Anda di halaman 1dari 10

PEMIKIRAN

AL-FARABI
FILSAFAT ISLAM
Presented by: Kelompok 2 - Jurnal 4C
BIOGRAFI AL-
FARABI
Al-Farabi, nama lengkapnya Abu Nashr
Muhammad ibn Muhammad ibn Tharkhan ibn
Auzalagh Al-Farabi, lahir di Wasij, sebuah dusun
kecil di distrik Kota Farab, Provinsi Transoxiana,
Turkestan, tahun 257 H/ 870 M.

Ayahnya seorang pejabat tinggi militer di


kalangan dinas ketentaraan Dinasti Samaniyah
(819-999 M) yang menguasai sebagian besar
wilayah Transoxiana, provinsi otonom dalam
kekhalifahan Abbasiyah (750-1258 M) sehingga
Al-Farabi dipastikan termasuk keluarga
bangsawan yang mempunyai kemudahan
fasilitas
Pendidikan dasar dan masa remaja Al-Farabi dijalani di Sekitar tahun 922 M, Al-Farabi pindah ke Baghdad
Farab, sebuah kota yang sebagian besar penduduknya untuk lebih mendalami filsafat. Di sini ia belajar logika
mengikuti fikih mazhab Syafi’i. Di sini ia mempelajari dan filsafat kepada Abu Bisyr Matta (870-939 M) dan
tata bahasa, kesusastraan, ilmu-ilmu agama terutama Yuhanna Ibn Hailan (w. 932 M), seorang
(khususnya fikih, tafsir, dan ilmu hadis), dan tokoh filsafat aliran Aleksandria yang sekaligus
aritmatika dasar di samping Al-Quran. mengajak Al-Farabi pergi ke Konstantinopel dan
tinggal di sana selama 8 tahun guna lebih mendalami
Berkat kecerdasan yang digambarkan sebagai filsafat. Sepulang dari Konstantin, Al-Farabi
“kecerdasan istimewa dan bakat besar”, Al-Farabi mencurahkan diri dalam belajar, mengajar, dan menulis
berhasil menguasai hampir setiap subjek ilmu filsafat.
pengetahuan yang dipelajari. Setelah itu, ia pindah ke
Bukhara untuk menempuh studi lanjut fikih dan ilmu- Ketika situasi politik di Baghdad memburuk, pada 942
ilmu agama lainnya. M, Al- Farabi pindah ke Damaskus yang saat itu
dikuasai Dinasti Ikhsidiyah (935-969 M).
Namun, tiga tahun kemudian ia pergi ke Mesir
karena terjadi konflik politik antara Dinasti
Ikhsidiyah dan Hamdaniyah (890-1004 M) di
mana Aleppo dan Damaskus diduduki pasukan
Hamdaniyah. Beberapa tahun di Mesir, Al-Farabi
kembali ke Damaskus, tahun 949 M, kemudian ke
Aleppo memenuhi undangan Saif Al-Daulah
(944-966 M), putra mahkota Dinasti Hamdaniyah
untuk ikut dalam lingkaran diskusi orang-orang
terpelajar.

Dalam diskusi yang melibatkan penyair-penyair


terkenal, Al-Farabi tampil mengesankan berkat
kemampuannya menguasai beberapa bahasa,
penguasaan ilmu filosofis, dan bakat musiknya.
PEMIKIRAN AL-FARABI
PEMIKIRAN EMANASI
Emanasi adalah salah satu pemikiran penting Al-Farabi berkaitan
dengan realitas wujud (ontologi). Teori ini berusaha memecahkan
masalah-masalah yang dilontarkan Plato (427–347 SM) dan Aristoteles
(384–322 SM), yakni hubungan antara Tuhan yang gaib dengan alam
yang empiris, antara substansi dan aksidensi, antara yang tetap dan
yang berubah, antara yang Esa dan yang banyak

PEMIKIRAN METAFISIKA
Menurut Al-Farabi, kajian metafisika terdiri atas tiga hal. Pertama,
ontologi, yaitu segala sesuatu yang berkaitan dengan wujud dan sifat-
sifatnya sepanjang berupa wujud-wujud. Kedua, prinsip-prinsip
demonstrasi (mabâdi` al-barâhîn) dalam rangka menetapkan materi
subjek ilmu teoretis. Ketiga, wujud non-materi, yaitu wujud-wujud yang
bukan merupakan benda dan tidak dalam benda.
PEMIKIRAN POLITIK
Dalam khazanah pemikiran Islam, Al- Farabi merupakan salah satu sarjana yang memberikan
perhatian tentang konsepsi politik kenegaraan Al-Farabi dianggap sebagai sarjana muslim
pertama yang memiliki konsep kenegaraan yang lengkap dengan konsepsi-konsepsi dan teori
politiknya. Al-Farabi yang mengusung konsep al-madīnah al-fāḍilah dianggap sebagai
perintis jalan dalam konsep kenegaraan.

Dalam tulisannya tentang al-Madīnah al-Fāḍilah Al-Farabi berusaha mengharmonikan antara


agama dan filsafat. Konsep kenegaraan yang terdapat dalam teori al-Farabi ini banyak
mencontoh bentuk dan hakikat kepimpinan Rasullullah Saw sebagai seorang Rasul dan
khalifah yang agung dimuka bumi ini. Sikap kepimpinan Rasullullah menjadi titik tolak
kecenderungan al-Farabi dalam melahirkan pemikiran mengenai konsep kenegaraan.

