Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH STANDAR DAN ETIKA PROFESI

Disusun Oleh :

Nama NPM

1. Nisa Nazwa N 24022116060


2. Resa Resdiana 24022116068
3. Tasya Nurfajriah 24022116073

Kelas : A

UNIVERSITAS GARUT
FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI
2019
SA Seksi 310

PENUNJUKAN AUDITOR INDEPENDEN

Sumber: PSA No. 05

PENDAHULUAN

01 Standar pekerjaaan lapangan pertama berbunyi sebagai berikut:

“Pekerjaan harus direncanakan dengan sebaik-baiknya dan jika digunakan


asisten harus disupervisi dengan semestinya”.

02 Aspek supervise asisten dijelaskan dalam SA Seksi 210 (PSA No.


04)Pelatihan dan Keahlian Auditor Independen dan SA Seksi 311 (PSA No.
05)Perencanaan dan Supervisi. Aspek perencanaan pekerjaan lapangan dan saat
pelaksanaan prosedur audit dijelaskan dalam SA Seksi 313 (PSA No. 02)
Pengujian Substantif Sebelum Tanggal Laporan Posisi Keuangan (Neraca).

PENUNJUKAN AUDITOR INDEPENDEN

03 Pertimbangan atas standar pekerjaan lapangan pertama memicu


kesadaran bahwa penunjukan auditor independen secara dini akan memberikan
banyak manfaat bagi auditor maupun klien. Penunjukan secara dini
memungkinkan auditor merencanakan pekerjaannya sedemikian rupa sehingga
pekerjaan tersebut dapat dilaksanakan dengan cepat dan efisien serta dapat
menentukan seberapa jauh pekerjaan tersebut dapat dilaksanakan sebelum tanggal
laporan posisi keuangan (neraca).

PENUNJUKAN AUDITOR INDEPENDEN MENDEKATI ATAU


SETELAH TANGGAL AKHIR PERIODE
04 Walaupun penunjukan dini lebih baik, auditor independen dapat
menerima perikatan pada saat mendekati atau setelah tanggal laporan posisi
keuangan (neraca). Dalam hal ini, sebelum menerima perikatan, auditor harus
yakin apakah posisis seprti tu memungkinkan ia melaksanakan audit secara
memadai dan memberi pendapat wajar tanpa pengecualian. Jika kondisi tersebut
tidak memungkinkan auditor untuk melakukan audit secara memadai dan untuk
memberikan pendapat wajar tanpa pengecualian, ia harus membahas dengan klien
tentang kemungkinan ia memberikan pendapat wajar dengan pengecualian atau
tidak memberikan pendapat. Kadang-kadang keterbatasan audit yang timbul
sebagai akibat kondisi di atas dapat diatasi. Sebagai contoh, perhitungan fisik
persediaan dapat ditunda atau dilakukan kembali di bawah pengamatan auditor
independen.

MEMBANGUN PEMAHAMAN DENGAN KLIEN

05 Auditor harus membangun pemahaman dengan klien tentang jasa yang


akan dilaksanakan untuk setiap perikatan.1 Pemahaman tersebut mengurangi
risiko terjadinya salah interpretasi kebutuhan atau pihak lain, baik di pihak auditor
maupun klien. Sebagai contoh, pemahaman tersebut akan mengurangi risiko
bahwa klien dapat secara tidak semestinya mempercayai auditor untuk melindungi
entitas dari risiko tertentu atau untuk melaksanakan fungsi tertentu yang
merupakan tanggungjawab auditor, dan batasan perikatan.2 Auditor harus
mendokumentasikan pemahaman tersebut dalam kertas kerjanya, lebih baik dalam
bentuk komunikasi tertulis dengan klien. jika auditor yakin dengan pemahaman
dengan klien belum terbentuk, ia harus menolak untuk menerima atau menolak
untuk melaksanakan perikatan.

06 Pemahaman dengan klien tentang audit atas laporan keuangan umumnya


mencakup hal-hal berikut ini:

a. Tujuan audit adalah untuk menyatakan suatu pendapat atas laporan keuangan.
b. Manajemen bertanggung jawab untuk membangun dan mempertahankan
pengendalian intern yang efektif terhadap pelaporan keuangan.
c. Manajemen bertanggung jawab untuk mengidentifikasi dan menjamin bahwa
entitas mematuhi peraturan perundangan yang berlaku terhadap aktivitasnya.
d. Manajemen bertanggung jawab untuk membuat semua catatan keuangan dan
informasi yang berkaitan tersedia bagi auditor.
e. Pada akhir perikatan, untuk menyatakananajemen akan menyediakan suatu
surat bagi auditor yang menegaskan representasi tertentu yang dibuat selama
audit berlangsung.
f. Auditor bertanggung jawab untuk melaksanakan audit berdasarkan standar
auditing yang diterapkan institute Akuntan Publik Indonesia. Standar tersebut
mensyaratkan bahwa auditor memperoleh keyakinan memadai, bukan mutlak,
tentang apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material, yang
disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan. Oleh karena itu, salah saji
material mungkin akan tetap tidak terdeteksi. Begitu pula, suatu audit tidak
didesain untuk mendeteksi kekeliruan atau kecurangan yang tidak material
terhadap laporan keuangan. Jika, oleh karena sebab apa pun, auditor tidak
dapat menyelesaikan auditnya atau tidak dapat merumuskan atau tidak
merumuskan suatu pendapat, ia dapat menolak menyatakan suatu pendapat
atau menolak untuk menerbitkan suatu laporan dengan hasil perikatan tersebut.
g. Suatu audit mencakup perolehan pemahaman atas pengendalian intern yang
cukup untuk merencanakan audit dan untuk menentukan sifat, saat, dan luasnya
prosedur audit yang harus dilaksanakan. Suatu audit tidak didesain untuk
memberikan keyakinan atas pengendalian intern atau untuk mengidentifikasi
semua kondisi yang dapat dilaporkan. Namun, auditor bertanggung jawab
untuk menjamin bahwa komite audit atau pihak lain yang memiliki
kewenangan dan tanggung jawab setara akan menyadari adanya kondisi yang
dapat dilaporkan yang diketahui oleh auditor.

Hal-hal tersebut diatas dapat dikomunikasikan dalam bentuk surat perikatan


(engagement letter).

07 Pemahaman dengan klien juga mencakup hal-hal lain seperti berikut


ini:
a. Peraturan mengenai pelaksanaan perikatan (sebagai contoh, waktu, bantuan
klien berkaitan dengan pembuatan skedul, dan penyediaan dokumen).
b. Pengaturan tentang keikutsertaan spesialis atau auditor intern, jika diperlukan.
c. Pengaturan tentang keikutsertaan auditor pendahulu.
d. Pengaturan tentang fee dan penagihan.
e. Adanya pembatasan atau pengaturan lain tentang kewajiban auditor atau klien,
seperti ganti rugi kepada auditor untuk kewajiban yang timbul daro
representasi salah yang dilakukan dengan sepengetahuan manajemen kepada
auditor.
f. Kondisi yang memungkinkan pihak lain diperbolehkan untuk melakukan akses
ke kertas kerja auditor.
g. Jasa tambahan yang disediakan oleh auditor berkaitan dengan pemenuhan
persyaratan badan pengatur.
h. Pengatur tentang jasa lain yang harus disediakan oleh auditor dalam
hubungannya dengan perikatan.

SA Seksi 311

PERENCANAAN DAN SUPERVISI

PENDAHULUAN

01 Standar pekerjaan lapangan pertama mengharuskan bahwa “Pekerjaan


harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi
dengan semestinya”. Seksi ini berisi panduan bagi auditor yang melaksanakan
audit berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Institut Akuntan Publik
Indonesia di dalam mempertimbangkan dan menerapkan prosedur perencanaan
dan supervisi, termasuk penyiapan program audit, pengumpulan informasi tentang
bisnis entitas, penyelesaian perbedaan pendapat diantara personel kantor akuntan.
Perencanaan dan supervisi berlangsung terus-menerus selama audit, dan prosedur
yang berkaitan sering kali tumpang-tindih (overlap).

02 Auditor sebagai penanggung jawab akhir atas audit dapat


mendelegasikan sebagian fungsi perencanaan dan supervisi auditnya kepada
personel lain dalam kantor akuntannya. Untuk keperluan uraian dalam seksi ini,
(a) personel lain dalam kantor akuntan selain auditor sebagai penanggung jawab
akhir audit disebut dengan asisten dan (b) istilah auditor digunakan untuk
menyebut baik auditor itu sendiri maupun asistennya.

