Anda di halaman 1dari 7

FISAFAT AL-NAFS, FISAFAT KENABIAN, FILSAFAT AL-MADINAH,

FILSAFAT AL-FADILAH DALAM PANDANGAN AL-FARABI


(Suatu Kajian Terhadap Pokok-Pokok Fisafatnya)

Ahmad Badawi
Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin
DPK STAI Al-Furqan Makassar

Abstract:
This article outlines the problems of Al-Nafs Philosophy, Prophetic Philosophy, Al-Madinah
Philosophy, Al-Fadilah Philosophy in Al-Farabi's View (A Study of the Basics of His
Philosophy). From the results of the study obtained an understanding that the thoughts of al-
Farabi adopted a lot of Greek thinkers, especially Aristotle, Plato, and Neo-Platonism.
However, with a strong foundation of Islamic religion, al-Farabi can produce a new thought
and theories to add to the scientific treasures in the Islamic world, so that with his fame, the
theories he developed were also absorbed by many Western scientists. Al-Farabi is the
oldest source of Sufism and philosophical thought among Islamic philosophers. Al-Farabi's
thoughts about al-Nasf how the soul can live happily both in the world and the hereafter and
likewise about al-Farabi's prophecy try to explain that the Prophet and the philosophers are
different and therefore explain in detail as discussed above, and also with the main country
that al-Farabi described as this body will work in accordance with the functions and duties
of each to achieve happiness in life.
Abstrak:
Artikel ini menguraikan masalah Fisafat Al-Nafs, Fisafat Kenabian, Filsafat Al-Madinah,
Filsafat Al-Fadilah Dalam Pandangan Al-Farabi (Suatu Kajian Terhadap Pokok-Pokok
Fisafatnya). Dari hasil kajian diperoleh pemahaman bahwa pemikiran-pemikiran al-Farabi
banyak mengadopsi dari pemikir-pemikir Yunani, khususnya Aristoteles, Plato, dan Neo-
Platonisme. Namun, dengan landasan agama Islam yang kuat, al-Farabi dapat menghasilkan
sebuah pemikiran dan teori-teori baru untuk menambah khazanah keilmuan di dunia Islam,
sehingga dengan kemasyhurannya tersebut, teori-teori yang ia kembangkan banyak diserap
juga oleh ilmuan-ilmuan Barat. Al-Farabi merupakan sumber tertua bagi pemikiran tasawuf
dan filsafat di kalangan filosof Islam. Pemikiran al-Farabi tentang al-Nasf bagiamana jiwa
bisa hidup bahagia baik di dunia maupu di akhirat dan begitupun tentang kenabian al-Farabi
mencoba menjelaskan bahwa Nabi dan filsuf berbeda maka dari itu menjelaskan secra
terperinci sebagaimana di bahas diatas, dan juga dengan negara utama bahwa al-Farabi
mengambarkan seperti tubuh ini akan bekerja sesuai dengan fungsi dan tugasnya masing
untuk mecapai kebahagiaan hidup.
Kata Kunci: Fisafat Al-Nafs, Fisafat Kenabian, Filsafat Al-Madinah, Filsafat Al-
Fadilah Al-Farabi
I. PENDAHULUAN dan juru bicara Plato dan Aristoteles pada
masanya.
Al-Farabi adalah filosof muslim
Al-Farabi merupakan orang pertama
pertama yang telah mewariskan suatu
yang telah berusaha sekuat tenaga untuk
konstruksi filsafat yang sistematis pada
mempertemukan antara Plato dan Aristo-
bagian-bagiannya. Bahkan para filosof
teles dengan memakai metode ilmiah, yaitu
sepakat memberikannya pujian yang
setinggi-tingginya kepada al-Farabi ter- membandingkan kata-kata keduanya dan
mengumpulkan pikiran-pikirannya yang
utama sebagai ahli logika yang masyhur
tersebar diberbagai karyanya kemudian

