Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah
SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya kami mampu menyelesaikan tugas makalah ini guna
memenuhi tugas mata kuliah Ulumul Hadis

Dalam penyusunan tugas atau makalah ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun
penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan,
dorongan, dan bimbingan Bpk. Khoirul Anwar S.Ag, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah
Ulumul Hadis di Fakultas Agama Islam di UNISSULA, sehingga kendala-kendala yang kami hadapi
teratasi.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran
kepada pembaca. Kami sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna.
Untuk itu, kepada dosen pembimbing saya meminta masukannya demi perbaikan penyusunan
makalah kami di masa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.

Semarang, 11 Juni 2015

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

2. Rumusan Masalah

3. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

1. Pengertian Madzhab

2. Riwayat Imam Malik bin Anas

3. Perjalanan Hidup Imam Malik

4. Sifat dan Budi Pekerti Imam Malik

5. Murid-murid Imam Malik

6. Pendapat-pendapat orang terhadap Imam Malik.

7. Karya Imam Malik

BAB III PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Pada masa sekarang ini umat islam dalam melakukan amaliah ibadah khususnya pada masalah furu
sering terjadi perbedaan, baik itu sedikit ataupun banyak, baik tidak begitu kelihatan maupun yang
jelas kelihatan, hal ini sangat berpengaruh dengan kehidupan masyarakat islam khususnya orang
awam yang belum begitu mengerti dengan permasalahan ini. Sehingga sering terjadi perselisihan
antara mereka dan menganggap bahwa pendapat mereka paling benar.

Dari begitu banyaknya para imam fikih yang menjadi pedoman bagi para ulama fikih dalam metode
penetapan hukum, disini kami membahas salah satu ulama fikih yaitu Imam Malik yang dimana
dalam metode penetapan hukum islam banyak diikuti oleh ulama fikih baik pada masa Imam Malik
masih hidup maupun ulama fikih sekarang, dari metode penetapan hukum ataupun pendapatnya,
hal ini dikarenakan beliau dikenal dengn ahlul hadis dan ulama fikih terkemuka pada jamannya dan
kehati-hatian dalam memutuskan suatu persoalan hukum.

Untuk itu, walaupun sering terjadi perbedaan dalam pendapat baik dulu maupun sekarang, hal itu
jangan menjadi salah satu sebab perpecahan umat islam akan tetapi menjadi suatu khazanah
keilmuan islam, Rasul berkata “ perbedaan pendapat dalam umatku adalah rahmat”

Al- Muwatta’ merupakan salah satu kitab yang sering di gunakan untuk merujuk hukum-hukum islam
terutama dalam bidang fikih. Al-Muwata’ merupakan salah sati kitab yang paling momental pada
abad pertama setelah generasi tabi’in. Bahkan imam syafi’i pernah mengatakan bahwasanya di
dunia ini tidak ada kitab yang paling sahhih setelah al-qur’an kecuali kiatab ini. Untuk mengetahui
bagaimana lebih jelasnya mengenai kitab ini dan pengarangnya untuk itu saya disini mencoba untuk
membahasnya.

2. Rumusan Masalah

Siapakah Imam Malik itu?

Bagaimana perjalanan hidup Imam Malik?

Bagaimana sifat atau budi pekerti Imam Malik ?

Siapa saja murid-murid beliau ?

Bagaimana pendapat orang terhadap Imam Manlik ?.

3. Tujuan

1. Untuk mengetahui siapakah Imam Malik.

2. Unutk mengetahui perjalanan hidup Imam Malik

3. Untuk mengerttahui sifat atau budi pekerti Imam Malik.

4. Untuk mengetahui siapa saja murid-murid beliau.

5. Untuk mengetahui pendapat orang terhadap Imam Malik.


BAB II PEMBAHASAN

1. Pengertian Madzhab

Secara bahasa kata madzhab memiliki dua pengertian, yang pertama kata madzhab berasal
dari kata : ‫ متى‬,‫ مضى‬,‫ومذهبا (سار‬-‫ذهبا‬-‫يذهب‬-‫ ذهب‬yang berarti telah berjalan, telah berlalu, telah mati,
sedangkan pengertian yang kedua, yaitu : mempunyai arti sesuatu yang diikuti dalam berbagai
masalah disebabkan adanya pemikiran, oleh karena itu bisa berarti ia mengikuti madzhab.

Sedangkan secara istilah menurut para ahli fikih, adalah sebagai berikut :

1. Wahbah az-Zuhaili, memberi batasan “madzhab” sebagai segala hukum yang mengandung
berbagai masalah, baik dilihat dari aspek metode yang mengantarkan pada kehidupan secara
keseluruhan maupun aspek hukumnya sebagai pedoman hidup.

2. Qadri Azizy, medefinisikan “madzhab” dengan mengikuti madzhab tertentu dalam pengambilan
hukum islam menuju pengembangan madzhab.

3. Moenawar Cholil, mendefinisikan “madzhab” dengan mengikuti sesuatu yang dipercaya.


Batasan lain dalam madzhab adalah dasar pemikiran yang diturut karena telah dipercayai.

