Dosen Pengampu:
Dr. Sauqi Futaqi, M.Pd.I
Disusun oleh:
Sila Eka Pratiwi (22051094)
Devina Puspita Sari (22051029)
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................1
C. Tujuan Makalah.................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Biografi Ar-Razi..................................................................................2
B. Pemikiran Filsafat Ar- Razi...............................................................3
A. Kesimpulan..........................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................9
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tidak dapat diragukan lagi bahwa ada pemikiran filsafat yang
tumbuh dalam Islam yang mempunyai banyak tokoh dan aliran,
problematika dan teori, di samping berbagai kekhususan dan
keistimewaanya.1 Salah satu dari aliran tokoh dan aliran dalam filsafat
Islam adalah Al-Razi. Al-Razi selama abad ke 12 dan 13 saat
perkembangan teologi terus meluas beliau termasuk salah satu tokoh yang
menentang literalisme dan tradisionalisme ibn Hasyim dan ibn Taimiyah. 2
Beliau juga termasuk seorang rasionalis murni yang selalu mengkritik
hasil dari pemikiran karya orang lain. Untuk lebih mengerti secara
mendalam akan dibahas pada pembahasan makalah ini.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Biografi Ar-Razi?
2. Bagaimana Pemikiran Filsafat Ar-Razi?
C. Tujuan Makalah
a. Untuk Mengetahui Biografi Ar-Razi
b. Untuk Mengetahui Pemikiran Filsafat Ar-Razi
1
Ibrahim Madkour, Aliran dan Teori Filsafat Islam (Jakarta : Bumi Aksara, 2004), Cet.3,
hlm.1.
2
Majid Fakhry, Sejarah Filsafat Islam: Sebuah Peta Kronologis (Bandung : Mizan
Media Utama, 2002), Cet.2, hlm.121.
iv
BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi Ar-Razi
Lawan-lawan dari Al-Razi yang patut dicatat adalah (1) Abu Hatim Al-
Razi (w. 322 H/933 M), lawan paling penting mengingat kepiawaiannya
berdakwah dalam aliran Isma’iliyah. Perbedaan pendapatnya dengan Ar-Razi
terutama tentang agama dan kenabian ia tulis dalam buku ’Alam al-Nubuwwah.
Menurut Abu Hatim, Al-Razi lebih mengutamakan filsafat dari agama uyang
3
Hasyimsyah Nasution, Filsafat Islam (Jakarta: Gaya Media Jakarta, 2002), Cet.3,
hlm.24.
v
dianggapnya sebagai khufarat dan membawa kepada kebodohan dan taqlid. (2)
Abu Qasim al-Balkhi, pimpinan kaum mu’tazilah Baghdad. Perbedannya
dengan Al-Razi terutama mengenai waktu yang terdapat dalam buku al-‘ilm al-
illahi, dan (3) Ibn Tammar, yang menolak tulisan ar-Razi dalam al-Thib al-
Ruhani.4
Ar-Razi adalah seorang mufassirin (ahli tafsir) dan ahli fiqh, seorang
teolog Islam dan filosof. Al-Razi, secara tidak dipertentangkan lagi, ialah
filosof timur yang pertama abad ke-6 H. ia begitu serius menggeluti filsafat,
mempelajari logika, masalah-masalah alam (kosmologi) dan metafisika. Ia
berguru kepada ibnu sina, dan mengomentari sebagian buku ibnu Sina. Ia
berusaha memadukan agama dengan filsafat, dan mencampur filsafat dengan
ilmu kalam (teologi islam).5
4
Ibid, hlm.25.
5
Ibrahim Madkour, Aliran dan Teori Filsafat Islam ,.., Cet.3, hlm.76.
