PENDAHULUAN
Nilai yang berhubungan dengan saham yaitu nilai buku (book value), nilai pasar
(market value), dan nilai instrisik (intrisic value). Nilai buku merupakan nilai saham menurut
pembukuan perusahaan emiten. Nilai pasar merupakan nilai saham di pasar saham dan nilai
instrisik merupakan nilai sebenarnya dari saham. Memahami tiga konsep nilai merupakan hal
yang perlu dan berguna untuk mengetahui saham yang bertumbuh (growth) dan murah
(undervalued). Pertumbuhan perusahaan menunjukkan Investment Opportunity Set (IOS) atau
set kesempatan investasi dimasa datang. Perusahaan yang bertumbuh mempunyai rasio lebih
besar dari nilai satu, yang berarti pasar percaya bahwa nilai pasar perusahaan tersebut lebih
besar dari nilai bukunya. Nilai pasar dan nilai instrisik dapat digunakan untuk mengetahui
saham-saham yang murah, tepat nilainya atau yang mahal. Nilai pasar yang lebih kecil dari
nilai instrisik menunjukkan bahwa saham tersebut dijual dengan harga murah (undervalued)
karena investor membayar saham lebih kecil dari yang seharusnya dibayar. Sebaliknya nilai
pasar yang lebih dari nilai intrinsiknya menunjukkan bahwa saham tersebut dijual dengan harga
yang mahal (overvalued).
𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑬𝒌𝒖𝒊𝒕𝒂𝒔
Nilai buku per lembar = 𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝑺𝒂𝒉𝒂𝒎 𝑩𝒆𝒓𝒆𝒅𝒂𝒓
Jika perusahaan mempunyai dua kelas saham, yaitu saham preferen dan saham biasa.
Maka perhitungan nilai buku per lembar untuk masing – masing kelas saham lebih rumit
dibandingkan hanya mempunyai saham biasa saja. Adapun perhitungan nilai buku per lembar
saham untuk dua macam kelas saham adalah sebagai berikut ini:
a) Hitung nilai ekuitas saham preferen dihitung dengan mengalikan nilai tebus (call
price) ditambah dengan dividends in arrears dengan lembar lembar saham preferen
yang beredar. Jika nilai tebus tidak digunakan, maka nilai nominal yang digunakan. Di
dalam perhitungan ini, agio saham untuk saham preferen tidak dimasukkan, karena
pemegang saham preferen tidak mempunyai hak untuk agio ini walaupun berasal dari
saham preferen, sehingga nilai agio ini dimasukkan sebagai tambahan nilai ekuitas
saham biasa.
b) Hitung nilai ekuitas saham dihitung dengan mengurangi nilai total ekuitas dengan
nilai ekuitas saham preferen.
c) Nilai buku saham biasa dihitung dengan membagi nilai ekuitas saham biasa dengan
jumlah lembar saham biasa yang beredar.
Contoh :
Suatu perusahaan mengotorisasi untuk menerbitkan saham biasa sebanyak 1.000.000 lembar
dengan nilai nominal Rp 5.000. Pada tanggal 18 Februari 2015, perusahaan mengeluarkan
sebanyak 800.000 per lembar. Dari penjualan saham biasa ini perusahaan mendapatkan kas
sebesar Ro 6.400.000.000 (800.000 x Rp 8.000) yang terdiri dari :
Modal saham biasa 800.000 x Rp 5.000 =Rp 4.000.000.000
Agio saham biasa 800.000 x Rp 3.000 =Rp 2.400.000.000
Total Kas Diterima =Rp 6.400.000.000
Pada tanggal 17 November 2015, perusahaan membeli balik saham biasa yang beredar sebagai
saham treasuri sebanyak 100.000 lembar dengan harga pasar sebesar Rp 15.000.
Nilai total saham reeasuri adalah :
Saham treasuri = 100.000 x Rp 15.000
= Rp 1.500.000.000
Selanjutnya pada tanggal 5 Desember 2015 sebanyak 20.000 lembar saham treasuri dijual
kembali dengan harga Rp 17.500 per lembarnya. Dari penjualan saham treasuri ini perusahaan
mendapatkan kas sebesar Rp 350.000.000 (20.000 x Rp 17.500) yang terdiri dari :
Modal saham treasuri 20.000 x Rp 15.000 = Rp 300.000.000
Agio saham treasuri 20.000 x Rp 2.500 = Rp 50.000.000
Total kas diterima = Rp 350.000.000
Pada tanggal neraca 31 Desember 2015 posisi saham treasuri perusahaan adalah sebanyak
80.000 lembar (100.000 lembar pada tanggal 17 November dan dijual 20.000 lembar pada
tanggal 5 Desember). Nilai dari saham treasuri ini adalah sebesar Rp 1.200.000.000 (Rp
1.500.000.000 – Rp 300.000.000). Saham treasuri ini adalah milik perusahaan, bukan milik
pemegang saham biasa, sehingga akan mengurangi total nilai ekuitas. Misalnya laba ditahan
untuk akhir tahun ini adalah sebesar Rp 550.000.000 maka penyajian ekuitas yang nampak di
neraca adalah sebagai berikut.
