Anda di halaman 1dari 11

Accounting Profession Inspection

Pemeriksaan Profesi Akuntansi (PPA)

Pusat Pembinaan Profesi Keuangan (PPPK) secara structural berada di bawah Unit Eselon I Sekretariat
Jenderal yang memiliki fungsi berbeda dari unit-unit eselon II lainnya di bawah Sekjen. PPPK memiliki
fungsi membina dan mengawasi profesi keuangan di Indonesia

Pusat Pembinaan Profesi Keuangan, dengan struktur organisasi sebagai berikut :

1. Bagian Tata Usaha, yang membawahi 3 (tiga) unit eselon IV (Subbag).


2. Bidang Perizinan dan Kepatuhan Profesi Akuntansi, yang membawahi 3 (tiga) unit eselon IV (Subbid).
3. Bidang Perizinan dan Kepatuhan Penilai, Aktuaris, dan Profesi Keuangan Lainnya, yang membawahi 3
(tiga) unit eselon IV (Subbid)).
4. Bidang Pengembangan Profesi Keuangan, yang membawahi 2 (dua) unit eselon IV (Subbid)).
5. Bidang Pemeriksaan Profesi Akuntansi, yang membawahi 3 (tiga) unit eselon IV (Subbid)
6. Bidang Pemeriksaan Penilai, Aktuaris, dan Profesi Keuangan Lainnya, yang membawahi 3 (tiga) unit
eselon IV (Subbid)

Pemeriksaan Profesi Akuntansi (PPA)

Pemeriksaan kepada Akuntan, AP , dan KAP atau Cabang KAP yang dilakukan untuk menilai kepatuhan
terhadap peraturan, Sistem Pengendalian Mutu (SPM), dan standar profesi yang berlaku secara
komprehensif dan berkelanjutan.

Tugas:
1. Pemeriksaan berkala terhadap KAP dan AP
2. Pemeriksaan SPM terhadap KAP
3. Pemeriksaan serentak (Pemtak) terhadap KAP dan AP
4. Pemeriksaan sewaktu-waktu terhadap KAP
5. Pemeriksaan kepatuhan Standar Audit (SA) terhadap KAP, diklasifikasikan menjadi dua jenis
yaitu hasil pemeriksaan berdasarkan ukuran KAP dan bentuk KAP (perseorangan dan persekutuan).
Dasar Hukum

- UU Nomor 5 Tahun 2011


Mengatur profesi Akuntan Publik serta KAP dalam memberikan jasa profesional. Perizinan, bentuk
usaha, persyaratan izin usaha, yang salah satunya adalah memastikan KAP telah memiliki rancangan
sistem pengendalian mutu.

- PP Nomor 20 Tahun 2015 tentang Praktik Akuntan Publik


Terdapat beberapa hal yang perlu dicermati dari PP ini. Berkaitan dengan aturan rotasi jasa Akuntan
Publik yakni pemberian jasa audit atas informasi keuangan historis terhadap suatu entitas oleh seorang
AP dibatasi paling lama untuk 5 tahun buku berturut-turut. Entitas sebagaimana dimaksud:
1. Industri di Sektor Pasar Modal
2. Bank Umum
3. Dana Pensiun
4. Perusahaan Asuransi/Reasuransi
5. BUMN

- PMK Nomor 25/PMK.01/2014 tentang Akuntan Beregister Negara


Mengatur register negara bagi Akuntan dan juga mengenai mekanisme registrasi ulang, pembinaan
akuntan profesional Indonesia, pendidikan profesi akuntansi, ujian sertifikasi akuntan profesional dan
mekanisme pendirian KJA serta APA.

- PMK Nomor 154/PMK.01/2017 tentang Pembinaan dan Pengawasan Akuntan Publik


Mengatur tentang perizinan akuntan public serta persetujuan penghentian dan sanksi administratif atas
pelanggaran yang dibuat oleh profesi akuntan.