236 Volume 5, Nomor 2, Juli 2019


disesuaikan dengan corak agama Islam. kelahirannya, Farab. Setelah dewasa, ia
Menurut al-Farabi, perbedaan antara Plato meninggalkan negerinya untuk menuju kota
dan Aristoteles hanya terbatas pada metode, Baghdad, pusat Pemerintahan dan Ilmu
gaya bahasa, dan perjalanan ilmiahnya, Pengetahuan pada masanya. Diantara guru
adapun mazhab filsafat mereka adalah tempat ia belajar di Baghdad adalah Abu
satu.1 Bashr Matius Ibn Yunus. Selama berada di
Al-Farabi juga berusaha memadu- Baghdad ia memusatkan perhatiannya ke-
kan antara agama dan filsafat agar dapat pada ilmu logika.3
difahami secara seimbang dan selaras. Dari Kurang lebih ia berada di Baghdad
semua pemikirannya ia dapat melahirkan selama 20 tahun. Dan dalam selang waktu
beberapa teori, yaitu Logika, Filafat Meta- itu ia pernah juga pergi ke Harramn yang
fisika, Emanasi, al-Nafs, Negara, Tasawuf, sejak sebelum masa Islam dikenal sebagai
Teori Kenabian. salah satu pusat studi ilmu dan filsafat. Dari
Dari semua teori yang dikemukakan Harran ia kembali lagi ke Baghdad. Ia
oleh al-Farabi, penulis akan membahas benar-benar pergi dari Baghdad untuk
pemikirannya tentang Filsafatnya yang selamanya setelah Jenderal Tuzun dari
paling termasyhur daripada pemikirannya Dailam memasuki Baghdad dan membunuh
yang lain selain juga logika dan lain-lain. khalifah Muttaqi pada tahun 940. Ia
yaitu tiga filsafatnya al-Nafs, Negara bermukim sebentar di Damaskus dan terus
utama, dan Kenabian. ke Aleppo. Di kota itu ia menjadi bintang
Bersadarkan pemikiran tersebut, terkemuka di tengah-tengah banyak ahli
maka uanh menjadi fokus dalam pem- dalam berbagai bidang yang menghiasi
bahasan artikel ini adalah: 1) Biografi Al- istana Amir Syaif al Daulah.
Farabi, 2) Bagaimana Filsafat Al-Nafs, 3) Al-Farabi hidup sangat sederhana,
Bagaimana Filsafat kenabian, dan 4) kendati Amir Saif al-Daulah sangat baik
Bagaimana Filsafat Al-Madinah wal kepadanya dan menajmin biaya hidupnya
Fadillah dengan uang yang berlimpah. Ia cukup
mengambil empat dirham saja setiap hari
II. PEMBAHASAN untuk memenuhi kebutuhannya sebagai
A. Biografi singkat al-Farabi seorang filsuf yang zahid.
Nama lengkapnya adalah Abu Nasr Karya-karya al-Farabi tersebar di
Muhammad bin Muhammad bin Uzlagh bin setiap cabang ilmu pengetahuan yang
Turkhan al-Farabi. Ia lahir di desa Wasij, dikenal dunia pada abad pertengahan. Para
dekat atau dalam negeri Farab di selatan biografer tradisional menisbahkan lebih
Samarkhan, Asia Tengah padsa tahun 259 dari seratus karya kepada al-Farabi. Namun
H/871 M 2 dari seorang ayah (jenderal) karya-karya yang lebih banyak berbentuk
berkebangsaan Persia dan Ibu berkebang- naskah tersebut sebagiannya hanya ditemu-
saan Turki, Beliau meninggal pada tahun kan dalam terjermahan tulisan Ibrani atau
339 H/950 M. Latin dan baru sedikit yang disunting dan
Al-Farabi selalu berpindah tempat diterbitkan. Sehingga sulit untuk memberi-
tinggal dari waktu ke waktu. Di masa kecil, kan catatan komprehensif tentang berbagai
ia dikenal rajin belajar dan memiliki otak segi dari karya dan pemikiran al-Farabi.4
yang cerdas. Ia belajar agama, bahasa Arab, Di antara karya-karya Al-Farabi itu
bahasa Turki, dan bahasa Parsi di kota adalah:

1 3
Muh. Abd. Al-Hadi Abu Ridah, Tarikh al- Ahmad Hanafi, Pengantar Filsafat Islam,
Falsafah al-Islam, (Kairo: Lajnah al-Ta’lif wa al- (Jakarta: Bulan Bintang, 1996), 81.
4
Tarjamah wa al-Nashr, 1938), h 133. Bakar Osman, Hierarki Ilmu Membangun
2
Taufik Abdullah, cd., Ensiklopedi Tematis Rangka Pikir Islamisasi Ilmu Menurut Al-Farabi,
Dunia Islam, jil. 4: Pemikiran dan Peradaban, Al-Ghazali, Quthb al-Din al-Syirazi, (Bandung:
(Jakarta : PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 2002), 185. Penerbit Mizan 1998), h.37

Ahmad Badwi, Fisafat Al-Nafs, Fisafat Kenabian, Filsafat Al-Madinah, … 237


1. Al-Jami’u Baina Ra’yani Al-Hikman Mengenai keabadian jiwa, Al-Farabi mem-
Afalatoni Al Hahiy wa Aristho-thails bagi antara Jiwa Khalidah dan Jiwa Fana.
(pertemuan/penggabungan pendapat Jiwa khalidah adalah jiwa yang
antara Plato dan Aristoteles), mendapatkan kebahagiaan, karena ia bisa
2. Tahsilu as Sa’adah (mencari kebaha- melepaskan diri dari kenikmatan jasmani, ia
giaan), tidak hancur karena hancurnya jasad. Yang
3. As Suyasatu Al Madinah (politik peme- termasuk kelompok ini adalah akal
rintahan), mustafad. 6 Akal mustafad (al aql al
4. Fususu Al Taram (hakikat kebenaran), mustafad) akal yang telah dapat menangkap
5. Arro’u Ahli Al Madinati Al Fadilah bentuk semata-mata yang tidak di kaitkan
(pemikiran-pemikiran utama pemerin- dengan materi dan mempunyai ke sang-
tahan), gupan untuk mengadakan komunikasi
6. As Syiasyah (ilmu politik), dengan akal kesepuluh. 7 Sementara jiwa
7. Fi Ma’ani Al Aqli, (makna Berfikir) fana tidak sempurna, ia akan hancur seiring
8. Ihsha’u Al Ulum (kumpulan berbagai hancurnya jasad. Ia akan kekal, tapi dalam
ilmu), kesengsaraan.
9. Isbatu Al Mufaraqat, Tentang bahagia dan sengsaranya
10. Al Ta’liqat5 jiwa, A-Farabi mengaikatkan dengan
Buku al-Farabi yang bejudul “Ihsaul filsafat negara utamanya. Bagi jiwa yang
Ulum” merupakan teori keilmuan dan hidup pada negara utama, yakni jiwa yang
cabang-cabangnya yang meliputi ilmu kenal dengan Allah dan melaksanakan
Bahasa, Mantiq, matematika, fisika, politik, perintah Allah, maka jiwa ini, menurut Al-
