Anda di halaman 1dari 20

ETIKA BISNIS

Mata Kuliah Enterpreneurship

Penyusun :
Diah Damayanti 21110009
Putri Rachmah Aulia 21110013
Vira Fharadillah 21110012

Dosen Pengampu :
Pebrisa Amrina, S.Pd.I, M.Pd
NIDN.

PRODI ILMU HADIS


FAKULTAS USHULUDDIN
INSTITUT DAARUL QUR’AN
2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang
kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Enterperneurship
dengan judul “Etika Bisnis”.
Penyusunan makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, maka dari itu kami
mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu. Kami menyadari
penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu kami mengharapkan
saran dan kritik dari pembaca.
            Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Jakarta, 8 Mei 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar i
BAB I PENDAHULUAN ii
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Pembuatan Makalah 2
BAB II PEMBAHASAN 3
A. Pengertian Etika Bisnis dan Etika Bisnis Islam 3
B. Tiga pendekatan etika bisnis 4
C. Sasaran dan ruang lingkup etika bisnis 4
D. Prinsip Etika Bisnis 4
E. Hal-hal Yang Harus Diketahui Dalam Menciptakan Etika Bisnis 5
F. Peran Etika Bisnis 6
G. Manfaat Menerapkan Etika Bisnis di Perusahaan 6
H. Etika Bisnis dalam Kehidupan Bisnis 6
I. Pelanggaran Etika Bisnis 8
J. Kendala-kendala Dalam Pencapaian Tujuan Etika Bisnis 9
K. Etika Bisnis Dalam Perusahaan 10
BAB III PENUTUP 11
A. Kesimpulan 11
B. Saran 12
DAFTAR PUSTAKA 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di era menuju G20 dan salah satu cara untuk menghadapi MEA (Masyarakat
Ekonomi ASEAN) adalah dengan melakukan bisnis. Maka sekarang ini bisnis sangat
berkembang pesat di era ini, banyak orang melakukan bisnis di dalam berbagai bidang.
Bisnis tidak hanya digeluti oleh para profesional saat ini banyak pebisnis muda yang ikut
bersaing di dalam dunia bisnis.
Dengan adanya para pebisnis baru di era ini, maka suatu hal penting bagi para
pebisnis untuk mengetahui tentang Etika Bisnis. Tidak hanya mengetahui dan memahami
tapi juga diperlukan adanya suatu Penerapan pada bisnisnya. Dengan begitu, para
pebisnis tidak hanya berpacu pada profit oriented tapi juga memperhatikan Etika dalam
berbisnis, sehingga bisnis yang dijalankan dapat berjalan dengan baik.
Akan tetapi, tidak semudah itu di dalam Penerapan Etika Bisnis di Indonesia karena
ada sebuah paradigma klasik yang menyatakan bahwa ilmu ekonomi adalah bebas nilai
(value free) yang maksudnya Etika bisnis hanyalah mempersempit ruang gerak
keuntungan ekonomis. Padahal, prinsi pekonomi, menurut mereka adalah mencari
keuntungan yang sebesar-besarnya.
Pada tahun 1990-an Paul Ormerof, seorang ekonom kritis Inggris menerbitkan
bukunya yang amat menghebohkan “The Death of Economics" , Ilmu Ekonomi sudah
menemui ajalnya. (Ormerof,1994). Tidak sedikit pula pakar ekonomi telah menyadari
makin tipisnya kesadaran moral dalam kehidupan ekonomi dan bisnis modern.
Amitas Etzioni menghasilkan karya; The Moral dimension: Toward a New
Economics (1988). Berbagai buku etika bisnis dan dimensi moral dalam ilmu ekonomi
semakin banyak bermunculan. Contoh kecil kesadaran itu terlihat pada sikap para pakar
ekonomi kapitalis Barat yang telah merasakan implikasi keburukan strategi spekulasi
yang amat riskan mengusulkan untuk membuat kebijakan dalam memerangi spekulasi.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian etika bisnis dan etika bisnis Islam
2. Tiga pendekatan etika bisnis
3. Sasaran dan ruang lingkup etika bisnis
4. Prinsip Etika Bisnis