PERENCANAAN

03 Perencanaan audit meliputi pengembangan strategi menyeluruh


pelaksanaan dan lingkup audit yang diharapkan. Sifat, lingkup, dan saat
perencanaan bervariasi dengan ukuran dan kompleksitas entitas, pengalaman
mengenai entitas, dan pengetahuan tentang bisnis entitas. Dalam perencanaan
audit, auditor harus mempertimbangkan, antara lain:

a. Masalah yang berkaitan dengan bisnis entitas dan industri yang menjadi
tempat usaha entitas tersebut (lihat paragraf 07).
b. Kebijakan dan prosedur akuntansi entitas tersebut.
c. Metode yang digunakan oleh entitas tersebut dalam mengolah informasi
akuntansi yang signifikan (lihat paragraf 09), termasuk penggunaan
organisasi jasa dari luar untuk mengolah informasi akuntansi pokok
perusahaan.
d. Tingkat risiko pengendalian yang direncanakan.
e. Pertimbangan awal tentang tingkat materialitas untuk tujuan audit.
f. Pos laporan keuangan yang penting memerlukan penyesuaian (adjustment).
g. Kondisi yang mungkin memerlukan perluasan atau pengubahan pengujian
audit, seperti risiko kekeliruan atau kecurangan yang material atau adanya
transaksi antar pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa.
h. Sifat laporan auditor yang diharapkan akan diserahkan (sebagai contoh,
laporan auditor tentang laporan keuangan konsolidasian, laporan keuangan
yang diserahkan ke Bapepam, laporan khusus untuk menggambarkan
kepatuhan klien terhadap kontrak perjanjian).

04 Prosedur yang dapat dipertimbangkan oleh auditor dalam perencanaan


dan supervisi biasanya mencakup review terhadap catatan auditor yang berkaitan
dengan entitas dan pembahasan dengan personel lain dalam kantor akuntan dan
personel entitas tersebut. Contoh prosedur tersebut meliputi:

a. Me-review arsip korespondensi, kertas kerja, arsip permanen, laporan


keuangan, dan laporan auditor tahun lalu.
b. Membahas masalah-masalah yang berdampak terhadap audit dengan personel
kantor akuntan yang bertanggung jawab atas jasa nonaudit bagi entitas.
c. Meminta keterangan tentang perkembangan bisnis saat ini yang berdampak
terhadap entitas.
d. Membaca laporan keuangan interim tahun berjalan.
e. Membahas tipe, lingkup, dan waktu audit dengan manajemen, dewan
komisaris, atau komite audit.
f. Mempertimbangkan dampak diterapkannya pernyataan standar akuntansi dan
standar auditing yang ditetapkan Institut Akuntan Publik Indonesia, terutama
yang baru.
g. Mengkoordinasi bantuan dari personel entitas dalam penyiapan data.
h. Menentukan luasnya keterlibatan, jika ada, konsultan, spesialis, dan auditor
intern.
i. Membuat jadwal pekerjaan audit.
j. Menentukan dan mengoordinasi kebutuhan staf audit.
k. Melaksanaan diskusi dengan pihak pemberi tugas untuk memperoleh
tambahan informasi tentang tujuan audit yang akan dilaksanakan sehingga
auditor dapat mengantisipasi dan memberikan perhatian terhadap hal-hal
yang berkaitan yang dipandang perlu.

Auditor dapat membuat memorandum yang menetapkan rencana audit awal,


terutama untuk entitas yang besar dan kompleks.

05 Dalam perencanaan auditnya, auditor harus mempertimbangkan sifat,


lingkup, dan saat pekerjaan yang harus dilaksanakan dan harus membuat suatu
program audit secara tertulis (atau satu set program audit tertulis) untuk setiap
audit. Program audit harus menggariskan dengan rinci prosedur audit yang
menurut keyakinan auditor diperlukan untuk mencapai tujuan audit. Bentuk
program audit dan tingkat kerinciannya sangat bervariasi sesuai dengan keadaan.
Dalam mengembangkan program audit, auditor harus diarahkan oleh hasil
pertimbangan dan prosedur perencanaan auditnya. Selama berlangsungnya audit,
perubahan kondisi dapat menyebabkan diperlukannya perubahan prosedur audit
yang telah direncanakan tersebut.

06 Auditor harus memperoleh pengetahuan tentang bisnis entitas untuk


merencanakan dan melaksanakan auditnya berdasarkan standar auditing yang
ditetapkan Institut Akuntan Publik Indonesia. Tingkat pengetahuannya harus
memungkinkan auditor untuk memahami peristiwa, transaksi, dan praktik yang
menurut pertimbangannya, kemungkinan mempunyai dampak terhadap laporan
keuangan. Tingkat pengetahuan yang umumnya dimiliki oleh manajemen tentang
pengelolaan bisnis entitas jauh lebih banyak dibandingkan dengan pengetahuan
mengenai hal yang sama yang diperoleh auditor dari pelaksanaan auditnya.
Pengetahuan tentang bisnis entitas membantu auditor dalam:

a. Mengidentifikasi bidang yang memerlukan pertimbangan khusus.


b. Menilai kondisi yang didalamnya data akuntansi dihasilkan, diolah, di-review,
dan dikumpulkan dalam organisasi.
c. Menilai kewajaran estimasi, seperti penilaian atas persediaan, depresiasi,
penyisihan kerugian piutang, persentase penyelesaian kontrak jangka panjang.
d. Menilai kewajaran representasi manajemen.
e. Mempertimbangkan kesesuaian prinsip akuntansi yang diterapkan dan
kecukupan pengungkapannya.