- PMK Nomor 55/PMK.01/2017 tentang Prinsip Mengenali Pengguna Jasa Bagi Akuntan dan
Akuntan Publik
Secara umum ditujukan untuk mencegah dan memberantas tindak pidana pencucian uang (TPPU)
dengan memberikan koridor bagi para akuntan dalam mengenali pengguna jasanya. PMK ini disusun
dalam rangka melindungi akuntan dari kegiatan tindak pidana pencucian uang.

- Lainnya
Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang terdiri dari Standar Pengendalian Mutu 1 (SPM1) dan
Standar Audit (SA); dan Kode Etik Profesi serta perpu yang memiliki aturan tambahan seperti bank,
dana pensiun, serta jasa keuangan lainnya.
Serba-serbi Pemeriksaan

Tugas utama pemeriksa di PPA yaitu melakukan upaya pengawasan melalui kegiatan pemeriksaan
terhadap para AP yang menandatangani laporan audit independen perusahaan-perusahaan.

Dalam pemeriksaan, actor utamanya adalah Tim pemeriksa yang terdiri dari pegawai dan pejabat di
Bidang PPA maupun di lingkungan PPPK atau pihak lain diluar PPPK yang ditunjuk dan ditugaskan oleh
Kepala PPPK.

Struktur dari sebuah tim pemeriksaan:


1. Penanggung jawab; (Kepala PPPK)
2. Koordinator (Kepala Bidang PPA)
3. Ketua; dan (Kepala Subbidang PPA atau pelaksana bidang PPA / pejabat bidang lain)
4. Anggota (Pelaksana Bidang PPA atau personil dari pihak lain)

Tugas dan wewenang Tim Pemeriksa:

1. Penanggung Jawab
Tugas Wewenang
Menetapkan kebijakan, memberikan petunjuk Memberikan arahan, menetapkan SP dan ST,
kepada koordinator, dan menelaah serta memonitor progress dan menetapkan LHP-L dan
menandatangi konsep LHP LHP-R.

2. Koordinator
Tugas Wewenang
Mereviu dan memantau semua pelaksanaan dan Mengambil kebijakan yang diperlukan dalam
pengendalian pemeriksaan serta memberikan pelaksanaan pemeriksaan, menyetujui/mengoreksi
petunjuk kepada ketua tim dan masukan kepada serta mengusulkan konsep LHP untuk disampaikan
penanggung jawab apabila ada surat keberatan, kepada Kepala PPPK serta usulan rekomendasi
juga mengevaluasi kinerja. dan sanksi.

3. Ketua
Tugas Wewenang
Melakukan koordinasi dan evalusasi atas Mengevaluasi anggota serta mengusulkan konsep
pelaksanaan tugas anggota . LHP, rekomendasi, dan/atau sanksi.

4. Anggota
Tugas Wewenang
Melaksanakan seluruh proses pemeriksaan serta Meminta dan mengarsip dokumen/data pendukung
membuat dan mengumpulkan semua konsep yang diperlukan untuk keperluan pemeriksaan serta
surat/laporan/dokumen yang diperlukan selama membuat konsep LHP.
masa pelaksanaan pemeriksaan.
Memulai Kegiatan Pemeriksaan

- Dokumen Rencana Pemeriksaan Tahunan


Menggambarkan rencana jumlah pemeriksaan terhadap AP dan KAP dalam satu tahun yang
penentuannya berdasarkan hasil analisis profil resiko. Dokumen disusun dan disampaikan kepada
Sekjen oleh Kepala PPPK berdasarkan evaluasi pemeriksaan tahun sebelumnya.

- Analisis Profil Risiko AP


Analisis dilakukan untuk menilai AP mana saja yang perlu diperiksa PPA pada tahun tertentu. Ada
dua tahap untuk melakukannya:
1. Analisis Profil Risiko terkait Kualitas Audit
2. Analisis Profil Risiko terkait PMPJ

- Pemeriksaan Sewaktu-waktu
Dilakukan apabila:
1. Hasil pemeriksaan berkala memerlukan tindak lanjut;
2. Terdapat pengaduan masyarakat yang layak ditindak lanjuti; dan/atau
3. Terdapat informasi yang layak ditindak lanjuti.