Dari pengertian diatas sudah jelas bahwa pengertian madzhab itu sendiri secara umum adalah
mengikuti pendapat atau cara penetapan hukum para ulama madzhab, yang mungkin tidak menutup
kemungkinan antara ulama yang mengikuti cara penetapan hukum salah satu pendapat ulama
madzhab berbeda, karena melihat dari situasi, kondisi dan dari segi mana seorang ulama tersebut,
dalam melihat suatu persoalan hukum.

Karena yang dibahas dalam makalah ini adalah salah satu ulama madzhab yaitu Imam Malik, jadi
yang dibahas disini adalah biografi, pendapat, cara penetapan hukum, pemikiran Imam Malik,
beserta sesuatu yang berhubungan dengannya.

2. Riwayat Imam Malik bin Anas

Kelahiran Imam Malik

Imam Malik di lahirkan di suatu tempat yang bernama zulmarwah di sebelah utara ‘al-madimatul-
munawarah’, kemudian beliau tinggal di ‘al-akik’ buat buat sementa waktu akhirnya beliau terus
menetap di Madinah.

Bermacam-macam pendapat ahli sejarah tentang terikh kelahiran Imam Malik. Ada setengah
pendapat yang mengatakan pada tahun 90. 94, 95 dan 97 hijrah persilisihan tarikh terjadi sejak masa
dahulu.

Di cweitakan bahwa ketika ibu Malik mengandung Malik di dalam perutnya selama dua tahun
dan ada pula yang mengatakan 3 tahun.
Silsilah keturunan Imam Malik seperti berikut :

Malik bin Anas bin Malik bin Abi Amir bin Amru bin Ghaiman bin Huthail bin Amru bin al-Haris dan
beliau pendukung suku ( buni ) Tamin ibnu Murrah. Datuknya yang kedua “abu amir bin umru” salah
seorang sahabat rasulullah SAW. Yang ikut berperang bersama rasulullah SAW, kecuali dalam perang
badar. Datuk Malik pertam yaitu Malik bin Amar dari golongan tabi’in gelarnya ialah Abu Anas.[1]

Diceritakan dari Amar, Tailah, Aisyah, Abu Hurairrah dan Hasn bin Thabit semoga Allah melimpahkan
keridhaanya atas mereka semua : Datuk Imam Malik adalah salah seorang dari empat yang ikut
menghantarkan dan mengebumikannya, beliau turut berasama khalifah Ustman ketika menyerang
Afrika dan menaklukannya.

Datuknya termasuk salah seoarang penulis ayat suci, al-Qur an semasma Khalifah Utsman
memerintahkan supaya mengumpulkan ayat suci al-Quran dan Abdul Aziz pernah meminta
pendapatnya.

Sejarah Anas, bapaknya Imam Malik tidak di sebutkan dalam buku-buku sejarah. Apa yang di ketahui
beliau disuatu tempat bersama zulmarwah, nama suatu tempat di pandang pasir di sebelah utara
Madinah.

Bapak Imam Malik bukan seorang yang yang bisa menentut ilmu walaupun demikian beliau pernah
mempelajri sedikit banyak hadist Rasul,beliau bkerja sebagai pembuat paham sebagai sumber
nafjah bagi hidupnaya.

Ibu Imam Malik bernama al-Gholit binti Syarik bin Abbul Rahman bin Syarik Al-Azdiyyah dan pula
yang mengatakan namanya Talhah. Tetapi dia lebih terkenl dengan nama pertama.

Imam Malik imam yang kedua dari imam-imam empat serangkai dalam Islam dari segi umur. Ia di
lahirkan tiga belas tahun sesudah kelahiran Abu Hanifah. Imam Malik ialah seorang Imam dari kota
Madinah dan Imam bagi penduduk Hijaz. Ia salah seorang dari ahli fiqih yang terahir bagi kota
Madinah dan juga yang terakhir bagi fuqaha Madinah. Beliau berumur hampir 90 tahun.

Dia adalah pemimpin masyarakat Madinah an amirulmukminin dalam Hadis. Nama lengkapya adalah
Malik bin Anas bin Abi Amir al-Ashabahi. Beliau mendaat julukan Abu Abdillah. Karya yang
monumental disebut kitab Al-Muwattha. Ia termasuk generasi Tabi’ al-Tabi’in. Totkoh ini di kenal
dengan ulama Madinah karena dilahirkan di sana, dan semenjak kecil, masa belajar ddan masa
tuanya di habiskan di sana. Mengenai kapan ia lahir, ada yang memperkirakan antara tahun 91-97H
di samping ada yang mengatakan pada tahun 93H. Keluarga beliau berasal dari Yaman. Imam Malik
tinggal bersama istrinya Fatimah dan tiga orang anaknya, Yahya, Muhammad dan Hammad. Kota
Madinah tidak pernah di tinggalkan olehnya kecuali jika ia pergi haji ke Makkah. Tampaknya ia yakin
bahwa sudah cukup baginya Madinah sebagai tmpat menimba ilmu, karena di kota inilah ajaran
Islam lahir dan kemudian diikuti oleh para sahabat dan tabi’i, pengikut nabi yang setia. Bukan hanya
penduduk pribumi yang tinggal di Madinah, tetapi banyak juga pendatang yang menetap disana
untuk berbagai kepentingan, termasuk mendalami pengetahuan tentang Islam.

