Anda di halaman 1dari 15

AUDIT, ASURANS DAN ETIKA PROFESI

RINGKASAN MATERI KULIAH


(STANDAR AUDIT 300 DAN STANDAR AUDIT 315)

OLEH :
KELOMPOK 6

NI PUTU ACHINTYA WIBAWA PUTRI 2207611011 (11)


NI LUH PUTU ARI DARMAYANTI 2207611012 (12)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI AKUNTAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2022
A. STANDAR AUDIT 300 (REVISI 2021)
PERENCANAAN SUATU AUDIT ATAS LAPORAN KEUANGAN
1. Ruang Lingkup
Standar Audit (SA) ini mengatur tentang tanggung jawab auditor untuk
merencanakan audit atas laporan keuangan. SA ini ditulis dalam konteks audit
berulang. Pertimbangan tambahan dalam perikatan audit tahun pertama
diidentifikasi secara terpisah.
2. Peran dan Saat Perencanaan
Perencanaan suatu audit melibatkan penetapan strategi audit secara keseluruhan
untuk perikatan tersebut dan pengembangan rencana audit. Perencanaan yang
cukup bermanfaat dalam audit atas laporan keuangan dalam beberapa hal, termasuk
hal-hal sebagai berikut:
(a) Membantu auditor untuk mencurahkan perhatian yang tepat terhadap area yang
penting dalam audit.
(b) Membantu auditor untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah yang
potensial secara tepat waktu.
(c) Membantu auditor untuk mengorganisasi dan mengelola perikatan audit dengan
baik, sehingga perikatan tersebut dapat dilaksanakan dengan efektif dan efisien.
(d) Membantu dalam pemilihan anggota tim perikatan dengan tingkat kemampuan
dan kompetensi yang tepat untuk merespons risiko yang diantisipasi, dan
penugasan pekerjaan yang tepat kepada mereka.
(e) Memfasilitasi arah dan supervisi atas anggota tim perikatan dan penelaahan
atas pekerjaan mereka.
(f) Membantu, jika relevan, dalam pengoordinasian hasil pekerjaan yang
dilakukan oleh auditor komponen dan pakar.
3. Tujuan
Tujuan auditor adalah untuk merencanakan audit agar audit tersebut dapat
dilaksanakan dengan efektif.
4. Keterlibatan Anggota Tim Perikatan Utama
Rekan perikatan dan anggota tim perikatan utama lainnya harus dilibatkan dalam
perencanaan audit, termasuk merencanakan dan berpartisipasi dalam diskusi di
antara anggota tim perikatan.

1
5. Aktivitas Awal Perikatan
Auditor harus melakukan aktivitas-aktivitas berikut ini pada awal perikatan audit
periode kini:
(a) Melaksanakan prosedur yang diharuskan dalam SA 220 (Revisi 2021) tentang
keberlanjutan hubungan dengan klien dan perikatan audit tertentu.
(b) Mengevaluasi kepatuhan terhadap ketentuan etika yang relevan, termasuk
independensi, berdasarkan SA 220 (Revisi 2021).
(c) Menetapkan suatu pemahaman atas ketentuan perikatan, sebagaimana yang
diharuskan dalam SA 210 (Revisi 2021).
6. Aktivitas Perencanaan
Auditor harus menetapkan strategi audit secara keseluruhan yang menetapkan
ruang lingkup, saat, dan arah audit, serta yang memberikan panduan bagi
pengembangan rencana audit. Dalam menetapkan strategi audit secara keseluruhan,
auditor harus:
(a) Mengidentifikasi karakteristik perikatan yang mendefinisikan ruang
lingkupnya;
(b) Memastikan tujuan pelaporan perikatan untuk merencanakan saat audit dan
sifat komunikasi yang diharuskan;
(c) Mempertimbangkan faktor-faktor yang, menurut pertimbangan profesional
auditor, signifikan dalam mengarahkan usaha tim perikatan;
(d) Mempertimbangkan hasil aktivitas awal perikatan dan, jika relevan, apakah
pengetahuan yang diperoleh dari perikatan lain yang telah dilaksanakan oleh
rekan perikatan adalah relevan untuk entitas yang akan diaudit; dan
(e) Memastikan sifat, saat, dan luas sumber daya yang diperlukan untuk
melaksanakan perikatan.
Proses penetapan strategi audit secara keseluruhan membantu auditor untuk
menentukan hal-hal sebagai berikut, tergantung dari penyelesaian prosedur
penilaian risiko oleh auditor:
(a) Sumber daya yang dialokasikan untuk area audit tertentu, seperti penggunaan
anggota tim dengan pengalaman yang tepat untuk area berisiko tinggi atau
keterlibatan pakar dalam hal-hal yang kompleks;
(b) Jumlah sumber daya yang dialokasikan untuk area audit tertentu, seperti
jumlah anggota tim yang ditugasi untuk mengamati penghitungan persediaan
fisik di lokasi dengan persediaan yang material, luas penelaahan atas hasil