hukum dan ketuhanan yang sebenarnya Farabi, akan kembali ke alam nufus (alam
telah pernah dibahas oleh para penulsi lain. kejiwaan) dan abadi dalam kebahagiaan.
Namun yang membuat buku itu istimewa Negara yang hidup pada negara fasiqah,
adalah karena al-Farabi mengkaitkan semua yakni jiwa yang kenal denga Allah, tetapi ia
cabang ilmu tersebut dengan teori-teroi tidak melaksanakan segala perinta Allah, ia
keislaman yang ia rangkum dalam dua kembali ke alam nufus ( alam kejiwaan) dan
cabang ilmu baru, yakni Fiqh (hukum abadi dalam ke sengsaraan. Sementara itu
Islam) dan ilmu Kalam yang sangat populer jiwa yang hidup pada negeri jahilah, yakni
dibicarakan pada masa itu. jiwa yang tidak kenal sama sekali dengan
Allah dan tidak pula pernah melaksanakan
B. Filsafat nafs (jiwa) perintah Allah, ia lenyap bagaikan jiwa
Filsafat Plato, Aristoteles serta hewan.8
Plotinus, mempengaruhi Al-Farabi tentang C. Filsafat kenabian
jiwa. Jiwa menurut Al-Farabi bersifat
Rohani, ia terwujud setelah adanya badan, Filsafat kenabian Al-farabi erat
dan ia tidak bisa berpindah-pindah dari kaitanya antara nabi dan filosof dalam
badan kebadan yang lain. Jiwa manusia kesanggupannya dalam melakukan komuni-
disebut al-nafs al-nathiqah, ia berasal dari kasi dengan akal fa’al. Motif lahirnya
alam Ilahi sementara jasad berasal dari filsafat Al-Farabi ini. Di sebakan adanya
alam khalq, berbentuk, berupa, berkadar penginngkaran terhadap eksitensi kenabian
dan bergerak. Dalam jiwa manusia mem- secara filosof oleh Ahmad Ibnu Ishaq A-
punyai daya gerak (makan, memelihara, Ruwandi (w. Akhir abad ke III H). Tokoh
berkembang), daya mengetahui (merasa, yang berkebangsaan yahudi ini menurunkan
imaginasi), daya berfikir (akal praktis, akal
teoritis) sementara daya teoritis (akal 6
Abdul Aziz Dahlan, “Pemikiran Filsafat
potensial, akal aktual, akal mustafad) Dalam Islam”,( Cet. II, Padang: Press, 2000) , h. 65S
7
Prof. Dr. H. Sirajuddi Zar, MA. Fisafat
Islam Filsof Dan Filsafatnya (Cet V, Jakarta: PT
5
Mustofa, HA, Filsafat Islam (Bandung : Raja Grafindo, 2012). h 88
8
Pustaka Setia, 1989), h.127-128 Prof. Dr. H. Sirajuddi Zar, MA. Ibid . h 88

