Pusat Pembinaan Profesi Keuangan (PPPK) secara structural berada di bawah Unit Eselon I Sekretariat
Jenderal yang memiliki fungsi berbeda dari unit-unit eselon II lainnya di bawah Sekjen. PPPK memiliki
fungsi membina dan mengawasi profesi keuangan di Indonesia
Pemeriksaan kepada Akuntan, AP , dan KAP atau Cabang KAP yang dilakukan untuk menilai kepatuhan
terhadap peraturan, Sistem Pengendalian Mutu (SPM), dan standar profesi yang berlaku secara
komprehensif dan berkelanjutan.
Tugas:
1. Pemeriksaan berkala terhadap KAP dan AP
2. Pemeriksaan SPM terhadap KAP
3. Pemeriksaan serentak (Pemtak) terhadap KAP dan AP
4. Pemeriksaan sewaktu-waktu terhadap KAP
5. Pemeriksaan kepatuhan Standar Audit (SA) terhadap KAP, diklasifikasikan menjadi dua jenis
yaitu hasil pemeriksaan berdasarkan ukuran KAP dan bentuk KAP (perseorangan dan persekutuan).
Dasar Hukum
- PMK Nomor 55/PMK.01/2017 tentang Prinsip Mengenali Pengguna Jasa Bagi Akuntan dan
Akuntan Publik
Secara umum ditujukan untuk mencegah dan memberantas tindak pidana pencucian uang (TPPU)
dengan memberikan koridor bagi para akuntan dalam mengenali pengguna jasanya. PMK ini disusun
dalam rangka melindungi akuntan dari kegiatan tindak pidana pencucian uang.
- Lainnya
Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang terdiri dari Standar Pengendalian Mutu 1 (SPM1) dan
Standar Audit (SA); dan Kode Etik Profesi serta perpu yang memiliki aturan tambahan seperti bank,
dana pensiun, serta jasa keuangan lainnya.
Serba-serbi Pemeriksaan
Tugas utama pemeriksa di PPA yaitu melakukan upaya pengawasan melalui kegiatan pemeriksaan
terhadap para AP yang menandatangani laporan audit independen perusahaan-perusahaan.
Dalam pemeriksaan, actor utamanya adalah Tim pemeriksa yang terdiri dari pegawai dan pejabat di
Bidang PPA maupun di lingkungan PPPK atau pihak lain diluar PPPK yang ditunjuk dan ditugaskan oleh
Kepala PPPK.
1. Penanggung Jawab
Tugas Wewenang
Menetapkan kebijakan, memberikan petunjuk Memberikan arahan, menetapkan SP dan ST,
kepada koordinator, dan menelaah serta memonitor progress dan menetapkan LHP-L dan
menandatangi konsep LHP LHP-R.
2. Koordinator
Tugas Wewenang
Mereviu dan memantau semua pelaksanaan dan Mengambil kebijakan yang diperlukan dalam
pengendalian pemeriksaan serta memberikan pelaksanaan pemeriksaan, menyetujui/mengoreksi
petunjuk kepada ketua tim dan masukan kepada serta mengusulkan konsep LHP untuk disampaikan
penanggung jawab apabila ada surat keberatan, kepada Kepala PPPK serta usulan rekomendasi
juga mengevaluasi kinerja. dan sanksi.
3. Ketua
Tugas Wewenang
Melakukan koordinasi dan evalusasi atas Mengevaluasi anggota serta mengusulkan konsep
pelaksanaan tugas anggota . LHP, rekomendasi, dan/atau sanksi.
4. Anggota
Tugas Wewenang
Melaksanakan seluruh proses pemeriksaan serta Meminta dan mengarsip dokumen/data pendukung
membuat dan mengumpulkan semua konsep yang diperlukan untuk keperluan pemeriksaan serta
surat/laporan/dokumen yang diperlukan selama membuat konsep LHP.
masa pelaksanaan pemeriksaan.
Memulai Kegiatan Pemeriksaan
- Pemeriksaan Sewaktu-waktu
Dilakukan apabila:
1. Hasil pemeriksaan berkala memerlukan tindak lanjut;
2. Terdapat pengaduan masyarakat yang layak ditindak lanjuti; dan/atau
3. Terdapat informasi yang layak ditindak lanjuti.
- Pemeriksaan SPM
Pemeriksaan SPM dilakukan terutama untuk KAP kecil dan KAP yang baru berdiri. Dilakukan
disesuaikan dengan jumlah SDM di bidang PPA.
Pelaksanaan pemeriksaan terdiri dari tahap persiapan dan tahap pemeriksaan lapangan. Masing-
masing tahap memiliki prosedur yang harus dilakukan oleh pemeriksa dalam melaksanakan pemeriksaan.