2
kerja auditor lain dalam konteks audit atas suatu grup, atau anggaran jam kerja
audit yang dialokasikan untuk area berisiko tinggi;
(c) Kapan sumber daya tersebut dialokasikan, seperti apakah pada tahap audit
interim atau pada tanggal pisah batas utama; dan
(d) Bagaimana sumber daya tersebut dikelola, diarahkan, dan disupervisi, seperti
kapan akan dimulai dan diakhiri rapat tim, bagaimana penelaahan dilakukan
oleh rekan perikatan dan manajer perikatan (sebagai contoh: apakah dilakukan
di lapangan atau di kantor), dan apakah perlu dilakukan penelaahan
pengendalian mutu perikatan.
Ketika strategi audit secara keseluruhan telah ditetapkan, rencana audit
dikembangkan untuk merespons berbagai hal yang diidentifikasi dalam strategi
audit secara keseluruhan, dengan memerhatikan kebutuhan untuk mencapai tujuan
audit melalui penggunaan secara efisien sumber daya yang dimiliki oleh auditor.
Penetapan strategi audit secara keseluruhan dan rencana audit yang terperinci
belum tentu menjadi suatu proses yang terpisah atau yang berurutan, namun saling
erat terkait karena perubahan dalam satu proses dapat mengakibatkan perubahan
dalam proses lainnya.
Auditor harus mengembangkan suatu rencana audit yang harus mencakup hal-hal
sebagai berikut:
(a) Sifat, saat, dan luas prosedur penilaian risiko yang direncanakan, sebagaimana
yang ditentukan dalam SA 315;
(b) Sifat, saat, dan luas prosedur audit lanjutan yang direncanakan pada tingkat
asersi, sebagaimana yang ditentukan dalam SA 330;
(c) Prosedur audit lainnya yang direncanakan yang harus dilaksanakan agar
perikatan tersebut memenuhi ketentuan yang diharuskan dalam SA.
Auditor harus memutakhirkan dan mengubah strategi audit secara keseluruhan dan
rencana audit jika diperlukan selama pelaksanaan audit. Auditor harus
merencanakan sifat, saat, dan luas arah, serta supervisi atas anggota tim perikatan
dan penelaahan atas pekerjaan mereka.

3
7. Dokumentasi
Auditor harus memasukkan hal-hal berikut ini dalam dokumentasi audit:
(a) Strategi audit secara keseluruhan;
Dokumentasi strategi audit secara keseluruhan merupakan suatu catatan atas
keputusan-keputusan utama yang dipandang perlu untuk merencanakan audit
dengan tepat dan untuk mengomunikasikan hal-hal signifikan kepada tim
perikatan. Sebagai contoh, auditor dapat meringkas strategi audit secara
keseluruhan dalam bentuk suatu memorandum yang memuat keputusan-
keputusan utama tentang ruang lingkup, saat, dan pelaksanaan audit secara
keseluruhan.
(b) Rencana audit;
Dokumentasi rencana audit merupakan suatu catatan atas sifat, saat, dan luas
prosedur penilaian risiko yang direncanakan dan prosedur audit lanjutan pada
tingkat asersi sebagai respons atas risiko yang telah dinilai. Dokumentasi
tersebut juga berfungsi sebagai suatu catatan atas perencanaan prosedur audit
yang tepat yang dapat ditelaah dan disetujui sebelum prosedur tersebut
dilaksanakan. Auditor dapat menggunakan program audit standar atau checklist
penyelesaian audit, yang dapat dimodifikasi sesuai kebutuhan untuk
mencerminkan kondisi perikatan tertentu.
(c) Setiap perubahan signifikan yang dilakukan selama perikatan audit terhadap
strategi audit atau rencana audit secara keseluruhan, dan alasan atas perubahan
tersebut.
Suatu catatan atas perubahan signifikan terhadap strategi audit secara
keseluruhan dan rencana audit, serta hasil perubahan tersebut terhadap sifat,
saat, dan luas prosedur audit yang direncanakan, menjelaskan alasan perubahan
signifikan tersebut dilakukan, serta strategi audit secara keseluruhan dan
rencana audit yang pada akhirnya diterapkan dalam audit. Catatan tersebut juga
mencerminkan respons yang tepat terhadap perubahan signifikan yang terjadi
selama audit.