238 Volume 5, Nomor 2, Juli 2019


beberapa karya tulis yang isinya menging- Menurut Al-farabi, manusia dapat
kari kenabian pada umumnya dan kenabian berhubungan dengan akal fa’al (jibril)
Muhammad Saw. khususnya kritiknya ini melalui dua cara, yakni penalaran atau
dapat di deskripsikan sebagai berikut: renungan pemikiran dan imajinasi atau
a. Nabi sebenarnya tidak di perlukan inspirasi (ilham). Cara pertama hanya di
manusia karena Tuhan telah mengaru- lakukan oleh para filosof yang dapat
niakan akal tanpa terkecuali. Akal menembus alam materi dan dapat mencapai
manusia dapat mengetahui Tuhan cahaya ketuhanan, sedangkan cara kedua
beserta segala nikmatNya dan dapat pula hanya dapat di gunakan oleh nabi.10
mengetahui perbuatan baiik dan buruk, Telah di maklumi bahwa ilham-
menerima suruhan dan laranganNya. ilham kenabian adakalanya terjadi di waktu
b. Ajaran agama meracuni prinsip akal. tidur dan waktu bangun. Dengan kata lain
Secara logika tidak ada bedanya thawaf dalam bentuk impian yang benar atau
di ka’bah, dan sa’i di bukit safa dan wahyu. Perbedaan keduanya hanya terletak
marwah di tempat-tempat lain. pada tingkatanya dan tidak mengenai
c. Mukjizat hanya semacam cerita khayal eksitensinya. Mimpi yang lain tidak lain
belaka yang hanya menyesatkan adalah satu tanda dari tanda kenabian.
manusia. Siapa yang dapat menerima Menurut Al-farabi bila kekuatan
buta bisa bertasbih dan serigala bisa imajinasi pada seseorang kuat sekali, objek
bicara. Kalau sekiranya Allah membantu indrawi dari luar tidak akan dapat memenga-
umat islam dalam perang badar dan ruhinya sehingga ia dapat berhubungan
mengapa pada perang uhud idak?. dengan akal fa’al. Apabila kekuatan imaji-
d. Al-Qur’an bukanlah mukjizat dan bukan nasinya telah sampai taraf kesempurnaan,
perso’alan yang luar biasa (al-khariq al tidak halangan baginya menerima peris-
adat) orang yang non Arab jelas saja tiwa-peristiwa sekarang atau akan menda-
heran dengan balghah Al-qur’an, karena tang dari akal fa’al pada waktu bangun.
mereka tidak kenal dan menegrti bahasa Dengan adanya penerimaan demikian, maka
Arab dan Muhammad adalah kabilah ia dapat nubuwwat terdapat perkara-perkara
yang paling fasahah di kalangan orang ketuhanan.
Arab.9 Jadi ciri khas seorang nabi bagi Al-
Justru itu dari pada kita membaca Farabi ialah mempunyai daya imajinasi
kitab suci lebih berguna membaca buku yang kuat ketika berhubungan dengan akal
filsafat, Plato, Aristoteles, dan buku astro- ia dapat menerima visi dan kebenaran-
kebenaran dalam bentuk wahyu. Wahyu
nomi, logika dan obat-obatan.
tidak lain adalah limpahan dari Allah
Dalam suasana yang demikian, Al-
melalui akal (akal kesepuluh) yang dalam
farabi merasa terpanggil untuk menjawab
penjelasan Al-Farabi adalah jibril. Semen-
tantangan tersebut, apalagi ia segenerasi
tara itu, filosof yang dapat berkomunikaasi
dengannya. Karena kenabian asas sentral
dengan Allah akal perolehan yang telah
dalam agama, apabila ia telah batal, maka
terlatih dan kuat daya tangkapnya sehingga
akibatnya membawa kebatalan pada agama
mampu menangkap hal-hal yang abstrak
itu sendiri.
murni dari akal kesepuluh.11
Al-Farabi adalah filosof Muslim per-
Sampai di sini nabi terkesan bahwa
tama yang mengemukakan fisafat kenabian kenabian telah menjadi suatu yang dapat di
secara lengkap, sehingga hampir tidak ada usahakan (muktasabat) akan tetapi jika di
penambahan oleh filosof-filosof sesudah- amati secara cermat: kesan ini meleset sama
nya. Filsafat ini berdasarkan pada psikologi sekali. Hal ini karena Nabi adalah pilihan
dan metafisika yang erat hubungannya Allah dan komunikasinya dengan Allah
dengan ilmu politik dan etika.
10
Prof. Dr. H. Sirajuddi Zar, MA. Ibid .h 79
11
Harun Nasution, Akal Dan Wahyu Dalam
9
Prof. Dr. H. Sirajuddi Zar, Op Cit .h 79 Islam, (jakarta: Universitas Indonesia, 1983) h 17