Mengenai Imam Malik bin Anas, Imam Syafi’i berkata: “Malik adalah hujjah Allah atau makhluk-Nya
sesudah tabi’in”[2]. Sedang Ibnu Hayyan berkata: “Malik adalah orang pertama yang menyeleksi
para tokoh ahli fiqh di Madinah, dengan fiqh, agama, keutamaan dan ibadah”. As-Syafi’i adalah yang
lulus dari seleksi ini”. An-Nasa’i berkata: “Tidak ada di sisiku orang yang lebih pintar, lebih mulia,
lebh jujur, lebih terpercaya periwayatan Hadisnya dan lebih sedikit riwayatnya dari orng-orang
lemah, melebihi Malik. Kami tidak tahu dia ada meriwayatkan Hadis dari rawi matruk, kecuali Abdul
Karim”.

Yang di maksud adalah Abdul Karim bin Abi al-Mukharif al-Basri yang menetap di Makkah. Karena
tingkah lakunya baik dan sering merendah. Karena ia tidak senegri dengan Malik, keadaannya tidak
banyak di kettahui. Malik hanya sedikit mentakhrijkan Hadisnya tentang keutamaan amal atau
menambah pada matan.

Kesungguhannya dalam menekuni pengetahuan agama telah menjadikan Imam Malik sebagai
seorang panutan di bidang Fiqih dan hadis. Bahkan, di bidang Fiqih ia dikenal sebagai pendiri salah
satu Mazhab Fiqh, yaitu Mazhab Maliki. Dalam pendapatnya yang berada di dalam Kitab al-Fiqih ‘ala
al-Madzhab al-Arba’ah.

‫ أما المواضع التي يجب فيها النكاح الخ‬,‫ والسنية أو الندب والباحة‬,‫ والكراهة‬,‫ والحرمة‬,‫ اوجوب‬: ‫ترد عليه االحكام اشرعية اخمسة‬
]3[‫ففيها تفصيل المذاهب‬

Imam Malik hidup dalam dua kurun dinasti, akhir dinasti Bani Umayyah dan permulaan dinasti Bani
Abbas. Ia tidak mau terlibat dalam pergolakan politik. Penguasa Bani Abbas menaruh simpati
kepadanya. Ada riwayat menyebuutkan bahwa Abu Ja’far al-Manshur, khalifah kedua ketika
menunaikan ibadah haji, menjumpai Imam Malik dan berkata “Saya minta anda menulis kitab yang
telah kamu susun kemudian saya kirim ke kota-kota agar dijadikan pedoman. Sebab saya yakin
bahwa sumber pengetahuan itu berada di Madinah”[4]. Buku itu akan dijadikan rujukan untuk
kepentingan pengadilan dan kebijakan pemerintahannya. Siapa yang menyalahi buku itu akan di
persalahkan. Riwayat lain menyebutkan bahwa al-Mahdi, khalifah ketiga (158-169 H) meminta
Imam Malik menyusun kitab agama untuk pegangan pemimpin umat.

Imam Malik Meninggal Dunia

Imam malik mengalami sakit selama dua puluh hari. Pada malam beliau menghembus nafasnya yang
terakhir, dengan secara kebetulan bakar sulaiman AS-Sawaf berada bersama mereka di rumahnya,
mereka berkata : wahai Abdullah bagaimanakah keadaanmu ? beliau menjawab : aku tidak tau apa
yang akan kulakukan kepadamu, Cuma aku ingin juga berkata : adakah kamu semua akan di
tentukan pada keesokan hari ( hari kiamat ) mendapatkan kemaafan yang tidak di perhitungkan. Tak
lama kemudian malik pun mengucapkan dua kalimat syahadat dan berkata : semua perkara adalah
bagi allah, beliau pun menyerahkan rohnya kepada allah yang maha esa

Imam malik meninggal dunia di madinah, yaitu pada tanggal 14 bulan rabi’ul awwal tahun 197 hijrih
ada juaga pendapat yang mengtakan beliau meninggal dunia pada 11, 13 dan 14 bulan rajab.
Sementara an-nawawi juga berpendapat beliau meninggal pada bulan safar …pendapat pertama
adalah lebih termasyhur Malik dikebumikan di tanah perkuburan al-baqi’, kuburnya dipintu al-baqi’,
semoga Allah merindhainya

Imam syafi’I pernah berkata : Malik adalah pendidik dan guruku. Darinya aku mempelajari
ilmu, tidak seorangpun yang terlebih selamat bagiku selain dari imam malik. Menjadikan beliau
sebagain hujjah antara aku dengan Allah Ta’ala.[5]
3. Perjalanan Hidup Imam Malik

Imam Malik hafal Al-Qur’an dan hadis-hadis Rasulullah SAW. Ingatannya sangat kuat dan sudah
menjadi adat kebiasaannya apabila beliau mendengar hadis-hadis dari para gurunya terus di
kumpulkan dengan bilangan hadis-hadis yang pernah beliau pelajari.

