OLEH :
KELOMPOK 6
1
2. Peran Komunikasi
Fokus utama SA ini adalah komunikasi dari auditor kepada pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola. Meskipun demikian, peran komunikasi dua
arah yang efektif penting untuk membantu:
(a) Auditor dan pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola dalam memahami
hal yang terkait dengan konteks audit, dan dalam membangun hubungan kerja
yang saling konstruktif. Hubungan ini dibangun bersamaan dengan
mempertahankan independensi dan objektivitas auditor;
(b) Auditor dalam memeroleh informasi yang relevan dengan audit dari pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola. Sebagai contoh, pihak yang bertanggung
jawab atas tata kelola dapat membantu auditor dalam memahami entitas dan
lingkungannya, dalam mengidentifikasi sumber bukti audit yang tepat, dan
dalam menyediakan informasi tentang transaksi atau peristiwa spesifik; dan
(c) Pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola dalam memenuhi tanggung
jawabnya untuk mengawasi proses pelaporan keuangan, dengan demikian dapat
mengurangi risiko kesalahan penyajian material atas laporan keuangan.
Meskipun auditor bertanggung jawab untuk mengomunikasikan berbagai hal
yang diharuskan dalam SA ini, manajemen juga memiliki tanggung jawab untuk
mengomunikasikan berbagai hal untuk kepentingan tata kelola kepada pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola. Komunikasi oleh auditor tidak membebaskan
manajemen atas tanggung jawab ini. Demikian juga, komunikasi oleh manajemen
kepada pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola mengenai hal-hal yang perlu
dikomunikasikan oleh auditor kepada pihak tersebut tidak membebaskan tanggung
jawab auditor untuk melaksanakan komunikasi tersebut. Namun, komunikasi
mengenai hal ini oleh manajemen dapat memengaruhi bentuk atau saat komunikasi
antara auditor dan pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola.
Komunikasi yang jelas atas hal spesifik yang diharuskan untuk
dikomunikasikan dalam SA ini merupakan bagian yang integral dari setiap audit.
Namun, SA tidak mengharuskan auditor melaksanakan prosedur secara spesifik
untuk mengidentifikasi berbagai hal lainnya yang perlu dikomunikasikan kepada
pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola.
2
Peraturan perundang-undangan dapat membatasi auditor untuk
mengomunikasikan hal-hal tertentu kepada pihak yang bertanggung jawab atas tata
kelola. Peraturan perundang-undangan dapat melarang secara spesifik suatu
komunikasi, atau tindakan lainnya, yang dapat menimbulkan prasangka dari suatu
investigasi oleh otoritas yang tepat menjadi suatu tindakan pelanggaran hukum
yang nyata, atau yang diduga terjadi, termasuk memberi tahu entitas, sebagai
contoh, ketika auditor diharuskan untuk melaporkan ketidakpatuhan yang
diidentifikasi atau diduga terjadi kepada otoritas yang berdasarkan peraturan
perundang-undangan tentang pencegahan dan pemberantasan tindak pidana
pencucian uang. Dalam kondisi tersebut, hal yang dipertimbangkan oleh auditor
mungkin kompleks dan auditor dapat mempertimbangkan untuk memperoleh advis
hukum.
3. Tujuan
Tujuan auditor adalah:
(a) Untuk mengomunikasikan secara jelas kepada pihak yang bertanggung jawab
atas tata kelola tentang tanggung jawab auditor yang berkaitan dengan audit
atas laporan keuangan, serta gambaran umum ruang lingkup dan saat yang
direncanakan atas audit;
(b) Untuk memeroleh informasi yang relevan dengan audit dari pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola;
(c) Untuk menyediakan kepada pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola
secara tepat waktu, hasil observasi audit yang signifikan, dan relevan dengan
tanggung jawabnya dalam mengawasi proses pelaporan keuangan; dan
(d) Untuk mendukung komunikasi dua arah yang efektif antara auditor dan pihak
yang bertanggung jawab atas tata kelola.
3
(b) Dalam beberapa kondisi, semua pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola
dilibatkan dalam pengelolaan entitas, sebagai contoh, suatu entitas kecil yang
dikelola oleh pemilik tunggal dan tidak ada individu lain yang memiliki peran
tata kelola. Dalam kondisi ini, jika hal-hal yang diharuskan dalam SA ini
dikomunikasikan dengan individu atau individu-individu yang memiliki
tanggung jawab atas manajemen, dan individu atau individu-individu tersebut
juga memiliki tanggung jawab atas tata kelola, hal-hal tersebut tidak perlu
dikomunikasikan lagi dengan individu atau individu-individu yang sama
dalam perannya sebagai pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola.