Ahmad Badwi, Fisafat Al-Nafs, Fisafat Kenabian, Filsafat Al-Madinah, … 239


bukan dengan akal perolehan (mustafad) Al-Farabi ini di sebabkan terjadinya kegon-
tetapi melalui akal dalam derajat materil. cangan politij paada Daulah Bani Abbas di
Seorang nabi di anugerahi Allah akal yang bawah tekanan para diktator di zaman
mempunyai daya tangkap yang luar biasa khalifah Al-Radi (322-329 H), Muttaqi
sehingga tanpa latihan dapat berkomuni- (329-333 h) dan Mustakfi (333-334 H). 12
kasi langsung dengan akal yang kesepuluh Dengan istilah lain pada saat itu sikap para
(jibril). Akal ini mempunyai kekuatan suci penguasa baghdad lebih tepat disebut raja
(qudsiyyah) dan di beri nama hads. Tidak ketimbang khalifah.
ada akal yang lebih kuat dari pada demikian Kendati Al-Farabi tidak pernah
dan hanya nabi-nabi yang memperoleh akal memangku jabatan resmi dalam satu
seperti itu. Sementara itu, filosof dapat pemerintahan, bukan berarti pemikiran
berhubungan dengan akal kesepuluh adalah filsafatnya yang ia luncurkan ini bersifat
usaha sendiri, melalui latihan dan pemiki- khayalan semata. Perlu di pahami bahwa
ran. Seorang filisof hanya mempunyai akal seorang filosof belum akan merasa puaas
mustafad (perolehan) lebih rendah dari pada membicarakan sesuatu sebelum sampai
nabi yang mempunyai akal materi atau pada hakikatnya, yakni dasar segala dasar,
hads.oleh karena itu setiap nabi adalah pada hakikatnya adalah agar manusia hidup
filosof dan tidak setiap filosof itu adalah satu pemerintahan dapat mencapai kebaha-
nabi. Akan tetapi filosof tidak bisa menjadi giaan hidup dunia dan akhirat. Tujuan
nabi, yag selamanya ia (nabi) tetap manusia utama falsafat pemerintahan Al-Farabi
pilihan Allah. adalah kebahagiaan hidup manusia.13
Dari sisi pengetahuan dan sumber- Manusia menurut Al-Farabi bersifat
nya, seperti telah disebutkan sebelumnya, sosial yang tidak mungkin hidup sendiri-
antara filosof dan nabi terdapat kesamaan. sendiri. Manusia hidup bermasyarakat
Oleh karena itu Al-Farabi menekankan bantu membantu untuk kepentingan ber-
bahwa kebenaran wahyu tidak bertentangan sama dalam mencapai tujuan hidup, yakni
dengan pengetahuan filsafat sebab kedua- kebahagiaan. Sifat dasar inilah yang men-
nya sama-sama mendapatkan dari sumber dorong manusia hidup bermasyarakat dan
yang sama, yakni akal, jibril. Demikian bernegara. Masyarakat menurutnya terbagi
pula mukzijat sebagai bukti kenabian, menjadi dua macam, yakni masyarakat
menurut Al-Farabi, dapat terjadi dan tidak sempurna dan masyarakat tidak sempurna.
bertentangan dengan hukum alam karena Masyarakat yang di sebut pertama, yakni
sumber hukum alam dan mukzijat sama- masyarakat kelompok besar yakni bisa
sama berasal dari akal kesepuluh sebagai masyarakat berbentuk kota, bangsa yang
pengatur dunia ini. bersatu dan berkerja sama secara nasional.
Dari uraian di atas terlihat keber- Sementara masyarakat yang tidak sempurna
hasilan Al-Farabi dalam menjelaskan seperti masyarakat dalam satu keluarga atau
kenabian secara filosofis dan manafsirkan masyarakat se desa. Masyarakat yang ter-
secara ilmiah yang dapat di katakan tidak baik adalah warga masyarakat yang bekerja
ada duanya, terutam di “pentas” filsafat sama, saling membantu untuk mencapai
islam. kebahagiaan.
Negara utama sebagai satu masya-
D. Filsafat al madinah wal fadillah
rakat yang sempurna dalam arti masyarakat
Telah di sinyalkan bahwa Al-Farabi yang sudah lengkap bagian-bagianya, di
hidup pada daerah otonomi di bawa ibaratkan oleh Al-Farabi sebagai organisme
pemerintahan sultan Sa’if Al-Daulah. Berat tubuh manusia dengan anggota tubuh yang
dugaan bahwa filsafat negara utama yang di lengkap. Masing-masing organ tubuh harus
cetuskan ini erat kaitanya dengna situasi bekerja sesuai dengan fungsinya. Apabila
yang sedang berkembang. Ada benarnya
pendapat Zainal Abidin Ahmad yang 12
Zainal Abidin Ahmad, Negara Utama,
mengatkan latar belakang lahirnya filsafat (jakarta: Kinta, 1968), h 13
13
Prof. Dr. H. Sirajuddi Zar,. Op Cit. h 82