- Pemeriksaan SPM
Pemeriksaan SPM dilakukan terutama untuk KAP kecil dan KAP yang baru berdiri. Dilakukan
disesuaikan dengan jumlah SDM di bidang PPA.

- Pemantauan Hasil Pemeriksaan


Berdasarkan hasil pemeriksaan, PPA dapat mengusulkan pengenaan sanksi atau mewajibkan AP dan
KAP untuk membuat rencana perbaikan (action plan) dalam waktu 30 hari sejak ditandatangani
pemeriksaan. Selanjutnya PPA terus memantau apakah AP dan KAP melakukan follow up dalam
perbaikan.
Pelaksanaan Perikatan

Pelaksanaan pemeriksaan terdiri dari tahap persiapan dan tahap pemeriksaan lapangan. Masing-
masing tahap memiliki prosedur yang harus dilakukan oleh pemeriksa dalam melaksanakan pemeriksaan.

Memahami Alur Teknis

Pra
Opening

Tindak lanjut
Penyelesaian hasil
KKP pemeriksaan
Pemeriksaan
Lapangan

Pemantauan
rencana
Pelaporan Penyusunan SPJ tindak lanjut
hasil pemeriksaan hasil
pemeriksaan pemeriksaan

Tahap 1: Pra-Opening
Tahapan ini dilakukan sebelum melakukan opening dengan menyiapkan dokumen yang akan
diperlukan pada saat pembukaan pemeriksaan dilakukan.

1. Dokumen Administratif
 Surat Tugas Pemeriksaan (Surat Tugas)
 Surat Pemberitahuan Pemeriksaan (SPP)
 Surat Permintaan Dokumen beserta Lampirannya
 Pakta Integritas; dan
 Pengajuan LS (jika ada)

Prosedur penerbitan Surat Tugas dan SPP adalah sebagai berikut:

a) Pemeriksaan Berkala
b) Pemeriksaan Sewaktu-waktu

Dalam penyusunan Surat Tugas perlu diperhatikan mengenai lamanya waktu pemeriksaan,
jangka waktu pemeriksaan diatur sebagai berikut:

 KAP Big Four dan Big Ten Non Big Four adalah 20 hari kerja;
 KAP menengah adalah 15 hari kerja; dan
 KAP kecil adalah 10 hari kerja.
2. Dokumentasi Teknis
Pemeriksa menyiapkan dokumen teknis meliputi program pemeriksaan atau referensi pendukung
lainnya yang dibutuhkan dalam pemeriksaan seperti SPM1, SA-SPAP, PSAK dan perpu lainnya yang
berkaitan.

Tahap 2: Pemeriksaan Lapangan


Inti dari kegiatan pemeriksaan, mulai dari pertemuan pendahuluan hingga pertemuan penutupan.

1. Opening Meeting (Pertemuan Pendahuluan)


Pertemuan pendahuluan diselenggarakan pada awal tanggal dimulainya pemeriksaan. Tim
pemeriksa menunjukkan dan menyerahkan dokumen asli Surat Tugas, SPP, dan Surat
Permintaan Dokumen yang sebelumnya telah disampaikan. Tim pemeriksa bersama dengan
Pemimpin KAP/AP diperiksa menandatangani Pakta Integritas. Tim pemeriksa dapat meminta
kepada AP/KAP untuk memberikan keterangan atau informasi yang diperlukan (proses metode
audit yang diterapkan).

2. Analisis Pendahuluan
Melakukan analisis pendahuluan untuk menentukan sampel pemeriksaan dan identifikasi awal
mengenai permasalahan yang ditemukan dalam lingkup pemeriksaan. Analisis didasarkan pada
laporan kegiatan KAP dan data-data yang terdapat dalam Surat Permintaan Dokumen.