Pada suatu hari beliau mendengar sebanyak tiga puluh hadis dari seorang gurunya yang bernama
Ibnu Syihab. Beliau dapat menghafal hanya sebanyak 29 hadis lantaran itu beliau terus menemui
Ibnu Syihab dan bertanya kepadanya tentang hadis yang beliau lupakan itu. Gururnya bertanya :
bukankah kamu hadir di majlis hadis tersebut ? Beliau menjawab : benar, saya bersama-sama tuan.

Ibnu Syihab bertanya lagi : Mengapa engkau tidak menghafal ? beliau memberi tahu gurunya :
sebenarnya jumlah hadis semuanya ada tiga puluh hadis yang saya lupakan hanya satu saja. Ibnu
Syihab berkata : memang kebanyakan manusia itu pelupa dan akupun kadang-kadang lupa juga dan
bacalah hadis yang engkau ingat.

Malik lantas membaca semua hadis yang di hafal, kemudian Ibnu Syihab memberi tahu padanya
hadis yang beliau lupakan itu.

Pada mulanya, Imam Malik bercita-cita ingin menjadi penyanyi, ibunya menasihatkan supaya beliau
meninggalkan cita-citanya dan meminta beliau supaya mempelajari ilmu fiqih. Beliau menerima
nasihat ibunya dengan baik.

Ibunya mengetahui beliau bercita-cita sedemikian ibunya memberitahukan padanya : Bahwa


penyanyi yang mukanya tidak bagus tidak di senangi oleh orang banyak, oleh karena itu ibunya
minta supaya beliau mempelajari ilmu fiqih saja. Tujuan ibunya berkata demikian ialah hendak
mencegah Imam Malik menjadi seorang penyanyi, karena apa yang kita ketahui Imam Malik adalah
seorang yang tampan wajahnya.

Imam Malik adalah seorang guru yang miskin, Abul Qasim rekannya berkata : Aku pernah bersama
Imam Malik semasa mencari ilmu. Pada suatu hari kayu bumbung rumahnya telah roboh, terus
beliau menjual kayu itu untuk mendapatkan sedikit uang buat perbelanjaan hidupnya. Tetapi pada
akhirnya beliau mendapatkan kemurahan rizki sehingga beliau menjadi orang kaya. Sebagaimana
orang lain juga, setelah Imam Malik menginjak dewasa, beliau mendapatkan kemudahan dalam
hidupnya.

Menurut apa yang di ketahui bahwa Imam Malik hidup dalam kemiskinan dalam beberapa tahun.
Sebagai buktinya bahwa anak perempuannya selalu menangis kelaparan. Akhirnya beliau menjadi
seorang bahagia dan kaya.

Imam Malik sering mendapat bantuan yang berupa derma sehingga Harun Al-Rasyid pernah
memberikan derma padanya sebanyak tiga ribu dinar. Sebelum beliau hanya memiliki sebanyak
empat ratus dinar dan uang ini di gunakan sebagai modal bagi perniagaannya. Beliau tidak berniaga
sendiri, tetapi beliau memberikan modal kepada seorang pedagang dengan membagi keuntungan
yang di dapatkannya.

Pemberian modal untuk berdagang kemudian keuntungannya di bagi namanya adalah “Al-mudaa-
rabah”. Setelah kaya, beliau memakai pakaian yang harganya mahal, seperti pakaian yang dating dari
“Aden”, Kharasanah dan Mesir dan memakai wangi-wangian yang baik. Beliau memakai sebentuk
cincin bertulis dengan perkataan. ‫حسبي هللا ونعم الوكيل‬

Di pintu rumahnya ada tulisan : ‫ماشاء) هللا‬

Dengan berpandukan pada ayat suci Al-qur’an :

‫ولوال اذ دخلت جنتك قلت ماشاء هللا‬

Imam Malik mempelajari bermacam-macam bidang ilmu pengetahuan, seperti ilmu hadis, Ar-Rad ala
ahwa fatwa-fatwa dari para sahabat-sahabat dan ilmu fiqih Ahli Al-ra’yu (pikir). Imam Malik adalah
seorang yang sangat aktif dalam mencari ilmu. Beliau sering mengadakan pertemuan dengan para
ahli hadis dan ulama.[6]

4. Sifat dan Budi Pekerti Imam Malik

Imam Malik adalah seorang yang tinggi serta lebar bentuk tubuh badannya. Warna kulitnya putih,
dahi luas sedangkan hidungnya mancung serta menarik pandangan.