240 Volume 5, Nomor 2, Juli 2019


satu organ tubuh sakit, organ tubuh yang negara dan warganya. Di lihat dari sisi ini
lain akan merasakan penderitaan dan akan berarti Al-arabi menepis bentuk negara
menjaganya. Demikian pula anggota kapitalisme dan sosialisme.
masyarakat utama, yang terdiri dari warga Memang ada benarnya bahwa dalam
yang berbeda kemampuan dan fungsinya, menetapkan kriteria sifat kepala pemerin-
hidup saling membantu atau dengan kata tahan Al-Farabi terpengaruh oleh filosof
lain senasiib dan sepenanggungan. Masing- kondang dari Yunani, Plato. Akan tetapi
masing harus di berikan pekerjaan dengan terdapat perbedaan yang mendasar antara
kemampuan dan spesialisasi mereka.14 mereka. Plato lebih ke penekanan kepala
Fungsi utama dalam filsafat politik pemerintahan larut dalam kejasmanian
atau pemerintah Al-Farabi ini adalah fungsi semata. Sementara Al-Farabi selain mene-
kepala negara yan serupa dengan fungsi kankan tugas kepala negara dalam alam
jantung di dalam tubuh manusia. Kepala kejasmanian, juga lebih menekankan hidup
negara merupakan sumber seluruh aktivitas, dalam alam spiritual. Selain itu ia tambah-
sumber peraturan dan keselasaran hidup kan bahwa kepala negara harus mampu
dalam masyarakat. Oleh karena itu, ia harus berhubungan dengan akal ke sepuluh.
memenuhi persyaratan tertentu, seperti Ada dugaan sementara penulis
bertubuh sehat, berani, kuat, cerdas, sem- bahwa teori Al-Farabi tentang kepala
purna anggota jasmaninya, luas peneger- pemerintahan di pengaruhin oleh ajaran
tiannya, bagus tanggapannya, kuat ingatan, Syi’ah. Anggapan ini sekalipun benar,
cakap dan bijaksana, mencintai pengeta- namun tidak sepenuhnya memang prinsip
huan, tidak hidup mewah dan berfoya-foya, ajaran Syi’ah tersebut. Bagi Syi’ah kepala
tidak serakah,cinta kebenaran dan mem- pemerintahan yang si debut iman, tidaklah
benci kebohongan, sanggup menegakkan dipilih oleh rakyat, ia merupakan hak ahli
keadilah, mampu berkomunikasi dan al-bait secara turun temurun dari bapak ke
mampu ekonominya. anak, seterusnya ke cucu dan demikian
Oleh karena itu yang paling ideal seterusnya. Penentuan penggati iman ini
sebagai kepala negara adalah nabi dan rosul adalah acara limpahan, yang oleh Syi’ah di
atau filosof. Tugas kepala negara selain sebut wasiat. Berbeda dengan Syi’ah, bagi
mengatur negara juga juga sebagai pengajar Al-Farabi, seperti di kemukakan, kepala
dan pendidik terhadapa anggota masyarakat pemerintahan itu di pilih oleh rakyat dari
yang di pimpinya. Kalau tidak ada sifat warga yang memenuhi syarat-syarat ter-
kepala negara yang ideal ini, pimpinan tentu.16
kepala negara di serahkan kepada seorang Sebernanya pengaruh yang lebih
yang memiliki sifat-sifat yang dekat dengan dominan terhadap filsafat pemikiran Al-
sifat-sifat yang di maksud pula terdapat Farabi datang dari islam sendiri. Seperti ia
pada seseorang, tetapi terdapat pada diri membandingkan antara negara dengan
beberapa orang, maka negara harus di tubuh manusia.
serahkan kepada mereka dan mereka secara Telah di kemukakan bahwa keung-
bersama harus bersatu memimpin masya- gulan filsafat pemerintahan Al-Farabi ini
rakat.15 terletak pada tujuan pemerintahanya yang
Dari uraian di atas terlihat bahwa hendak di capai, yakni ke bahagia dunia
Al-Farabi dalam filsafatnya menekankan dan akhirat. Oleh karena itu peranan kepala
pemberdayaan manusia dalam satu negara pemerintahan sangat menentukan, tidak
sesauai dengan spesialisasinya dan kemam- hanya berfungsi sebagai penyelanggara
puanya, warga negara harus rela berkorban negara dalam urusan materi rakyatnya,
untuk ke pentingan bersama dan juga untuk tetapi ia juga berfungsi sebagai pendidik
kepentingan negara. Dengan kata lain, dan pengajar rakyatnya dalam urusan
saling membantu dan bekerjasama bukan spiritual.17
hanya antar warga negara, tetapi juga antar
14 16
Prof. Dr. H. Sirajuddi Zar, Op Cit .h 83 Prof. Dr. H. Sirajuddi Zar, Op Cit .h 85
15 17
Prof. Dr. H. Sirajuddi Zar, Op Cit .h 84 Prof. Dr. H. Sirajuddi Zar, Op Cit .h 86