3. Penentuan Sampel Pemeriksaan


Pemeriksa menetapkan sampel pemeriksaan dengan memperhatikan kebijakan yang ditetapkan
berdasarkan hasil analisis pendahuluan.

4. Pemeriksaan Aspek Administratif


a. Aspek Administratif Umum
b. Keberadaan Kertas Kerja Pemberian Jasa Profesional
c. Kepatuhan Kewajiban Perpajakan
d. Kepatuhan terkait Prinsip Mengenali Pengguna Jasa (PMPJ)

5. Pemeriksaan Aspek Teknis Pelaksanaan Jasa Profesional


a) Penilaian atas Sistem Pengendalian Mutu KAP
b) Penilaian Ketaatan AP terhadap SPAP dalam Pelaksanaan Jasa Profesional
Pada umumnya, penilaian ketaatan AP terhadap SPAP dalam pelaksanaan jasa profesional
terbagi atas tiga kategori, yaitu:
 Penilaian Risiko (Risk Assessment)
Standar Audit yang terkait dengan penilaian risiko antara lain:
Risk Assessment
SA 200 Tujuan Keseluruhan SA 260 Komunikasi Tata Kelola
SA 210 Persetujuan atas Ketentuan SA 265 Defisiensi Pengendalian
Perikatan Audit
SA 220 Pengendalian Mutu untuk Audit SA 300 Perencanaan Audit
SA 230 Dokumentasi Audit SA 315 Risiko Salah Saji Material
SA 240 Tanggung Jawab Kecurangan SA 320 Materialitas
SA 250 Pertimbangan atas Peratura
 Respon terhadap Risiko (Risk Response)
Standar Audit yang terkait dengan respon terhadap risiko antara lain:
Risk Response
SA 330 Respons terhadap Risiko SA 520 Prosedur Analitis
SA 402 Organisasi Jasa SA 530 Sampling Audit
SA 450 Evaluasi Salah Saji SA 540 Audit atas Estimasi Akuntansi
SA 500 Bukti Audit SA 550 Pihak Berelasi
SA 501 Bukti Audit pertimbangan spesifik SA 560 Peristiwa Kemudian
SA 505 Konfirmasi Eksternal SA 570 Kelangsungan Usaha
SA 510 Perikatan Audit Tahun Pertama SA 600 Pertimbangan Khusus Audit atas
Laporan Keuangan Grup

 Pelaporan (Reporting)
Standar Audit yang terkait dengan pelaporan antara lain:
Reporting
SA 580 Representasi Tertulis SA 720 Tanggung Jawab Auditor atas
Informasi Lain
SA 700 Perumusan Opini SA 800 Pertimbangan Khusus Audit atas
LK yang Disusun sesuai dengan Kerangka
Bertujuan Khusus
SA 705 Modifikasi Opini Audit SA 805 Pertimbangan Khusus Audit atas
LK Tunggal dan Unsur, Akun, atau Pos
SA 706 Paragraf Penekanan Suatu Hal dan SA 810 Perikatan Untuk Melaporkan
Hal Lain Ikhtisar Laporan Keuangan
SA 710 Informasi Komparatif

