Anda di halaman 1dari 10

AUDIT, ASURANS DAN ETIKA PROFESI

RINGKASAN MATERI KULIAH


(STANDAR AUDIT 520 DAN STANDAR AUDIT 530)

OLEH :
KELOMPOK 6

NI PUTU ACHINTYA WIBAWA PUTRI 2207611011 (11)


NI LUH PUTU ARI DARMAYANTI 2207611012 (12)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI AKUNTAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2022
A. STANDAR AUDIT 520
PROSEDUR ANALITIS
1. Ruang Lingkup
Standar Audit (SA) ini mengatur tentang penggunaan prosedur analitis oleh auditor
sebagai pengujian substantif (“prosedur analitis substantif”). SA ini juga mengatur
tanggung jawab auditor untuk melaksanakan prosedur analitis pada tahap akhir
audit yang akan membantu auditor pada waktu merumuskan suatu kesimpulan
keseluruhan atas laporan keuangan.

2. Tujuan
Untuk tujuan SA ini, istilah “prosedur analitis” berarti pengevaluasian terhadap
informasi keuangan yang dilakukan melalui analisis hubungan antara data
keuangan dan data non keuangan. Prosedur analitis juga mencakup investigasi
sebagaimana yang diperlukan atas fluktuasi atau hubungan teridentifikasi yang
tidak konsisten dengan informasi relevan lain, atau yang berbeda dari nilai yang
diekspektasikan dalam jumlah yang signifikan.

3. Prosedur Analitis Substantif


Prosedur analitis mencakup pertimbangan atas perbandingan informasi
keuangan entitas, misalnya: informasi komparatif periode lalu, hasil entitas yang
diantisipasi (seperti estimasi penyusutan), informasi industri sejenis (seperti
perbandingan rasio penjualan entitas terhadap piutang dengan rata-rata rasio
industri entitas lain yang memiliki ukuran sebanding dalam industri yang sama).
Selain itu, prosedur analitis juga mencakup pertimbangan atas hubungan-hubungan
seperti:
(a) Di antara unsur-unsur informasi keuangan yang akan diekspektasikan sesuai
dengan suatu pola yang dapat diprediksi berdasarkan pengalaman entitas,
seperti persentase laba bruto.
(b) Di antara informasi keuangan dan informasi non keuangan yang relevan,
seperti hubungan antara beban gaji dengan jumlah karyawan.
Prosedur analitis substantif yang dilakukan oleh auditor pada tingkat asersi
dapat berupa pengujian rinci, prosedur analitis substantif, atau kombinasi
keduanya. Keputusan tentang prosedur audit mana yang dilakukan, termasuk

1
apakah menggunakan prosedur analitis substantif, dibuat berdasarkan
pertimbangan auditor atas efektivitas dan efisiensi yang diekspektasikan dari
prosedur audit yang tersedia untuk menurunkan risiko audit pada tingkat asersi ke
tingkat rendah yang dapat diterima.
Ketika mendesain dan melaksanakan prosedur analitis substantif, tersendiri atau
dalam kombinasi dengan pengujian rinci, auditor harus:
(a) Menentukan kesesuaian prosedur analitis substantif tertentu untuk asersi yang
tersedia, dengan memperhitungkan risiko kesalahan penyajian material yang
ditentukan, dan pengujian rinci, jika ada, untuk asersi-asersi tersebut. Sebagai
contoh ketika terdapat defisiensi dalam pengendalian terhadap proses order
penjualan, auditor dapat lebih mengandalkan pengujian rinci daripada prosedur
analitis substantif untuk asersi yang terkait dengan piutang. Prosedur analitis
substantif tertentu dapat juga dianggap tepat ketika pengujian rinci dilakukan
atas asersi yang sama. Sebagai contoh, ketika memeroleh bukti audit tentang
asersi penilaian untuk saldo piutang usaha, auditor dapat menerapkan prosedur
analitis terhadap umur piutang saldo pelanggan terkait sebagai tambahan atas
pengujian rinci terhadap penerimaan kas setelah tanggal neraca untuk
menentukan kolektibilitas piutang usaha.
(b) Mengevaluasi keandalan data yang dijadikan dasar oleh auditor untuk
mengembangkan ekspektasi atas angka tercatat atau rasio, dengan
memperhitungkan sumber, keterbandingan, serta sifat dan relevansi informasi
yang tersedia, dan pengendalian atas penyusunannya. Berikut hal-hal relevan
ketika menentukan apakah suatu data dapat diandalkan untuk tujuan
pendesainan prosedur analitis substantif:
- Sumber informasi yang tersedia. Sebagai contoh, informasi mungkin lebih
dapat diandalkan ketika informasi tersebut diperoleh dari sumber
independen di luar entitas
- Keterbandingan informasi yang tersedia. Sebagai contoh, data industri
kemungkinan perlu dilengkapi dengan data tambahan agar dapat
dibandingkan dengan data entitas yang memproduksi dan menjual produk
khusus
- Sifat dan relevansi informasi yang tersedia. Sebagai contoh, apakah
anggaran yang telah ditetapkan lebih merupakan hasil yang akan
diekspektasikan daripada merupakan tujuan yang akan dicapai