4
8. Pertimbangan Tambahan dalam Perikatan Audit Tahun Pertama
Auditor harus memasukkan hal-hal berikut ini dalam dokumentasi audit:
(a) Melaksanakan prosedur yang diharuskan dalam SA 220 (Revisi 2021) tentang
penerimaan hubungan dengan klien dan perikatan audit tertentu;
(b) Melakukan komunikasi dengan auditor pendahulu, jika terjadi pergantian
auditor, untuk mematuhi ketentuan etika yang relevan.
Maksud dan tujuan perencanaan audit adalah sama, baik untuk perikatan audit
tahun pertama maupun berulang. Namun, untuk audit tahun pertama, auditor
mungkin perlu memperluas aktivitas perencanaan karena auditor pada umumnya
tidak memiliki pengalaman sebelumnya dengan entitas yang diaudit, yang perlu
dipertimbangkan ketika merencanakan perikatan audit berulang. Untuk perikatan
audit tahun pertama, hal-hal tambahan yang dapat dipertimbangkan oleh auditor
dalam menetapkan strategi audit secara keseluruhan dan rencana audit mencakup
hal-hal berikut ini:
(1) Kecuali dilarang oleh peraturan perundang-undangan, membuat kesepakatan
dengan auditor pendahulu, sebagai contoh, untuk menelaah kertas kerja auditor
pendahulu.
(2) Mendiskusikan isu-isu utama (termasuk penerapan prinsip akuntansi atau
standar auditing dan pelaporan), yang ditemukan selama proses seleksi awal
auditor, dengan manajemen, serta mengomunikasikan isu-isu tersebut kepada
pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola dan bagaimana isu-isu tersebut
memengaruhi strategi audit secara keseluruhan dan rencana audit.
(3) Prosedur audit yang diperlukan untuk memeroleh bukti audit yang cukup dan
tepat tentang saldo awal.
(4) Prosedur-prosedur lain yang diharuskan oleh sistem pengendalian mutu KAP
untuk perikatan audit tahun pertama (sebagai contoh: sistem pengendalian
mutu KAP mungkin mengharuskan keterlibatan rekan lain atau individu senior
lainnya untuk menelaah strategi audit secara keseluruhan sebelum memulai
prosedur audit signifikan atau untuk menelaah laporan sebelum diterbitkan).