Beberapa SA yang seringkali muncul menjadi temuan ketidakpatuhan KAP, antara


lain:
 SA 230 tentang dokumentasi audit
Berkaitan dengan kewajiban auditor dalam menyusun dokumentasi audit untuk keperluan
audit atas laporan keuangan. Dokumentasi audit yang memadai diperlukan sebagai bukti
yang menjadi dasar bagi auditor untuk menarik suatu kesimpulan atau opini dan bukti
bahwa audit telah direncanakan dan dilaksanakan sesuai dengan SA dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
 SA 260 tentang komunikasi dengan pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola
Berkaitan dengan tanggung jawab auditor untuk melakukan komunikasi dua arah dengan
pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola dalam audit atas laporan keuangan.
 SA 315 tentang pengidentifikasian dan penilaian risiko kesalahan penyajian
material melalui pemahaman atas entitas dan lingkungannya
Mengidentifikasi dan menilai risiko kesalahan penyajian material, apakah karena
kecurangan atau kesalahan, pada tingkat laporan keuangan dan asersi, melalui
pemahaman atas entitas dan lingkungannya, termasuk pengendalian internal entitas.
 SA 320 tentang materialitas dalam tahap perencanaan dan pelaksanaan audit
Berkaitan dengan tanggung jawab auditor untuk menerapkan konsep materialitas dalam
perencanaan dan pelaksanaan audit atas laporan keuangan.
 SA 330 tentang respon auditor terhadap risiko yang telah dinilai
Berkaitan dengan tanggung jawab auditor untuk merancang dan menerapkan respon
terhadap risiko kesalahan penyajian material yang diidentifikasi dan dinilai oleh auditor
berdasarkan SA 315 dalam suatu audit atas laporan keuangan.
 SA 500 tentang bukti audit
Menjelaskan tentang hal yang merupakan bukti audit dalam suatu audit laporan keuangan
dan berkaitan dengan tanggung jawab auditor untuk merancang dan melaksanakan
prosedur audit untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat sebagai dasar bagi
auditor dalam menarik kesimpulan.
 SA 520 tentang prosedur analitis
Mengatur penggunaan prosedur analitis oleh auditor sebagai pengujian substantif.
 SA 530 tentang sampling audit
Berkaitan dengan penggunaan sampling statistic maupun nonstatistik ketika perancangan
dan pemilihan sampel audit, pelaksanaan pengujian pengendalian, dan pengujian rinci,
serta pengevaluasian hasil sampel tersebut.
 SA 550 tentang pihak berelasi
Berkaitan dengan tanggung jawab auditor atas hubungan dan transaksi pihak berelasi
dalam suatu audit atas laporan keuangan.
 SA 560 tentang peristiwa kemudian
Berkaitan dengan tanggung jawab auditor dengan peristiwa kemudian yang mungkin
terjadi setelah tanggal laporan keuangan dalam audit atas laporan keuangan.
 SA 570 tentang kelangsungan usaha
Mengatur tanggung jawab auditor dalam audit atas laporan keuangan yang berkaitan
dengan penggunaan asumsi kelangsungan usaha oleh manajemen dalam penyusunan
laporan keuangan.
 SA 580 tentang representasi tertulis
Berkaitan dengan tanggung jawab auditor unutk memperoleh representasi tertulis dari
manajemen dan, jika relevan, pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola dalam audit
atas laporan keuangan.

6. Permintaan Keterangan
Pemeriksa membuat undangan permintaan keterangan ditujukan kepada pemimpin KAP yang
ditandatangani oleh Ketua Tim atau Koordinator.
Jawaban AP atas permintaan keterangan dituangkan dalam suatu Risalah Permintaan
Keterangan (RPK). Hal-hal yang diklarifikasi dalam permintaan keterangan merupakan hal-hal
yang bersifat material atau signifikan.
Pemeriksa mendokumentasikan jawaban AP dalah RPK dan ditandatangani oleh AP dan tim
pemeriksa, AP dapat menambah jawaban dengan memberikan dokumen tambahan sesuai
batasan waktu yang diberikan oleh tim pemeriksa.

7. Simpulan Sementara Hasil Pemeriksaan (SSHP)


Simpulan pemeriksaan bersifat sementara yang disampaikan kepada AP/KAP untuk dibahas
pada pertemuan penutup. SSHP terdiri dari fakta, criteria, analisis dan simpulan kesesuaian
fakta dengan criteria yang ada. AP/KAP dapat memberikan tanggapan tertulis atas SSHP
sebelum pembahasan hasil pemeriksaan.