1
5. Hal-hal Yang Harus Diketahui Dalam Menciptakan Etika Bisnis
6. Peran Etika Bisnis
7. Manfaat Menerapkan Etika Bisnis di Perusahaan
8. Etika Bisnis dalam Kehidupan Bisnis
9. Pelanggaran Etika Bisnis
10. Kendala-kendala Dalam Pencapaian Tujuan Etika Bisnis
11. Etika Bisnis Dalam Perusahaan

C. Tujuan Pembuatan Makalah


1. Mengetahui pengertian etika bisnis dan etika bisnis Islam
2. Mengetahui tiga pendekatan etika bisnis
3. Mengetahui sasaran dan ruang lingkup etika bisnis
4. Mengetahui prinsip etika bisnis
5. Mengetahui hal-hal yang harus diketahui dalam menciptakan etika bisnis
6. Mengetahui peran etika bisnis
7. Mengetahui manfaat menerapkan etika bisnis di perusahaan
8. Mengetahui etika bisnis dalam kehidupan bisnis
9. Mengetahui pelanggaran etika bisnis
10. Mengetahui kendala-kendala dalam pencapaian tujuan etika bisnis
11. Mengetahui etika bisnis dalam perusahaan

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Etika Bisnis dan Etika Bisnis Islam


Etika bisnis adalah cara-cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup
seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan, industri dan juga masyarakat.
Kesemuanya ini mencakup bagaimana kita menjalankan bisnis secara adil, sesuai dengan
hukum yang berlaku, dan tidak tergantung pada kedudukan individu ataupun perusahaan
di masyarakat. Etika bisnis juga merupakan studi yang dikhususkan mengenai moral
yang benar dansalah. Studi ini berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana
diterapkan dalam kebijakan, institusi, dan perilaku bisnis. Etika bisnis merupakan studi
standar formal dan bagaimana standar itu diterapkan ke dalam sistem dan organisasi
yang digunakan masyarakat modern untuk memproduksi dan mendistribusikan barang
dan jasa dan diterapkan kepada orang-orang yang ada di dalam organisasi.
Etika bisnis lebih luas dari ketentuan yang diatur oleh hukum, bahkan merupakan
standar yang lebih tinggi dibandingkan standar minimal ketentuan hukum, karena dalam
kegiatan bisnis sering kali kita temukan wilayah abu-abu yang tidak diatur oleh
ketentuan hukum.
Etika bisnis dalam pandangan agama Islam yaitu memiliki etika yang senantiasa
memelihara kejernihan aturan agama (Syariat) yang jauh dari keserakahan dan egoisme.
Ketika etika-etika ini di implikasikan secara baik dalam setiap kegiatan usaha (bisnis)
maka usaha-usaha yang dijalankan tersebut menjadi jalan yang membentuk sebuah
masyarakat yang makmur dan sejahtera. Islam juga memandang tentang etika yakni
langkah penting pertama dalam menentukan kaidah-kaidah perilaku ekonomi dalam
masyarakat Islam. Pandangan Islam mengenai proses kehidupan tampak unik karena
bukan saja perhatian utamanya pada norma-norma etika, melainkan juga karena
kelengkapannya (Raharjo, 1991).
Dalam bisnis, Islam memberikan pedoman berupa norma-norma atau etika untuk
menjalankan bisnis agar pelaku bisnis benar-benar konsisten dan memiliki rasa tanggung
jawab (responsibility) yang tinggi. Maka dengan adanya norma-norma atau etika
spiritual yang tinggi, iman dan akhlak yang mulia, merupakan kekayaan yang tidak habis
dan sebagai pusaka yang tidak akan pernah sirna (Qardhawi, 1997). Dalam bisnis tidak
boleh lepas dari nilai-nilai ke-Islaman (khususnya bagi seorang muslim) yang telah

3
tertuang dalam hukum perdata Islam dan selalu menjunjung tinggi etika bisnis (Nawawi,
2009).