5
B. STANDAR AUDIT 315 (REVISI 2021)
PENGIDENTIFIKASIAN DAN PENILAIAN RISIKO KESALAHAN
PENYAJIAN MATERIAL MELALUI PEMAHAMAN ATAS ENTITAS DAN
LINGKUNGANNYA
1. Ruang Lingkup
Standar Audit (SA) ini mengatur tentang tanggung jawab auditor untuk
mengidentifikasi dan menilai risiko kesalahan penyajian material dalam laporan
keuangan, melalui pemahaman atas entitas dan lingkungannya, termasuk
pengendalian internal entitas.
2. Tujuan
Tujuan auditor adalah untuk mengidentifikasi dan menilai risiko kesalahan
penyajian material, baik yang disebabkan oleh kecurangan maupun kesalahan, pada
tingkat laporan keuangan dan asersi, melalui pemahaman atas entitas dan
lingkungannya, termasuk pengendalian internal entitas, oleh karena itu
menyediakan suatu basis untuk mendesain dan mengimplementasikan respons
terhadap risiko kesalahan penyajian material yang telah dinilai.
3. Ketentuan
3.1 Prosedur Penilaian Risiko dan Aktivitas Terkait
Auditor harus melaksanakan prosedur penilaian risiko untuk menyediakan
suatu basis bagi pengidentifikasian dan penilaian risiko kesalahan penyajian
material pada tingkat laporan keuangan dan asersi. Namun, prosedur penilaian
risiko semata tidak menyediakan bukti audit yang cukup dan tepat sebagai basis
opini audit. Prosedur penilaian risiko harus mencakup:
(a) Permintaan keterangan dari manajemen, individu yang tepat dalam fungsi
audit internal (jika ada), dan personel lain dalam entitas yang menurut
pertimbangan auditor kemungkinan memiliki informasi yang mungkin
membantu dalam pengidentifikasian risiko kesalahan penyajian material, baik
yang disebabkan oleh kecurangan maupun kesalahan.
(b) Prosedur analitis.
(c) Observasi dan inspeksi.
Auditor harus mempertimbangkan apakah informasi yang diperoleh dari
proses penerimaan atau keberlanjutan hubungan dengan klien, relevan dengan
pengidentifikasian risiko kesalahan penyajian material. Ketika rekan perikatan
telah melaksanakan perikatan lain untuk entitas tersebut, rekan perikatan harus

6
mempertimbangkan apakah informasi yang diperoleh relevan dengan
pengidentifikasian risiko kesalahan penyajian material. Ketika auditor bermaksud
untuk menggunakan informasi yang diperoleh dari pengalaman sebelumnya
dengan entitas tersebut dan dari prosedur audit yang dilaksanakan dalam audit
sebelumnya, auditor harus menentukan apakah informasi tersebut relevan dengan
audit periode kini. Rekan perikatan dan anggota tim perikatan utama lainnya harus
mendiskusikan kerentanan laporan keuangan entitas terhadap kesalahan penyajian
material, dan penerapan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku terhadap fakta
dan kondisi entitas tersebut. Rekan perikatan harus menentukan hal mana yang
dikomunikasikan kepada anggota tim perikatan yang tidak terlibat dalam diskusi.
3.2 Pemahaman atas Entitas dan Lingkungannya yang Diharuskan,
Termasuk Pengendalian Internal Entitas
1) Entitas dan Lingkungannya
Auditor harus memeroleh suatu pemahaman sebagai berikut:
(a) Faktor-faktor industri, peraturan, dan eksternal lain yang relevan
termasuk kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.
(b) Sifat entitas, termasuk: operasinya; struktur kepemilikan dan tata
kelolanya; jenis investasi yang dilakukan dan yang rencananya akan
dilaksanakan oleh entitas, termasuk investasi pada entitas bertujuan
khusus; dan cara entitas tersebut distrukturisasi dan bagaimana entitas
tersebut dibiayai, untuk memungkinkan auditor memahami golongan
transaksi, saldo akun, dan pengungkapan yang diharapkan ada dalam
laporan keuangan.
(c) Pemilihan dan penerapan kebijakan akuntansi oleh entitas, termasuk
alasan perubahannya. Auditor harus mengevaluasi apakah kebijakan
akuntansi entitas adalah tepat untuk bisnisnya dan konsisten dengan
kerangka pelaporan keuangan yang berlaku dan kebijakan akuntansi
yang digunakan dalam industri yang relevan.
(d) Tujuan dan strategi entitas, serta risiko bisnis terkait yang dapat
memunculkan risiko kesalahan penyajian material.
(e) Pengukuran dan penelaahan atas kinerja keuangan entitas.