EKUITAS PEMEGANG SAHAM
Modal Disetor :
Modal Saham
Saham biasa, nominal Rp 5.000 diotorisasi sebanyak
1.000.000 lembar, 800.000 dikeluarkan dengan harga
Rp 8.000 dan sebanyak 720.000 lembar saham beredar Rp 4.000.000.000
Total Modal Saham Rp 4.000.000.000
Tambahan Modal Disetor :
Agio Saham Biasa Rp 2.400.000.000
Agio Saham Treasuri Rp 50.000.000
Total Tambahan Modal Disetor Rp 2.450.000.000
Total Modal Disetor Rp 6.450.000.000
Laba Ditahan Rp 550.000.000
Total Laba Disetor dan Laba Rp 7.000.000.000
Dikurangi :
Saham Treasuri (80.000 lembar) (Rp 1.200.000.000)
TOTAL EKUITAS Rp 5.800.000.000
Jumlah saham biasa yang beredar pada tanggal neraca adalah sebanyak :
Tanggal 18 Februari dijual sebanyak 800.000 lembar
Tanggal 17 November membeli balik sebanyak 100.000 lembar -
Jumlah saham biasa beredar 700.000 lembar
Tanggal 5 Desembar Dijual kembali sebanyak 20.000 lembar +
Jumlah saham beredar akhir tahun 720.000 lembar
Nilai total ekuitas pada akhir tahun adalah Rp 5.800.000.000. Karena perusahaan hanya
mempunyai sebuah kelas saham saja, yaitu saham biasa maka nilai buku perlembar saham
biasa dihitung :
𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑬𝒌𝒖𝒊𝒕𝒂𝒔
Nilai buku per lembar = 𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝑺𝒂𝒉𝒂𝒎 𝑩𝒆𝒓𝒆𝒅𝒂𝒓
𝑅𝑝 5.800.000.000
= 720.000
= Rp 8.056
3. NILAI PASAR
Nilai pasar (market value) berbeda dengan nilai buku. Jika nilai buku merupakan nilai
yang dicatat pada saat saham dijual oleh perusahaan, maka nilai pasar adalah harga saham yang
terjadi di pasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar. Nilai pasar ini
ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham bersangkutan di pasar bursa.
4. NILAI INTRINSIK
Nilai sebenarnya dari saham yang diperdagangkan disebut dengan nilai fundamental atau
nilai intrinsik. Dua macam analisis yang banyak digunakan untuk menentukan nilai sebenarnya
dari saham adalah analisis sekuritas fundamental (fundamental security analysis) atau analisis
perusahaan (company analysis) dan analisis teknis (technical analysis). Analisis fundamental
menggunakan data fundamental yaitu data yang berasal dari keuangan perusahaan (misalnya
laba, dividen yang dibayar, penjualan, dan lain sebagainya) sedangkan analisis teknis
menggunakan data pasar dari saham (misalnya harga dan volume transaksi saham) untuk
menentukan nilai dari saham. Analisis teknis banyak digunakan oleh praktisi dalam
menentukan harga saham, sedangkan analisis fundamental banyak digunakan oleh akademisi.
Ada dua pendekatan untuk menghitung nilai saham melalui analisis fundamental yaitu
pendekatan nilai sekarang (present value approach) dan pendekatan PER (P/E ratio approach).
Notasi:
P0 = Nilai sekarang dari perusahaan (value of the firm)
t = Periode waktu ke t dari t=1 sampai ∞
k = Suku bunga diskonto (discount rate) atau tingkat pengembalian yang diinginkan
(required rate of return).
Arus kas merupakan komponen dalam penentuan nilai perusahaan. Sebagai alternatif dari
arus kas, laba juga dapat digunakan untuk menghitung nilai perusahaan. Laba (earnings) dapat
ditahan sebagai sumber dana internal atau dibagikan dalam bentuk dividen. Dengan alasan,
bahwa dividen merupakan satu-satunya arus pendapatan yang diterima oleh investor, model
diskonto dividen dapat digunakan sebagai pengganti model diskonto arus kas untuk
menghitung nilai intrinsik saham sebagai berikut.
∞
𝐃𝐭
𝐏𝟎 = ∑
(𝟏 + 𝐤)𝐭
𝐭=𝟏
Notasi:
Dt = dividen yang dibayarkan periode ke-t
Rumus diatas juga dapat dituliskan sebagai berikut:
𝐃𝟏 𝐃𝟐 𝐃∞
𝐏𝟎 = + 𝟐
+ ⋯+
(𝟏 + 𝐤) (𝟏 + 𝐤) (𝟏 + 𝐤)∞
Hartono, Jogiyanto. 2016. Teori Portofolio dan Analisis Investasi Edisi Kesepuluh.
BPFE:Yogyakarta.