Namun, auditor harus yakin bahwa komunikasi kepada pihak yang memiliki
tanggung jawab atas manajemen telah mencakup semua hal yang auditor perlu
komunikasikan kepada semua pihak yang memiliki kapasitas atas tata kelola.
4
kepada pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola alasan auditor
mempertimbangkan praktik akuntansi signifikan, yang dapat diterima
dalam kerangka pelaporan keuangan yang berlaku, bukan merupakan
praktik akuntansi yang paling tepat untuk kondisi khusus entitas;
b) Kesulitan signifikan, jika relevan yang dihadapi selama audit;
c) Kecuali jika semua pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola
dilibatkan dalam pengelolaan entitas:
d) Kondisi yang dapat memengaruhi bentuk dan isi laporan auditor, jika
relevan;
e) Suatu hal-hal signifikan lain yang muncul selama audit yang, menurut
pertimbangan auditor, relevan terhadap pengawasan proses pelaporan
keuangan.
d. Independensi Auditor
Dalam kondisi entitas merupakan emiten, auditor harus mengomunikasikan
kepada pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola. Suatu pernyataan bahwa
tim perikatan dan pihak lain dalam Kantor Akuntan Publik (KAP) yang tepat,
KAP, dan, jika relevan, jaringan KAP telah mematuhi ketentuan etika yang
relevan terkait dengan independensi;
a) Semua hubungan dan berbagai hal lainnya antara KAP, jaringan KAP, dan
entitas yang, menurut pertimbangan profesional auditor, dapat
memengaruhi independensi. Hal ini harus mencakup jumlah imbal jasa
yang dibebankan selama periode yang tercakup dalam laporan keuangan
untuk jasa audit dan selain audit yang diberikan oleh KAP dan jaringan
KAP kepada entitas dan komponen yang dikendalikan oleh entitas. Imbal
jasa ini harus dialokasikan ke kategori yang tepat untuk membantu pihak
yang bertanggung jawab atas tata kelola dalam menilai dampak terhadap
independensi atas jasa yang diberikan oleh auditor; dan
b) Pengamanan terkait yang telah diterapkan untuk mengeliminasi ancaman
yang diidentifikasi atau menurunkan ancaman terhadap independensi
sampai pada level yang dapat diterima.
5
6. Proses Komunikasi
a. Auditor harus mengomunikasikan kepada pihak yang bertanggung jawab atas
tata kelola mengenai bentuk, saat, dan materi umum yang diekspektasikan dari
komunikasi.
b. Auditor harus mengomunikasikan secara tertulis kepada pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola tentang temuan signifikan selama audit
jika, menurut pertimbangan profesional auditor, komunikasi secara lisan tidak
memadai. Komunikasi tertulis tidak perlu mencakup semua hal yang muncul
selama proses audit.
c. Auditor harus mengomunikasikan secara tertulis kepada pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola tentang independensi auditor ketika
diharuskan.
d. Auditor harus menilai apakah komunikasi dua arah antara auditor dan pihak
yang bertanggung jawab atas tata kelola telah memadai untuk tujuan audit.
Jika hal tersebut belum memadai, auditor harus mengevaluasi dampak, jika
relevan, terhadap penilaian auditor atas risiko kesalahan penyajian material
dan kemampuan untuk memeroleh bukti audit yang cukup dan tepat, dan harus
mengambil langkah yang tepat.
7. Dokumentasi
Ketika hal-hal yang diharuskan untuk dikomunikasikan dalam SA ini dilakukan
secara lisan, auditor harus memasukkan hal tersebut dalam dokumentasi audit dan
kapan serta kepada siapa hal tersebut dikomunikasikan. Jika hal-hal tersebut telah
dikomunikasikan secara tertulis, auditor harus menyimpan salinan komunikasi
tersebut sebagai bagian dokumentasi audit.
6
B. STANDAR AUDIT 265 (REVISI 2021)
PENGKOMUNIKASIAN DEFISIENSI DALAM PENGENDALIAN
INTERNAL KEPADA PIHAK YANG BERTANGGUNG JAWAB ATAS TATA
KELOLA DAN MANAJEMEN
1. Ruang Lingkup
Standar Audit (SA) ini mengatur tentang tanggung jawab auditor untuk
mengomunikasikan dengan tepat kepada pihak yang bertanggung jawab atas tata
kelola dan manajemen tentang defisiensi dalam pengendalian internal yang
diidentifikasi oleh auditor dalam audit atas laporan keuangan. SA ini tidak
memberikan tanggung jawab tambahan kepada auditor untuk memeroleh
pemahaman tentang pengendalian internal dan mendesain serta melaksanakan
pengujian atas pengendalian melebihi yang diharuskan dalam SA 315 (Revisi
2021) dan SA 330 (Revisi 2021). SA 260 (Revisi 2021) menetapkan ketentuan
lebih lanjut dan memberikan panduan tentang tanggung jawab auditor untuk
mengomunikasikan hal-hal yang terkait dengan audit kepada pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola.