3
B. Tiga Pendekatan Etika Bisnis
Von der Embse dan R.A. Wagley dalam artikelnya di Advance Management Journal
(1988), memberikan tiga pendekatan dasar dalam merumuskan tingkah laku etika bisnis,
yaitu :
1. Utilitarian Approach : setiap tindakan harus didasarkan pada konsekuensinya. Oleh
karena itu, dalam bertindak seseorang seharusnya mengikuti cara-cara yang dapat
memberi manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat, dengan cara yang tidak
membahayakan dan dengan biaya serendah-rendahnya.
2. Individual Rights Approach : setiap orang dalam tindakan dan kelakuannya memiliki
hak dasar yang harus dihormati. Namun tindakan ataupun tingkah laku tersebut
harus dihindari apabila diperkirakan akan menyebabkan terjadi benturan dengan hak
orang lain.
3. Juctice Approach : para pembuat keputusan mempunyai kedudukan yang sama dan
bertindak adil dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan baik secara
perseorangan ataupun secara kelompok.

C. Sasaran dan Ruang Lingkup Etika Bisnis


Setelah melihat penting dan sangat diperlukanya etika bisnis, ada baiknya jika kita
tinjau lebih lanjut  apa saja sasaran dan lingkup etika bisnis itu. Sampai saat ini ada tiga
sasaran dan ruang lingkup pokok yang harus diperhatikan supaya tujuan dari etika bisnis
bisa tercapai, yaitu:
1. Etika bisnis bertujuan untuk menghimbau pelaku bisnis agar menjalankan bisnisnya
secara baik dan etis.
2. Untuk menyadarkan masyarakat khususnya konsumen, buruh atau karyawan dan
masyarakat luas akan hak dan kepentingan mereka yang tidak boleh dilanggar oleh
praktek bisnis siapapun juga.
3. Etika bisnis juga berbicara mengenai sistem ekonomi yang sangat menentukan etis
tidaknya suatu praktek bisnis.

D. Prinsip Etika Bisnis


Pada dasarnya, setiap pelaksanaan bisnis seyogyanya harus menyelaraskan proses
bisnis tersebut dengan etika bisnis yang telah disepakati secara umum dalam lingkungan
tersebut. Sebenarnya terdapat beberapa prinsip etika bisnis yang dapat dijadikan
pedoman

4
bagi setiap bentuk usaha. Sonny Keraf (1998) menjelaskan bahwa prinsip etika bisnis
adalah sebagai berikut :
1. Prinsip Otonomi yaitu sikap dan kemampuan manusia untuk mengambil keputusan
dan bertindak berdasarkan kesadarannya tentang apa yang dianggapnya baik untuk
dilakukan.
2. Prinsip Kejujuran terdapat tiga lingkup kegiatan bisnis yang bisa ditunjukkan secara
jelas bahwa bisnis tidak akan bisa bertahan lama dan berhasil kalau tidak didasarkan
atas kejujuran. Pertama, jujur dalam pemenuhan syarat-syarat perjanjian dan
kontrak. Kedua, kejujuran dalam penawaran barang atau jasa dengan mutu dan harga
yang sebanding. Ketiga, jujur dalam hubungan kerja intern dalam suatu perusahaan.
3. Prinsip Keadilan menuntut agar setiap orang diperlakukan secara sama sesuai
dengan aturan yang adil dan sesuai kriteria yang rasional obyektif, serta dapat
dipertanggung jawabkan.
4. Prinsip Saling Menguntungkan (Mutual Benefit Principle); menuntut agar bisnis
dijalankan sedemikian rupa sehingga menguntungkan semua pihak.
5. Prinsip Integritas Moral; terutama dihayati sebagai tuntutan internal dalam diri
pelaku bisnis atau perusahaan, agar perlu menjalankan bisnis dengan tetap menjaga
nama baik pimpinan atau orang-orangnya maupun perusahaannya.