2
- Pengendalian terhadap penyusunan informasi yang didesain untuk
memastikan kelengkapan, keakurasian, dan kevaliditasan. Sebagai contoh,
pengendalian terhadap penyusunan, penelaahan, dan pemeliharaan
anggaran.
(c) Mengembangkan suatu ekspektasi atas angka tercatat atau rasio dan
mengevaluasi apakah ekspektasi tersebut telah cukup akurat untuk
mengidentifikasi kesalahan penyajian, baik secara individu atau ketika
diagregasikan dengan kesalahan penyajian lainnya yang dapat menyebabkan
terjadinya kesalahan penyajian material dalam laporan keuangan. Maka auditor
perlu memperhatikan hal-hal berikut:
- Keakurasian prediksi hasil yang diekspektasikan dari prosedur analitis
substantif. Sebagai contoh, auditor mengekspektasikan tingkat konsistensi
yang lebih besar dalam membandingkan marjin laba bruto dari satu periode
ke periode lain daripada dalam membandingkan beban-beban yang bersifat
discretionary, seperti beban riset atau beban iklan.
- Tingkat informasi yang dapat diagregasi. Sebagai contoh, prosedur analitis
substantif dapat menjadi lebih efektif ketika diterapkan terhadap informasi
keuangan pada unit-unit operasi secara individu daripada ketika diterapkan
terhadap laporan keuangan entitas secara keseluruhan.
- Ketersediaan informasi, baik informasi keuangan maupun informasi
nonkeuangan. Sebagai contoh, auditor dapat mempertimbangkan apakah
informasi keuangan, seperti anggaran atau prakiraan, dan informasi
nonkeuangan, seperti jumlah unit yang diproduksi atau dijual, tersedia
untuk merancang prosedur analitis substantif. Jika informasi tersebut
tersedia, maka auditor juga dapat mempertimbangkan keandalan informasi
tersebut.
(d) Menentukan angka perbedaan antara angka tercatat dan nilai yang
diekspektasikan yang dapat diterima tanpa memerlukan investigasi lebih lanjut.
Penentuan auditor tentang jumlah perbedaan dari ekspektasi yang dapat
diterima tanpa investigasi lebih lanjut dipengaruhi oleh materialitas dan
kekonsistensian dengan tingkat keyakinan yang diinginkan, juga dengan
memperhitungkan kemungkinan bahwa kesalahan penyajian, baik secara
individual maupun ketika diagregasikan dengan kesalahan penyajian yang lain,
dapat menyebabkan laporan keuangan disajikan salah secara material. SA 330

3
(Revisi 2021) mengharuskan auditor untuk memeroleh bukti audit yang lebih
persuasif ketika semakin tinggi penilaian risiko auditor. Jika risiko yang dinilai
meningkat, maka semakin menurun nilai perbedaan yang dapat diterima tanpa
investigasi lebih lanjut untuk mencapai tingkat keyakinan yang diinginkan.

4. Prosedur Analitis yang Membantu Ketika Membentuk Kesimpulan


Keseluruhan
Auditor harus mendesain dan melaksanakan prosedur analitis mendekati akhir
audit yang membantu auditor ketika membentuk kesimpulan keseluruhan tentang
apakah laporan keuangan telah disajikan konsisten dengan pemahaman auditor atas
entitas. Serta membentuk kesimpulan yang memadai sebagai basis bagi opini
auditor. Hasil prosedur analitis tersebut dapat mengidentifikasi risiko kesalahan
penyajian yang sebelumnya tidak disadari. Dalam kondisi tersebut, mengharuskan
auditor untuk mengubah penilaian risiko kesalahan penyajian material dan
memodifikasi prosedur audit yang telah direncanakan lebih lanjut.