Auditor diharuskan untuk memeroleh pemahaman tentang pengendalian
internal yang relevan dengan audit pada saat mengidentifikasi dan menilai risiko
kesalahan penyajian material. Dalam melakukan penilaian risiko tersebut, auditor
mempertimbangkan pengendalian internal untuk mendesain prosedur audit yang
tepat sesuai dengan kondisi yang bersangkutan, namun bukan untuk tujuan
menyatakan opini atas efektivitas pengendalian internal yang bersangkutan.
Auditor dapat mengidentifikasi defisiensi dalam pengendalian internal tidak hanya
dalam proses penilaian risiko namun juga pada tahap-tahap audit lain. SA ini
menyebutkan defisiensi yang teridentifikasi yang harus dikomunikasikan oleh
auditor kepada pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola dan manajemen.
Tidak terdapat aturan dalam SA ini yang menghalangi auditor untuk
mengomunikasikan hal-hal lain dalam pengendalian internal yang diidentifikasi
oleh auditor selama audit kepada pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola
dan manajemen.
7
2. Tujuan
Tujuan auditor adalah untuk mengomunikasikan dengan tepat kepada pihak
yang bertanggung jawab atas tata kelola dan manajemen tentang defisiensi dalam
pengendalian internal yang diidentifikasi oleh auditor selama audit dan menurut
pertimbangan profesional auditor adalah cukup penting untuk mendapatkan
perhatian dari pihak-pihak yang bersangkutan.
Defisiensi dalam pengendalian internal, hal ini terjadi ketika suatu
pengendalian didesain, diterapkan atau dioperasikan sedemikian rupa sehingga
pengendalian tersebut tidak dapat mencegah, atau mendeteksi dan mengoreksi
kesalahan penyajian dalam laporan keuangan secara tepat waktu; atau tidak adanya
suatu pengendalian yang diperlukan untuk mencegah, atau mendeteksi dan
mengoreksi kesalahan penyajian dalam laporan keuangan secara tepat waktu.
Defisiensi signifikan dalam pengendalian internal: Suatu defisiensi atau
kombinasi beberapa defisiensi dalam pengendalian internal, yang menurut
pertimbangan profesional auditor, adalah cukup penting untuk mendapatkan
perhatian dari pihak-pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola.
3. Ketentuan
Auditor harus menentukan apakah, berdasarkan pekerjaan audit yang telah dilaksanakan,
19 auditor telah mengidentifikasi satu atau lebih defisiensi dalam pengendalian internal.
8
Auditor juga harus mengomunikasikan kepada manajemen pada tingkat
tanggung jawab yang tepat secara tepat waktu:
a) Secara tertulis, defisiensi signifikan dalam pengendalian internal yang oleh
auditor telah dikomunikasikan atau akan dikomunikasikan kepada pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola, kecuali jika hal iu tidak tepat untuk
dikomunikasikan secara langsung kepada manajemen dalam kondisi tersebut,
dan;
b) Defisiensi lain dalam pengendalian internal yang diidentifikasi selama audit
yang belum dikomunikasikan oleh pihak lain kepada manajemen dan yang,
menurut pertimbangan profesional auditor, adalah cukup penting untuk
mendapatkan perhatian manajemen.
Auditor dalam mengomunikasikan defisiensi signifikan dalam pengendalian
internal secara tertulis harus menyertakan tentang:
a) Deskripsi serta penjelasan dampak potensial atas defisiensi tersebut; dan
b) Informasi yang cukup untuk memungkinkan pihak yang bertanggung jawab
atas tata kelola dan manajemen dalam memahami konteks komunikasi
tersebut. Terutama, auditor harus menjelaskan bahwa:
- Tujuan audit adalah untuk auditor dapat menyatakan opini atas laporan
keuangan;
- Audit mencakup pertimbangan atas pengendalian internal yang relevan
terhadap penyusunan laporan keuangan dalam mendesain prosedur audit
yang tepat sesuai dengan kondisinya, namun tidak bertujuan untuk
menyatakan opini atas efektivitas pengendalian internal; dan
- Hal-hal yang dilaporkan terbatas pada defisiensi yang diidentifikasi oleh
auditor selama audit dan auditor telah menyimpulkan bahwa hal-hal
tersebut cukup penting untuk dilaporkan kepada pihak yang bertanggung
jawab atas tata kelola.
9
DAFTAR PUSTAKA
Institut Akuntan Publik Indonesia. (2021). Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta
Selatan
10