E. Hal-hal Yang Harus Diketahui Dalam Menciptakan Etika Bisnis


1. Menuangkan ke dalam Hukum Positif
Perlunya sebagian etika bisnis dituangkan dalam suatu hukum positif yang
menjadi Peraturan Perundang-Undangan dimaksudkan untuk menjamin kepastian
hukum dari etika bisnis tersebut, seperti "proteksi" terhadap pengusaha lemah.
2. Mampu Menyatakan yang Benar
Benar Kalau pelaku bisnis itu memang tidak wajar untuk menerima kredit
(sebagai contoh) karena persyaratan tidak bisa dipenuhi dan jangan memaksa diri
untuk mengadakan "kolusi" serta memberikan "komisi" kepada pihak yang terkait.
3. Pengembangan Tanggung Jawab Sosial (Social Responsibility)
Pelaku bisnis disini dituntut untuk peduli dengan keadaan masyarakat, bukan
hanya dalam bentuk "uang" dengan jalan memberikan sumbangan, melainkan lebih
kompleks lagi.

5
4. Memelihara Kesepakatan
Memelihara kesepakatan atau menumbuhkembangkan kesadaran dan rasa
memiliki terhadap apa yang telah disepakati adalah salah satu usaha menciptakan
etika bisnis.

F. Peran Etika Bisnis


Etika bisnis perusahaan memiliki peran yang sangat penting, yaitu untuk membentuk
suatu perusahaan yang kokoh dan memiliki daya saing yang tinggi serta mempunyai
kemampuan menciptakan nilai (value-creation) yang tinggi, di mana diperlukan suatu
landasan yang kokoh untuk mencapai itu semua. Dan biasanya dimulai dari perencanaan
strategis, organisasi yang baik, sistem prosedur yang transparan didukung oleh budaya
perusahaan yang andal serta etika perusahaan yang dilaksanakan secara konsisten dan
konsekuen.

G. Manfaat Menerapkan Etika Bisnis Di perusahaan


1. Perusahaan mendapatkan kepercayaan dari konsumen. Perusahaan yang jujur akan
menciptakan konsumen yang loyal. Bahkan konsumen akan merekomendasikan
kepada orang lain untuk menggunakan produk tersebut.
2. Citra perusahaan di mata konsumen baik. Dengan citra yang baik maka perusahaan
akan lebih dikenal oleh masyarakat dan produknya pun dapat mengalami
peningkatan penjualan
3. Meningkatkan motivasi pekerja.
4. Karyawan akan bekerja dengan giat apabila perusahaan tersebut memiliki citra yang
baik dimata perusahaan.
5. Keuntungan perusahaan dapat diperoleh. Etika adalah berkenaan dengan bagaimana
kita hidup pada saat ini dan mempersiapkan diri untuk masa depan. Bisnis yang
tidak punya rencana untuk menghasilkan keuntungan bukanlah perusahaan yang
beretik.

H. Etika Bisnis Dalam Kehidupan Bisnis


Mempraktikkan bisnis dengan etika berarti mempraktikkan tata cara bisnis yang
sopan dan santun sehingga kehidupan bisnis menyenangkan karena saling menghormati.
Etika berbisnis diterapkan pada sikap kehidupan berkantor, sikap menghadapi rekan-

6
rekan bisnis, dan sikap di mana kita tergabung dalam organisasi. Itu berupa senyum —
sebagai

