menghimpun para akuntan dan diberi nama Ikatan Akuntan Indonesia
(IAI) dengan pendiri lima orang akuntan Indonesia.profesi akuntan mulai berkembang dengan
pesat sejak tahun 1967 (Shatu, 2016, hlm. 12-13). Jika ditarik kesimpulan secara keseluruhan
dapat disimpulakn bahwa tujuan utama akuntansi adalah menyajikan informasi ekonomi atau
informasi keuangan yang tentu saja banyak dibutuhkan oleh orang-orang yang berkepentingan
terhadapnya. Seerta perkembangannya dapat dirangkum dalam tabel sebagai berikut:
Tabel Perkembangan Standard Akuntansi Keuangan Di Indonesia
Zaman Kolonial Zaman Penjajahan Zaman Penjajahan Zaman Kemerdekaan
(1602-1799) Belanda (1800-1942) Jepang (1942-1945) (1945-Sekarang)
Pencatatan Sederhana Pencatatan debit dan Pencatatan debit dan Harmonisasi ke
kredit kredit (tidak ada standar
perubahan) Akuntansi
internasional (IFRS)

Sumber: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi, Vol. 1, No. 4, Juli 2012


A. Pengertian Akuntasi

Kata akuntansi berasal dari bahasa Inggris yaitu to account, artinya memperhitungkan
atau mempertanggungjawabkan dari pengelola perusahaan kepada pemilik perusahaan
atas kepercayaan yang telah diberikan kepadanya untuk menjalankan kegiatan
perusahaan. Definisi akuntansi menurut American Accounting Association (AAA),
akuntansi merupakan proses mengidentifikasikan, mengukur, dan melaporkan informasi
ekonomi, untuk memungkinkan adanya penilaian dan keputusan yang jelas dan tegas
bagi mereka yang menggunakan informasi tersebut.

Sedangkan definisi yang dikemukakan oleh American Institue of Certified Public


Accountans (AICPA), akuntansi berarti suatu seni pencatatan, pengelompokkan dan
pengihtisaran menurut cara yang berarti dan dinyatakan dalam nilai uang atau segala
transaksi dankejadian yang sedikitnya bersifat keuangan dan kemudian menafsirkan
hasilnya.

Akuntansi sering disebut juga sebagai bahasa bisnis. Semakin baik memahami bahasa
tersebut, maka akan semakin baik pula dalam mengelola aspek-aspek keuangan di dalam
kehidupan sehari-hari. Hal ini disebabkan karena banyaknya aspek sehari-hari yang
didasarkan pada akuntansi, misalnya perencanaan keuangan pribadi, pinjaman, dan lain-
lain.

Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan akuntansi yang
utama adalah menyajikan informasi ekonomi suatu perusahaan. Informasi ekonomi
tersebut berguna bagi pihak-pihak dalam perusahaan maupun bagi pihak-pihak di luar
perusahaan. Oleh karena itu perusahaan harus menetapkan suatu pencatatan,
penggolongan, analisis, dan pengendalian transaksi serta kegiatan-kegiatan keuangan,
kemudian melaporkan hasilnya.

B. Manfaat Akuntansi
Infromasi akuntansi bahan dasarnya beruap data transaksi dan kejadian suatu unit
ekonomi, baik perusahaan perorangan, persekutuan, koperasi, maupun perorangan.
Menurut pengerertian yang dikemukakan AAA, bahwa data perusahaan yang berupa
transaksi dan kejadian yang dinyatakan dengan sejumlah uang harus dicatat,
digolongkan, dan diikhtisarkanlebih dahulu sebelum disusun laporan keuangan dan
dianalisis. Laporan keuangan itu sangat dibutuhkan oleh manajemen perusahaan
maupun pihka ekstern prusahaan. Manfaat secara umum seperti yang tersebut dalam
pengertian akuntasi oleh AAA, bahwa kegunaan infromasi akuntasi adalah sebagai
berikut:

1. Sebagai bahan menyusun perencanaan kegiatan perusahaan.


2. Pengendalian perusahaan.
3. Sebagai dasar untuk membuat keputusan bagi manajemen.
4. Untuk memberikan pertanggungjawaban kepada pihak-pihak ekstern prusahaan
(pemilik, kreditur, pemerintah, karyawan) agar mereka dapat mengambil
keputusan masing-masing.

Anda mungkin juga menyukai