8. Pembahasan Hasil Pemeriksaan dan Pertemuan Penutup (Closing Conference)


a) Surat undangan closing
Surat dibuat dengan nomor surat internal PPA yang ditandatangani oleh Ketua Tim atau
Koordinator dan biasanya waktu yang diagendakan adalah di hari terakhir pemeriksaan.

b) Surat Perjalanan Dinas (SPD)


Dibuat oleh Bagian Tata Usaha (TU). Pemeriksa hanya perlu membawa SPPD tersebut
untuk ditandatangani oleh AP yang nantinya digunakan sebagai lampiran Surat Pertanggung
Jawaban (SPJ) pemeriksaan;

c) Berita Acara Pemeriksaan (BAP)


Pada pertemuan penutup dilakukan penandatanganan BAP oleh AP dan pemeriksa. BAP
harus menyatakan bahwa sesuai dengan surat tugas, telah dijalankan pemeriksaan terhadap
objek pemeriksaan. AP/KAP dapat membuat surat pernyataan penolakan beserta alasan jika
tidak bersedia menandatangani BAP.

d) Surat Representasi KAP


Pemeriksa menyiapkan soft file surat representasi KAP yang isinya menyatakan semua
informasi dan dokumen telah disampaikan kepada tim pemeriksa dan atas persetujuan KAP.

Tahap 3: Penyusunan LHP


Setelah pertemuan penutup, selanjutnya pemeriksa menyusun Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP)
sesuai dengan SSHP, RPHP, dan BAP yang telah dibuat. Sesuai SQP, hasil pemeriksaan disampaikan paling
lambat 30 hari setelah selesai pemeriksaan. Berdasarkan Indikator Kerja Utama (IKU), LHP diselesaikan
paling lama 14 hari kerja.

LHP-L dan LHP-R

LHP versi Lengkap LHP versi Ringkas


Memuat informasi mengenai obyek pemeriksaan, Memuat informasi mengenai ikhtisar LHP
tujuan pemeriksaan, landasan pemeriksaan, standar
khususnya simpulan hasil pemeriksaan, kewajiban
dan peraturan yang digunakan sebagai acuan, bagi AP, KAP, dan/atau cabang KAP untuk
pendekatan pemeriksaan, dan simpulan hasil melaksanakan rekomendasi serta permintaan
pemeriksaan. menyampaikan rencana perbaikan dan rencana
waktu pelaksanaan perbaikan terkait rekomendasi.
Ditandatangani oleh Koordinator, Ketua Tim, dan Ditandatangani oleh Kepala PPPK dan disampaikan
Anggota Pemeriksa. kepada AP, Pemimpin/Pemimpin Rekan KAP, atau
Pemimpin Cabang KAP yang diperiksa.

Cara Menyusun LHP

Berikut ini prosedur penyusunan LHP:

1. Anggota Tim menyusun konsep LHP-L dan LHP-R berdasarkan KKP, SSHP, dan RPHP,
menandatangani LHP-L dan menyusun konsep ND Kepala Bidang PPA kepada Kepala PPPK,
kemudian menyampaikannya kepada Ketua Tim.
2. Ketua Tim mereviu konsep LHP-R dan LHP-L, konsep ND Kepala Bidang PPA kepada Kepala
PPPK, menandatangani LHP-L, dan menyampaikannya kepada Koordinator.
3. Koordinator mereviu konsep LHP-R dan LHP-L, ND Kepala Bidang PPA kepada Kepala PPPK,
menandatangani LHP-L dan ND Kepala Bidang PPA kepada Kepala PPPK.
4. Kepala PPPK menandatangani LHP-R.
5. Pelaksana Bagian Tata Usaha menyampaikan dokumen LHP-R kepada AP, KAP dan/atau Cabang
KAP.
Format LHP-L dan LHP-R, serta alur penyusunan LHP terdapat dala pedoman pemeriksaan.
Dalam penyusunan LHP, Tim Pemeriksa wajib mengisi routing slip penyusunan LHP. Format routing slip
terdapat dalam pedoman pemeriksaan.