7
2) Pengendalian Internal Entitas
Auditor harus memeroleh suatu pemahaman atas pengendalian internal
yang relevan dengan audit. Meskipun sebagian besar pengendalian yang
relevan dengan audit kemungkinan berhubungan dengan pelaporan
keuangan, namun tidak semua pengendalian yang berhubungan dengan
pelaporan keuangan relevan dengan audit. Hal tersebut merupakan hal
yang berkaitan dengan pertimbangan profesional auditor apakah suatu
pengendalian, secara individual atau bersama-sama dengan yang lain,
merupakan hal yang relevan dengan audit.
3) Sifat dan Luas Pemahaman atas Pengendalian yang Relevan
Ketika memeroleh suatu pemahaman tentang pengendalian yang relevan
dengan audit, auditor harus mengevaluasi desain pengendalian tersebut
dan menentukan apakah pengendalian tersebut telah diimplementasikan,
dengan melaksanakan prosedur sebagai tambahan terhadap permintaan
keterangan dari personel entitas.
4) Lingkungan Pengendalian
Auditor harus memeroleh suatu pemahaman atas lingkungan
pengendalian. Sebagai bagian dari pemerolehan pemahaman ini, auditor
harus mengevaluasi apakah:
(a) Manajemen, dengan pengawasan dari pihak yang bertanggung jawab
atas tata kelola, telah menciptakan dan memelihara suatu budaya jujur
dan perilaku etis;
(b) Kekuatan dalam unsur lingkungan pengendalian secara kolektif
menyediakan fondasi yang tepat untuk komponen lain pengendalian
internal, dan apakah komponen lain tersebut tidak dirusak oleh
defisiensi dalam lingkungan pengendalian.
5) Proses Penilaian Risiko Entitas
Auditor harus memeroleh suatu pemahaman tentang apakah entitas
memiliki suatu proses untuk:
(a) Mengidentifikasi risiko bisnis yang relevan dengan tujuan pelaporan
keuangan;
(b) Mengestimasi signifikansi risiko;
(c) Menentukan kemungkinan terjadinya risiko tersebut; dan
(d) Memutuskan tentang tindakan untuk merespons risiko tersebut.

8
Ketika entitas telah menetapkan proses tersebut di atas (“proses
penilaian risiko entitas”), auditor harus memeroleh pemahaman tentang
proses tersebut dan hasilnya. Jika auditor mengidentifikasi risiko
kesalahan penyajian material yang gagal diidentifikasi oleh manajemen,
maka auditor harus mengevaluasi apakah terdapat suatu jenis risiko yang
diharapkan oleh auditor akan teridentifikasi oleh proses penilaian risiko
entitas tersebut. Jika terdapat risiko tersebut, maka auditor harus
memeroleh pemahaman tentang mengapa proses tersebut gagal
mengindentifikasinya, dan mengevaluasi apakah proses tersebut sudah
tepat atau menentukan apakah terdapat suatu defisiensi signifikan dalam
pengendalian internal yang berkaitan dengan proses penilaian risiko
entitas.
Ketika entitas belum menetapkan proses tersebut di atas atau
memiliki suatu proses khusus (ad hoc), maka auditor harus
mendiskusikan dengan manajemen tentang apakah risiko bisnis yang
relevan dengan tujuan pelaporan keuangan telah diidentifikasi dan
bagaimana risiko tersebut direspons. Auditor harus mengevaluasi apakah
ketiadaan proses penilaian risiko yang didokumentasi sudah tepat sesuai
dengan kondisinya, atau menentukan apakah ketiadaan tersebut
merupakan suatu defisiensi signifikan dalam pengendalian internal.
6) Sistem informasi, termasuk proses bisnis yang terkait, yang relevan
dengan pelaporan keuangan, dan komunikasi
Auditor harus memeroleh pemahaman tentang sistem informasi, termasuk
proses bisnis yang terkait, yang relevan dengan pelaporan keuangan,
termasuk hal-hal sebagai berikut:
(a) Golongan transaksi dalam operasi entitas yang signifikan tehadap
laporan keuangan;
(b) Prosedur, baik dalam sistem teknologi informasi maupun manual,
yang olehnya transaksi dimulai, dicatat, diproses, dan dikoreksi
sebagaimana mestinya, ditransfer ke buku besar, dan dilaporkan
dalam laporan keuangan;
(c) Catatan akuntansi, informasi pendukung, dan akun spesifik dalam
laporan keuangan yang digunakan untuk memulai, mencatat,
memproses, dan melaporkan transaksi; hal ini mencakup koreksi