Setengah dari budi pekertinya ialah, beliau gemar kepada pakaian yang baik dan indah, seperti
pakaian yang di buat di Aden. Beliau sangat menyenangi pakaian, antara kegemarannya juga ialah
memakai wangi-wangian. Beliau tidak suka mencukur kumis bahkan beliau mencela perbuatan
tersebut serta beliau memandang perbuatan itu tidak baik[7].

Sementara makanan Imam Malik adalah dari bahan-bahan yang baik, tiap hari beliau selalu
memakan daging. Beliau gemar memakan pisang karena katanya : pisang adalah di perumpamakan
buah dari surge oleh karena itu pisang adalah buah-buahan yang dapat di makan di musim panas
dan juga di musim sejuk. Allah berfirman :

‫أكلها دائم وظلها‬

Artinya : Makanan di surga itu adalah untuk selama-lamanya.

Antara kegemarannya lagi ialah perhiasan rumah tangga, sehingga semua alat perhiasan rumahnya
dari barang yang indah dan berharga mahal, serta di susunnya dengan baik.

Imam Malik berpendapat bahwa menggunakan barang-barang yang baik dan berharga adalah suatu
cara untuk mencintai dengan perkara yang dihalalkan oleh Allah. Hal ini hendaklah dapat di pahami
oleh seluruh umat Islam, yaitu perkara yang demikian itu adalah suatu keharusan bagi mereka jika
mereka merasa mampu.

Yahya bin Yazid An-Naufali tidak setuju dengan pendapat Imam Malik dengan masalah ini.
Perselisihan pendapat di antara keduanya itu dapat kita lihat dengan terang jika kita perhatikan pada
kandungan surat yang di tujukan kepada Imam Malik. Di dalam surat tersebut Yahya bin Yazid An-
Naufali menulis : “ Dengan nama Allah yang maha pengasih, penyayang, shalawat dan salam atas
junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Pada permulaan dan pengakhiran. Dari Yahya bin Yazid bin
Abdul Malik kepada Malik bin Anas”.

Aku mengetahui bahwa engkau memakai pakaian yang lembut dan memakan makanan yang baik
sementara terbentang pula permadani yang baik dan berharga mahal. Engkau menduduki majlis
ilmu-ilmu dan banyak manusia yang dating mempelajari ilmu dari engkau dan mereka menjadikan
engkau sebagai ketua (Imam) dan mereka mendengar pendapat-pendapatmu. Aku berharap
hendaklah engkau bertakwa kepada Allah dan hendaklah merndahkan diri. Aku menulis surat ini
adalah dengan niat yang ikhlas dan akhirnya sambutlah salam sejahtera dariku”.

Imam Malik menjawab surat Yahya sebagai berikut : “Dengan nama Tuhan yang maha pengasih dan
penyayang, shalawat dan salam atas junjungan kita Nabi Muhammad SAW dan salam atas
keluarganya dan juga para sahabat-sahabatnya.

Dari Malik bin Anas kepada Yahya bin Yazid. Selamat sejahtera atas engkau. Surat sudah aku terima.
Ia adalah sebagai suatu nasihat dan simpati dan budi bahasa yang baik darimu. Semoga Allah
mengaruniakan rahmatnya serta diberi balasan baik atas nasihat yang telah engkau sampaikan. Aku
berdoa semoga aku mendapat taufik dan hidayah dalam hidupku, dan tidak ada kekuasaan dan juga
tidak ada pertolongan melainkan atas kekuasaan Allah yang maha besar.

Berkenaan dengan perkara yang engkau sebutkan di atas bahwa aku makan makanan yang baik dan
aku memakai pakaian yang lembut serta memakai langsir di pintu-pintu rumahku dan aku duduk
pula atas hamparan permadani yang berharga mahal, benar kami melakukan demikian dan kami
meminta ampunan dari Allah atas perbuatan itu, sebenarnya Allah berfirman :

ö@è% ô`tB tP§ym spoYƒÎ— «!$# ûÓÉL©9$# ylt÷zr& ¾ÍnÏŠ$t7ÏèÏ9 ÏM»t6Íh‹©Ü9$#ur z`ÏB É-ø—
Ìh9$# 4 ö@è% }‘Ïd tûïÏ%©#Ï9 (#qãZtB#uä ’Îû Ío4quŠysø9$# $u‹÷R‘‰9$# Zp|ÁÏ9%s{ tPöqtƒ
ÏpyJ»uŠÉ)ø9$# 3 y7Ï9ºx‹x. ã@Å_ÁxÿçR ÏM»tƒFy$# 5Qöqs)Ï9 tbqçHs>ôètƒ ÇÌËÈ

Artinnya :

Katakanlah: "Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk
hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezki yang baik?" Katakanlah:
"Semuanya itu (disediakan) bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk
mereka saja) di hari kiamat[536]." Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang
yang mengetahui. (Q.S Al-Araf: 32)

[536] Maksudnya: perhiasan-perhiasan dari Allah dan makanan yang baik itu dapat dinikmati di
dunia ini oleh orang-orang yang beriman dan orang-orang yang tidak beriman, sedang di akhirat
nanti adalah semata-mata untuk orang-orang yang beriman saja.