07 Auditor harus memperoleh pengetahuan mengenai hal-hal yang


berkaitan dengan sifat bisnis entitas, organisasinya, dan karakteristik operasinya.
Hal tersebut mencakup, sebagai contoh, tipe bisnis, tipe produk dan jasa, struktur
modal, pihak yang mempunyai hubungan istimewa, lokasi, dan metode produksi,
distribusi, serta kompensasi. Auditor juga harus mempertimbangkan hal-hal yang
memengaruhi industri tempat operasi entitas, seperti kondisi ekonomi, peraturan
pemerintah, serta perubahan teknologi yang berpengaruh terhadap auditnya. Hal
lain yang harus dipertimbangkan oleh auditor adalah praktik akuntansi yang
umum berlaku dalam industri, kondisi persaingan, dan jika tersedia, tren keuangan
dan rasio keuangan.

08 Pengetahuan mengenai bisnis entitas biasanya diperoleh auditor melalui


pengalamannya dengan entitas atau industrinya serta dari permintaan keterangan
kepada personel perusahaan. Kertas kerja audit dari tahun sebelumnya dapat berisi
informasi yang bermanfaat mengenai sifat bisnis, struktur organisasi, dan
karakteristik operasi, serta transaksi yang memerlukan pertimbangan khusus.
Sumber lain yang dapat digunakan oleh auditor adalah publikasi yang dikeluarkan
oleh industri, laporan keuangan entitas lain dalam industri, buku teks, majalah,
dan perorangan yang memiliki pengetahuan mengenai industri.
09 Auditor harus mempertimbangkan metode yang digunakan oleh entitas
untuk mengolah informasi dalam perencanaan audit karena metode tersebut
mempunyai pengaruh terhadap desain pengendalian intern. Luasnya penggunaan
komputer dalam pengolahan sebagian besar data akuntansi dan kompleksnya
pengolahannya mempengaruhi pula sifat, saat, dan luasnya prosedur audit yang
digunakan oleh auditor. Oleh karena itu, dalam menilai dampak luasnya
penggunaan komputer terhadap audit laporan keuangan, auditor harus
mempertimbangkan hal-hal berikut ini:
a. Luasnya penggunaan komputer dalam setiap aplikasi akuntansi.
b. Kompleksitas operasi komputer entitas, termasuk penggunaan jasa perusahaan
pengolahan data dengan komputer dari luar.
c. Struktur organisasi kegiatan pengolahan data dengan komputer.
d. Tersedianya data. Dokumen yang digunakan untuk memasukkan informasi ke
dalam komputer untuk diolah, arsip komputer tertentu, dan bukti audit lain
yang diperlukan oleh auditor kemungkinan hanya ada dalam periode yang
pendek atau hanya dalam bentuk yang dapat dibaca dengan komputer. Dalam
beberapa sistem komputer, dokumen masukan seringkali tidak ada sama sekali
karena informasi secara langsung dimasukkan ke dalam sistem. Kebijakan
penyimpanan data yang dibuat oleh entitas mungkin mengharuskan auditor
untuk meminta dilakukannya penyimpanan informasi untuk keperluan review
atau untuk melaksanakan prosedur audit pada saat informasi tersebut tersedia.
Sebagai tambahan, informasi tertentu yang dihasilkan oleh komputer untuk
keperluan intern manajemen kemungkinan bermanfaat dalam pelaksanaan
pengujian substantif (terutama untuk prosedur analitik).
e. Penggunaan teknik audit berbantuan komputer (TABK) dapat meningkatkan
efisiensi pelaksanaan prosedur audit. Penggunaan teknik ini juga menyediakan
kesempatan bagi auditor untuk menerapkan prosedur audit tertentu terhadap
keseluruhan populasi akun atau transaksi. Sebagai tambahan, dalam
menganalisis data tertentu atau menguji prosedur pengendalian khusus tanpa
bantuan komputer. Lihat panduan mengenai TABK ini dalam SA Seksi 327
[PSAK No. 59] Teknik Audit Berbantuan Komputer.
10 Auditor harus mempertimbangkan apakah keahlian khusus diperlukan
untuk mempertimbangkan dampak pengolahan komputer terhadap auditnya, untuk