Pemikiran al- Farabi ini penting dalam menyelesaikan kemelut masyarakat bagi mencari suatu
bentuk negara yang ideal. Dengan adanya konsep negara yang di cetuskan oleh Al-Farabi,
dimaksudkan agar terciptanya suatu pemahaman yang baik tentang bentuk negara yang
sebenarnya yang di idam-idamkan al-Farabi. Dalam hal ini ada tiga hal pokok yang akan
dikaji, yaitu karakteristik negara ideal, klasifikasi masyarakat, dan klasifikasi negara.
PEMIKIRAN KENABIAN
Dalam catatan Ibrahim Madkur, filsafat
Di mana menurut mereka, para filosof
kenabian al-Farabi erat kaitannya antara nabi
berkemampuan untuk mengadakan
dan filosof dalam kesanggupannya untuk
komunikasi dengan ‘Aql Fa’’al. Ahmad ibnal-
mengadakan komunikasi dengan ‘Aql Fa’’al.
Ruwandi, tokoh yangberkebangsaan Yahudi
Motif lahirnya filsafat al-Farabiini disebabkan
ini menurunkan beberapa karya tulis yang
adanyapengingkaran terhadap eksistensi
isinya meng- ingkari kenabian pada
kenabiansecara filosofis olehAhmad ibn
umumnya dan kenabian Nabi Muhammad
Ishaqal- Ruwandi (w. akhir abad III H) dan
SAW khususnya.
Abu Bakr Muhammad ibn Zakariya al-Razi
(865-925 M).
KARYA-KARYA AL-FARABI
Al-Farabi meninggalkan sejumlah besar karya-karya tulis yang penting, kendati
dalam bilangan tidak sebanyak yang dihasilkan Al-Kindi atau oleh Al-Razi.
Jumlah karya tulisnya menurut Qifti atau Ibnu Abi Usaibi‟ah, lebih kurang 70
buah, yang dapat dibagi menjadi dua kelompok: kelompok yang berkaitan
dengan logika dan kelompok yang berkaitan dengan berbagai cabang ilmu dan
falsafat, seperti fisika, matematika, metafisika, etika, dan politik. Sebagian besar
dari karya tulisnya telah hilang atau belum ditemukan.

Karya tulisnya yang sudah ditemukan, sebagian sudah diterbitkan dan sebagian
lagi masih dalam bentuk manuskrip. Di antara karya tulisnya itu ialah: Kitab Ara
Ahl al-Madinah al-Fadilah (tentang pandangang-pandangan penduduk kota
utama), Kitab Ihsa al-Ulum (tentang perincian pengetahuan), Risalah fi al-Aql
(tentang akal), Risalah fi Isbat al-Mufariqar (tentang wujud-wujud rohaniah),
Tahsil as-Sa’adah (tentang upaya mewujudkan kebahagiaan), Masail
Falsafiyyah wa Ajwibah ‘anha (tentang masalah-masalah falsafat dan
jawabannya), AlIbaanah ‘an Gard Aristutalis (tentang pemikiran Aristoteles),
dan Kitaab Bayn Aflaatun wa Aristu aw al-Jam’ Bayn Ra’yayn al-Hakimayn
(tentang persesuaian pendapat Plato dengan Aristoteles).
KESIMPULAN
Dari pembahasan yang telah dijabarkan, dapat kita simpulkan
bahwa pandangan filsafat al-Farabi dapat disebut sebagai
filsafat yang unik dan cukup mendasar. Mengapa demikian?
Karena ia berusaha mengetengahkan hal-hal yang sangat
fundamental dalam filsafat, seperti berusaha memadukan
beberapa aliran filsafat (al-falsafah al-taufiqiyyah atau wahdat
al-falsafah) yang berkembang sebelumnya, terutama pemikiran
Plato, Aristoteles, dan Plotinus, juga antara agama dan filsafat.
Karena itu ia dikenal sebagai filosof sinkretisme yang
mempercayai kesatuan filsafat dan agama.

Di samping itu, al-Farabi mengaitkan konsep ketuhanan


sebagai al-Mawjud al-Awwal dengan filsafat Aristoteles dan
NeoPlatonisme. Maka, dikenalah konsepnya tentang Wajib al-
Wujud dan Mumkin al-Wujud.
SUMBER
ARDIANSYAH, ANDRI. PEMIKIRAN FILSAFAT AL-FARABI DAN IBNU SINA. TAJDID: JURNAL KEISLAMAN
DAN KEMANUSIAAN. VOL. 4. NO 2. (OKTOBER 2020).

DZULHADI, QOSIM NURSHEHA. AL-FARABI DAN FILSAFAT KENABIAN. JURNAL KALIMAH. VOL 12. NO 1.
(MARET 2014).

NASR, SEYYED HOSSEIN. (2020). TIGA MAZHAB UTAMA FILSAFAT ISLAM. YOGYAKARTA: IRCISOD.

SAID, ABDULLAH. FILSAFAT POLITIK AL-FARABI. INDONESIAN JOURNAL OF ISLAMIC THEOLOGY AND
PHILOSOPHY. VOL 1. NO 1. (2019).

SOLEH, KHUDORI. (2016). FILSAFAT ISLAM: DARI KLASIK HINGGA KONTEMPORER. YOGYAKARTA: AR-
RUZZ MEDIA.

SOLEH, KHUDORI. (2017). EPISTEMOLOGI ISLAM: INTEGRASI AGAMA, FILSAFAT, DAN SAINS DALAM
PERSPEKTIF AL-FARABI DAN IBNU RUSYD. YOGYAKARTA: AR-RUZZ MEDIA.

Anda mungkin juga menyukai