Sesungguhnya aku mngetahui bahwa meninggalkan perkara itu lebih baik dari membuatnya.
Selalulah menulis kepada kami dan kami akan menulis kepada engkau salam sejahtera untuk engkau.

5. Murid-murid Imam Malik

Kebanyakan imam imam yang termasyhur pada zaman Imam Malik adalah murid beliau dan murid-
muridnya dating dari berbagai penjuru negeri.

Oleh karena itu ia tnggal di madinah, maka keadaan ini dapat memberikan kesempatan yang
baik kepada orang-orang yang naik haji yang dating manziarohi makan Rosulullah SAW. Menemui
beliau. Di smping itu pula disebaban umurnya sudah meningkat Sembilan puluh tahun/
Telah menceritakan dari imam malik bahwa di anta murid-muridnya ialah guru dari golongan
tabi’in merekan itu ialah : az-Zahri, Ayub asy-Syakh-Fiyani, Abul Aswad, Robi’ah bin Abi Abdul
Rahman, Yahya bin Said al-Ansari, Musa bin Uqbah dan Hasyim bin ‘Arwah

Dan golongan bukan tabi’in : Nafii’ bin Abi Nu’im, Muhammad Bin Ajlan, Salim bin Abi
Umiyyah,Abu An-nadri, maulana Umar bin Abdullah Dan lain-lainnya

Dari sahabatnya : Sufyan ath-Thauri, al-Liat bin Sa’d Hamad bin Salamah, Hamad bin
Zaid,sufyan bin Uyaaianah bin Hanifah , Abu Yusuf, Syarik ibnu Lahi’ah dan Ismal bin Kathair dan lain-
lain.

Di antara murid murid nya jga ialah : Abdullah bin Wahab, Abdul Rahman ibnu al-Qusaim,
Asyab bin Abdul Aziz,Asad bin al-Furat, Abdul Malik bin al-Mujisyum dan Abdullah bin Abdul Hakim

Muhammad al-Hasan as-Sibiani adalah muridnya Abu Hanafiah pernah berkata : aku duduk
dipintu rumah malik selama tiga puluh tahun dan aku telah mendengarkan lebih dari tujuh ratus lafal
hadist[8].

6. Pendapat-pendapat orang terhadap Imam Malik.

a. Muhammad bin abdul hakim berkata : apabila imam malik mengeluarkan pendapatnya dan
orang-orang lain tidak. Maka pendapatnya menjadi hujjah.

b. Ibnu mahdi berkata : tidak ada d atas dunia ini orang yang lebih selamat tentang, hadist-hadist
Rasulullah selain dari imam Malik.

c. Imam syafi’I berkata : apabila dating al-atsar maka imam malik sebagai bintang.

d. Abu ayyub bin suwaid berkata : aku tidak pernah melihat seorang yang lebih bessar benar
ucapannya selain dari imam malik

e. Abu hakim arrozi berkata : imam malik seorang yang mempercayai dan imam untuk Ijjaz dan
beliau adalah setegas-tegas sahabat Az-Zuhri. Apabila mereka berselisih, atwanya terserah kepada
imam malaik dan malik seirang yang sangat bertaqwa, percakapannya sangat bersih dan beliau lebih
halus percakapannya dari ath-thauri dan al-auzai’

f. Abu mas’ab berkata : mereka berduyun-duyundatang ke rumah malik bin anas, sehingga mereka
membunuh antar satu dengan yang lain di sebabkan terlalu penuh sesak dan kami berada di sisi
malik. Beliau tidak berkata sesuatu apapun dan tidak pula berpaling dan manusia berkata-kata
kepada mereka begini (yaitu mereka mengeluarkan kepala-kepala mereka karena memperhatikan
dan mendengarkan ). Dan sultan-sultan takut kepadanya (Malik), mereka berkata dan
mendengarkan, imam malik menjawab masalah dengan tidak tau ya, dan beliau tidak ditanya : dari
mana kah pendapat engkau ini ?

g. An-Nawawi berkata : semua golongan ulama bersepakat atas sifat, kebenaran, ketinggalan dan
kemuliaanya serta mereka berkepercayaan tentang ketetapan dan pembesarnya terhadap hadist-
hadist Rasulullah.[9]

7. Karya Imam Malik


Ada beberapa kitab yang menurut para ulama di tulis oleh Imam Malik.