6
Sirajuddin Zar, Filsafat Islam: Filosof dan Filsafatnya, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2014), Cet. 6, hlm. 121.
vi
diketahui karena ia tanpa rupa. Tetapi karena ia dikuasai naluri untuk
bersatu dengan al-hayyula al-ula (materi pertama), terjadilah pada zatnya
rupa yang dapat menerima fisik. Sementara itu, materi pertama tanpa
fisik, Alloh datang menolong roh dengan menciptakan alam semesta
termasuk tubuh manusia yang ditempati ruh.7
Materi pertama menurut Al-Razi adalah substansi yang kekal yang
terdiri dari atom-atom. Keabadian materi yang sedang “dalam
pembentukan”, menyaratkan adanya bukan saja materi yang
mendahuluinya, tetapi juga sebuah substatum atau materi diamana materi
tindakan itu melekat. Selain itu, konsep yang sebenarnya dari penciptaan
ex nihilo tidak dapat dipertahankan secara logis, karena jika Tuhan telah
mampu menciptakan sesuatu dari tiada, karena hal ini merupakan modus
pembuatan yang paling sederhana dan paling tepat. Tetapi karena tidak
demikian halnya, maka dunia haruslah dikatakan telah diciptakan dari
materi tanpa benrtuk, yang telah mendahuluinya sejak semula.8
Ruang absolut oleh karena materi pertama itu kekal maka
membutuhkan ruang yang sifatnya kekal juga, sebab tidak mungkin kekal
itu berada di dalam yang nisbi. Menurut Al-Razi ruang ada dua macam
yaitu ruang absolut dan ruang relatif. Ruang absolut tidak
menggantungkan wujudnya pada alam maupun benda-benda yang
membutuhkan ruang. Sebaliknya setiap ruang mesti diisi oleh benda,
ruang ini disebut ruang relatif.
Waktupun menurutnya dibagi menjadi dua macam, yaitu waktu
absolut dan waktu yang terbatas. Waktu absolut ialah perputaran waktu,
sifatnnya bergerak dan kekal. Waktu yang terbatas adalah waktu yang
yang diukur berdasarkan dan pergerakan bumi, matahari dan bintang-
bintang.9
b. Akal, Wahyu dan Kenabian
7
Ibid, hlm. 122.
8
Sudarsono, Filsafat Islam, (Jakarta: Rineka Cipta,2010), hlm. 57.
9
Ibid, hlm.60.
vii
Al Razi menyanggah anggapan bahwa untuk keteraturan
kehidupan, manusia memerlukan nabi. Pendapat yang kontroversial ini
harus dipahami bahwa ia adalah seorang rasioanalis murni. Akal
menurutnya adalah karunia Alloh yang terbesar untuk manusia.
Dengan akal manusia dapat memperoleh manfaat sebanyak-
banyaknya, bahkan dapat memperoleh pengetahuan tentang Tuhan.
Karena itu, manusia tidak boleh menyia-nyiakan dan mengekang ruang
gerak akal, tetapi memberi kebebasan sepenuhnya dalam segala hal.10
Pandangan Al-Razi yang mngkultuskan kekuatan akal tersebut
menjadikan ia tidak percaya kepada wahyu dan adanya Nabi sebagai
diutarakannya dalam bukunya Naqd al Adyan au fi al-Nubuwwah
(kritik terhadap Agama-agama atau terhadap Kenabian). Menurutnya,
para Nabi tidak berhak mengklaim dirinya sebagai orang yang
memiliki keistimewaan khusus, baik pikiran maupun rohani, karena
semua orang itu adalah sama dan keadilan Tuhan serta hikmah-Nya
mengharuskan tidak membedakannya antara seseorang dengan yang
lainnya.11
Berkaitan dengan sanggahan terhadap wahyu dan nabi sebagai
pembawa berita eskatologis (alam keakhiratan), seperti kematian.
Bagi Al-Razi, kematian bukanlah suatu hal yang perlu ditakuti, karena
bila tubuh hancur, maka ruh juga hancur. Setelah mati, tak sesuatu pun
terjadi pada manusia, karena ia tidak merasakan apa-apa lagi.