6
apresiasi yang tulus dan terima kasih, tidak menyalah-gunakan kedudukan, kekayaan,
tidak lekas tersinggung, kontrol diri, toleran, dan tidak memotong pembicaraan orang
lain.
Dengan kata lain, etika bisnis itu memelihara suasana yang menyenangkan,
menimbulkan rasa saling menghargai, meningkatkan efisiensi kerja, dan meningkatkan
citra pribadi dan perusahaan. Berbisnis dengan etika bisnis adalah menerapkan aturan-
aturan umum mengenai etika pada perilaku bisnis. Etika bisnis menyangkut moral,
kontak sosial, hak-hak dan kewajiban, prinsip-prinsip dan aturan-aturan.
Jika aturan secara umum mengenai etika mengatakan bahwa berlaku tidak jujur
adalah tidak bermoral dan beretika, maka setiap insan bisnis yang tidak berlaku jujur
dengan pegawainya, pelanggan, kreditur, pemegang usaha maupun pesaing dan
masyarakat, maka ia dikatakan tidak etis dan tidak bermoral. Intinya adalah bagaimana
kita mengontrol diri kita sendiri untuk dapat menjalani bisnis dengan baik dengan cara
peka dan toleransi. Dengan kata lain, etika bisnis untuk mengontrol bisnis agar tidak
tamak.
Pelanggaran etika bisa terjadi di mana saja, termasuk dalam dunia bisnis. Untuk
meraih keuntungan, masih banyak perusahaan yang melakukan berbagai pelanggaran
moral. Praktik curang ini bukan hanya merugikan perusahaan lain, melainkan juga
masyarakat dan negara. Praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) tumbuh subur di
banyak perusahaan.
Ketika ekonomi Indonesia tumbuh pesat dalam sepuluh tahun terakhir, banyak
pendatang baru di bisnis. Ada pedagang yang menjadi bankir. Banyak juga pengusaha
yang sangat ekspansif di luar kemampuan. Mereka berlomba membangun usaha
konglomerasi yang keluar dari bisnis intinya tanpa disertai manajemen organisasi yang
baik. Akibatnya, pada saat ekonomi sulit banyak perusahaan yang bangkrut.
Pelanggaran etik bisnis di perusahaan memang banyak, tetapi upaya untuk
menegakkan etik perlu digalakkan. Misalkan, perusahaan tidak perlu berbuat curang
untuk meraih kemenangan. Hubungan yang tidak transparan dapat menimbulkan
hubungan istimewa atau kolusi dan memberikan peluang untuk korupsi.
Banyak perusahaan-perusahaan yang melakukan pelanggaran, terutama dalam kinerja
keuangan perusahaan karena tidak lagi membudayakan etika bisnis agar orientasi
strategik yang dipilih semakin baik. Sementara itu hampir 61.9% dari 21 perusahaan
makanan dan minuman yang terdaftar di BEJ tidak lengkap menyampaikan laporan
keuangannya (not avaliable).

7
Tingkat perhatian perusahaan terhadap perilaku etis juga sangat menentukan karena
dalam jangka panjang bila perusahaan tidak concern terhadap perilaku etis maka

7
kelangsungan hidupnya akan terganggu dan akan berdampak pula pada kinerja
keuangannya.
Hal ini terjadi akibat manajemen dan karyawan yang cenderung mencari keuntungan
semata sehingga terjadi penyimpangan norma-norma etis. Segala kompetensi,
keterampilan, keahlian, potensi, dan modal lainnya ditujukan sepenuhnya untuk
memenangkan kompetisi.

I. Pelanggaran Etika Bisnis


Akibat dari tidak tercapainya tujuan etika bisnis atau tidak bisa dijalankannya aturan-
aturan yang merupakan prinsip-prinsip dalam etika bisnis oleh sebuah perusahaan adalah
terjadinya pelanggaran etika.
Pelanggaran etika perusahaan terhadap pelanggannya di Indonesia merupakan
fenomena yang sudah sering terjadi. Contoh terakhir adalah pada kasus Ajinomoto.
Kehalalan Ajinomoto dipersoalkan Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada akhir
Desember 2000 setelah ditemukan bahwa pengembangan bakteri untuk proses fermentasi
tetes tebu (molase), mengandung bactosoytone (nutrisi untuk pertumbuhan bakteri), yang
merupakan hasil hidrolisa enzim kedelai terhadap biokatalisator porcine yang berasal
dari pankreas babi.
Kasus lainnya, terjadi pada produk minuman berenergi Kratingdeng yang sebagian
produknya diduga mengandung nikotin lebih dari batas yang diizinkan oleh Badan
Pengawas Obat dan Minuman. ”Oleh karena itu perilaku etis perlu dibudayakan melalui
proses internalisasi budaya secara top down agar perusahaan tetap survive dan dapat
meningkatkan kinerja keuangannya”.
Etika bisnis tidak akan dilanggar jika ada aturan dan sanksi. Kalau semua tingkah laku
salah dibiarkan, lama kelamaan akan menjadi kebiasaan. Oleh karena itu, bila ada yang
melanggar, seharusnya diberikan sanksi untuk memberi pelajaran kepada yang
bersangkutan. Upaya yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk menegakkan budaya
transparansi antara lain:
1. Penegakkan budaya berani bertanggung jawab atas segala tingkah lakunya. Individu
yang mempunyai kesalahan jangan bersembunyi di balik institusi. Untuk
menyatakan kebenaran kadang dianggap melawan arus, tetapi sekarang harus ada
keberanian baru untuk menyatakan pendapat.
2. Ukuran-ukuran yang dipakai untuk mengukur kinerja jelas. Bukan berdasarkan
kedekatan dengan atasan, melainkan kinerja.