- Risalah ila Ibn Wahab fi al-Qadri ( ‫)رسالة الي ابن وهب في القدر‬

- Kitab al-Nujum ( ‫)كتاب النجوم‬

- Risalah fi al-‘Aqidah ( ‫)رسالة في العقيدة‬

- Tafsir li Gharib ( ‫)تفسير لغريب القران‬

- Risalah Ila Al-Laits bin Sa’ad ( ‫)رسالة الي الليث ابن سعد‬

- Risalah Ila Abi Ghisan ( ‫)رسالة الي أبي غسان‬

- Kitab al-sir ( ‫)كتاب السير‬

- Kitab al-Manasik ( ‫)كتاب المناسك‬

- Kitab al-Muwattha’ (‫[)كتاب الموطأ‬10]

Menurut data sejarah, sebelum al-Muwattha’ sudah banyak tuisan kumpulan hadis, baik di tulis oleh
para sahabat maupun tabi’in. Hanya, tulisan itu habis di telan masa, sehingga tinggal ceritanya saja
yang kita peroleh dalam berbagai riwayat kitab hadis dan sejarah. Tentu penyusunan kitab ini
merupakan momen yang strategis. Terasa di dalam masyarakat Islam akan kebutuhan catatan ajaran
keagamaan dalam bentuk buku yang sistematis, karena tidak ada buku semacam itu. Sebenarnya,
yang di kehendaki masyarakat tidak harus buku yang hanya menghimpun hadis semata. Justru yang
mereka butuhkan adalah catatan tentang prilaku Nabi dan komentar para sahabat terhadapnya.
Kalau perlu, di masukan juga bagaimana pendapat penerusnya. Itu sebabnya, al-Muwattha’ tidak
hanya memuat berita perilaku Nabi saja (perbuatan, perkataan, sifat dan pembiarannya), tetapi
Imam Malik memaskan pendapatnya sendiri di dalam kitabnya al-Muwattha’.

Di samping pendapatnya sendiri, ia juga sengaja memasukan pendapat para sahabat dan tabi’in.
Ini penting, karena ada kasus yang tidak terjadi di masa Nabi, tetapi terjadi di masa sesudahnya. Bila
di katakan bahwa al-Muwattha’ tidak hanya memuat hadis Nabi, tetapi juga fatwa lain, karena
memang tuntunan masyarakat menghendaki demikian. Jadi, susunan semacam inilah agaknya yang
paling tepat dan paling baik pada masanya. Justru kalau kitab itu hanya memuat hadis Nabi semata,
maka ia tidak memenuhi tuntutan zaman. Apalagi tidak ada komentar (syarah) sama sekali.

Di samping itu juga ada beberapa hadis yang matan rantai periwayatannya tidak sempurna, seperti
ada nama yang terbuan. Namun, materinya (matan), apabila di konfirmasi dengan hadis yang di tulis
oleh al-Bukhari dan Muslim, maka mata rantai itu di temukan di sana secara bersambung.

Menurut Imam Malik, hadis yang dapat di terima harus memenuhi syarat sebagai berikut:

1. Hadis itu tidak bertentangan dengan Al-Qur’an. Atas dasar ini ia menolak hadis yang menyatakan

‫نهي رسول هللا صلي هللا عليه وسلم عن أكل كل ذي مخلب من الطير‬

(Rasulullah SAW melarang makan burung apa saja yang berkuku kuat)

Karena hadis ini bertentangan dengan ayat Al-Qur’an


‫قل ال أجد فيما أو الي محرما علي طاعم يطعمه اال أن يكون ميتة أو دما مصفوحا أو لحم خنزير‬

“Katakanlah, aku tidak mendapati pada yang di wahyukan kepadaku tentang makanan haram kecuali
bangkai atau darah yang mengalir atau daging celeng”. (Q.S Al-An’am : 145).

2. Hadis itu masyhur atau di amalkan oleh masyarakat Madinah. Imam Malik tidak meriwayatkan
hadis yang tidak terkenal. Ia meninggalkan hadis yang asing. Maka dari itu, Imam Malik pernah
berkata, “Saya mendengar banyak hadis dari Ibn Syihab, tetapi tidak semuanya saya riwayatkan”.
Ada yang bertanya, “mengapa begitu?” Ia menjawab, “Karena tidak ada orang yang saya lihat
mengamalkannya”.

Penyusunan Kitab al-Muwattha

Menuurut Imam as-Suyuthi, kitab al-Muwattha di susun selama hampir empat puluh tahun. Selama
waktu itu ia menunjukan kepada 70 orang ahli fiqh Madinah. Kitab tersebut menghimpun 100.000
Hadis. Dan yang meriwayatkan al-Muwattha’ dari Imam Malik lebih dari seribu orang. Karena itu,
naskahnya berbeda-beda. Seluruhnya berjumlah 30 naskah, tetapi yang terkenal hanya 20 buah. Dan
yang paling masyhur ialah riwayat Yahya bin Yahya al-Laitsi al-Andalusi al-Mashmudi.[11]

Sejumlah ulama berpendapat bahwa sumber-sumber hadis itu ada tujuh, yaitu Al-Kutub as-Sittah di
tambah Al-Muwattha’. Ada pula ulama yang menetapkan Sunan Ad-Darimi sebagai ganti al-
Muwattha’. Ketika melukiskan kitab besar ini, Ibnu Hazm berkata : “Al-Muwattha’ adalah kitab
tentang fiqh dan hadis. Aku tidak mengetahui bandingannya”.