Sebaiknya orang yang menggukana nalar menghindari rasa takut mati,
karena bila ia mempercayai kehidupan lain, maka ia tentu gembira,
sebab melalui mati ia pergi ke dunia lain yang lebih baik. Bila ia
percaya bahwa tiada sesuatu pun setelah mati, maka ia tak perlu
cemas.
Al-Razi juga mengkritik kitab-kitab suci, baik Injil maupun Al-
Qur’an. Ia mengkritik yang satu dengan menggunakan yang lain. Ia
10
Al- Razi, Rasa’il Falsafiyyah (Beirut: Dar al- Afaq al –Jadidah, 1982), hlm. 18.
11
Ibrahim Madkur, Fi Falsafah al-Islamiyyah wa Manhaj wa Tathbiquh, Jilid I (Kairo:
Dar al-Ma’arif, 1968), hlm. 19-20.
viii
menolak mu’jizat Al-Qur’an baik segi isi maupun gaya bahasanya.
Boleh jadi pendapatnya yang ekstrim inilah menyebabkan buku-
bukunya dimusnahkan. Kendatipun demikian, Al-Razi tidak berarti
seorang atheis, karena ia masih tetap myakini adanya Tuhan Yang
Maha Kuasa dan Maha Pencipta, sebab itu ia lebih tepat disebut
seorang rasionalis murni.12
Adapun tentang pemikiran Al-Razi tentang Lima Kekal, tidak
otomatis ia menjadi zindik, apalagi bila dinilai dengan Al-Qur’an,
tidak satu ayat pun secara qath’i bertentangan dengan pemikiran
tersebut. Karena itu, tidak tertutup kemungkinan benar pemikiran Al-
Razi tersebut.
c. Agama
Ar-Razi berusaha memadukan agama dengan filsafat, dan
mencampur filsafat dengan ilmu kalam (Teologi Islam). Ar-Razi
adalah seorang Asy’ariyah yang konsisten terhadap ke-Asy’ariyahan-
nya, walaupun ia cenderung kepada sebagian pandangan muktazilah
dan maturidiah. Dalanm tafsirnya yang besar dan belum sempurna ia
mengkritik al-Zamakhsyari da daklam al-kasysyaf. Ia menafsirkan
ketubuhan (al-Jismiyah), berada di suatu ruang (al-makaniyah), terjadi
hal-hal temporal dengan sendirinya dari Alloh sebaliknya, ia
meneguhkan bahwa Alloh memilki sifat maha kuasa (al-Qudrah),
maha mengetahui (al-Ilmu), maha berkehendak (al-Iradah), maha
hidup (al-haya), maha berfirman (al-kalam), maha mendengar (al-
sami’), dan maha melihat (al-Basar). Ia membedakan alkalam, al nafsi
dari kalam yang dinyatakan dengan suara dan huruf. Ia mengkritik
secara tajam pandangan-pandangan yang saling bertentangan. Ia nyaris
tidak berbeda pendapat dari Al-asy’ari kecuali mengenai kekekalan.
(Allah, Al-baqa) yang dalam hal ini ia memegangi pandangan al-
baqillani dan imam al-Haramain. Ia juga meneguhkan bahwa Alloh
12
Hasyimsyah Nasution, Filsafat Islam,.., hlm 31-32.
ix
bias dilihat dengan mengutamakan dalil agama sebagaimana yang
dilakukan oleh al maturidi, sebagai ganti dalil rasional.13
13
Ibrahim Madkour, Aliran dan Teori Filsafat Islam,.., Cet.3, hlm.76-77.
14
Sudarsono, Filsafat Islam,.., hlm. 56
x
e.
xi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ar Razi adalah seorang rasionalis murni yang lahir di Ray dekat
Teheran pada 1 Sya’ban 251 H (865 M). Ia hidup pada pemerintahan
Dinasti Saman (204-395 H). Ia banyak mengkritik hasil pemikiran orang
lain , sehingga banyak karyanya yang dimusnahkan. Dan diantara
pemikirannya yang terkenal adalah mengenai kekekalan yang dikenal
dengan sebutan “Lima Kekal”.
xii
DAFTAR PUSTAKA
xiii