9
terhadap informasi yang salah dan bagaimana informasi tersebut
ditransfer ke buku besar. Catatan tersebut dapat dalam bentuk manual
atau elektronik;
(d) Bagaimana sistem informasi mencatat peristiwa dan kondisi, selain
transaksi, yang signifikan terhadap laporan keuangan;
(e) Proses pelaporan keuangan yang digunakan untuk menyusun laporan
keuangan entitas, termasuk estimasi akuntansi dan pengungkapan
yang signifikan; dan
(f) Pengendalian terhadap entri jurnal, termasuk entri jurnal nonstandar
yang digunakan untuk mencatat transaksi tidak rutin, transaksi atau
penyesuaian yang tidak biasa.
Pemahaman tentang sistem informasi yang relevan dengan pelaporan
keuangan harus mencakup aspek-aspek yang relevan dari sistem yang
berkaitan dengan informasi yang diungkapkan dalam laporan keuangan
yang diperoleh dari dalam atau di luar buku besar dan buku besar
pembantu. Auditor harus memeroleh suatu pemahaman tentang
bagaimana entitas mengomunikasikan peran dan tanggung jawab
pelaporan keuangan serta hal-hal signifikan yang berkaitan dengan
pelaporan keuangan, termasuk komunikasi antara manajemen dan pihak
yang bertanggung jawab atas tata kelola; dan komunikasi eksternal,
seperti dengan regulator.
7) Aktivitas Pengendalian yang Relevan dengan Audit
Auditor harus memeroleh suatu pemahaman tentang aktivitas
pengendalian yang relevan dengan audit, yaitu aktivitas pengendalian
yang dipandang perlu oleh auditor untuk dipahami agar dapat menilai
risiko kesalahan penyajian material pada tingkat asersi dan mendesain
prosedur audit lanjutan yang responsif terhadap risiko yang telah dinilai.
Suatu audit tidak mengharuskan suatu pemahaman tentang seluruh
aktivitas pengendalian yang terkait dengan setiap golongan transaksi,
saldo akun, dan pengungkapan signifikan dalam laporan keuangan atau
tentang setiap asersi yang relevan dengannya. Dalam pemahaman
aktivitas pengendalian entitas, auditor harus memeroleh suatu
pemahaman tentang bagaimana entitas telah merespons terhadap risiko
yang muncul dari teknologi informasi.

10
8) Pemantauan atas Pengendalian
- Auditor harus memeroleh suatu pemahaman tentang aktivitas utama
yang digunakan oleh entitas untuk memantau pengendaian internal
atas pelaporan keuangan, termasuk yang berkaitan dengan aktivitas
pengendalian yang relevan dengan audit, dan bagaimana entitas
melaksanakan tindakan perbaikan terhadap defisiensi dalam
pengendaliannya.
- Ketika entitas memiliki fungsi audit internal, auditor harus
memeroleh suatu pemahaman tentang sifat dari tanggung jawab
fungsi audit internal, status organisasinya, dan aktivitas yang telah
atau yang akan dilaksanakan.
- Auditor harus memeroleh suatu pemahaman tentang sumber
informasi yang digunakan dalam aktivitas pemantauan entitas, dan
basis bagi manajemen untuk mempertimbangkan apakah informasi
tersebut cukup dapat diandalkan untuk tujuan tersebut.
3.3 Pengidentifikasian dan Penilaian Risiko Kesalahan Penyajian Material
Auditor harus mengidentifikasi dan menilai risiko kesalahan penyajian
material pada tingkat laporan keuangan dan tingkat asersi untuk golongan
transaksi, saldo akun, dan pengungkapan untuk menyediakan basis bagi
desain dan pelaksanaan prosedur audit lanjutan maka auditor harus:
a) Mengidentifikasi risiko sepanjang proses pemerolehan suatu pemahaman
atas entitas dan lingkungannya, termasuk pengendalian relevan yang
berkaitan dengan risiko, dan dengan mempertimbangkan golongan
transaksi, saldo akun, dan pengungkapan (termasuk aspek kuantitatif atau
kualitatif atas pengungkapan) dalam laporan keuangan;
b) Menilai risiko yang diidentifikasi, serta mengevaluasi apakah risiko
tersebut berkaitan secara lebih pervasif terhadap laporan keuangan secara
keseluruhan dan secara potensial memengaruhi banyak asersi;
c) Mengaitkan risiko yang diidentifikasi dengan apa yang bisa menjadi
salah (what can go wrong) pada tingkat asersi, dengan memperhitungkan
pengendalian relevan yang hendak diuji oleh auditor; dan
d) Mempertimbangkan kemungkinan kesalahan penyajian, termasuk
kemungkinan kesalahan penyajian multipel, dan apakah potensi