5. Investigasi Hasil Prosedur Analitis


Jika prosedur analitis yang dilakukan berdasarkan SA ini mengidentifikasi adanya
fluktuasi atau hubungan yang tidak konsisten dengan informasi relevan lainnya
atau yang berbeda secara signifikan dengan nilai yang diekspektasikan, maka
auditor harus menginvestigasi perbedaan tersebut dengan cara sebagai berikut:
(a) Meminta keterangan kepada manajemen dan memeroleh bukti audit yang tepat
dan relevan dengan respons manajemen
Bukti audit yang relevan dengan respons manajemen dapat diperoleh dengan
mengevaluasi respons tersebut dengan memperhitungkan pemahaman auditor
atas entitas dan lingkungannya, serta dengan bukti audit lain yang diperoleh
selama proses pelaksanaan audit.
(b) Melaksanakan prosedur audit lainnya yang diperlukan sesuai dengan
kondisinya.
Kebutuhan untuk melaksanakan prosedur audit lainnya dapat muncul ketika,
sebagai contoh, manajemen tidak mampu menyediakan penjelasan, atau
penjelasan bersama dengan bukti audit yang relevan dengan respons
manajemen, dipandang oleh auditor tidak cukup.

4
B. STANDAR AUDIT 530
SAMPLING AUDIT
1. Ruang Lingkup
Standar Audit ini diterapkan ketika auditor telah memutuskan untuk
menggunakan sampling audit dalam pelaksanaan prosedur audit. Hal ini berkaitan
dengan penggunaan sampling statistic maupun nonstatistik ketika perancangan dan
pemilihan sampel audit, pelaksanaan pengujian pengendalian, dan pengujian rinci,
serta pengevaluasian hasil sampel tersebut.
SA ini melengkapi SA 500 yang berkaitan dengan tanggung jawab auditor
untuk merancang dan melaksanakan prosedur audit untuk memperoleh bukti audit
yang cukup dan tepat sebagai basis yang memadai untuk menarik kesimpulan yang
dipakai sebagai basis opini auditor. SA 500 memberikan panduan tentang berbagai
cara yang tersedia bagi auditor untuk memilih unsur untuk pengujian, yang salah
satu diantaranya adalah sampling audit.

2. Tanggal Efektif
SA ini berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk periode yang
dimulai pada atau setelah tanggal: 1 Januari 2013 (untuk Emiten), atau 1 Januari
2014 (untuk entitas selain Emiten). Penerapan dini dianjurkan untuk entitas selain
Emiten.

3. Tujuan
Tujuan penggunaan sampling audit oleh auditor adalah untuk memberikan
basis yang memadai bagi auditor untuk menarik kesimpulan mengenai populasi
yang menjadi sumber pemilihan sampel.

4. Definisi
Untuk tujuan SA ini, istilah berikut memiliki makna sebagai berikut:
a) Sampling audit (sampling): Penerapan prosedur audit terhadap kurang dari
100% unsur dalam suatu populasi audit yang relevan sedemikian rupa sehingga
semua unit sampling memiliki peluang yang sama untuk dipilih untuk
memberikan basis memadai bagi auditor untuk menarik kesimpulan tentang
populasi secara keseluruhan.

5
b) Populasi: Keseluruhan set data yang merupakan sumber dari suatu sampel yang
dipilih dan auditor berkeinginan untuk menarik kesimpulan dari keseluruhan
set data tersebut.
c) Risiko sampling: Risiko bahwa kesimpulan auditor yang didasarkan pada suatu
sampel dapat berbeda dengan kesimpulan jika prosedur audit yang sama
diterapkan pada keseluruhan populasi. Risiko sampling dapat menimbulkan dua
jenis kesimpulan yang salah:
- Dalam suatu pengujian pengendalian, pengendalian tersebut lebih efektif
daripada kenyataannya, atau dalam suatu pengujian rinci, suatu kesalahan
penyajian material tidak ada padahal dalam kenyataannya ada. Auditor
lebih khawatir dengan tipe kesimpulan salah ini karena kesalahan tersebut
dapat memengaruhi efektivitas audit dan mempunyai kemungkinan lebih
besar untuk menyebabkan suatu opini audit yang tidak tepat.
- Dalam suatu pengujian pengendalian, pengendalian tersebut kurang efektif
daripada kenyataannya, atau dalam suatu pengujian rinci, terdapat
kesalahan penyajian material, padahal kenyataannya tidak ada. Jenis
kesimpulan salah semacam ini berdampak terhadap efisiensi audit yang
biasanya akan menyebabkan adanya pekerjaan tambahan untuk menetapkan
bahwa kesimpulan semula adalah tidak benar.
d) Risiko non sampling: Risiko bahwa auditor mencapai suatu kesimpulan yang
salah dengan alasan apa pun yang tidak terkait dengan risiko sampling.
e) Anomali: Suatu kesalahan penyajian atau penyimpangan yang secara jelas tidak
mewakili kesalahan penyajian atau penyimpangan dalam suatu populasi.
f) Unit Sampling: Unsur – unsur individual yang membentuk suatu populasi.
g) Sampling statistik: Suatu pendekatan sampling yang memiliki karakteristik
sebagai berikut:
- Pemilihan unsur – unsur sampel dilaksanakan secara acak; dan
- Penggunaan teori probabilitas untuk menilai hasil sampel, termasuk untuk
mengukur risiko sampling.
h) Stratifikasi: Proses pembagian suatu populasi ke dalam sub – sub populasi,
yang setiap sub tersebut merupakan suatu golongan unit – unit sampling
dengan karakterisktik yang serupa.
i) Kesalahan penyajian yang dapat diterima: suatu jumlah moneter yang
ditetapkan oleh auditor untuk memperoleh suatu tingkat asurans yang tepat