Tahap 4: Surat Pertanggungjawaban (SPJ)


SPJ dibuat untuk memproses pencairan uang dinas atas Surat Tugas pemeriksaan yang telah
dilakukan. Berikut dokumen administrasi yang perlu disiapkan/dibuat untuk kelengkapan pemrosesan SPJ:

1. Salinan Surat Tugas (ST);


2. Salinan Berita Acara Pemeriksaan (BAP);
3. Daftar nominatif perjalanan dinas;
4. Formulir kuitansi perjalanan dinas;
5. Rincian biaya perjalanan dinas;
6. Daftar pengeluaran riil;
7. Surat perjalanan dinas (SPD);
8. Daftar absensi;
9. Surat Pertanggungjawaban Mutlak (SPTJM) untuk keperluan dinas yang tidak ada bukti
kuitansi/tagihan/struknya dan ditandatangani oleh koordinator sebagai lampiran SPJ;
10. Bukti transport.

Dokumen SPJ disusun rapi dan diserahkan ke Bagian Keuangan TU PPPK untuk diproses.

Tahap 5: Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP)


Format KKP diisi sesuai dengan kondisi selama proses pemeriksaan berlangsung. Bukti KKP
harus di scan dan diarsipkan bersamaan dengan kertas kerjanya serta diberi indeks nama file yang merujuk
pada isian di dalam kertas kerja yang telah dibuat.

KAP dan AP dapat dikenakan sanksi administratif berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah
dilakukan. Pengenaan sanksi pada dasarnya dilakukan berdasarkan judgement pemeriksa tergantung tingkat
ketidaksesuaian yang dilakukan KAP/AP dalam audit umum.

Proses bermula dari PPA mengusulkan sanksi terhadap KAP/AP atas hasil pemeriksaan,
kemudian dilanjutkan oleh Bidang Perizinan dan Kepatuhan untuk memproses pengenaan sanksi.

Pertimbangan Pengenaan Sanksi Jenis Sanksi Administratif


1. Bobot pelanggaran; 1. Rekomendasi untuk melaksanakan
2. Pelanggaran yang pertama kali atau kewajiban tertentu;
berulang; 2. Peringatan tertulis;
3. Jenis klien (memiliki akuntabilitas publik 3. Pembatasan pemberian jasa kepada suatu
signifikan atau tidak) jenis entitas tertentu;
4. Dampak laporan terhadap masyarakat; 4. Pembatasan pemberian jasa tertentu;
5. Jenis pemeriksaan; 5. Pembekuan izin;
6. Inisiatif perbaikan; 6. Pencabutan izin; dan/atau
7. Pertimbangan lain dalam rangka 7. Denda.
perlindungan publik dan pembinaan
terhadap AP/KAP; dan
8. Masukan dari IAPI dan otoritas terkait.
Tahap 6: Rencana Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan
Berdasarkan hasil pemeriksaan, PPPK dapat mengenakan sanksi atau kewajiban penyampaian
rencana perbaikan (action plan). Kewajiban penyampaian rencana perbaikan disampaikan paling lambat 30
hari setelah tanggal laporan hasil pemeriksaan ringkas. Jika terdapat KAP/AP yang telat menyampaikan
rencana perbaikan maka tim monitoring PPA perlu mengirimkan reminder agar KAP/ APsegera
menyampaikan. PPA mempunyai tim ad hoc yang bertugas menganalisis rencana perbaikan yang
disampaikan serta membentuk tim pemeriksa untuk melakukan pemeriksaan monitoring.

Tahap 7: Pemeriksaan Monitoring


Pemeriksaan pemantauan oleh Tim Pemeriksa atas tindak lanjut hasil pemeriksaan terkait rencana
perbaikan (action plan) yang telah disampaikan dan beserta implementasinya oleh AP/KAP sesuai dengan
waktu pelaksanaan yang ditetapkan dalam penyampaian rencana perbaikan. Pemeriksaan dilakukan dengan
tahapan yang sama dengan pemeriksaan berkala hanya saja pemeriksaan monitoring berfokus pada penilaian
atas implementasi rencana perbaikan yang disampaikan AP/KAP.

Anda mungkin juga menyukai