8
3. Pengelolaan sumber daya manusia harus baik.
4. Visi dan misi perusahaan jelas yang mencerminkan tingkah laku organisasi.

J. Kendala-kendala Dalam Pencapaian Tujuan Etika Bisnis


Pencapaian tujuan etika bisnis di Indonesia masih berhadapan dengan beberapa
masalah dan kendala. Keraf (1993:81-83) menyebut beberapa kendala tersebut yaitu:
1. Standar moral para pelaku bisnis pada umumnya masih lemah.
Banyak di antara pelaku bisnis yang lebih suka menempuh jalan pintas, bahkan
menghalalkan segala cara untuk memperoleh keuntungan dengan mengabaikan etika
bisnis, seperti memalsukan campuran, timbangan, ukuran, menjual barang yang
kadaluwarsa, dan memanipulasi laporan keuangan.
2. Banyak perusahaan yang mengalami konflik kepentingan.
Konflik kepentingan ini muncul karena adanya ketidaksesuaian antara nilai
pribadi yang dianutnya atau antara peraturan yang berlaku dengan tujuan yang hendak
dicapainya, atau konflik antara nilai pribadi yang dianutnya dengan praktik bisnis
yang dilakukan oleh sebagian besar perusahaan lainnya, atau antara kepentingan
perusahaan dengan kepentingan masyarakat. Orang-orang yang kurang teguh standar
moralnya bisa jadi akan gagal karena mereka mengejar tujuan dengan mengabaikan
peraturan.
3. Situasi politik dan ekonomi yang belum stabil.
Hal ini diperkeruh oleh banyaknya sandiwara politik yang dimainkan oleh para
elit politik, yang di satu sisi membingungkan masyarakat luas dan di sisi lainnya
memberi kesempatan bagi pihak yang mencari dukungan elit politik guna
keberhasilan usaha bisnisnya. Situasi ekonomi yang buruk tidak jarang menimbulkan
spekulasi untuk memanfaatkan peluang guna memperoleh keuntungan tanpa
menghiraukan akibatnya.
4. Lemahnya penegakan hukum.
Banyak orang yang sudah divonis bersalah di pengadilan bisa bebas berkeliaran
dan tetap memangku jabatannya di pemerintahan. Kondisi ini mempersulit upaya
untuk memotivasi pelaku bisnis menegakkan norma-norma etika.
5. Belum ada organisasi profesi bisnis dan manajemen untuk menegakkan kode etik
bisnis dan manajemen.
Organisasi seperti KADIN beserta asosiasi perusahaan di bawahnya belum secara
khusus menangani penyusunan dan penegakkan kode etik bisnis dan manajemen.