Ahmad Badwi, Fisafat Al-Nafs, Fisafat Kenabian, Filsafat Al-Madinah, … 241


Prof. Dr. H. Sirajuddi Zar, MA. Fisafat
II. KESIMPULA
Islam Filsof Dan Filsafatnya (Cet V,
Dari uraian diatas dapat disim- Jakarta: PT Raja Grafindo, 2012).
pulkan bahwa pemikiran-pemikiran al-
Harun Nasution, Akal Dan Wahyu Dalam
Farabi banyak mengadopsi dari pemikir-
Islam, (Jakarta: Universitas Indonesia,
pemikir Yunani, khususnya Aristoteles,
1983)
Plato, dan Neo-Platonisme. Namun, dengan
landasan agama Islam yang kuat, al-Farabi Zainal Abidin Ahmad, Negara Utama,
dapat menghasilkan sebuah pemikiran dan (jakarta: Kinta, 1968)
teori-teori baru untuk menambah khazanah
keilmuan di dunia Islam, sehingga dengan
kemasyhurannya tersebut, teori-teori yang
ia kembangkan banyak diserap juga oleh
ilmuan-ilmuan Barat. Al-Farabi merupakan
sumber tertua bagi pemikiran tasawuf dan
filsafat di kalangan filosof Islam.
Filsafat al-Farabi tentang al-Nasf
bagiamana jiwa bisa hidup bahagia baik di
dunia maupu di akhirat dan begitupun
tentang kenabian al-Farabi mencoba men-
jelaskan bahwa Nabi dan filsuf berbeda
maka dari itu menjelaskan secra terperinci
sebagaimana di bahas diatas, dan juga
dengan negara utama bahwa al-Farabi
mengambarkan seperti tubuh ini akan
bekerja sesuai dengan fungsi dan tugasnya
masing untuk mecapai kebahagiaan hidup.

DAFTAR PUSTAKA
Muh. Abd. Al-Hadi Abu Ridah, Tarikh al-
Falsafah al-Islam, (Kairo : Lajnah al-
Ta’lif wa al-Tarjamah wa al-Nashr,
1938),
Taufik Abdullah, cd., Ensiklopedi Tematis
Dunia Islam, jil. 4 : Pemikiran dan
Peradaban, (Jakarta : PT. Ichtiar
Baru Van Hoeve, 2002),
Ahmad Hanafi, Pengantar Filsafat Islam,
(Jakarta: Bulan Bintang, 1996), Bakar
Osman, Hierarki Ilmu Membangun
Rangka Pikir Islamisasi Ilmu
Menurut Al-Farabi, Al-Ghazali, Quthb
al-Din al-Syirazi, (Bandung: Penerbit
Mizan 1998)
Mustofa, HA, Filsafat Islam (Bandung:
Pustaka Setia, 1989)
Abdul Aziz Dahlan, “Pemikiran Filsafat
Dalam Islam”, (Cet. II, Padang:
Press, 2000)

242 Volume 5, Nomor 2, Juli 2019

Anda mungkin juga menyukai