Berkat ketelitian Imam Malik maka hadis yang di riwayatkannya secara marfu’ dan muttashil di jamin
shahih. Bahkan, hadisnya yang mursal, matannya tetap shahih. Artinya, setelah matan tersebut di
konfirmasikan dengan jalur riwayat lain yang shahih. Kendati beliau menerima riwayat mursal, tidak
semuanya di terima. Ia menerima hadis semacam itu jika periwayatnya benar-benar dapat di
percaya.

Hadis-hadis yang terdapat di Al-Muwattha tidak semuanya musnad, ada yang mursal, mu’dal,
munqathi’ dan sebagainya. Sebagian ulama menghitungnya berjumlah 600 hadis musnad, 222 hadis
mursal, 613 hadis mauquf, 285 perkataan tabi’in. Di sampimg itu, ada 61 hadis yang tanpa
penyandaran, hanya dikatakan “telah sampai kepadaku” dan “dari orang kepercayaan”. Tetapi hadis-
hadis tersebut bersanad dari jalur-jalur lain yang bukan jalur Imam Malik sendiri. Karena itu, Ibnu
Abdil Barr an-Namiri menentang penyusunan kitab yang berusaha memutashilkan hadis-hadis
mursal, munqathi’ dan mu’dlal yang terdapat dalam Al-Muwattha’Malik.

Imam Malik meriwayatkan hadis bersumber dari Nu’aim al-Mujmir, Zaid bin Aslam, Nafi’, Syarik bin
Abdullah, Az-Zuhri, Abi Az-Ziyad, Sa’id al-Maqburi dan Humaid ath-Thawil. Muridnya yang paling
terakhir ini adalah Hudzaifah as-Sahmi al-Anshari.

Adapun yang meriwayatkan darinya banyak sekali. Di antara mereka ada yang lebih tua usianya,
seperti Az-Zuhri dan Yahya bin Sa’id. Ada yang sebaya, seperti Al-Auza’i, Ats-Tsauri, Sufyan bin
Uyaiynah, Al-Laits bin Sa’ad, Ibnu Juraij dan Syu’bah bin al-Hajjaj. Ada pula yang memang belajar
darinya seperti As-Syafi’i, Ibnu Wahb, Ibnu Mahdi, Al-Qththan dan Abi Ishaq al-Fazzari.
Imam Malik keberatan kalau al-Muwattha’ dijadikan pegangan resmi bagi pemerintah, sementara
kitab yang memuat pendapat lain harus di buang. Tampaknya ia menyadari bahwa pendapatnya
yang juga di tuangkan di dalam al-Muwattha’ ada peluang berbeda pendapat dengan ulama lain.
Bahkan ia menyadari bahwa Islam yang di praktekan di tempat lain dengan juru dakwah yang
berbeda, telah membentuk tradisi yang tidak harus sama dengan masyarakat Madinah, yang
merupakan masyarakat ideal di dalam al-Muwattha’. Maka bila kitabnya di paksakan untuk di
perlakukan di semua masyarakat, ia khawatir, justru membingungkan dan tidak menimbulkan
mashlahat. Di sini ia agaknya hendak menghargai pendapat lain berkembang juga[12].
BAB III PENUTUP

1. Kesimpulan

Imam malik merupakan seorang sosok imam yang sangat haus akan ilmu itu semua terbukti bahwa
beliau memeliki banyak guru, selain itu beliau juga tidak main-main dalam menuntut ilmu beliau
hanya akan mencari ilmu kepada orang-orang yang benar-benar memahami ilmu tersebut dalam
obyeknya.

Imam malik sudah berhasil memberikan fatwa pada usianya yang masih muda yaitu pada usia 17
tahun, pada waktu itu di karenakan beliau merupakan seorang sosok yang banyak memiliki ilmu
terlebih dalam hadits selian itu beliau juga merupakan orang yang kuat ingatannya selain itu juga
imam-imam yang lain juga mengakuinya.

Kitab al-Muwatta’ adalah merupakan salah satu karya paling monumental yang dikarang oleh Abu
Abdullah Malik ibn Anas ibn Malik ibn Abi Amir ibn Amr ibn al-Haris ibn Gaiman ibn Husail ibn Amr
ibn al-Haris al-Asbahi al-Madani atau yang lebih dikenal sebagai Imam malik. Selanjutnya kitab ini
merupakan kitab hadits yang bersistematika Fiqh yang terdiri dari 2 juz, 61 kitab (bab) dan 1824
hadits dan juga bermetode tawabib( Bab per Bab).
DAFTAR PUSTAKA

al-'Aziz, '. a.-R. (n.d.). Kitab al-Fiqih 'ala al-Madzhab al-Arba'ah. qismu al-aqwal as-syakhsiyah.

As-Shalih, S. (2013). Membahas Ilmu-Ilmu Hadis. Jakarta: PT Pustaka Firdaus.

Asy-Syurbasi, A. (1991). Sejarah dan Biografi Empat Imam Mazhab. Penerbit Amzah.

Zuhri, P. D. (2003). Hadis Nabi Telaah Historis dan Metodologis. Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya.

Anda mungkin juga menyukai