9
9
K. Etika Bisnis Dalam Perusahaan
Sekarang kalangan bisnis sudah memiliki kesadaran akan pentingnya Etika Bisnis
dalam operasi bisnis. Bahkan dalam perkembangannya Etika Bisnis tidak lagi menjadi
beban yang terpaksa harus dilaksanakan perusahaan melainkan sudah menjadi salah satu
strategi pengembangan perusahaan. Karena Tujuan perusahaan dapat didefinisikan
sebagai upaya untuk “memaksimumkan kesejahteraan si pemilik dalam rentang waktu
jangka panjang melalui aktivitas penjualan barang dan/atau jasa. Contoh nyata akan
manfaat etika bisnis sebagai strategi pengembangan perusahaan misalnya Company
Social Responsibility dianggap dapat memberikan keuntungan pada perusahaan dalam
bentuk profitabilitas, kinerja financial yang lebih kokoh, menurunkan resiko bentrok
dengan lingkungan sekitar, meningkatkan reputasi perusahaan, dll.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Etika bisnis merupakan cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup
seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan dan juga masyarakat. Etika
Bisnis dalam suatu perusahaan dapat membentuk nilai, norma dan perilaku karyawan
serta pimpinan dalam membangun hubungan yang adil dan sehat dengan pelanggan/mitra
kerja, pemegang saham, masyarakat.
Di dalam persaingan dunia usaha yang sangat ketat ini, etika bisnis merupakan sebuah
harga mati, yang tidak dapat ditawar lagi. Dalam zaman keterbukaan dan luasnya
informasi saat ini, baik-buruknya sebuah dunia usaha dapat tersebar dengan cepat dan
luas. Memposisikan karyawan, konsumen, pemasok, pemodal dan masyarakat umum
secara etis dan jujur adalah satu-satunya cara supaya dapat bertahan di dalam dunia
bisnis saat ini. ketatnya persaingan bisnis menyebabkan beberapa pelaku bisnisnya
kurang memperhatikan etika dalam bisnis.
Etika bisnis mempengaruhi tingkat kepercayaan dari masing-masing elemen dalam
lingkaran bisnis. Pemasok (supplier), perusahaan, dan konsumen, adalah elemen yang
saling mempengaruhi. Masing-masing elemen tersebut harus menjaga etika, sehingga
kepercayaan yang menjadi prinsip kerja dapat terjaga dengan baik.
Etika berbisnis ini bisa dilakukan dalam segala aspek. Saling menjaga kepercayaan
dalam kerja sama akan berpengaruh besar terhadap reputasi perusahaan tersebut, baik
dalam lingkup mikro maupun makro. Tentunya ini tidak akan memberikan keuntungan
segera, namun ini adalah wujud investasi jangka panjang bagi seluruh elemen dalam
lingkaran bisnis. Oleh karena itu, etika dalam berbisnis sangatlah penting.

B. Saran
Sebagai mahasiswa yang sudah mengetahui dan memahami keilmuan tentang etika
bisnis hendaknya kelak dikemudian hari ketika merintis dan menjalankan suatu bisnis
dapat menerapkan konsep etika bisnis yang sesungguhnya untuk menunjang nilai lebih
dari keilmuan yang diperoleh dan dapat mengamalkan secara langsung keilmuan yang
dimiliki.
Untuk para pelaku bisnis seharusnya dapat lebih bijak dalam menjalankan bisnisnya
dengan menerapkan etika bisnis yang baik dan benar agar tidak merugikan pihak lain

11
hanya dikarenakan ketamakan diri yang mengejar keuntungan tanpa memperhatikan baik
buruknya keputusan yang di ambil dalam menyikapi suatu permasalahan yang ada dalam
bisnisnya.
Sebagai pemerintah Indonesia juga hendaknya mampu mengontrol setiap pelaku
bisnis agar mampu menerapkan etika bisnis dalam menjalankan usaha agar angka
ketidaketisan pelaku bisnis dapat menurun sehingga tidak ada lagi ketidaketisan bisnis.

12
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Wastam Wahyu. 2020. Pengantar Kewirausahaan Teori dan Aplikasi. Jawa
Tengah : CV. Pena Persada.

Said, Laila Refiana. 2020. Buku Ajar Etika Bisnis. Klaten : Lakeisha.

Hermawan, Sigit dan Hanun, Nur Ravita. 2020. Etika Bisnis dan Profesi. Sidoarjo :
Indomedia Pustaka.

Maharani, Vindi Nur. 2017. Etika Bisnis. Jawa Timur.

Sari, Rindah Tiara. Etika Bisnis.

13

Anda mungkin juga menyukai