11
kesalahan penyajian tersebut dapat mengakibatkan suatu kesalahan
penyajian material.
Risiko yang Mengharuskan Pertimbangan Audit Khusus
Auditor harus menentukan apakah setiap risiko yang diidentifikasi
menurut pertimbangan auditor merupakan suatu risiko yang signifikan.
Dalam penerapan pertimbangan tersebut, auditor harus tidak
memperhitungkan pengaruh pengendalian yang diidentifikasi terkait dengan
risiko tersebut. Dalam penerapan pertimbangan atas penentuan suatu risiko
yang diidentifikasi sebagai risiko yang signifikan, auditor harus
mempertimbangkan paling tidak hal-hal sebagai berikut:
(a) Apakah risiko tersebut merupakan suatu risiko kecurangan;
(b) Apakah risiko tersebut terkait dengan perkembangan terkini yang
signifikan dalam bidang ekonomi, akuntansi, atau lainnya, dan oleh
karena itu, mengharuskan perhatian spesifik;
(c) Kompleksitas transaksi;
(d) Apakah risiko tersebut melibatkan transaksi signifikan dengan pihak
yang berelasi;
(e) Tingkat subjektivitas dalam pengukuran informasi keuangan yang
berkaitan dengan risiko, terutama pengukuran yang melibatkan
ketidakpastian pengukuran yang luas; dan
(f) Apakah risiko tersebut melibatkan transaksi signifikan yang terjadi di
luar kegiatan bisnis normal entitas, atau yang tampaknya tidak biasa.
Ketika auditor telah menentukan bahwa terdapat suatu risiko signifikan,
auditor harus memeroleh suatu pemahaman tentang pengendalian entitas,
termasuk aktivitas pengendalian yang relevan dengan risiko tersebut.
Risiko ketika Prosedur Substantif Semata Tidak Menyediakan Bukti Audit
yang Cukup dan Tepat
Sehubungan dengan beberapa risiko, auditor dapat memutuskan bahwa
adalah tidak mungkin atau tidak praktis untuk memeroleh bukti audit yang
cukup dan tepat hanya dari prosedur substantif. Risiko tersebut dapat
berkaitan dengan pencatatan yang tidak akurat atau tidak lengkap atas
golongan transaksi atau saldo akun yang rutin dan signifikan, yaitu yang
karakteristiknya sering memperbolehkan pengolahan dengan otomatisasi
yang tinggi dengan sedikit atau tanpa intervensi manual. Dalam kondisi

12
tersebut, pengendalian entitas atas risiko tersebut adalah relevan dengan
audit, dan auditor harus memeroleh suatu pemahaman tentang hal tersebut.
Revisi Penilaian Risiko
Penilaian risiko auditor atas risiko kesalahan penyajian material pada
tingkat asersi dapat berubah selama pelaksanaan audit, sejalan dengan
diperolehnya bukti audit tambahan. Dalam kondisi ketika auditor memeroleh
bukti audit dari pelaksanaan prosedur audit lanjutan, atau ketika informasi
baru diperoleh, yang kedua bukti tersebut tidak konsisten dengan bukti audit
awal yang menjadi dasar penilaian, auditor harus merevisi penilaian tersebut,
dan oleh karena itu, memodifikasi prosedur audit lanjutan yang direncanakan
sebelumnya.
4. Dokumentasi
Auditor harus memasukkan ke dalam dokumentasi audit:
a) Diskusi di antara tim perikatan dan keputusan signifikan yang dicapai;
b) Unsur utama atas pemahaman yang diperoleh tentang setiap aspek entitas dan
lingkungannya serta sumber informasi yang digunakan dalam memeroleh
pemahaman tersebut; dan prosedur penilaian risiko yang dilaksanakan;
c) Risiko kesalahan penyajian material yang diidentifikasi dan dinilai pada
tingkat laporan keuangan dan pada tingkat asersi;
d) Risiko yang teridentifikasi, dan pengendalian yang berkaitan dimana auditor
telah memeroleh suatu pemahaman

13
DAFTAR PUSTAKA

Institut Akuntan Publik Indonesia. (2021). Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta
Selatan

14

Anda mungkin juga menyukai