6
bahwa jumlah kesalahan penyajian yang ditetapkan oleh auditor tidak melebihi
kesalahan penyajian sesungguhnya di dalam populasi.
j) Tingkat penyimpangan yang dapat diterima: suatu tingkat penyimpangan dari
prosedur pengendalian internal yang telah ditetapkan yang ditentukan oleh
auditor untuk memperoleh tingkat asurans yang tepat bahwa tingkat
penyimpangan yang ditentukan oleh auditor tidak melebihi tingkat
penyimpangan sesungguhnya dalam populasi.

5. Ketentuan
a) Perancangan, Ukuran dan Pemilihan Unsur-Unsur Sampel untuk Diuji
- Ketika merancang suatu sampel audit, auditor harus mempertimbangkan
tujuan prosedur audit dan karakteristik populasi yang menjadi sumber suatu
sampel yang akan diambil.
- Auditor harus menentukan suatu ukuran sampel yang cukup untuk
mengurangi risiko sampling sampai ke tingkat rendah yang dapat diterima.
- Auditor harus memilih unsur – unsur yang akan menjadi sampel
sedemikian rupa sehingga setiap unit sampling dalam populasi memiliki
suatu peluang yang sama untuk dipilih.
b) Pelaksanaan Prosedur Audit
- Auditor harus melaksanakan prosedur audit yang tepat untuk tujuan yang
hendak dicapai atas setiap unsur yang dipilih.
- Jika prosedur audit tidak dapat diterapkan pada unsur pilihan, maka auditor
harus melaksanakan prosedur tersebut atas suatu unsur pengganti.
- Audit yang telah dirancang, atau prosedur alternatif lainnya yang sesuai,
terhadap suatu unsur pilihan, maka auditor harus menetapkan unsur tersebut
sebagai suatu penyimpangan dari pengendalian yang telah ditetapkan
sebelumnya (dalam hal pengujian pengendalian) atau suatu kesalahan
penyajian (dalam hal pengujian rinci).
c) Sifat dan Penyebab Penyimpangan dan Kesalahan Penyajian
- Auditor harus menginvestigasi sifat dan penyebab penyimpangan atau
kesalahan penyajian yang teridentifikasi serta menilai dampak yang
mungkin terjadi terhadap tujuan prosedur audit tersebut dan terhadap area
audit lainnya.

7
- Dalam kondisi tertentu yang sangat jarang, ketika auditor
mempertimbangkan bahwa suatu kesalahan penyajian atau penyimpangan
yang ditemukan dalam suatu sampel adalah suatu anomali, auditor harus
memperoleh tingkat kepastian yang tinggi bahwa kesalahan penyajian atau
penyimpangan semacam itu bukanlah mewakili populasi yang
bersangkutan. Auditor harus memperoleh tingkat kepastian seperti ini
dengan melaksanakan prosedur audit tambahan untuk memperoleh bukti
audit yang cukup dan tepat bahwa kesalahan penyajian atau penyimpangan
semacam itu tidak berdampak terhadap unsur sisanya dalam populasi.
d) Memproyeksikan Kesalahan Penyajian
Untuk pengujian rinci, auditor harus memproyeksikan kesalahan penyajian
yang ditemukan dalam sampel ke populasi.
e) Pengevaluasian Hasil Sampling Audit
Auditor harus menilai:
- Hasil sampel; dan
- Apakah penggunaan sampling audit telah menyediakan basis yang wajar
untuk penarikan kesimpulan tentang populasi yang telah diuji

8
DAFTAR PUSTAKA

Institut Akuntan Publik Indonesia. (2021). Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta
Selatan

Anda mungkin juga menyukai