Pra
Opening
Tindak lanjut
Penyelesaian hasil
KKP pemeriksaan
Pemeriksaan
Lapangan
Pemantauan
rencana
Pelaporan Penyusunan SPJ tindak lanjut
hasil pemeriksaan hasil
pemeriksaan pemeriksaan
Tahap 1: Pra-Opening
Tahapan ini dilakukan sebelum melakukan opening dengan menyiapkan dokumen yang akan
diperlukan pada saat pembukaan pemeriksaan dilakukan.
1. Dokumen Administratif
Surat Tugas Pemeriksaan (Surat Tugas)
Surat Pemberitahuan Pemeriksaan (SPP)
Surat Permintaan Dokumen beserta Lampirannya
Pakta Integritas; dan
Pengajuan LS (jika ada)
a) Pemeriksaan Berkala
b) Pemeriksaan Sewaktu-waktu
Dalam penyusunan Surat Tugas perlu diperhatikan mengenai lamanya waktu pemeriksaan,
jangka waktu pemeriksaan diatur sebagai berikut:
KAP Big Four dan Big Ten Non Big Four adalah 20 hari kerja;
KAP menengah adalah 15 hari kerja; dan
KAP kecil adalah 10 hari kerja.
2. Dokumentasi Teknis
Pemeriksa menyiapkan dokumen teknis meliputi program pemeriksaan atau referensi pendukung
lainnya yang dibutuhkan dalam pemeriksaan seperti SPM1, SA-SPAP, PSAK dan perpu lainnya yang
berkaitan.
2. Analisis Pendahuluan
Melakukan analisis pendahuluan untuk menentukan sampel pemeriksaan dan identifikasi awal
mengenai permasalahan yang ditemukan dalam lingkup pemeriksaan. Analisis didasarkan pada
laporan kegiatan KAP dan data-data yang terdapat dalam Surat Permintaan Dokumen.
Pelaporan (Reporting)
Standar Audit yang terkait dengan pelaporan antara lain:
Reporting
SA 580 Representasi Tertulis SA 720 Tanggung Jawab Auditor atas
Informasi Lain
SA 700 Perumusan Opini SA 800 Pertimbangan Khusus Audit atas
LK yang Disusun sesuai dengan Kerangka
Bertujuan Khusus
SA 705 Modifikasi Opini Audit SA 805 Pertimbangan Khusus Audit atas
LK Tunggal dan Unsur, Akun, atau Pos
SA 706 Paragraf Penekanan Suatu Hal dan SA 810 Perikatan Untuk Melaporkan
Hal Lain Ikhtisar Laporan Keuangan
SA 710 Informasi Komparatif
6. Permintaan Keterangan
Pemeriksa membuat undangan permintaan keterangan ditujukan kepada pemimpin KAP yang
ditandatangani oleh Ketua Tim atau Koordinator.
Jawaban AP atas permintaan keterangan dituangkan dalam suatu Risalah Permintaan
Keterangan (RPK). Hal-hal yang diklarifikasi dalam permintaan keterangan merupakan hal-hal
yang bersifat material atau signifikan.
Pemeriksa mendokumentasikan jawaban AP dalah RPK dan ditandatangani oleh AP dan tim
pemeriksa, AP dapat menambah jawaban dengan memberikan dokumen tambahan sesuai
batasan waktu yang diberikan oleh tim pemeriksa.
1. Anggota Tim menyusun konsep LHP-L dan LHP-R berdasarkan KKP, SSHP, dan RPHP,
menandatangani LHP-L dan menyusun konsep ND Kepala Bidang PPA kepada Kepala PPPK,
kemudian menyampaikannya kepada Ketua Tim.
2. Ketua Tim mereviu konsep LHP-R dan LHP-L, konsep ND Kepala Bidang PPA kepada Kepala
PPPK, menandatangani LHP-L, dan menyampaikannya kepada Koordinator.
3. Koordinator mereviu konsep LHP-R dan LHP-L, ND Kepala Bidang PPA kepada Kepala PPPK,
menandatangani LHP-L dan ND Kepala Bidang PPA kepada Kepala PPPK.
4. Kepala PPPK menandatangani LHP-R.
5. Pelaksana Bagian Tata Usaha menyampaikan dokumen LHP-R kepada AP, KAP dan/atau Cabang
KAP.
Format LHP-L dan LHP-R, serta alur penyusunan LHP terdapat dala pedoman pemeriksaan.
Dalam penyusunan LHP, Tim Pemeriksa wajib mengisi routing slip penyusunan LHP. Format routing slip
terdapat dalam pedoman pemeriksaan.
Dokumen SPJ disusun rapi dan diserahkan ke Bagian Keuangan TU PPPK untuk diproses.
KAP dan AP dapat dikenakan sanksi administratif berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah
dilakukan. Pengenaan sanksi pada dasarnya dilakukan berdasarkan judgement pemeriksa tergantung tingkat
ketidaksesuaian yang dilakukan KAP/AP dalam audit umum.
Proses bermula dari PPA mengusulkan sanksi terhadap KAP/AP atas hasil pemeriksaan,
kemudian dilanjutkan oleh Bidang Perizinan dan Kepatuhan untuk memproses pengenaan sanksi.