memahami pengendalian intern, kebijakan dan prosedur, atau untuk merancang
dan melaksanakan prosedur audit. Jika keahlian khusus diperlukan, auditor harus
mencari asisten atau tenaga ahli yang memiliki keahlian tersebut, yang mungkin
berasal dari staf kantor akuntannya atau dari ahli luar. Jika penggunaan jasa
tenaga ahli tersebut direncanakan, auditor harus memiliki pengetahuan memadai
yang bersangkutan dengan komputer untuk mengkomunikasikan tujuan pekerjaan
ahli lain tersebut; untuk mengevaluasi apakah hasil prosedur yang telah ditentukan
tersebut dapat mencapai tujuan auditor; dan untuk mengevaluasi hasil prosedur
audit yang diterapkan yang berkaitan dengan sifat, saat, dan lingkup prosedur
audit lain yang direncanakan. Tanggung jawab auditor atas penggunaan ahli
komputer tersebut sama dengan tanggung jawab auditor atas penggunaan ahli
komputer tersebut sama dengan tanggung jawabnya atas penggunaan asisten.
Lihat SA Seksi 355 [PSA No. 57] Auditing dalam Lingkungan Sistem Informasi
Komputer dan SA Seksi 314 [PSAK No. 60] Penentuan Risiko dan Pengendalian
Intern – Pertimbangan dan Karakteristik Sistem Informasi Komputer.
SUPERVISI
11 Supervisi mencakup pengarahan usaha asisten dalam mencapai tujuan
audit dan penentuan apakah tujuan tersebut tercapai. Unsur supervisi adalah
memberikan instruksi kepada asisten, tetap menjaga penyampaian informasi
masalah-masalah penting yang dijumpai dalam audit, me-review pekerjaan yang
dilaksanakan, dan menyelesaikan perbedaan pendapat di antara staf audit kantor
akuntan. Luasnya supervisi memadai dalam suatu keadaan tergantung atas banyak
faktor, termasuk kompleksitas masalah dan kualifikasi orang yang melaksanakan
audit.
12 Para asisten harus diberitahu tanggung jawab mereka dan tujuan
prosedur yang mereka laksanakan. Mereka harus diberitahu hal-hal yang
kemungkinan berpengaruh terhadap sifat, lingkup, dan saat prosedur yang harus
dilaksanakan, seperti sifat bisnis entitas yang bersangkutan dengan penugasan dan
masalah-masalah akuntansi dan audit. Auditor yang bertanggung jawab akhir
untuk setiap audit harus mengarahkan asisten untuk mengemukakan pertanyaan
akuntansi dan auditing signifikan yang muncul dalam audit, sehingga auditor
dapat menetapkan seberapa signifikan masalah tersebut.
13 Pekerjaan yang dilaksanakan oleh asisten harus di-review untuk
menentukan apakah pekerjaan tersebut telah dilaksanakan secara memadai dan
auditor harus menilainya apakah hasilnya sejalan dengan kesimpulan yang
disajikan dalam laporan auditor.
14 Auditor yang bertanggung jawab akhir mengenai auditnya dan
asistennya harus menyadari prosedur yang harus diikuti jika terdapat perbedaan
pendapat mengenai masalah akuntansi dan auditing di antara personel kantor
akuntan publik yang terlibat dalam audit. Prosedur tersebut harus memungkinkan
asisten mendokumentasikan ketidaksetujuan di antara mereka dan kesimpulan
yang diambil jika, setelah konsultasi memadai, ia berkeyakinan bahwa perlu
baginya untuk tidak sependapat dengan penyelesaian masalah tersebut. Dalam hal
ini, dasar penyelesaian akhir masalah harus juga didokumentasikan.
TANGGAL BERLAKU EFEKTIF
15 Seksi ini berlaku efektif tanggal 1 Agustus 2001. Penerapan lebih awal
dari tanggal efektif berlakunya aturan dalam Seksi ini diizinkan. Masa transisi
ditetapkan mulai dari 1 Agustus 2001 sampai dengan 31 Desember 2001. Dalam
masa transisi tersebut berlaku Standar Profesional Akuntan Publik per 1 Agustus
1994 dan Standar Profesional Akuntan Publik per 1 Januari 2001. Setelah tanggal
31 Desember 2001, hanya ketentuan dalam Seksi ini yang berlaku.

Anda mungkin juga menyukai